Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TARIKH TASYRI’

“REFORMASI HUKUM ISLAM DI ABAD KE-19”

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Alfi Sahry (0201172102)

Rahmi Fadhilah Indah Harahap (0201172089)

Khalilullah (0201172098)

Dosen Pembimbing:

Ali Akbar S.Ag., MA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA

UTARA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

AKHWAL SYAKHSIYYAH

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
pertolongannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
Tak lupa pula sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada baginda Rasulullah SAW
yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulisan makalah ini dibuat adalah sebagai media pembelajaran pada mata kuliah
“Sejarah Sosial Hukum Islam” yang di bimbing oleh “Bapak Ali Akbar S.Ag., MA.”
dalam rangka memenuhi tugas diperguruan tinggi yang berkaitan dengan bahan
pembelajaran.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata letak dalam
makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan, baik kata atau kalimat
dan tata letak Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Dan akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi pembaca,
penyusun danmahasiswa.

Wassalamu‟alaikum, Wr. Wb

Medan, 21 April2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Situasi Sosial Ekonomi Poliktik umat Islam .......................................................... 2

B. Pengaruh Hukum Barat di Negara-negara Islam.................................................... 3

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 7

A. Kesimpulan............................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Abad ke-19 merupakan zaman peralihan bagi umat Islam difase kemundurannya
menuju zaman kebangkitan. Jatuhnya Negara-negara kekuasaan Islam ke tangan Barat
yang lebih dulu maju telah menginsyafkan dunia Islam akan ancaman yang di bawanya.
Para raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untuk meningkatkan mutu
dan kekuatan umat Islam kembali, inilah yang disebut sebagai masa kebangkitan Islam
Modren.

Islam adalah agama sekaligus sistem bernegara (Din wa-Daulah). Islam juga adalah
agama sempurna, dalam arti Islam dan Negara merupakan dua entitas yang menyatu.
Hubungan Islam dan Negara benar-benar organik di mana Negara berdasarkan
syari‟ahIslam dengan ulama sebagai penasehat resmi eksklusif atau bahkan pemegang
kekusaan tertinggi, bagi pemikir politik Islam. Reformasi bertujuan untuk membuat hukum
terdikodifikasi secara standar, mengambil dari apa yang tersisa dari otoritas hukum yang
jauh dari kekuasaan agama, dan mengakhiri pluralism hukum syariah dari tradisi hisitoris.
Reformasi dinegara-negara islam selalu melahirkan perdebatan dikalangan modernis-
progresif dan tradisionalis-konservatif, sehingga reformasi ini tidak lepas dari gerakan
social yang mengitari dari Negara tersebut, dalam hal ini turki dan mesir yang menjadi
kiblat gerakan reformasi dan social di Negara-negara muslim progresif.

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana Situasi social poliktik umat Islam pada abad ke-19?
2. Bagaimana pengaruh hukum Barat dinegara-negara Islam pada abad ke-19?
C. TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Situasi social poliktik umat Islam pada abad
ke-19.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana pengaruh hukum Barat dinegara-negara Islam
pada abad ke-19

1
BAB II

PEMBAHASA

REFORMASI HUKUM ISLAM DI ABAD KE 19 ( 1800-AN )

1. Situasi Sosial Ekonomi Poliktik UmatIslam

Politik Islam melibatkan perlombaan dan persaingan penafsiran tentang simbol


sebagai kontrol atas lembaga, baik formal maupun informal yang mempertahankan
simbol-simbol tersebut. Penafsiran tentang simbol-simbol ini dipengaruhi oleh latar
belakang yang berbeda, karena sistem politik di dunia Muslim atau dimanapun tidak bisa
menghindari manajemen persaingan sehingga selalu identik dengan kepentingan. Adapun
politik dalam Islam dikenal dengan term siyasat dari kata sasa yang berarti mengatur,
mengurus, dan memerintah.

Secara terminologi, Abdul Wahhab Khallaf, memberikan pengertian


sebagai“undang-undang yang mengatur dan memelihara ketertiban untuk kemaslahatan
bersama”. Selanjutnya kata siyasat ini dapat diartikan dengan suatu ilmu yang berkaitan
dengan pemerintahan dalam mengendalikan suatu negara serta yang berkaitan dengannya,
untuk kemaslahatan bersama atas dasar keadilan dan istiqamah.1

Definisi yang lain dalam kerangka fiqh sebagai dikemukakan oleh Ibual-Qayim
yang dinukilkan dari Ibn „Akil menyatakan, Siyasat adalah suatu perbuatan yang
membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan walaupun
Rasul tidak menetapkannya dan Allah tidak mewahyukannya. Hal yang tidak berbeda
dikemukakan oleh Bahantsi Ahmad Fathi bahwa siyasat adalah pengurusan kepentingan-
kepentingan umat manusia dengan syara‟.10Definisi-definisi tersebut, mempunyai arah
dan tujuan yang sama,semuanya mengarah pada bagaimana mengelola dan mengatur
pemerintahan dalam suatu negara untuk kemaslahatan rakyatnya atas prinsipkeadilan.

Politik Abad ke 19 Berawal dari pembaharuan Islam di Mesir, menurut John L. Esposito
dilator belakangi oleh ortodoksi Sunni yang mengalami proses kristalisasi setelah bergulat
dengan aliran mu‟tazilah, syi‟ah dan kelompok khawarij kemudian disusul dengan
sufisme yang pada tahapan selanjutnya mengalami degenerasi. Degenerasi dan dekadensi
aqidah, politik, nepotisme dan absolutis bertentangan dengan semangat egaliterianisme

1
Suyuti Pulungan, Fiqih Syiasah : Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999), Cet. IV, h. 23
2
yang diajarkan Islam setelah merajalelanya bid‟ah, kurafat, fabrikasi dan supertisi di
kalangan umat Islam dan membuat buta terhadap ajaran-ajaran Islam yang orisinal.
Akibar dari itu, merespon Ibnu Taimiyah untuk melakukan kritik tajam dan
memperbaharui semuanya agar umat Islam kembali kepada al-Quran, Sunnah serta
memahami kembaliberijtihad.2

Pada saat islam telah merambah ke Afrika Utara, perubahan social dan poliktik sejak
musa memegang kendali pemerintahan menjadi modal yang sangat besar bagi
pembangunan fondasi peradaban Islam di Afrika Utara, khusunya berkaitan dengan
kebijakan islamisasinya. Dialah yang memainkan peran menentukan dalam membuat
stabilitas keamanandan menyebarkan ajaran-ajaran Islam di daerah-daerah.

Memasuki awal periode modern yang dimulai dari abad ke 18 hingga sekarang, maka
terjadilah kondisi social poliktik yang kurang stabil diabad ke 19 dan awal abad ke-20 .
instabilitasi ini terjadi disebabkan paling tidak oleh dua hal, yaitu :

1) Konflik internal, perebutan pularitas antara kelompok sufi dan politisi, kelompok
sufi dan ulama dan antarpolitisi.
2) Intervensi pihak asing, terutama Negara perancis. Intervensi ini berkelanjutan
menjadi protektorat, dan bahkankolonisasi.
2. Pengaruh Hukum Barat di NegaraIslam

Sebelum abad ke-19 Muslim dikuasai oleh Barat, disebut dengan pemikiran politik
sekuler dengan tokoh-tokohnya: John Lock (filisuf Inggris, 1632-1705), Thomas Hobbes
(filusuf Inggris, 1588-1679), David Hume (filusuf dan sejarawan Skotlandia, 1711-1776), dan
Jean-Jacques Rousseau (filusuf dan komponis Prancis, 1712-1778). Dalam pandangan
mereka, agama merupakan persoalan individu yang tidak terkait dengan Negara, terutama
dalam hubungannya degan upeti atau pajak. Yang melatar belakangi pemikirannya;

1) karena kebenaran yang dibawa agama bersifat nisbi yang dapatberubah-ubah.


2) Kedua, agama bertentangan dengan tabiat alam sehubungan dengan konsep adanya
dosa warisan dalam agamaKristiani.
3) Ketiga, realitas pertentangan antara sains dengan agama yang mapan masa itu.
Akan tetapi, pemikiran politik sekuler sebelum abad ke-19 ini dikenal dengan
politik sekulermoderat.

2
Jhon J. Donuhue, Jhon L. Esposito, Islam dan Pembeharuan (Jakarta: 1995)

3
Pada abad ke-19 lahirlah pemikiran politik dari kalangan Barat yang sekuler
diantaranya: Karl Marx (filusuf Jerman yang meninggal di Inggris, 1818-1883), Ludwig
Andreas Feurbach (filusuf Jerman, 1870-1872), dan Lenin (ahli marxisme Rusia, 1870-
1924). Pada priode ini agama benara-benar ditempatkan dalam wilayah pribadi, tanpa ada
campur tangan Negara sama sekali. Di Rusia Negara memusuhi agama, karena orang-
orang beragama seperti yang diungkap Karl Marx, agama berfungsi dalam dua fungsi:
Pertama, agama telah menjadi alat justifikasi transcendental bagi berlangsungnya status
quo, dimana lewat agama sistem ekonomi yang eksploitatif tidak mendapat protes
apapun. Kedua, agama lebih menekankan pada dunia transendental (rohani atau non
material), dan ajaran tentang takdir yang harus diterima dengan sabar, dan harapan akan
hidup setelah mati, membantu mengalihkan perhatian manusia dari penderitaan fisik dan
kesulitan material dalam hidup. 3Pendapat Karl Marx tersebut berbeda dengan Al-Jaf
Gauhar, karena Gauhar berpandangan dalam mebangun suatu Negara, sebenarnya agama
dan Negara harus disatukan, karena antara agama dan Negara, kehidupan privat dan
public, nasional dan internasional harus tetap berdampingan. Apabila ketiga hal ini
dipisahkan akan menjadi situasionaletis.3

Selanjutnya dalam abad modern, timbulah gerakan reformasi Islam yang memiliki
konsep poliktik sendiri, dan secara jelas tidak hanya bergerak dalam bidang keagamaan
tapi juga dalam bidang-bidang lain. Bidang pendidikan nampaknya sangat diperhatikan.
Namun demikian, mereka juga tidak melupakan bidang poliktik, sebagai bidang yang
memang semestinya disentuh. Pada akhir tahun 1930-an, para reformis telah berhasil
melawan usaha-usaha program asimitasi yang dicanangkan oleh perancis. Pada tahun
1940-an Ibn Badis wafat. Namun demikian, kontribusi gerakan reformasinya terhadap
penciptaan identitas nasional Aljazair tidak hilang. Dan situasi poliktik era modern inilah
yang mewarnai sampai sekarang.

Muhamamd Abduh menggambarkan bahwa metode pendidikan yang otoriter juga


merupakan salah satu pendorong mandegnya kebebasan intelektual, sehingga beliau
sendiri merasa tidak begitu tertarik mendalami agama pada masa kecil lantaran kesalahan
metode itu, yakni berupa cara menghafal pelajaran di luar kepala. Al-Azhar yang selama
ini berkembang menjadi simbol kajian keilmuan, juga terjangkit penyakit kejumudan
dengan hanya mengajarkan ilmu agama dan melarang segala bentuk kajiankeilmuan

3
Syukron Kamil, Pemikiran Poliktik Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),
39.

4
yang berangkat dari sisi rasionalitas, sistematik dan ilmiyah. Keterbukaan dalam
melakukan pemikiran keIslaman dan pendidikan dengan orientasi pada sikap rasionalitas
merupakan barang baru, yang sama sekali tidak berkembang di kalangan umat Islam
Mesir. Akan tetapi tawaran-tawaran semacam itu menimbulkan reaksi yang keras dalam
diri mereka sehingga berimplikasi pada hilangnya sikap rasionalitas Islam, dan hanya
hidup dalam kehangatan sufisme dan mistisisme. Dari sini para pakar sejarah poliktik
memandang priodesasi modern dimulai akibat revolusi industri, walaupun bukan hanya
menjadi symbol kekuatan eropa. Organisai poliktik dan pemerintahan mulai memiliki
bentuk yang jelas sejak terjadinya revulusi perancis, terbentunya partai-partai polikti di
Amerika Serikat muda, dan reformasi Inggris pada pertengahan abad ke 19. Dampak dari
modernisais politik yang bersifat sekuler bagi dunia Islam adalah munculnya tokoh-tokoh
pembaharu. Adapun para tokoh pembaharu Islam di Mesir yang menonjol antara lain:

1) Muhammad AliPasya
2) Jamaludinal-Afgani,
3) MuhammadAbduh,
4) RasyidRida.

Sejak runtuhnya Dinasti Islam Turki Ustmani, perhatian kalangan orientalis Barat
dalam mengkaji hukum Islam diwujudkan dalam bentuk mempelajari, menyelidiki,
menterjemahkan, mengkaji dan menertibkan terhadap berbagai buku fikih standar. Salah
satu bentuk karya orientalis Barat dalam menelusuri kajian-kajian hukum Islam adalah
Revue Internationale de Droit Compare (Majalah Internasional Untuk Hukum
Perbandingan) di Perancis. Bahkan para sarjana hukum Barat seperti Kohler dari Jerman,
Wignore dan Delvechis dari Amerika telah mengakui bahwa adanya fleksibilitas dan
universalitas hukum Islam mampu merespon perkem-bangan masyarakat sepanjang masa,
dan berani mensejajarkan hukum Islam dengan hukum Romawi dan Inggris di berbagai
negara. Hal ini diakui oleh Lambert seorang sarjana hukum Perancis dalam seminar
internasional untuk perbandingan hukum pada 1932.Di kalangan pemikir hukum Islam
muncul suatu sikap kritis untuk membangun konsep hukum Islam agar senantiasa relevan
dengan kebutuhan zaman. Sebut saja, salah satunya al-Syatibi. Ia dikenal sebagai bapak
maqashid al-syari‟ah. Teori maqashid al-syari‟ah al-syatibi kini telah banyak
dikembangkan oleh pemikir hukum modern. Namun di saat bersamaan,kalangan pemikir
hukum Islam modern juga mengakui bahwa persoalan mendasar saat ini adalah kesulitan
merumuskan metodologi hukum yang tepat agar hukum Islam bisa berlaku secara

5
keseluruhan. Hampir di sebagian besar negara Muslim yang menerapkan hukum Islam
selalu melahirkan konflik sosial. Bahkan konflik bukan hanya antara Muslimdengan
Muslim, melainkan pula antara Muslim dan Non Muslim. Atas dasar itu, kini banyak
pemikir hukum Islam yang mencoba membongkar tradisi hukum Islam sebelumnya –
yang dibangun dari ijtihad – dengan pemikiran baru yang berasal dari Barat. Pada
gilirannya,terjadilah pergeseran norma hukum Islam di masyarakat karena masuknya
pengaruh hukum Barat tersebut.

Pengaruh kolonialis Belanda sangat mempengaruhi perkembangan hukum agraria di


Indonesia. Eksistensi hukum barat dalam masyarakat-masyarakat non barat mempunyai,
dalam arti yang penting, problem-problem kontra kultural yang diinternalisasikan, malah
juga konflik, antara kebudayaan pribumi dan kebudayaan barat. Satu akibat daripadanya
adalah sautu dualisme yang mendalam pada taraf institusi-institusi dan praktek-praktek
institusi-institusi hukum akan kuasi hukum pribumi berada berdampingan dengan
institusi-isntitusi praktik-praktik barat, akan tetapi juga di dalam sifat rakyat. Sering kali,
sikap rakyat terhadap hukum corak barat adalah sikap tidak peduli kadang-kadang
bermusuhan. Sebagaimana dikemukakan salah seorang ilmuan Jepang, “bagi seorang
Jepang terhormat hukum adalah suatu yang tidak disukai, malah dibenci mengajukan
orang kepengadilan untuk menjamin perlindungan atas kepentingan kita atau untuk
disebut di dalam pengadilan meskipun dalam urusan perdata, adalah sautu hal yang
memalukan” pandangan-pandang yang sama dapat dikutip dari masyarakat-masyarakat
asia lainnya.

Sikap negatif terhadap hukum corak barat ini sering kali dijelaskan sebagai
manifestasi dari kesadaran hukum atau kesadaran hak-hak yang hampir belum
berkembang. akan tetapi, penjelasan-penjelasan seperti itu adalah sangat problematis,
mengingat fakta-fakta bahwa rakyat mempunyai pengalaman-pengalaman sadar akan
tidak adanya keadilan dan kemarahan moral, meskipun merka tidak menyatakannya
dengan lari pada pengadilan umum yang ada disutu Negaratersebut.

Dari hal yang terpaparkan di atas melihat di Negara Indonesia banyak sekali
peraturan-peraturan yang diadopsi di Negara Indonesia menjelmakan hukum kolonial,
yang dimana hal tersebut selalu menimbulkan pro dan kontra dalam kehidupan
bermasyarakat, salah satunya mengenai agraria (masalah pertanahan yang dimiliki oleh
masyarakat adat) pada “khusunya”

6
7
BAB III

KESIMPULA

Politik Abad ke 19 Berawal dari pembaharuan Islam di Mesir, menurut John L.


Esposito dilatar belakangi oleh ortodoksi Sunni yang mengalami proses kristalisasi
setelah bergulat dengan aliran mu‟tazilah, syi‟ah dan kelompok khawarij kemudian
disusul dengan sufisme yang pada tahapan selanjutnya mengalami degenerasi. Degenerasi
dan dekadensi aqidah, politik, nepotisme dan absolutis bertentangan dengan semangat
egaliterianisme yang diajarkan Islam setelah merajalelanya bid‟ah, kurafat, fabrikasi dan
supertisi di kalangan umat Islam dan membuat buta terhadap ajaran-ajaran Islam yang
orisinal. Akibar dari itu, merespon Ibnu Taimiyah untuk melakukan kritik tajam dan
memperbaharui semuanya agar umat Islam kembali kepada al-Quran, Sunnah serta
memahami kembaliberijtihad.

Memasuki awal periode modern yang dimulai dari abad ke 18 hingga sekarang, maka
terjadilah kondisi social poliktik yang kurang stabil diabad ke 19 dan awal abad ke-20 .
instabilitasi ini terjadi disebabkan paling tidak oleh dua hal, yaitu :

1) Konflik internal, perebutan pularitas antara kelompok sufi dan politisi, kelompok
sufi dan ulama dan antarpolitisi.
2) Intervensi pihak asing, terutama Negara perancis. Intervensi ini berkelanjutan
menjadi protektorat, dan bahkankolonisasi.

Keterbukaan dalam melakukan pemikiran keIslaman dan pendidikan dengan


orientasi pada sikap rasionalitas merupakan barang baru, yang sama sekali tidak
berkembang di kalangan umat Islam Mesir. Akan tetapi tawaran-tawaran semacam itu
menimbulkan reaksi yang keras dalam diri mereka sehingga berimplikasi pada hilangnya
sikap rasionalitas Islam, dan hanya hidup dalam kehangatan sufisme dan mistisisme. Dari
sini para pakar sejarah poliktik memandang priodesasi modern dimulai akibat revolusi
industri, walaupun bukan hanya menjadi symbol kekuatan eropa. Organisai poliktik dan
pemerintahan mulai memiliki bentuk yang jelas sejak terjadinya revulusi perancis,
terbentunya partai-partai polikti di Amerika Serikat muda, dan reformasi Inggris pada
pertengahan abad ke 19. Dampak dari modernisais politik yang bersifat sekuler bagi
dunia Islam adalah munculnya tokoh-tokohpembaharu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suyuti Pulungan, Fiqih Syiasah : Ajaran Sejarah dan Pemikiran, 1999 (Jakarta: Raja
Grafindo Persada)
Jhon J. Donuhue, Jhon L. Esposito, Islam dan Pembeharuan, 1955 (Jakarta)
Kamil, Syukron Pemikiran Poliktik Islam, 2013 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group)

Anda mungkin juga menyukai