Anda di halaman 1dari 7

Tugas Pertemuan ke-13

Setiap aliran filsafat pendidikan memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari metafisika,
epistemologi, aksiologi maupun implikasinya terhadap pendidikan. Oleh karena itu kita sebagai
calon guru khususnya harus memiliki pemahaman tentang karakteristik dari setiap aliran filsafat
pendidikan. Berdasarkan hal tersebut jelaskan karakteristik kecondongan dari aliran filsafat
pendidikan esensialisme dan perenialisme!(uraikan dalam bentuk tabel).

Karakteristik Esensialisme Perenialisme


Metafisika Filsafat merupakan ilmu Metafisika yang mengakui

pengetahuan yang menyelidiki realitas Ilahi yang substansial


adanya sebab dan akibat dari bagi dunia benda- benda,
hidup dan akal
segala sesuatu. Filsafat modern
banyak dikenal dengan sebutan
filsafat pendidikan. Filsafat
pendidikan memiliki beberapa
aliran yang salah satunya yaitu
aliran filsafat pendidikan
esensialisme. Esensialisme
merupakan aliran yang berakar
pada suatu pembelajaran mata
pelajaran yang bersifat dasar.
Esensinya menunjuk pada
sesuatu yang perlu tentang
suatu objek, disiplin, subjek dan
suatu contoh. Aliran filsafat
esensialisme menekankan pada
kebudayaan, keterampilan, dan
pengetahuan serta memperkuat
nilai kedisiplinan sehingga
dalam praktiknya pada
pendidikan aliran ini
menegaskan bahwa sekolah-
sekolah harus tetap
mempertahankan metode-
metode pembelajaran yang
tradisional. Pembelajaran
menggunakan metode teacher
centeered dimana dalam proses
belajar mengajar guru berperan
sebagai mediator yang
mentranfer ilmu pengetahuan
kepada peserta didik,
sedangkan peserta didik hanya
memiliki tugas belajar dan tidak
dianjurkan mengatur dan
mengelola kelas sehingga para
peserta didik menjadi pasif.
Epistemologi Landasan epistomologi Dalam bidang epistemologi,
esensialisme Menurut istilah perenialisme berpendapat
epistemologi dari bahwa segala sesuatu yang
berasal
bahasa Yunani Episteme yang dapat diketahui dan

memiliki arti pengetahuan dan merupakan kenyataan


adalah apa yang terlindung
logos yang berarti teori.
pada kepercayaan.
Epismologi adalah cabang
Kebenaran adalah sesuatu
filsafat yang mengkaji tentang
yang menunjukkan
asal mula pengetahuan,
kesesuaian antara pikir
struktur, metode, dan validasi
dengan benda-benda.
pengetahuan yang bersifat
Benda-benda yang
evaluative, normative, dan dimaksudkan ialah hal-hal
kritis. Untuk memahami yang adanya bersendikan
epistemologi esensialisme atas prinsip-prinsip
dapat dilalui dengan teori keabadian. Menurut
kepribadian manusia dimana perenialisme, filsafat yang
manusia sebagai refleksi Tuhan. tertinggi adalah ilmu
Manusia yang bisa menyadari metafisika.
tentang realitas antara makro- Sebab science sebagai ilmu
kosmos dan mikro-kosmos akan pengetahuan menggunakan

bisa melihat tingkatan rasio metode induktif yang bersifat


yang dipunyai dan mampu analisis empiris
kebenarannya terbatas,
memikirkan alam sehingga
relativ atau kebenaran
manusia bisa menghasilkan
probabiliti. Tetapi filsafat
pengetahuan yang tepat pada
dengan metode deduktif
ilmu-ilmu alam, biologi, sosial
bersifat anological analysis,
dan agama. Dalam pendidikan
kebenaran yang
aspek epistemologi yang harus
dihasilkannya bersifat self
diperhatikan yakni pengetahuan evidence universal, hakiki
yang bersifat ideal dan spiritual dan berjalan dengan hukum-
yang bisa membimbing manusia hukum berpikir sendiri yang
dalam kehidupannya. Menurut berpangkal pada hukum
Gutek (1974) Rukiyati & pertama, bahwa
Purwastuti L.A (2015:46), kesimpulannya bersifat
pengetahuan merupakan mutlak asasi.
persatuan antara objek dan
subjek yang memiliki sifat
intensif, mendalam dan
instrinstik yang menghasilkan
kolaborasi antara pengamatan,
pemikiran, dan kesimpulan
kemampuan manusia dalam
menyerap objek. Bagi aliran
filsafat esensialisme
pengetahuan merupakan
kolaborasi antara pengetahuan
empirisme dan rasionalisme
dimana pengetahuan bukan
hanya hasil dari pemikiran
indrawi melainkan hasil berpikir
manusia
Aksiologi Landasanaksiologi esensialisme Dalam bidang aksiologi,
Aksiologi merupakan cabang perenialisme memandang
filsafat yang mengkaji nilai masalah nilai berdasarkan

kebenaran,keindahan,kebaikan, prinsip-prisinsip

dan religious yang berasal dari supernatural, yakni


menerima universal yang
nilai-nilai leluhur hidup
abadi. Khususnya dalam
manusia. Hakikat nilai
tingkah laku manusia, maka
merupakan kualitas yang
manusia sebagai subjek
melekat dan menjadi ciri
telah memiliki potensi-
sesuatu yang sudah ada di alam
potensi kebaikan sesuai
semesta dan dihubungkan
dengan kodratnya, di
dengan kehidupan manusia. samping itu ada pula
Harakhi nilai dikelompokkan kecenderungan-
menjadi empat tingkatan yakni: kecenderungan dan
(1) nilai kenikmatan, meliputi dorongan-dorongan kearah
nilai-nilai yang menyebabkan yang tidak baik.  Tindakan
sesorang senang dan manusia yang baik adalah
mengenakkan secara jasmani, persesuaian dengan sifat

(2) nilai kehidupan, meliputi rasional (pikiran) manusia.

nilai-nilai yang sangat penting Kebaikan yang teringgi ialah

untuk pribadi dalam mendekatkan diri pada


Tuhan sesudah tingkatan ini
berkehidupan di masyarakat,
baru kehidupan berpikir
(3) nilai spiritual, merupakan
rasional.
nilai kejiwaan yang tidak
bergantung pada keadaan
jasmani yang meliputi
kebenaran, keindahan, dan
kebaikan. Landasan ontologi
dan landasan epistemologi
sangat mempengaruhi landasan
aksiologi esensialisme. Nilai
etika merupakan hukum
kosmos yang bersifat objektif,
dimana manusia harus bisa
dianggap baik jika banyak
berhubungan dan
melaksanakan hukum yang
tersedia. Manusia esensialisme
bernggapan bahwa sikap,
tingkah laku dan ekspresi yang
timbul dari perasaan dan yang
memiliki hubungan terhadap
kualitas baik dan
buruk.pemikiran paham
esensialisme sependapat
dengan pandangan realisme
terkait dengan etika dimana
semua pengetahuan manusia
terdapat pada keteraturan
lingkup hidupnya. Dengan kata
lain perilaku baik atau buruknya
manusia pada dasarnya
mendapat pengaruh dari
keturunan dan lingkungannya.
Perilaku manusia merupakan
hasil kolaborasi yang muncul
karena adanya interaksi antara
unsur-unsur pembawa hidup
dan pengaruh lingkungan
(Rukiyati & Purwastuti L.A,
2015:47).
Implikasi terhadap Pendidikan 1.pandangan terhadap 1. Menghendaki pendidikan
sekolah kembali kepada jiwa yang
menguasai Abad
2.pandangan terhadap
Pertengahan, karena jiwa
pandangan. pada Abad Pertengahan
telah merupakan jiwa
3.pandangan terhadap
yang menuntun manusia
kurikulum hingga dapat dimengerti
adanya tata kehidupan
4.pandangan terhadap proses
yang telah dapat
pembelajaran menemukan adanya
prinsip-prinsip pertama
5.pandangan terhadap
yang mempunyai peranan
pendidik dan peserta didik. sebagai dasar pegangan
intelektual manusia dan
yang dapat menjadi
sarana untuk menemukan
evidensi-evidensi diri
sendiri (Imam Barnadib,
2002). Tujuan pendidikan
adalah sama dengan
tujuan hidup, yaitu untuk
mencapai kebijakan dan
kebajikan.
2. Rasio merupakan atribut
manusia yang paling
tinggi. Manusia harus
menggunakannya untuk
mengarahkan sifat
bawaannya, sesuai
dengan tujuan yang
ditentukan. Tugas
pendidikan adalah
memberikan pengetahuan
yang kebenarannya  pasti,
dan abadi. Kurikulum
diorganisir dan ditentukan
terlebih dahulu oleh orang
dewasa, dan ditujukan
untuk melatih aktivitas
akal, untuk
mengembangkan akal.
Yang dipentingkan dalam
kurikulum adalah mata
pelajaran general
education yang meliputi
bahasa, sejarah,
matematika, IPA, filsafat
dan seni dan
3 R’S (membaca,
menulis, berhitung).

Anda mungkin juga menyukai