ABDOMINALIS”
Disusun Oleh
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien hipertermi Dengan Kasus Thypus Abdominalis”
Laporan disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB). Selain itu,
laporan ini bertujuan menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan dan penyakit Typus
Abdominalis bagi para pembaca dan juga bagi saya sebagai penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sukarni., Spd., Skep., Ners., MKes selaku
pembimbing kelompok, serta rekan-rekan kelompok. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Thypus abdominalis adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh sallmonella typhii.
Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontraminasi.
Dengan demikian dianggap sebagai salah satu ancaman penyakit menular yang paling serius
terhadap kesehatan masyarakat, dengan perhatian khusus terhadap kemunculan resistensi
terhadap banyak antibiotic secara cepat dan luas. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius karena penyebarannya berkaitan erat dengan kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar hygiene
industry pengolahan makanan yang masih rendah dan thypus abdominalis sendiri sangat
berbahaya jika tidak segera ditangani secara baik dan benar, dapat menyebabkan kematian
(Said, El-sadik, 2017). Salah satu tanda thypus abdominalis adalah hipertermi. Hipertermi
adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal karena kegagalan termoregulasi. Jika
hipertermi tidak segera diselesaikan akan mengakibatkan komplikasi yang berat yaitu
dehidrasi, kejang/syok hingga dapat menyebabkan kematian (T. Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru, 2015).
Di Indonesia, angka kejadian penyakit Typhus abdominalis mencapai 81% per 100.000
penduduk (Departemen Kesehatan & RI, 2013). Data dari profil kesehatan Indonesia tahun
2010 yang dikeluarkan oleh (Kementrian Kesehatan RI, 2011), demam tifoid menempati
urutan ke-3 dari 10 pola 2 penyakit terbanyak pasien rawat inap sakit di Indonesia. Indonesia
diperkirakan antara 800-100.000 orang yang terkena penyakit typhoid abdominalis sepanjang
tahun. Departemen Kesehatan RI tahun 2015 mengatakan kasus atau jumlah pasien typhoid
abdominalis di Indonesia grafiknya terus meningkat. Setiap tahunnya sekitar 50.000 orang
meninggal dari jumlah pasien typhoid abdominalis antara 350-810 orang per 100.000 populasi
penduduk.
Di Indonesia, penyakit demam thypoid bersifat endemic (penyakit yang selalu ada
dimasyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian yang kecil). Prevalensi
nasional untuk demam thypoid (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) adalah 2,10%.
Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi demam thypoid diatas prevalensi nasional yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam (2,96%), Bengkulu (1,60%), Jawa Barat (2,14%), Jawa Tengah
(1,61%), Banten (2,24%), NTB (1,93%), NTT (2,33%), Kalimantan Selatan (1,95%),
Kalimantan Timur (1,80%), Sulawesi Selatan (1,80%), Sulawesi Tengah (1,65%), Gorontalo
(2,25%), Papua Barat (2,39%), dan Papua (2,11%)(Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 2013 dalam Narayana 2018).
Hipertermi yang tidak segera ditangani akan menyebabkan gangguan pola makan,
dehidrasi, syok, kerusakan system saraf, penurunan kesadaran, anak bisa kejang dengan
kisaran suhu diatas normal 39-40 derajat celcius, bahkan gangguan tumbuh kembang. Serta
dapat mengakibatkan kerusakan efek yang permanen seperti kerusakan otak sehingga
menimbulkan kematian (Andra, S.W & Yessie, 2013).
Jika seseorang terdapat tanda dan gejala yang mengarah ke Thypus seharusnya segera
diperiksakan ke Rumah Sakit atau pelayanan kesehatan terdekat termasuk 3 puskesmas.
Penderita Thypus harus mendapatkan penanganan yang sesuai untuk mencegah komplikasi
yang serius. Adapun penanganan secara medik dan keperawatan diantaranya : terapi obat
pilihan, isolasi pasien, diit, istirahat yang cukup (Dermawan dan Rahayuningsih, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan
pada Klien hipertermi Dengan Kasus Thypus Abdominalis”
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Klien hipertermi Dengan Kasus Thypus
Abdominalis
Studi kasus ini diharapkan berguna bagi profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di pelayanan kesehatan kepada Klien hipertermi Dengan Kasus Thypus
Abdominalis.
Studi kasus ini sangat berguna bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang asuhan keperawatan pada Klien hipertermi Dengan Kasus Thypus
Abdominalis.
https://repositori.stikes-ppni.ac.id/bitstream/handle/123456789/129/BAB%20I_201804004.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17210176028/11_BAB_1.pdf