Anda di halaman 1dari 2

Menjauhi Dosa Besar (Bagian 1)

Tim dakwatuna 24/09/07 | 15:57 Tazkiyatun Nufus Ada 9 komentar44.592 Hits


Rasulullah saw. bersabda:

“Jauhilah kalian tujuh dosa besar; syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan cara yang benar, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, menuduh
berzina terhadap wanita yang suci.” (Muttafaqun alaih)
Hadits ini adalah arahan Rasulullah saw. kepada kita untuk meraih kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Wasiat ini terkait dengan larangan-larangan Allah yang merupakan dosa besar. Larangan-larangan tersebut
merupakan dasar yang sangat fundamental dan telah disepakati oleh seluruh agama samawi. Jika kesemua
larangan tersebut dapat kita jauhi, maka akan tercipta kelangsungan hubungan harmonis kita dengan Allah swt.,
keluarga, dan masyarakat. Tercipta ketertiban dan keamanan lingkungan. Terjaga kesucian jiwa dan hati; baik
pribadi, keluarga dan masyarakat dari segala kotoran batin dan raga, sehingga kebahagiaan di dunia dan di
akhirat pun dapat dicapai.

Para ulama memberikan parameter tentang dosa besar yang harus dijauhi oleh umat Islam. Mereka
menyebutkannya dengan tujuh dosa bersar, dengan alasan sabda Nabi saw.:

“Jauhilah kalian tujuh dosa besar; syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan cara yang benar, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, menuduh
berzina terhadap wanita yang suci.” (Muttafaqun alaih)
Disebutkannya hadits ini menunjukkan akan besarnya dosa orang yang melakukan perbuatan tersebut, sehingga
pelakunya mendapat ganjaran di dunia dengan had seperti membunuh, zina dan mencuri, dan di akhirat
mendapat ancaman azab atau murka, celaan atau laknat dari Allah. Dengan itu semua, umat manusia khususnya
umat Islam harus segera menjauhi dan meninggalkan perbuatan dosa besar.

Dan pada awal dakwah, Rasulullah saw. sangat menekankan kepada para sahabatnya untuk segera
meninggalkan perbuatan haram dan menjauhi dosa besar. Bahkan Rasulullah saw. menjadikan hal tersebut
sebagai prasyarat dalam berbaiat untuk taat kepada Allah swt. dan Rasulullah saw.

Dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 Allah berfirman:

ٍ ‫ْر ْقنَ َوالَ يَ ْزنِيْنَ َوالَ يَ ْقتُ ْلنَ َأوْ الَ َدهُنَّ َوالَ يَْأتِيْنَ بِبُ ْهت‬
َّ‫َان يَ ْفت َِر ْينَهُ بَيْنَ َأ ْي ِد ْي ِهن‬ ِ ‫َات يُبَايِ ْعنَكَ َعلَى َأ ْن الَ يُ ْش ِر ْكنَ بِاهللِ َش ْيًئا َوالَ يَس‬
bُ ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي ِإ َذا َجا َءكَ ْال ُمْؤ ِمن‬
‫ف فَبَايِ ْعهُنَّ َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُنَّ هللاَ ِإنَّ هللاَ َغفُوْ ٌر َر ِح ْي ٌم‬ ٍ ْ‫ص ْينَكَ فِي َم ْعرُو‬ ِ ‫َوَأرْ ُجلِ ِهنَّ َوالَ يَ ْع‬
“Wahai Nabi, jika datang kepadamu wanita-wanita beriman untuk berbaiat setia kepadamu agar tidak
melakukan syirik kepada Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak
mereka, dan tidak melakukan kejahatan yang dibuat-buat baik di hadapannya dan di bawah kakinya serta tidak
memungkiri terhadap kebaikan, maka baiatlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. (Al-Mumtahanah: 12)

Makna dan hakikat dosa besar:


Sumber dosa:
Sumber dosa berasal dari dua hal, yaitu:

1. Meninggalkan perintah Allah swt.

2. Melanggar larangan Allah swt.

Manusia seakan bertabiat cenderung untuk berbuat dosa sejak manusia pertama, Adam a.s., melanggar larangan
Allah swt. karena bisikan iblis –kecuali para Rasul yang maksum (terjaga dari dosa). Meskipun manusia
cenderung berbuat dosa, Islam tidak mengenal dosa turunan. Karena setiap anak Adam lahir dalam keadaan
fitrah dan suci. Dan Islam mengajarkan agar manusia selalu bertakwa dengan melaksanakan perintah Allah dan
meninggalkan laranganNya. Tetapi kemudian manusia masih juga berbuat dosa karena kelemahannya, maka
Allah swt. memberikan jalan-jalan penghapus dosa, dari mulai istighfar sampai kepada taubat nasuha.

Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah
mereka yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi,Hasan)
Bedanya Iblis dari Adam adalah Iblis melanggar perintah Allah swt. dan tidak bertaubat, sedangkan Adam
melanggar larangan Allah swt. tapi menyadari dan bertaubat. Bahkan Rasulullah bersabda, “Kalau kalian tidak
berbuat dosa niscaya Allah swt. akan mengganti kalian dengan kaum yang lain pembuat dosa, tetapi mereka
beristighfar dan Allah mengampuni mereka.” (HR. Muslim)

Demikian nilai dosa itu. Kalau disadari akan menghantarkan manusia kepada ketaatan. Karena pendosa itu
jiwanya selalu gelisah dan kegelisahan itu yang menghantarkan dia kembali kepada Allah swt. dengan
bertaubat.

Berbeda dengan ahli bid`ah. Karena mereka merasa benar sehingga tidak terasa kalau dia berbuat dosa. Oleh
karena itu Imam Sofyan Atstsani berkata, “Seorang tukang bid`ah itu lebih disukai oleh setan dari seribu
pendosa.”

Suatu bangsa yang berlumuran dosa bisa menjerumuskannya ke jurang malapetaka sebagaimana terjadi dengan
malapetaka yang menimpa bangsa-bangsa terdahulu. Apabila bangsa kita ingin terhindari dari malapetaka, maka
segala bentuk dosa harus diupayakan untuk dijauhkan dari kehidupan masyarakat kita.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/09/24/264/menjauhi-dosa-besar/#ixzz5Y5qKu5c6 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai