Perhatian Khusus
- Rekomendasi ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-wkatu sesuai dengan
perkembangan bukti-bukti ilmiah yang terbaru.
- Rekomendasi ini terbatas untuk dokter spesialis anak.
Latar belakang
Campak adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular hingga mendekati 100% pada anak dengan
kontak erat. Jumlah kasus campak di seluruh dunia yang dilaporkan telah meningkat sebesar 79 persen
dalam dua bulan pertama tahun 2022 dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu akibat penurunan
cakupan imunisasi. Angka kematian anak secara global sebanyak 160.000 per tahun akibat campak
dengan berbagai komplikasinya.1,2
Pada trimester ke-3 tahun 2022, terdapat 1643 kasus campak terkonfirmasi laboratorium di 157
kabupaten kota di 28 Provinsi atau meningkat hingga 8 (delapan) kali lipat dibandingkan dengan 2021.
Insidens kasus campak terutama di wilayah dengan cakupan imunisasi rendah. Data WHO 2020
menunjukkan bahwa angka kematian akibat campak di Indonesia mencapai 215 atau 0,01% dari seluruh
kematian.3
Virus campak adalah virus RNA dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Manusia
merupakan satu-satunya reservoir, oleh karena itu, infeksi ini sangat mungkin dieradikasi. Seluruh
genom virus campak juga telah diurut sehingga dapat diidentifikasikan sesuai dengan distribusi geografis
yang berbeda. Hal ini memungkinkan untuk mengkonfirmasi suatu sumber wabah campak.4
Klinis infeksi campak dimulai dari masa prodromal, setelah masa inkubasi 10-12 hari, ditandai dengan
demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk pada individu yang rentan. Bercak Koplik, suatu enantem yang
khas untuk campak, akan muncul pada mukosa bukal 1 sampai 2 hari sebelum timbulnya ruam. Ruam
campak, berupa eksantem makulopapular eritematosa, berkembang 2–4 hari setelah timbulnya demam,
menyebar dari kepala ke tubuh selama 3–4 hari, ruam menjadi berkonfluens dan menggelap untuk pudar
sekitar 3-4 hari kemudian.5
Komplikasi cenderung berkembang jika demam tidak turun dalam 1 atau 2 hari setelah timbulnya ruam.
Komplikasi campak yang paling umum adalah otitis media (7–9%), pneumonia (1–6%), diare (8%),
ensefalitis pasca infeksi (1 per 1000 hingga 2000 kasus), dan subacute sclerosing panencephalitis (1 per
100.000 kasus).5-7
Kematian kasus adalah 1–3 per 1000 kasus campak dan sebagian besar disebabkan oleh komplikasi
infeksi bakteri, terutama pada anak berusia di bawah lima tahun dan individu dalam kondisi
imunokompromais. Pneumonia menyumbang enam dari sepuluh kematian terkait campak.5-9 Tingginya
insidens campak di Indonesia akibat cakupan imunisasi tidak tercapai, berisiko terhadap peningkatan
angka kematian anak.
Pemberian imunisasi campak adalah satu-satunya pencegahan terhadap infeksi tersebut dan tidak
mendapat imunisasi campak merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat campak.7,10
Penelitian penggunaan antibiotik pada campak untuk mengurangi potensi infeksi sekunder, tidak banyak
dilakukan. Penelitian di negara dengan sumber daya terbatas, sekitar tahun 1990 sampai awal tahun
2000 menunjukkan hasil, pemberian antibiotik oral generasi lama (kotrimoksazol, amoksisilin) mampu
menurunkan kejadian demam tinggi, stomatitis, konjugtivitis, pneumonia, dan mengurangi rawat inap di
rumah sakit. Pasien juga cenderung berkurang diarenya dan berat badan tidak turun.11,12
Pemberian antibiotik pada pasien campak dapat menurunkan kejadian rawat inap dan kematian akibat
infeksi bakteri.11-16 Namun demikian, kehati-hatian pemberian antibiotik pada pasien campak perlu
diperhatikan, karena penggunaan yang tidak tepat berisiko untuk menyebabkan resistensi dan mungkin
dapat mengubah flora normal sehingga dapat berisiko pula terhadap infeksi bakterial lebih lanjut.12,17
Pengobatan campak bersifat suportif, meliputi pemberian antipiretik, cairan, dan tata laksana bila
terdapat komplikasi. Para Klinisi dapat menekan komplikasi dan angka kematian terkait campak dengan
cara, sbb.:
a. Memberikan vitamin A dosis tinggi 1 (satu) kali perhari pada kasus campak selama 2 hari
berturut-turut. Dosis adalah sebagai berikut,2,5,11
- Vitamin A 100.000U per oral (6 bulan sd 1 tahun)
- Vitamin A 200.000U per oral (>1 tahun)
- Khusus pada gizi buruk dan/atau komplikasi mata diberikan tambahan pada 2 minggu
berikutnya
b. Antivirus: Ribavirin, secara in vitro mampu menekan virus campak. Pemberiannya akan
menurunkan durasi demam dan gejala konstitusional.18 Beberapa ahli memberikan pada
kelompok yang berisiko kematian, yaitu usia <12 bulan, >12 bulan dengan ventilasi mekanik,
dan imunokompromais.18,19 Saat ini, belum ada izin BPOM sebagai terapi campak dan belum
tersedia di Indonesia.20
c. Memberikan antibiotik pada kasus dengan pertimbangan khusus (ikuti rekomendasi pemberian
antibiotik pada campak di bawah ini)
d. Sariawan
- Cuci mulut dengan air bersih dan asin setidaknya empat kali sehari
- Hindari memberikan anak makanan pedas.
- Jika sariawan muncul superinfeksi dengan bakteri, obati dengan antibiotik.
e. Perawatan mata
- Untuk konjungtivitis ringan, cairan bening dan encer, tidak diperlukan pengobatan.
- Jika mata mengeluarkan pus atau sekret keruh, maka obati superinfeksi bakteri dengan
salep bakteri, seperti salep tetrasiklin, dioleskan tiga kali sehari selama 7 hari. Bersihkan
mata dengan hati-hati menggunakan kasa steril yang dicelupkan ke dalam air bersih yang
sudah matang .
f. Perawatan kulit
- Pastikan kulit tetap bersih dan kering
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti selulitis atau infeksi jaringan lunak lain
Dalam keadaan anak termasuk dalam kelompok risiko tinggi campak berat dan atau memiliki kondisi,
sbb.:11-13,15,16
a. Klinisi tidak dapat memonitor perkembangan pasien
b. Jauh atau sulit menjangkau fasyankes
Permberian antibiotik dengan pertimbangan khusus dengan menimbang manfaat dan risiko. Pilihan
pemberian antibiotik oral pada anak campak yang masuk dalam kriteria di atas, antara lain
kotrimoksazol (trimethoprim 8 mg/kg dan sulfametoksazol 40 mg/kg perhari, terbagi 2 dosis) atau
amoksisilin (berat badan <40kg: 20–40mg/kg/hari terbagi 3 dosis) yang diberikan selama 5 sampai 7
hari.11,12
Referensi:
Lampiran:
dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) Dr. dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K)
Ketua Umum – NPA. 01 01801 2002 1 1 Sekretaris Umum – NPA. 01 02094 2006 1 1