DISUSUN OLEH :
NIM : 212117011
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS NIAS
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Critical Book Report yang berjudul ‘Dasar-Dasar Teori Bilangan’ untuk
memenuhi tugas Critical Book Review.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Natti Kariani Mendrofa
S.pd, M.pd, selaku dosen Teori Bilangan di Universitas Nias atas bimbingan dan segala
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam penulisan Critical Book Review ini.
Semua sahabat dan teristimewa kepada orangtua yang telah memberikan dorongan dan doa
kepada penulis dan juga memberikan bantuan kepada penulis sehingga Critical Book Review ini
dapat terselesaikan.
Tak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa Critical Book Review ini masih jauh dari
kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi karya yang lebih baik dimasa
mendatang. Semoga Critical Book Review ini membawa manfaat bagi pembaca dan bagi penulis
sendiri khususnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
D. Manfaat.............................................................................................................................4
A. Identitas buku....................................................................................................................5
D. pembahasan soal................................................................................................................36
A. Kesimpulan.......................................................................................................................42
B. Saran..................................................................................................................................42
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Critical Book Report ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah TEORI BILANGAN..
Tugas ini dibuat untuk mereview buku yang berhubungan dengan Teori Bilangan. Judul buku
yang direview adalah “Dasar-Dasar Teori Bilangan” oleh “Al Jurpi”. Critical Book Review
(CBR) dilakukan untuk menguji kemampuan seseorang dalam meringkas dan menganalisis
sebuah buku, mencari kelebihan dan kekurangan buku tersebut, menguraikan isi pokok pemikiran
si pengarang, serta mempermudah pembaca dalam memilih referensi buku.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menjadi kelemahan dna kelibihan buku ?
2. Bagaimana cara mengkritik buku ?
3. Bagaimana cara menyelesaiakan soal-soal terkait dalam buku ?
C. TUJUAN
D. MANFAAT
4
Penulis berharap CBR ini memiliki manfaat bagi kita semua. Baik dari pembaca maupun
penulis sendiri. Diharapkan juga hasil kritikan buku ini membuat pembaca lebih tertarik untuk
ikut serta membaca ulang tentang buku tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS BUKU
B. RINGKASAN BUKU
BAB I :
METODE PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA
Secara umum ada tiga metode pembuktian dalam matematika, yaitu bukti langsung, bukti tak
langsung, dan induksi matematika.
5
Dalam matematika, pembuktian suatu teorema, yang biasanya berbentuk
pernyataan implikasi, dapat dilakukan dengan metode pembuktian langsung. Proses
pembuktian pernyataan implikasi berbentuk “jika p, maka q” dilakukan dengan cara
berikut. Kita gunakan pernyataan p sebagai suatu informasi, lalu informasi tcrscbut
diolah hingga diperoleh pernyataan q.
6
Setiap himpunan bagian tak kosong S dari himpunan bilangan bulat non-negatif
memiliki anggota terkecil, yaitu terdapat suatu bilangan bulat a ∊ S demikian sehingga a ≤
b untuk setiap b ∊ S.
Jika a dan b adalah sembarang bilangan bulat positif, maka terdapat sebuah
bilangan bulat positif n demikian sehingga na ≥ b.
Jika a dan b adalah sembarang bilangan bulat positif, maka terdapat sebuah
bilangan bulat positif n demikian sehingga na ≥ b.
Misalkan S adalah himpunan bilangan bulat positif dengan sifat – sift berikut :
BAB II :
7
Bab dua ini membahas tiga pokok bahasan tentang teori keterbagian bilangan
bulat, yaitu algoritma pembagian, faktor persekutuan terbesar, dan algoritma Euclid.
Ketiga pokok bahasan ini merupakan dasar untuk memahami, misalnya persamaan
Diophantine linear dan teori kongruensi yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya.
Jika a dan b adalah bilangan bulat dengan b> 0, maka ada tepat satu bilangan bulat
q dan r yang memenuhi:
a = qb + r, untuk 0≤ r <b
Bilangan-bilangan bulat q dan r, berturut-turut, disebut hasil bagi dan sisa dari
pembagian a oleh b.
S={a – xb|x sebuah bilangan bulat; a – xb ≥ 0} Karena bilangan bulat b≥ 1, maka |a|b
≥ |a|. Akibatnya, a - (-|a|)b =a + |a|b ≥ a+ |a| ≥ 0
Dengan memilih x = - |a|, maka berakibat (a – xb)∈ S. Hal ini berarti S ≠ ∅, sehingga
S memiliki anggota terkecil, misalkan r. Berdasarkan definisi himpunan S, maka
terdapat bilangan bulat yang memenuhi r = a - qb dengan r ≥ 0. Kita bisa mengklaim
bahwa r < b . Jika tidak, maka r ≥ b dan berlaku:
8
Karena, a - (q + 1)b = (a - qb) - b = r - b < r, berakibat sebuah kontradiksi dengan
pemilihan r sebagai anggota terkecil S. Oleh karena itu, r < b. Sekarang, akan kita
buktikan bahwa q dan r adalah tunggal. Andaikan a dapat diubah dalam dua bentuk
berbeda, misalkan
Pada pembuktian kali ini, kita cukup meninjau kasus b < 0 Karena |b| > 0 dan
menurut Teorema 2.1, terdapat tepat satu masing masing bilangan bulat q’ dan bilangan
bulat r, sehingga berlaku: a= q' |b|+r, untuk 0 ≤ r < |b| Mengingat |b| = - b , kita bisa pilih q
= - q untuk memperoleh a = qb + r, 0 ≤ r < |b|. Untuk mengilustrasikan Algoritma
Pembagian jika b < 0, misalkan ambil b = - 7 . Akibatnya, untuk a = 1, - 2, 61 dan -59 kita
peroleh:
1 = 0(-7) + 1
-2 = 1(-7) + 5
61 = (- 8)(- 7) + 5
9
-59 = 9(-7) + 4
Kasus khusus dalam pembagian a oleh b adalah jika sisa hasil baginya adalah nol.
Ketika sisa pembagian adalah nol, b dikatakan membagi a atau a dapat dibagi b.
Definisi 2.1
Suatu bilangan bulat a dikatakan dapat dibagi bilangan bulat b≠0, ditulis dengan
simbol b | a, jika ada bilangan bulat q sehingga a=qb. Dalam hal ini, b disebut faktor
atau pembagi dari a.
Teorema 2.3
a. a|0,1|a,a|a
b. a| 1 jika dan hanya jika a = ±1
c. Jika alb dan cld, maka ac |bd
d. Jika a|b dan b|c maka a|c
e. alb dan bla jika dan hanya jika a = ± b
f. Jika alb dan b≠0 maka |a| < |b|
g. Jika alb dan a|c, maka a|(bx + cy)| untuk sembarang bilangan bulat x dan y
Definisi 2,2
Misalkan a dan adalah bilangan bulat dengan salah satu dari kedua bilangan
tersebut tidak nol. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari a dan b, dinotasikan dengan
FPB (a, b), adalah bilangan bulat positif d yang memenuhi sifat-sifat berikut.
Teorema 2.4
10
Misalkan a dan b adalah bilangan bulat, keduanya tidak nol, maka terdapat bilangan
bulat a dan y demikian sehingga FPB(a, b) = ax + by
Teorema 2.6
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, keduanya tak nol. Bilangan a dan b
dikatakan relatif prima jika dan hanya jika terdapat bilangan-bilangan bulat x dan y
demikian sehingga 1 = ax + by
Teorema 2.7
Teorema 2.8
Karena FPB (a,b) = 1, maka 1 = ax + by, umtuk bilangan-bilangan bulat x dan y. Jika
kedua rusa persamaan ini dikali dengan c, maka diperoleh
c = acx + bcy
Teorema 2.10
11
Misalkan a dan b adalah bilangan-bilangan bulat, dengan keduanya tak nol. Untuk
bilangan positif d, maka d = FPB (a,b) jika dan hanya jika :
Teorema 2.13
Jika k¿ 0, maka FPB (ka, kb) = k.FPB (a,b)
13
Bukti Teorema 2.14
Dalam kasus ini, kita cukup meninjau untuk k ¿ 0.
Akibatnya –k = |k| ¿ 0
Berdasarkan Teorema 2.13, maka :
FPB (ka, kb) = FPB (-ka, -kb)
= FPB (|k|a, |k|b)
= |k| FPB (a,b)
Defenisi 2.4
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari dua bilangan bulat tak nol a dan b,
disimbolkan dengan KPK (a,b) adalah bilangan bulat positif m yang memenuhi sifat-sifat
berikut:
a. a|m dan b|m
b. jika a|c dan b|c, dengan c ¿ 0, maka m≤c
Teorema 2.15
Misalkan FPB (a,b) = d. Hal ini berarti d|a dan d|b. Akibatnya, a = dr dan b = ds, untuk
ab
bilangan-bilangan bulat r dan s. Jika m = , maka m = as = rb. Hal ini berarti bahwa
d
m adalah kelipatan persekutuan dari a dan b.
14
c
c
m
= ab =
d
cd c (ax +by )
ab
=
ab
=
c
b () ()
x+
c
a
y
Persamaan terakhir menyatakan bahwa m|c, sehingga dapat disimpulkan bahwa m≤c,
dengan demikian, berdasarkan Defenisi 2.4, maka m = KPK (a,b). Dengan kata lain,
diperoleh hubungan:
ab ab
KPK (a, b) = =
d FPB ( a ,b)
Jika KPK (a, b) = ab, maka berdasarkan FPB (a,b) . KPK (a,b) = a . b akan diperoleh
FPB (a,b) = 1. Sebaliknya, jika FPB (a,b) = 1, maka berdasarkan hubungan FPB (a,b) .
KPK (a,b) = a . b dapat disimpulkan bahwa KPK (a,b) = ab.
BAB III
PERSAMAAN DIOPHANTINE
Teorema 3.1
Karena l = FPB(a, b) maka d|a dan d|b. Akibatnya, a = dr dan b=ds, untuk
bilangan-bilangan bulat r dans. Jika ax + by=cmemiliki satu penyelesaian,
yakni ada bilangan bulat x0dan y0 sehinggaax+by=c, maka:
dt = a(tx0) + b(ty0)
Karena d = FPB(a, b) maka d|a dan d|b. Akibatnya a = dt dan b=ds, untuk
bilangan-bilangan bulatrdans. Berdasarkan hasil proses substitusi, diperoleh
dr(xx)= ds(y, y') atau r(x' - x) = s(y0 -y' ). Hasil ini berarti r|s(y0 -y') dengan
FPB(r, s) = 1. Berdasarkan Lemma Euclid, maka dapat disimpulkan bahwa r|
(y n -y') . Dengan kata lain, y0- y' =rt untuk suatu bilangan bulat t. Dengan
proses serupa, maka akan diperoleh x'– x0 Hasil hasil ini mengakibatkan
rumus berikut:
x'=x0+ st = x0+ c
Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa a' dan y' ini memenuhi persamaan
Diophantine, yaitu:
ax -by' =a(x0+ (b/d)t+ b(y0 -(a/d)t) =ax0+ by0 + (((ab))/d+ ((b(- a))/d))t
ax + by + cz = d
Misalkan FPB (a, b, c) = m. Hal ini berarti bahwa m|a,m|b, dan mc. Dengan
kata lain, a= mp b = mq dan c = mr, untuk bilangan-bilangan bulat p, q, dan r.
17
Dengan menyubstitusikan hasil ini ke ax + by + cz = d maka diperoleh m(px + qy +
rz) = d Agar persamaan ini memiliki solusi, maka x, y, dan z haruslah merupakan
bilangan-bilangan bulat. Akibatnya m|d atau FPB (a, b, c) d. Ini adalah syarat agar
persamaan ax + by t + cz = d memiliki solusi.
Contoh 3.4
Penyelesaian:
4/x + 2/y = 1
2x +4y=x3
xy - 2x - 4y = 0
(x-4)(-2)-8=0 (x - 4)(y - 2) = 8
Jika (x-4)(p-2)-2.4, maka 6 dan y = 6 Jika (x - 4)(y - 2) = 4 * 2 maka - 8 dan 74. Jika
(x - 4)(y - 2) = 8 * 1 maka x 12 dan y = 3
memenuhi persamaan yaitu (5, 10), (6, 6), (8, 4) dan(12, 3).
18
Contoh 3.5
Penyelesaian:
(m + 1)(n + 1) - 1 = 34
(m + 1)(n + 1) = 35
(m + 1)(n + 1) = 5 * 7
m + n = 4 + 6 = 10
BAB IV
TEORI KONGRUENSI
Teori Kongruensi digagas pertama kali oleh Carl Friedrich Gauss ( 1777-1855 ) .
Ia dikenal sebagai pangeran matematika dari Jerman , dan dipandang sebagai
matematikawan terbesar abad ke – 19 yang setara dengan Archimedes dan Isaac Newton .
Ucapannya yang terkenal adalah bahwa “ Matematika adalah ratu ilmu pengetahuan , dan
teori bilangan adalah ratu matematika “ . Sebelum membahas Teori Kongruensi , ada
baiknya kita simak kisah kejeniusan Gauss sewaktu ia masih kecil . Ada dua cerita
19
populer tentang kehebatan Gauss semasa ia masih kanak – kanak . Pertama , sewaktu usia
tiga tahun , Gauss menemukan kekeliruan perhitungan pada slip gaji milik ayahnya .
Kedua , saat Gauss sudah sekolah dan belajar berhitung , ia membuat gurunya tercengang
dan terkagum – kagum . Pasalnya , ketika itu , gurunya memberi tugas untuk menghitung
jumlah bilangan bulat positif dari 1 hingga 100 . Sang guru menduga bahwa tugas
berhitung 1 + 2 + 3 + . + 97 +98 +99+ 100 akan merupakan tugas yang memakan waktu
bagi siswa siswanya . Namun yang terjadi ternyata di luar prediksinya . Gauss dapat
menyelesaikan tugas berhitung tersebut dengan sangat cepat dan benar . Cara yang
dilakukan Gauss adalah seperti berikut . 1 + 100 = 101 2 + 99 = 101 3 + 98 = 101 ⠀
Definisi 4.1
Misalkan n adalah suatu bilangan bulat positif tetap . Dua bilangan bulat a dan b
dikatakan kongruen modulo n , disimbolkan dengan a ≡ b ( mod n ) , jika n membagi a – b
. Dengan kata lain , a – b = kn untuk suatu bilangan bulat k .
Sebagai ilustrasi dari Definisi 4.1 di atas , perhatikan bahwa 24 ≡ 3 ( mod 7 ) , sebab 24-3
= ( 3 ) 7 atau ditulis 7 | ( 24-3 ) . Dapat pula dikatakan bahwa selisih antara 3 dan 24 ,
yaitu 21 , habis dibagi 7 .
Teorema 4.1
20
Karena a ≡ b ( mod n ) , maka a – b = kn atau a = b + kn , untuk suatu bilangan
bulat k . Jika b dibagi dengan n , maka diperoleh sisa r , ditulis b = qn + r , dengan
0 ≤r < n .
a = b + kn
= ( qn + r ) + kn
=(q+k)n+r
Hasil ini bermakna bahwa a dibagi n bersisa r . Dengan demikian , a dan b bersisa
sama jika dibagi n .
Akibatnya ,
= ( q₁ - q₂ ) n
Teorema 4.2
a. a ≡ a ( mod n )
21
e. Jika a ≡ b ( mod n ) , maka a + c ≡ ( b + c ) ( mod n ) dan ac ≡ bc ( mod n )
Pada Teorema 4.3 berikut ini , dijelaskan bahwa dalam relasi kekongruenan
berlaku suatu sifat dengan syarat – syarat tertentu .
Teorema 4.3
n
Jika ca ≡ cb ( mod n ) , maka a ≡ b ( mod ) , dengan d = FPB ( c , n ) .
d
dr ( a – b ) = kds atau r ( a – b ) = ks
Salah satu penggunaan teori kongruensi adalah untuk menemukan syarat khusus
apakah suatu bilangan bulat habis dibagi oleh bilangan bulat yang lain . Penemuan syarat
uji pembagian bilangan bulat ini tergantung pada basis bilangan yang digunakan . Basis
bilangan yang biasa digunakan adalah basis 10. Oleh karena itu , berikut ini akan kita
pelajari tentang basis bilangan , cara mengubah dari satu basis ke basis lain dan
sebaliknya , serta uji pembagian bilangan bulat .
Teorema 4.6
Misalkan diberikan bilangan bulat b > 1. Sembarang bilangan bulat positif N dapat
ditulis secara tunggal dalam bentuk berikut
Teorema 4.7
m
Misalkan P (x) = ∑❑ CkXk adalah suatu fungsi polinom dalam X1, dengan
k=0
Teorema 4.8
23
Akibat Jika a adalah solusi dari P ( x ) ≡ 0 ( mod n ) dan a ≡ b ( mod n ) , maka b
juga adalah solusi .
Teorema 4.9
Misalkan
adalah ekspansi bentuk desimal dari suatu bilangan bulat positif N , dengan 0 ≤ a k,
< 10 , dan misalkan S = a0 + a₁ + ... + am Berlaku 9 | N jika dan hanya jika 9 | S .
BAB V
5. 1 kongruensi linear
kongruensi linear yang palingsederhana bentuk ax≡( mod n). penyelesaian dari
kongruensi linear tersebuat adalah suatu bilangan bulat x 0 sehinga berlaku a x 0 ≡ b( mod
n).
Teorema 5.1
kongruensi linear ax≡( mod n).memiliki penyelesaian jika dan hanya jika d|b,
dengan d=FPB (a,n). jika d|b, kongruensi linear tersebut memiliki sebanyak d
solusi tak kongruen modulo n.
Bukti Teorema 5.1
n n n
Karena FPB ( , n)=¿ , maka menurut teorema 4.3 faktor dapat dihapus sehingga
d d d
diperoleh kongruensi t 1 ≡t 2 (mod n).yang bermakna d| t 1 −t 2.
24
n
Sekarang akan dibuktikan bahwa solusi lain dari x 0 +( ¿ t adalah
d
n n
x 0 + t=¿ x 0 +¿ (qd+r)
d d
n
= x 0 +nq + r
d
n
≡( x ¿ ¿ 0+ r )¿ (mod n)
d
n
Dengan x 0+ t merupakan salahsatu solusi dari d buah solusi yang kita klaim di atas.
d
jika x 0 adalah sembarang solusi dari kongruensi linear ax≡( mod n), maka d=FPB (a,n)
solusi tak kongruennya adalah:
n n n
x 0, x 0 + +2( ), . …, x 0+ (d-1)( )
d d d
BAB VI
BILANGAN PRIMA
Defenisi 6.1
25
Suatu bilangan bulat p > 1 dinamakan bilangan prima atau prima, jika
pembagi (faktor) positifnya adalah 1 dan p saja. Suatu bilangan bulat yang lebih
dari 1 dan bukan prima dinmakan bilangan komposit.
Teorema 6.1
Jika p adalah blangan prima dan p│ab, maka p│a atau p│b.
Jika p│a , maka pembuktian selesai . Oleh karena itu , andaikan p┼a Karena
pembagi positif dari p adalah 1 dan p , maka FPB ( p , a ) = 1 ( Secara umum, FPB
( p , a ) = p atau FPB ( p , a ) = 1 bergantung apakah p│a atau p┼a ) . Dengan
demikian, berdasarkan lemma Euclid, dapat disimpulkan bahwa p | b.
Jika p adalah bilangan prima dan p│a1 , a2 , ... an’ , maka p│ak , untuk suatu k ,
dengan 1 ≤ k ≤ n.
Andaikan , sebagai hipotesis induksi , bahwa n > 2 dan bahwa ketika p membagi
hasil kali yang kurang dari n buah faktor , maka p membagi paling sedikit salah
satu faktornya .
26
Sekarang , misalkan p│a1 , a2 ... an’ maka menurut Teorema 6.1 haruslah p│an
atau p│a1a2 , ... an-1 . Jika p│an’ , maka bukti selesai . Jika p│a1 a2 ... an-1’ maka
hipotesis induksi menjamin bahwa p│ak , untuk suatu pilihan k , dengan 1 ≤ k ≤ n -
1. Pada sembarang kasus, p membagi salah satu dari bilangan bulat a1’a2’ ..., an .
Jika p, q1’ q2’ ... , qn adalah bilangan - bilangan prima dan p│q1q2 ... qn’ maka p = qk’
, untuk suatu k, dengan 1 ≤ k ≤ n.
Teorema 6.4
Setiap bilangan bulat positif n > 1 dapat dinyatakan sebagai hasil dari perkalian
bilangan - bilangan prima ; representasi ini tunggal , tanpa memperhatikan urutan
penulisan faktor - faktor primanya .
Sembarang bilangan bulat positif n > 1 dapat ditulis secara tunggal dalam bentuk
kanonik :
Untuk setiap bilangan komposit a terdapat bilangan prima p, sehingga p│a dan p ≤
√a .
Teorema 6.7
Teorema 6.8
2=1+1
4=2+2=1+3
6=3+3=1+5
28
8=3+5=1+7
10 = 3 + 7 = 5 + 5
12 = 5 + 7 = 1 + 11
14 = 3 + 11 = 7 + 7 = 1 + 13
16 = 3 + 13 = 5 + 11
18 = 5 + 13 = 7 + 11 = 1 + 17
20 = 3 + 17 = 7 + 13 = 1 + 19
22 = 3 + 19 = 5 + 17 = 11 + 11
24 = 5 + 19 = 7 + 17 = 11 + 13 = 1 + 23
26 = 3 + 23 = 7 + 19 = 13 + 13
28 = 5 + 23 11 +17
30 = 7 + 23 11 + 19 = 13+ 17 = 1 + 29
32 = 3 + 29 = 13 + 19 = 1 + 31
Hasil kali dua atau lebih bilangan bulat dengan bentuk 4n + 1 adalah bilangan baru
yang bentuknya sama .
Teorema 6.10
29
Teorema 6.11 Dirichlet
Jika a dan b adalah dua bilangan bulat postif yang saling relatif prima, maka
barisan aritmetika berikut.
Teorema 6.12
p, p + d, p + 2d, ..., p + (n - 1) d
adalah bilangan prima, maka beda barisan d habis dibagi setiap bilangan prima q <
n.
BAB VII
SERBA-SERBI TEORI BILANGAN
Bab VII ini membahas tentang 5 (lima) pokok bahasan tentang “Serba-Serbi Teori
Bilangan”, yaitu Teori Binomial, Fungsi Bilangan Bulat Terbesar, Kongruensi Tingkat
Tinggi, serta Sistem Residu Lengkap modulo n.
7.1 Teori Binomial
Teori binomial adalah suatu aturan untuk mengraikan bentuk (a + b)n, dengan n ≥
1 ke dalam penjumlahan suku-suku yang memuat a dan b. melalui proses perkalian dapat
diperiksa hasil-hasil berikut :
(a + b)1 = a + b
(a + b)3 = a3 + 3a2b + b3
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
…..
Berdasarkan pola yang terbentuk tersebut, maka dapat diduga bahwa berlaku :
n−1
n−1
b ( )
n
()
Bentuk diatas dapat ditulis secara ringkas menjadi :
n
( a+ b ) =∑ n a n−k b k
n
k=0 k
()
Pembuktian dugaan tersebut dapat dilakukan dengan induksi matematika seperti
berikut.
1 ()
b + 1 a b =a+b , yang
0 1−1 1
tentu saja
benar.
m
(a +b) = ∑ m a b
m
k=0 k
m−k k
()
Untuk n = m + 1, maka :
Perhatikan bahwa :
31
m
a ( a+ b ) =a ∑ m am−k b k
m
k=0 k
()
m
=∑ m a
k=0 k
()
m−k+1 k
b
m
=a
m+1
k=1 k
()
+ ∑ m am −k+1 bk
j=0 j
m− j j
()
m
=∑ m a b
j=0 j
()
m− j j+1
m
=∑
k =1
(k m−1)a b
m-k+1 m+1
Dengan menjumlahkan hasil a(a + b)m dan b(a + b)m, maka diperoleh :
m m
(a + b)m+1 = am+1 + ∑ m a
k =1 k
m−k+1 k
()
b + ∑ n am-k+1bm+1
k =1 k −1
( )
[( ) ( )]
m
= a m+1 + ∑ m + m am-k+1bm+1
k=1 k k −1
m +1
k=0 k ( )
= ∑ m+1 am-k+1bk
1 1 m+1
+ =
k m−k +1 k ( m−k +1 )
32
m!
Jiks kedua ruas identitas tersebut dikali dengan 1 maka diperoleh :
( k−1 ) ⋅ ( m−k ) '
m! m! ( m+ 1 ) m !
+¿ =
k ( k−1 ) ! ( m−k ) ( k−1 ) ⋅ ( 1 ) ( m−k +1 ) k ( k−1 ) ! ( m−k ) ! ( m−k +1 )
1 n−k
( m+1 ) ! m + m = ( m+1 ) !
( )( )
m! m!
+ = atau
k ! ( m−k ) ! ( k−1 ) ! ( m−k +1 ) ! k ! ( m−k +1 ) ! k k−1 k ! ( m−k +1 ) !
Contoh 7.1
Untuk n ≥ 1, buktikan identitas berikut!
Penyelesaian :
Berdasarkan teori binomial, dengan memilih a = b = 1, maka diperoleh :
n n
n
k=0 k
()
( a+ b ) =2n =∑ n 1n-k1k = ∑ n
k=0 k
()
= (n0)+(n1 )+(n2 )+…+(nn )
Jadi, ( ) + ( )+ ( )+…+ ( ) = 2
n n n n n
0 1 2 n
Contoh 7.2
Tentukan suku ke-7 dari (2x – y)10!
Penyelesaian :
Diketahui n = 10, a = 2x, dan b = y.
33
Jika x bilangan real, maka ⌊ x ⌋ adalah bilangan bulat terbesar yang kurang dari
atau sama dengan x. sebagai contoh, ⌊ 6,54 ⌋ = 6 atau ⌊−3,45 ⌋ = -4.
1. Kelebihan Buku
Kelebihan dari buku ini salah satunya adalah telah dilengkapi contoh soal,
teorema-teorema dan pembuktiannya, beserta jawaban disetiap soal yang ada dalam
buku tersebut. Sehingga pembaca tidak menjadi bingungjika penjjelasan yang
dijelaskan didalam buku kurang jelas. Apabila pembaca sudah paham dengan
membaca penjelasannya, maka akan lebih paham lagi jika melihat contoh serta
mengerjakan latihan yang telah tersedia, bahasa yang digunakan cukup mudah
dipahami, tidak mempersulit pembaca.
Buku “Dasar-dasar Teori Bilangan” yang ditulis oleh Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D
ini merupakan buku yang diterbitkan oleh YRAMA WIDYA, pada Agustus 2020.
Buku ini berisi topik mengenai dasar-dasar teori bilangan, baik itu dari segi kaidah-
kaidah teori bilangan,teorema-teorema, terdapat beberapa definisi, pembuktian, dan
selain itu buku ini dilengkapi dengan banyak contoh dan juga latihan tugas.
Penyusunan materi yang disajikan dalam buku ini cukup baik, dikarenakan adanya
berbagai teorema serta pembuktiannya, berbagai contoh dan penyelesaiannya yang
mudah dipahami, dan adanya simbol-simbol di setiap pembahasan materinya.
Buku ini menyajikan berbagai contoh soal dan penyelesaiannya, serta berbagai latihan
soal untuk melatih kemampuan pembaca dalam memahami materi yang telah
disajikan. Penyusunan buku ini juga sudah cukup baik, dimana banyaknya simbol dan
tanda baca yang menunjukkan materi tersebut. Buku ini terdiri dari 7 bab yang terdiri
35
dari 162 halaman, isinya terstruktur dengan sistematis dari yang paling dasar hingga
yang paling kompleks. Bahasa yang digunakan dalam buku ini juga cukup efisien dan
mudah di mengerti oleh para pembaca. Penyusunan buku ini juga rapi, dimana setiap
bab membahas secara rinci sesuai dengan judulnya.
2. Kelemahan Buku
Buku “Dasar-dasar Teoeri Bilangan” yang ditulis oleh Al Jupri, S.Pd., M.Sc.,
Ph.D. ini yang diterbitkan oleh YRAMA WIDYA pada Agustus 2020 ini juga
memiliki beberapa kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun materi yang
disajikan. Penyusunan materi sedikit panjang yaitu 162 halaman, sehingga membuat
pembaca sedikit sulit memahami isi buku, selain itu, ada beberapa simbol yang
kurang jelas di setiap materinya, yang membuat pembacanya sedikit mengalami
kesulitan dalam menguasai permaterinya.
Selain itu, setiap materi di buku ini juga memiliki beberapa definisi dan
teorema-teorema permaterinya, sehingga para pembaca harus bekerja lebih untuk
memahami setiap definisian teorema-teorema dari materi-materi tersebut.
D. PEMBAHASAN SOAL
1. Contoh 7. 25
Tentukan nilai m sehingga 28 +211+ 2m merupakan bilangan kuadrat sempurna.
Jawab
Dalam penyelesaian soal tersebut kita harus memperhatikan teorema faktorisasi
tentang kuadrat sempurna.
Langkah 1 : kita misalkan 28 +211+ 2m = n2 , sehingga :
m 2 8 11
2 =n −2 −2
36
= n2 −28 ¿ )
= n2 −28 . 9
= n2 −¿ ¿
= n2 −¿
=( n2 −48 ¿ ¿ n2 + 48 ¿
Langkah 2 : karena menurut teorema faktorisasi tunggal, maka ada bilangan bulat
tidak negatif s dan t, sehingga :
2 s
n −48 = 2 . m + 48
t
¿2 , s + t
¿n
Langkah 3 : Jadi :
2s + 48=2t −48
t s
2 −2 = 48+ 48
2t −2s = 96
s t
¿ 2 (2 −s−1)
= 225 x 3
Sehingga,
S = 5 dan t = 7
Maka , m = s + t = 12
Kajian Materi :
Soal diatas merupakan bagian Uji Pembagian Bilangan Bulat lebih tepatnya pada
Faktor Persekutuan Terbesar. Penyelesaian dilakukan dengan mencari faktorisasi dari
bilangan yang bersangkutan lalu diselesaikan dengan teorema 4.6.
Dimana bunyi dari teorema 4.6 adalah : Misalkan diberikan bilangan bulat b > 1.
Sembarang bilangan bulat positif N dapat ditulis secara tunggal dalam bentuk berikut
N = ambm. + am-1bm-1+... + a₂b² + a1b + a0
dengan koefisien 0 ≤ ak < b .
37
2. Contoh 7. 30
Buktikan bahwa ( 2 + √ 3 ¿1 + ( 2 - √ 3 ¿n selalu merupakan bilangan bulat untuk n
bilangan bulat positif.
Jawab
Dalam penyelesaian soal tersebut kita dapat menyelesaikannya menggukan prinsip
induksi matematika :
Langkah 1 : untuk n = 1, maka
(2+ √ 3 ¿1 + ( 2 - √ 3 ¿n = 4
Merupakan bilangan bulat, jadi pernyataan benar untuk n = 1.
Langkah 2 : jika k bilangan asli, asumsikan bahwa pernyataan benar untuk semua
bilangan asli m ≤ k, artinya
(2+ √ 3 ¿m + ( 2 - √ 3 ¿n
Suatu bilangan bulat untuk semua bilangan asli m ≤ k. Selanjutnya kita
akan membuktikan bahwa ( 2 + √ 3 ¿ k+1 + ( 2 - √ 3 ¿ k+1 juga bilangan
bulat. Namun ,
a k+1 +b k+1=(ak +b k ) ( a + b) - ab k −ba k
¿( ak +b k )( a + b) - ab (a ¿ ¿ k −1+b k−1) ¿
Dengan a = 2 + √ 3 dan b = 2-3. Dapat di uji langsung bahwa ab
bilangan bulat. Berdasarkan asumsi bahwa a k + bk ,a k−1 + b k−1, dan a + b
bilangan bulat maka a k+1 + b k+1 juga bilangan bulat.
Jadi, dapat di simpulakan bahwa ( 2 + √ 3 ¿1 + ( 2 - √ 3 ¿n benar
menggunakan prinsip induksi matematika.
Kajian Materi :
Kajian materi pada soal ini adalah berhubungan dengan teori prinsip induksi
matematika tentang teorema 1.2 : first principle of finiteinductian yaitu misalkan s
adalah himpunan bilangan bulat posistif dengan sifat-sifat berikut :
38
3. Soal 7.38
Tunjukkan bahwa jika 10a + b habis dibagi 7, maka a - 2b juga habis dibagi 7.
Penyelesaian:
Karena 7|10a + b, maka 10a + b = 7n, untuk suatu bilangan bulat n.
Karena 10a + b = 7n, maka b = 7n - 10a.
Maka :
a-2b = a-2(7n-10a)
= a-14n+20a
= 21a-14n
= 7(3a-2n)
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa a - 2b merupakan kelipatan 7. Dengan
kata lain, a - 2b habis dibagi 7 atau 7 | a-2b.
Kajian Materi :
Soal ini merupakan bagian dari materi keterbagian, bilangan prima dan komposit.
Bilangan prima adalah bilangan yang hanya mempunyai tepat 2 faktor positif,
yaitu satu dan dirinya sendiri.
Contoh bilangan bilangan prima itu adalah 1, 3, 5,7, 11 13, dst
Dapat dilihat pada soal bahwa angka yang habis dibagi adalah 7 atau dapat
dikatakan dengan (modulo 7). Angka 7 ini merupakan bilangan prima dimana
bilangan 7 ini merupakan bilangan hanya bisa habis dibagi oleh bilangan 1
dan bilangan itu sendiri.
4. Contoh 7.48
Jika N = 7056 , tentukan banyaknya faktor positif dari N.
Penyelesaian:
Faktorisasi prima dari N adalah 7056 = 24 . 32 .7 2
Dengan demikian bentuk faktor dari N = 2ª . 3b . 7c dengan
39
a = 0, 1, 2, 3, 4; b = 0, 1, 2; c = 0, 1, 2.
Oleh karena itu, banyaknya faktor dari N adalah 5.3.3 = 45 buah bilangan.
Kajian Materi :
Pada soal di atas Jika N = 7056 , tentukan banyaknya faktor positif dari N.
Dari soal diatas termasuk dalam materi Menentukan Banyaknya Faktor Positif
Suatu Bilangan Asli. Cara menghitung banyaknya faktor positif dari sembarang
bilangan asli n dapat kita perumum sebagai berikut: bilangan asli n dapat kita
perumum sebagai berikut:
5. Contoh 7.55
tentukan bilangan prima p sehingga p2 +73 merupakan bilangan kubik.
Jawab
Jika p2 +73 merupakan bilangan kubik, maka kita dapat menulis p2 +73=n3, dengan
n bilangan bulat posistif. Jadi dapat di perhatikan bahwa :
2 3 3
p +7 =n
p2=n 3−73
p2=(n−7)¿ )
p2=(n−7)¿ )
Untuk tiap bilangan bulat positif n, jelaslah bahwa :
40
N – 7 < n2 + 7+49
Agar bilangan p prima dengan p2 bilangan kuadrat, maka :
N – 7 = 1 atau n = 8
Akibatnya,
2 2
n +7 n+ 49=8 +7.8+49
= 64 + 56 49 = 169
Dengan demikian p = 13
Dapat disimpulkan bahwa agar p2 + 73 merupakan kubik , maka p=13
Kajian Materi
Kajian materi pada soal ini adalah berkaitan dengan dengan teorema 6.5, teorema
akibat pada bilangan prima yaitu ; sembarang bilangan bulat positif n < 1 dapat di
tulis secara tunggal daalam kanonik :
n = p1 , p2 .... pr
k1 k2 kr
41
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa critical book report ini masih terdapat banyak
kekurangan yang memadai dan masih perlu di sempurnakan. Dan apabila di dalam CBR
tersebut terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam pengetikan maupun dalam penyusunan,
maka saya sendiri memohon maaf atas kekurangan. Penulis juga menerima saran yang
membangun agar kritikan ini menjadi lebih baik lagi
42
DAFTAR PUSTAKA
43