Anda di halaman 1dari 5

PENGURUS PUSAT

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA


( Indonesian Pediatric Society )
Committed in Improving the Health of Indonesian Children

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


Tata Laksana Campak
No. 07/PP IDAI/SR/1/2023
9 Januari 2023

Perhatian Khusus
- Rekomendasi ini bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu-wkatu sesuai dengan
perkembangan bukti-bukti ilmiah yang terbaru.
- Rekomendasi ini terbatas untuk dokter spesialis anak.

Latar belakang
Campak adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular hingga mendekati 100% pada anak dengan
kontak erat. Jumlah kasus campak di seluruh dunia yang dilaporkan telah meningkat sebesar 79 persen
dalam dua bulan pertama tahun 2022 dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu akibat penurunan
cakupan imunisasi. Angka kematian anak secara global sebanyak 160.000 per tahun akibat campak
dengan berbagai komplikasinya.1,2

Pada trimester ke-3 tahun 2022, terdapat 1643 kasus campak terkonfirmasi laboratorium di 157
kabupaten kota di 28 Provinsi atau meningkat hingga 8 (delapan) kali lipat dibandingkan dengan 2021.
Insidens kasus campak terutama di wilayah dengan cakupan imunisasi rendah. Data WHO 2020
menunjukkan bahwa angka kematian akibat campak di Indonesia mencapai 215 atau 0,01% dari seluruh
kematian.3

Virus campak adalah virus RNA dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Manusia
merupakan satu-satunya reservoir, oleh karena itu, infeksi ini sangat mungkin dieradikasi. Seluruh
genom virus campak juga telah diurut sehingga dapat diidentifikasikan sesuai dengan distribusi geografis
yang berbeda. Hal ini memungkinkan untuk mengkonfirmasi suatu sumber wabah campak.4

Klinis infeksi campak dimulai dari masa prodromal, setelah masa inkubasi 10-12 hari, ditandai dengan
demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk pada individu yang rentan. Bercak Koplik, suatu enantem yang
khas untuk campak, akan muncul pada mukosa bukal 1 sampai 2 hari sebelum timbulnya ruam. Ruam
campak, berupa eksantem makulopapular eritematosa, berkembang 2–4 hari setelah timbulnya demam,
menyebar dari kepala ke tubuh selama 3–4 hari, ruam menjadi berkonfluens dan menggelap untuk pudar
sekitar 3-4 hari kemudian.5

Komplikasi cenderung berkembang jika demam tidak turun dalam 1 atau 2 hari setelah timbulnya ruam.
Komplikasi campak yang paling umum adalah otitis media (7–9%), pneumonia (1–6%), diare (8%),
ensefalitis pasca infeksi (1 per 1000 hingga 2000 kasus), dan subacute sclerosing panencephalitis (1 per
100.000 kasus).5-7

Kematian kasus adalah 1–3 per 1000 kasus campak dan sebagian besar disebabkan oleh komplikasi
infeksi bakteri, terutama pada anak berusia di bawah lima tahun dan individu dalam kondisi
imunokompromais. Pneumonia menyumbang enam dari sepuluh kematian terkait campak.5-9 Tingginya
insidens campak di Indonesia akibat cakupan imunisasi tidak tercapai, berisiko terhadap peningkatan
angka kematian anak.

Sekretariat: Jl. Salemba 1 No. 5, Jakarta Pusat 10430


Tel. +62 21 314 8610, Email: ppidai@idai.or.id, website: www.idai.or.id
PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
( Indonesian Pediatric Society )
Committed in Improving the Health of Indonesian Children

Pemberian imunisasi campak adalah satu-satunya pencegahan terhadap infeksi tersebut dan tidak
mendapat imunisasi campak merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat campak.7,10

Kematian akibat campak pada anak dipengaruhi oleh:5-10


- infeksi sekunder oleh bakteri
- efek imunosupresif oleh virus
- keterlibatan organ multisistem
- tingkat keparahan campak pada saat datang ke fasyankes
- status gizi dan komorbid pasien

Penelitian penggunaan antibiotik pada campak untuk mengurangi potensi infeksi sekunder, tidak banyak
dilakukan. Penelitian di negara dengan sumber daya terbatas, sekitar tahun 1990 sampai awal tahun
2000 menunjukkan hasil, pemberian antibiotik oral generasi lama (kotrimoksazol, amoksisilin) mampu
menurunkan kejadian demam tinggi, stomatitis, konjugtivitis, pneumonia, dan mengurangi rawat inap di
rumah sakit. Pasien juga cenderung berkurang diarenya dan berat badan tidak turun.11,12

Pemberian antibiotik pada pasien campak dapat menurunkan kejadian rawat inap dan kematian akibat
infeksi bakteri.11-16 Namun demikian, kehati-hatian pemberian antibiotik pada pasien campak perlu
diperhatikan, karena penggunaan yang tidak tepat berisiko untuk menyebabkan resistensi dan mungkin
dapat mengubah flora normal sehingga dapat berisiko pula terhadap infeksi bakterial lebih lanjut.12,17

Risiko tinggi mengalami campak berat


1. Tidak pernah mendapat imunisasi campak
2. Malnutrisi
3. Usia bawah lima tahun
4. Memiliki komorbid dan imunokompromais (mis. leukemia, keganasan lain, HIV)
5. Sedang dalam terapi imunosupresan
6. Ditemukan keterlibatan mukosa luaas seperti stomatitis

Rekomendasi tatalaksana campak


Para Klinisi dapat membantu menekan insidens campak dengan cara:2,5
a. Memaksimalkan kegiatan Imunisasi campak untuk menutup gap immunity
b. Mengintensifkan dan melaporkan penemuan kasus demam ruam maculopapular baik di masyarakat
maupun fasyankes ke Puskesmas dan/atau Dinas Kesehatan setempat agar dapat dilakukan
pengambilan spesimen serum (serologi) dan urin/swab (virologi)

Pengobatan campak bersifat suportif, meliputi pemberian antipiretik, cairan, dan tata laksana bila
terdapat komplikasi. Para Klinisi dapat menekan komplikasi dan angka kematian terkait campak dengan
cara, sbb.:
a. Memberikan vitamin A dosis tinggi 1 (satu) kali perhari pada kasus campak selama 2 hari
berturut-turut. Dosis adalah sebagai berikut,2,5,11
- Vitamin A 100.000U per oral (6 bulan sd 1 tahun)
- Vitamin A 200.000U per oral (>1 tahun)
- Khusus pada gizi buruk dan/atau komplikasi mata diberikan tambahan pada 2 minggu
berikutnya

Sekretariat: Jl. Salemba 1 No. 5, Jakarta Pusat 10430


Tel. +62 21 314 8610, Email: ppidai@idai.or.id, website: www.idai.or.id
PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
( Indonesian Pediatric Society )
Committed in Improving the Health of Indonesian Children

b. Antivirus: Ribavirin, secara in vitro mampu menekan virus campak. Pemberiannya akan
menurunkan durasi demam dan gejala konstitusional.18 Beberapa ahli memberikan pada
kelompok yang berisiko kematian, yaitu usia <12 bulan, >12 bulan dengan ventilasi mekanik,
dan imunokompromais.18,19 Saat ini, belum ada izin BPOM sebagai terapi campak dan belum
tersedia di Indonesia.20
c. Memberikan antibiotik pada kasus dengan pertimbangan khusus (ikuti rekomendasi pemberian
antibiotik pada campak di bawah ini)
d. Sariawan
- Cuci mulut dengan air bersih dan asin setidaknya empat kali sehari
- Hindari memberikan anak makanan pedas.
- Jika sariawan muncul superinfeksi dengan bakteri, obati dengan antibiotik.
e. Perawatan mata
- Untuk konjungtivitis ringan, cairan bening dan encer, tidak diperlukan pengobatan.
- Jika mata mengeluarkan pus atau sekret keruh, maka obati superinfeksi bakteri dengan
salep bakteri, seperti salep tetrasiklin, dioleskan tiga kali sehari selama 7 hari. Bersihkan
mata dengan hati-hati menggunakan kasa steril yang dicelupkan ke dalam air bersih yang
sudah matang .
f. Perawatan kulit
- Pastikan kulit tetap bersih dan kering
- Pantau tanda-tanda infeksi, seperti selulitis atau infeksi jaringan lunak lain

Rekomendasi pemberian antibiotik pada campak


Campak adalah penyakit akibat infeksi virus yang secara umum tidak memerlukan antibiotik,2,5,14,17
namun pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan pada anak campak yang mengalami komplikasi
infeksi bakteri sekunder seperti pneumonia, sepsis, syok septik. Pemberian antibiotik pada pasien
campak rawat inap, disesuaikan dengan kondisi klinis dan tata laksana mengikuti panduan IDAI.

Dalam keadaan anak termasuk dalam kelompok risiko tinggi campak berat dan atau memiliki kondisi,
sbb.:11-13,15,16
a. Klinisi tidak dapat memonitor perkembangan pasien
b. Jauh atau sulit menjangkau fasyankes

Permberian antibiotik dengan pertimbangan khusus dengan menimbang manfaat dan risiko. Pilihan
pemberian antibiotik oral pada anak campak yang masuk dalam kriteria di atas, antara lain
kotrimoksazol (trimethoprim 8 mg/kg dan sulfametoksazol 40 mg/kg perhari, terbagi 2 dosis) atau
amoksisilin (berat badan <40kg: 20–40mg/kg/hari terbagi 3 dosis) yang diberikan selama 5 sampai 7
hari.11,12

Rekomendasi pelaporan pemberian antibiotik pada campak


IDAI mengharapkan adanya pelaporan penggunaan antibiotik pada campak pada kondisi khusus untuk
mendapatkan luaran klinis pasien. Pelaporan tersebut juga digunakan sebagai pemantauan agar
penggunaan antibiotik sesuai dengan pertimbangan di atas, dalam rangka mencegah terjadinya resistensi
antimikroba.

Sekretariat: Jl. Salemba 1 No. 5, Jakarta Pusat 10430


Tel. +62 21 314 8610, Email: ppidai@idai.or.id, website: www.idai.or.id
PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
( Indonesian Pediatric Society )
Committed in Improving the Health of Indonesian Children

Referensi:

1. Unicef. Measles cases are spiking globally. 04 May 2022. https://www.unicef.org/stories/


measles-cases-spiking-globally
2. WHO. Guide for clinical case management and infection prevention and control during a
measles outbreak. World Health Organization 2020.
3. Kemenkes RI. Laporan Campak trimester ke-3. 2022
4. Zhou N, Li M, Huang Y, Zhou L, Wang B. Genetic Characterizations and Molecular Evolution
of the Measles Virus Genotype B3's Hemagglutinin (H) Gene in the Elimination Era. Viruses.
2021 Sep 30;13(10):1970. doi: 10.3390/v13101970.
5. Soemakto dan Winaputri SL. Campak. Dalam: Hadinegoro SRS, dkk., penyunting. Buku Ajar
Infeksi dan Penyakit Tropis. Badan Penerbit IDAI;2018: hal. 172–83.
6. Gignoux E, Polonsky J, Ciglenecki I, Bichet M, Coldiron M, Thuambe Lwiyo E, Akonda I, Serafini
M, Porten K. Risk factors for measles mortality and the importance of decentralized case
management during an unusually large measles epidemic in eastern Democratic Republic of
Congo in 2013. PLoS One. 2018 Mar 14;13(3):e0194276.
7. Donadel M, Stanescu A, Pistol A, Stewart B, Butu C, Jankovic D, Paunescu B, Zimmerman L.
Risk factors for measles deaths among children during a Nationwide measles outbreak -
Romania, 2016-2018. BMC Infect Dis. 2021 Mar 19;21(1):279
8. Samsi TK, Ruspandji T, Susanto I, Gunawan K. Risk factors for severe measles. Southeast Asian
J Trop Med Public Health. 1992 Sep;23(3):497-503
9. Mafigiri R, Nsubuga F, Ario AR. Risk factors for measles death: Kyegegwa District, western
Uganda, February-September, 2015. BMC Infect Dis. 2017 Jul 3;17(1):462
10. Lo Vecchio A, Krzysztofiak A, Montagnani C, Valentini P, Rossi N, Garazzino S, Raffaldi I, Di
Gangi M, Esposito S, Vecchi B, Melzi ML, Lanari M, Zavarise G, Bosis S, Valenzise M, Cazzato
S, Sacco M, Govoni MR, Mozzo E, Cambriglia MD, Bruzzese E, Di Camillo C, Pata D, Graziosi
A, Sala D, Magurano F, Villani A, Guarino A, Galli L; SITIP Measles Study Group. Complications
and risk factors for severe outcome in children with measles. Arch Dis Child. 2020
Sep;105(9):896-899.
11. WHO. Clinical research on treatment of measles: report of a meeting. WHO/CDR/95.15,
Geneva: WHO, 1995
12. Garly ML, Balé C, Martins CL, Whittle HC, Nielsen J, Lisse IM, Aaby P. Prophylactic antibiotics
to prevent pneumonia and other complications after measles: community based randomised
double blind placebo controlled trial in Guinea-Bissau. BMJ. 2006 Dec 16;333(7581):1245
13. Samb B, Simondon F, Aaby P, Whittle H, Seck AM. Prophylactic use of antibiotics and reduced
case fatality in measles infection. Pediatr Infect Dis J. 1995 Aug;14(8):695-6.
14. Shann F. Meta-analysis of trials of prophylactic antibiotics for children with measles: inadequate
evidence. BMJ. 1997 Feb 1;314(7077):334-6
15. Shann F, D'Souza RM, D'Souza R. Antibiotics for preventing pneumonia in children with
measles. Cochrane Database Syst Rev. 2000;(3):CD001477
16. Chalmers I. Why we need to know whether prophylactic antibiotics can reduce measles-
related morbidity. Pediatrics. 2002 Feb;109(2):312-5.
17. Kabra SK, Lodha R. Antibiotics for preventing complications in children with measles.
Cochrane Database Syst Rev. 2013 Aug 14;2013(8):CD001477.
18. Pal G. Effects of ribavirin on measles. J Indian Med Assoc. 2011;109(9):666.
19. Roy Moulik N, Kumar A, Jain A, Jain P. Measles outbreak in a pediatric oncology unit and the
role of ribavirin in prevention of complications and containment of the outbreak. Pediatr Blood
Cancer. 2013;60(10):E122. Epub 2013 Apr 29.
20. BPOM RI. Ribavirin. https://pionas.pom.go.id/monografi/ribavirin

Sekretariat: Jl. Salemba 1 No. 5, Jakarta Pusat 10430


Tel. +62 21 314 8610, Email: ppidai@idai.or.id, website: www.idai.or.id
PENGURUS PUSAT
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
( Indonesian Pediatric Society )
Committed in Improving the Health of Indonesian Children

Lampiran:

LEMBAR PEMANTAUAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA CAMPAK

Pasien Jenis antibiotik yang diberi Luaran

Laki/perempuan usia Domisili Status Klinis/Komorbid Kelengkapan jenis Pemberian durasi


nutrisi /dalam terapi … vaksin pada hari
campak sakit ke:

dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) Dr. dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K)
Ketua Umum – NPA. 01 01801 2002 1 1 Sekretaris Umum – NPA. 01 02094 2006 1 1

Sekretariat: Jl. Salemba 1 No. 5, Jakarta Pusat 10430


Tel. +62 21 314 8610, Email: ppidai@idai.or.id, website: www.idai.or.id

Anda mungkin juga menyukai