Anda di halaman 1dari 16

Bahan Ajar Bahan Ajar

Melihat Kerajaan Hindu dan Buddha


Manusia DalamSecara Diakronis
Kerajaan Hindu dan
danSinkronis
Buddha

Identitas Bahan Ajar


Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas / Fase :X/E
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 Pertemuan)
Judul : Melihat Kerajaan Hindu dan Buddha Secara Diakronis dan Sinkronis
Capaian Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan
Pembelajaran penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis
serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia
meliputi konsep asal-usul nenek moyang dan jalur rempah di Indonesia,
kerajaan Hindu-Buddha, dan kerajaan Islam di Indonesia
Elemen Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati, menanya, mengumpulkan
Keterampilan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan,
Proses sejarah mengomunikasikan, merefleksikan dan merencanakan proyek lanjutan secara
kolaboratif tentang kerajaan Hindu- Buddha
Sub Elemen Mengolah informasi sejarah tentang Manusia dalam Kerajaan Hindu buddha
secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah,
rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board,
infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain.

Indikator Capaian pembelajaran


Indikator pendukung :
• Menganalisis kerajaan hindu dan Buddha secara diakronis dan sinkronis
 Mengevaluasi kerajaan Hindu dan Buddha secara diakronis dan sinkronis
Indikator Kunci :
 Membuat timeline infografis tentang analisis dan evaluasi kerajaan Hindu dan Buddha
secara diakronis dan sinkronis dengan memanfaatkan media canva
 Indikator Pengayaan :
 Membuat project video singkat tentang analisis dan evaluasi kerajaan Hindu dan Buddha
secara diakronis dan sinkronis dengan memanfaatkan media canva

Tujuan Pembelajaran
1. Melalui tayangan video peserta didik dapat menentukan pertanyaan mendasar tentang
kerajaan hindu dan buddha secara diakronis dan sinkronis secara kritis
2. Melalui desain proyek peserta didik dapat memecahkan permasalahan tentang kerajaan
hindu dan buddha secara diakronis dan sinkronis secara kreatif
3. Melalui penerapan model PJBL Peserta didik membuat karya/produk dalam berbagai
bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline
infografis, story board, videografis, komik, poster, dan lain-lain tentang Manusia dalam
kerajaan Hindu-Buddha secara kreatif (timeline infografis)
4. Melalui presentasi peserta didik dapat melaporkan proyek tentang kerajaan Hindu-
Buddha secara diakronis dan sinkronis secara kritis dan kolaboratif
5. Melalui infografis peserta didik dapat melakukan refleksi dan evaluasi tentang kerajaan
Hindu-Buddha secara diakronis dan sinkronis secara kritis dan kolaboratif
6. Melalui pembelajaran dengan model Project Based Learning peserta didik dapat
mengembangkan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia,
bernalar kritis dan Bergotong Royong sesuai profil pelajar Pancasila

Lingkup Materi
Materi Pendukung Materi Esensial Materi Pengayaan
Analisis Kerajaan Hindu Membuat karya sederhana berupa Membuat gallery digital tentang
Buddha secara diakronis berbagai aplikasi sejarah, rekaman Kerajaan Hindu Buddha di
dan sinkronis suara, film dokumenter, foto, indonesia
Evaluasi kerajaan Hindu maket, vlog, timeline, story board,
dan Buddha secara infografis, videografis, komik,
diakronis dan sinkronis poster, dan lain-lain tentang
kerajaan Hindu dan Buddha secara
diakronis dan sinkronis

Peta Konsep
Kerajaan Hindu
dan Buddha

Kutai

Tarumanegara
Kronologis Aspek
Sriwijaya Politik

Kalingga
Diakronis
Aspek Sinkronis
Mataram Kuno Ekonomi
Perkembangan Medang
Aspek Sosial
Kediri
budaya
Singhasari

Majapahit
Petunjuk Belajar
1. Peserta didik membaca dan memahami tujuan pembelajaran.
2. Peserta didik mencermati peta konsep yang ada.
3. Peserta didik mengaitkan pembelajaran sebelumnya yang relevan untuk memahami alur
pembelajaran pada bahan ajar ini.
4. Peserta didik melakukan kegiatan literasi dari berbagai sumber yang relevan dengan tema dan tujuan
pembelajaran.
5. Apabila ada materi yang tidak dimengerti dan kurang jelas segera bertanya kepada guru.

Penyajian Materi
Pada pembelajaran kali ini kita akan membahas analisis dan evaluasi kerajaan Hindu dan Buddha secara
diakronis (kronologis) dan sinkronis. Kita juga akan memperlajari bagaimana mengemas informasi tentang
kerajaan Hindu dan Buddha menjadi bentuk timeline infografis.

(Pertemuan Pertama)

Analisis dan Evaluasi Kerajaan Hindu dan Buddha


secara Diakronis dan Sinkronis
(Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kalingga dan Mataram Kuno)

Kerajaan Kutai
Bicara soal perkembangan Kerajaan Kutai, tidak lepas dari sosok Raja Mulawarman. Kamu perlu
memahami keberadaan Kerajaan Kutai, karena Kerajaan Kutai ini dipandang sebagai kerajaan Hindu-
Buddha yang pertama di Indonesia (telah berdiri sejak abad ke IV Masehi). Kerajaan Kutai diperkirakan
terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Untuk memahami perkembangan Kerajaan Kutai itu, tentu memerlukan sumber sejarah yang dapat
menjelaskannya. Sumber sejarah Kutai yang utama adalah prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa batu
bertulis. Yupa juga sebagai tugu peringatan dari upacara kurban. Yupa ini dikeluarkan pada masa
pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta
Kondisi masyarakat dan kehidupan sosial - budaya
Sumber sejarah kerajaan sangat terbatas. Namun, dari ketujuh Yupa dapat disumpulkan beberapa hal
berikut :
1. Silsilah Raja Mulawarman
Poerbatjaraka dalam bukunya Riwayat Indonesia I (1952) melakukan transkripsi tentang isi
prasasrti Yupa. Sebagian isi dari prasasti Yupa memuat tentang silsilah raja Mulawarman.
Terjemahan prasasti Yupa sebagai berikut : “Sang Maharaja Kundungga, yang amat mulia,
mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Sang Ansuman (dewa
Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga,
seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja
yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri
(selamatan yang dinamakan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu
batu ini didirikan oleh para brahmana.”
Berdasarkan terjemahan tersebut kita bisa mengetahui bahwa terdapat tiga angkatan atau
keturunan dalam keluarga raja, yaitu Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Aswawarman
lah disebut sebagai pendiri kerajaan, bukan Kudungga. Dugaan yang muncul adalah “keluarga”
yang dimaksud adalah keluarga yang telah berbudaya India. Hal itu ditandai dengan penggunaan
nama “warman” yang merupakan kebiasaan India bagian selatan.
2. Kebaikan Budi dan agama yang dianut Mulawarman
Bagian lain dari isi prasasti Yupa menjelaskan tentang kebaikan budi dari Mulawarman. Raja
Mulawarman merupakan raja yang berbudi baik dan sangat menghormati Brahmana. Penyebutan
pohon Kalpa dan Brahmana dalam prasasti ini menunjukkan bahwa agama yang dianut oleh
Mulawarman adalah Hindu. Seperti yang diketahui bahwa pohon Kalpa adalah pohon kehidupan
dan Brahmana adalah kasta tertinggi dalam Hindu.
3. Pemberian Sedekah
Kebaikan budi dari Mulawarman ditunjukkan dengan kebijakannya yang menyumbangkan 20.000
ekor sapi kepada para Brahmana. Mulawarman dikatakan sering melakukan sedekah sehingga oleh
para brahmana dibuatkan tugu untuk memperingatinya. Terdapat berbagai pendapat mengenai
makna waprakeswara yang termuat dalam prasasti Yupa.
Kerajaan Tarumanegara
Purnawarman adalah raja terkenal dari Tarumanegara. Perlu kamu pahami bahwa setelah Kerajaan Kutai
berkembang di Kalimantan Timur, di Jawa bagian barat muncul Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan ini
terletak tidak jauh dari pantai utara Jawa bagian barat. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan
letak pusat Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berada di antara Sungai Citarum dan Cisadane. Kalau
mengingat namanya Tarumanegara, dan kata taruma mungkin berkaitan dengan kata tarum yang artinya
nila. Kata tarum dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat, yakni Sungai Citarum. Mungkin juga
letak Tarumanegara dekat dengan aliran Sungai Citarum. Kemudian berdasarkan prasasti Tugu,
Purbacaraka memperkirakan pusat Kerajaan Tarumanegara ada di daerah Bekasi.
Kondisi Sosial Politik
Gambaran kondisi sosial politik Kerajaan Tarumanegara didapat melalui tinggalan prasasti prasasti.
Dalam prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea terdapat cap telapak kaki yang melambangkan
kekuasaan atau penaklukan Raja atas daerah tempat ditemukannya prasasti tersebut. Raja
Purnawarman diibaratkan Dewa Wisnu yang menunjukkan pada masa itu rakyat menganggap Raja
Purnawarman sebagai pemelihara dan pelindung rakyat. Prasasti tersebut juga menggambarkan
pemerintahan di Kerajaan Tarumanegara telah menerapkan konsep dewa Raja raja yang memerintah
disamakan dengan Dewa Wisnu.
Dalam Prasasti Kebon Kopi terdapat gambar telapak kaki gajah yang disamakan dengan gajah airawata
atau gajah kendaraan dewa sayangnya sebagian isi prasasti ini tidak terbaca. Adapun Prasasti Tugu
merupakan prasasti terpanjang dan terpenting dari Raja Purnawarman. Prasasti tersebut
menyebutkan jika ada upaya penggalian sungai candrabagha sebagai upaya pengendalian banjir.
Menginat sebagian besar masyarakat Tarumanegara bermatapencaharian sebagai petani, sehingga
saluran candrabagha bisa digunakan pula sebagai irigasi sawah. Purnawarman juga melakukan
upacara selamatan dengan menyumbangkan seribu ekor sapi kepada para brahmana.

Kerajaan Sriwijaya
Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan
dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada
yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan
ada yang berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli,
pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat
Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi. Sejauh
ini beberapa nama raja yang teridentifikasi
Kondisi politik, sosial dan Budaya
Prasasti Kedukan Bukit menyebutkan jika raja Dapunta Hyang yang diidentifikasi sebagai pendiri
Sriwijaya. Dapunta Hyang dikatakan melakukan perjalanan suci dan membawa 20.000 personil. Hal ini
kemudian diinterpretasikan sebagai upaya Sriwijaya menaklukan kerajaan di Jawa yang tidak mau
tunduk kepada Sriwijaya. Selain itu, dalam prasasti ini juga disebutkan adanya upaya pemindahan
ibukota dari wilayah Riau ke Palembang. Hal tersebut dilakukan agar Sriwijaya mudah menguasai
daerah sekitarnya.
Pada pertengahan abad ke 10, Dewapaladewa (Raja Benggala) mengeluarkan prasasti Nalanda yang
isinya permintaan raja Sriwijaya yang bernama Balaputradewa dari Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut
dijelaskan jika Balaputradewa merupakan keturunan dari raja Jawa yang bernama Samaragawira dan
putri Tara dari Sumatra. Balaputradewa meminta kepada raja Dewapaladewa untuk membangun
asrama untuk orang – orang dari sriwijaya yang belajar agama Budhha di India.
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil
menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan
Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas
Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim.
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha
Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti. Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke
India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju ke
India ia mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6 bulan (1671); setelah
pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685) untuk menerjemahkan agama Buddha dari
bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama
Atica yang datang dan tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023) dalam rangka belajar
agama Buddha dari seorang guru besar Dharmapala dan Sakyakirti.
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Nama Kalingga berasal dari
Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Poli
(Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra). Sementara di sebelah utara
Kalingga terdapat Chenla (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh karena itu,
lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah
utara Gunung Muria.
Kondisi Sosial Politik Kerajaan Kalingga
Karena keterbatasan sumber sejarah, tidak banyak yang dapat diceritakan tentang kehidupan sosial
dan politik kerajaan Kalingga. Berita dari Tiongkok hanya menyebutkan bahwa kerajaan ini memiliki
hasil bumi berupa emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Disebutkan pula pada tahun 674 M
kerajaan ini dipimpin oleh ratu Sima. Diberitakan pula bahwa di bawah pemerintahan Ratu Sima,
Kerajaan Kalingga menjadi pemerintahan negara yang sangat menjunjung tinggi hukum, bahkan,
pernah saudara ratu sendiri terpaksa harus dihukum karena berani melanggar peraturan.
Kepemimpinan Ratu Sima ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sebuah negara dalam pengambilan
keputusan sekalipun di bawah kendali seorang perempuan tidak berarti akan mendorong pada
kemunduran dan kegagalan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan tidak adanya protes
atas kepemimpinan Ratu Sima tersebut juga menunjukkan bahwa masyarakat Jawa kala itu sebenarnya
sudah memberikan ruang yang besar pada perempuan untuk tidak hanya bergelut dengan urusan
rumah tangga tapi juga dapat turut campur dalam urusan kenegaraan.

Kerajaan Mataram Kuno


Pada pertengahan abad ke-8 di Jawa bagian tengah berdiri sebuah kerajaan baru. Kerajaan itu kita kenal
dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Mengenai letak dan pusat Kerajaan Mataram Kuno tepatnya
belum dapat dipastikan. Ada yang menyebutkan pusat kerajaan di Medang dan terletak di Poh Pitu.
Sementara itu letak Poh Pitu sampai sekarang belum jelas.
Kondisi Sosial Politik Kerajaan
Para sejarawan berpendapat jika sosok pendiri dari kerajaan ini adalah Sanjaya. Hal itu didasarkan
pada prasasti Canggal (732 M) yang menyebutkan nama raja Rakai Sanjaya sang Ratu Sanjaya.
Penggunaan istilah Rakai Mataram bisa diartikan sebagai pemimpin dari daerah bernama Mataram,
secara lebih luas bisa diartikan sebagai Raja dari Kerajaan mataram. Pengganti Sanjaya adalah Rakai
Panangkaran yang diidentifikasi berasal dari dinasti syailendra. Beberapa pendapat menyebutkan jika
Rakai Panangkaran berasal dari dinasti Syailendra (sumatera) yang berhasil menguasai Jawa, namun
ada pendapat lain yang mengatakan jika Rakai Panangkaran melakukan pindah agama dari Hindu ke
Buddha jika didasarkan dari tafsiran prasasti Kelurak (782 M).
Terlepas dari dominasi Syailendra di kerajaan mataram, Dinasti Syailendra tetap menjaga toleransi
beragama. Hal tersebut ditunjukkan lewat bangunan candi – candi di wilayah Mataram Kuno. Wilayah
Utara didominasi oleh bangunan candi bercorak Hindu, sementara wilayah selatan didominasi candi
bercorak Buddha. Raja setelah Rakai Panangkaran berturut – turut diantaranya : Dharanindra (782-
812 M), Samaragrawira, Samaratungga, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, Dyah
Balitung, Mpu Daksa (919 M), Dyah Tulodong dan Dyah Wawa (924 M).
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang
tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.
Pada masa Balitung aktivitas perhubungan dan perdagangan dikembangkan melalui Sungai
Bengawan Solo. Pada Prasasti Wonogiri (903) bahwa desa-desa yang terletak di kanan- kiri sungai
dibebaskan dari pajak dengan catatan harus menjamin kelancaran lalu-lintas lewat sungai
tersebut.

Untuk memperdalam materi silahkan klik tautan dibawah ini :


https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/Sejarah-Indonesia-Kelas-X
https://historia.id/kuno/articles/kutai-kartanagara-pada-zaman-kuno-v22x4/page/1
https://www.youtube.com/watch?v=uRjI2U9VTVA
https://historia.id/kuno/articles/raja-raja-yang-bertakhta-di-sriwijaya-Peka9/page/2
https://www.youtube.com/watch?v=XMTuvqR8pgA
(Pertemuan Kedua)

Analisis dan Evaluasi Kerajaan Hindu dan Buddha


secara Diakronis dan Sinkronis
(Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Kalingga dan Mataram Kuno)

Kerajaan Medang
Pertentangan di antara keluarga Mataram, tampaknya terus berlangsung hingga masa pemerintahan Mpu
Sindok pada tahun 929 M. Pertikaian yang tidak pernah berhenti menyebabkan Mpu Sindok
memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu
Dinasti Isyanawangsa. Di samping pertentangan keluarga, pemindahan pusat kerajaan juga dikarenakan
kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan Gunung Merapi. Berdasarkan prasasti, pusat
pemerintahan Keluarga Isyana terletak di Tamwlang. Letak Tamwlang diperkirakan dekat Jombang, sebab
di Jombang masih ada desa yang namanya mirip, yakni desa Tambelang. Daerah kekuasaannya meliputi
Jawa bagian timur, Jawa bagian tengah, dan Bali.
Kondisi sosial politik
Mpu SIndok memerintah bersama dengan Permaisurinya. Beberapa prasasti lainnya menyebutkan
pada masa pemerintahannya kerajaan menjadi aman dan tentram. Meskipun menganut agama
Hindu Siwa, Sindok tetap menaruh toleransi terhadap agama lainnya.
Toleransinya ditunjukkan oleh tindakan penganugrahan desa Wanjang sebagai hadiah untuk
pujangga yang bernama Sri Sambhara Suryawarana, yang telah berjasa menulis kitab buddha aliran
tantrayana yang berjudul Sang Hyang Kamahayanikan. Dengan demikian Mpu Sindok memfasilitasi
perkembangan agama Buddha aliran Tantrayana di kerajaannya.
Mpu Sindok digantikan oleh anak perempuannya yang bernama Isyanatunggawijaya. Raja
perempuan ini memerintah bersama suaminya yang bernama Dyah Lokapala. Dari pernikahan
tersebut lahirlah seorang anak yang bernama Makuntawangsawardhana yang meneruskan tahta
ibunya. Setelah Makuntawangsawardhana meninggal, ia digantikan oleh Dharmawangsa Tguh (990
– 1016 M) yang focus dalam upaya penyejahteraan rakyat dengan pertanian dan perdagangan.
Sayangnya upaya Dharmawangsa untuk mengembangkan perdagangan mengalami hambantan
karena pada tahun tersebut, arus perdagangan masih dipegang kuat oleh Sriwijaya. Untuk merebut
hegemoni perdagangan dari Sriwijaya, Dharmawangsa melakukan serangan ke Sriwijaya. Tindakan
inilah yang memicu terjadinya pralaya terhadap kekuasaan dari Dharmawangsa. Tahun 1016 kerajaan
ini diserang oleh pasukan Sriwijaya yang bekerjasama dengan Wura Wari (Pemimpin Lwaram) yang
mengakibatkan terbunuhnya raja Dharmawangsa.
Hancurnya kerajaan Dharmawangsa menyebabkan Airlangga mengamankan diri ke hutan. Selama di
hutan ia hidup bersama pendeta sambil mendalami agama. Airlangga kemudian dinobatkan oleh
pendeta agama Hindu dan Buddha sebagai raja pada 1019 M. Penunjukan Airlangga sebagai raja
digunakan untuk memulihkan kekuasaan Mertuanya dan menyatukan wilayah kekuasaan
Dharmawangsa. Langkah pertama yang dilakukan Airlangga adalah menerbitkan prasasti yang berisi
silsilah raja raja pendahulu hingga dirinya. Hal tersebut dipandang perlu dilakukan sebagai upaya
Airlangga untuk melegitimasi dirinya sehingga dapat memperoleh dukungan dari masyarakat. Upaya
lain yang dilakukan Airlangga untuk memperkuat kedudukannya adalah dengan mengeluarkan
prasasti yang berisi berita kemenangan terhadap wilayah yang memberontak serta pemberian status
sima pada daerah yang berjasa pada kerajaan. Prasasti Pucangan 1037 mencatat bahwa Airlangga
berusaha untuk menaklukan musuh musuhnya. Hal tersebut bisa diasumsikan sebagai upaya
Airlangga menunjukkan legitimasinya dengan cara menunjukkan bahwa Airlangga mampu menjaga
ketentraman rakyatnya.
Raja Airlangga juga kerap dikenal sebagai raja yang aktif dalam melakukan pembangunan. Masalah
utama yang terjadi adalah bencana banjir yang selalu menghantui masyarakat. Airlangga kemudian
memerintahkan masyarakat untuk membangun bendungan wringinsapta agar banjir bisa
ditanggulangi. Keputusan tersebut bisa meningkatkan hasil pertanian dari penduduk kerajaan
sehingga masyarakat menjadi sangat makmur. Sebelum mengundurkan diri sebagi raja, Airlangga
membagi kerajaannya menjadi 2. Salah satu wilayah dikenal sebagai Jenggala diserahkan kepada
Mapanji Garasakan. Sementara Panjalu diserahkan kepada Samarawijaya.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan di Jawa Timur ini cukup baik, karena mendapat
perhatian dari raja-raja yang memerintah. Di antaranya Airlangga yang memerintahkan membuat
tanggul di Waringit Pitu (Prasasti Kalegen 1037) dan waduk-waduk di beberapa bagian Sungai
Brantas untuk pengairan sawah-sawah dan mengurangi bahaya banjir.

Kerajaan Kediri
Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara
Samarawijaya yang berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala. Mereka tidak
dapat hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua
belah pihak. Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya, sehingga Panji
Garasakan berkuasa.
Kondisi Sosial dan Politik
Pada tahun 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni Raja Jayabaya. Ia meninggalkan tiga prasasti
penting, yakni Prasasti Hantang atau Ngantang (1135 M), Talan (1136 M) dan Prasasti Desa Jepun (1144
M). Prasasti Hantang memuat tulisan panjalu jayati, artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang
kemenangan Panjalu atas Jenggala. Jayabaya telah berhasil mengatasi berbagai kekacauan di kerajaan.
Pada Prasasti Hantang yang diterbitkan tahun 1135, atau juga disebut prasasti Ngantang, terdapat
semboyan Panjalu Jayati yang artinya Kadiri Menang. Prasasti ini dikeluarkan sebagai piagam
pengesahan anugerah untuk penduduk desa Ngantang yang setia pada Kadiri selama perang melawan
Janggala. Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang berhasil
mengalahkan Janggala dan mempersatukannya kembali dengan Kadiri. Kemenangan Jayabhaya atas
Janggala disimbolkan sebagai kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kakawin Bharatayuddha yang
digubah oleh empu Sedah dan empu Panuluh tahun 1157. Pada Prasasti Talan tahun 1136, raja
Jayabhaya menganugerahkan desa Talan sebagai sima karena telah menyimpan prasasti ripta (lontar)
dari masa leluhurnya wangsa Isyana yaitu Airlangga.
Raja Kediri yang juga memerhatikan kesusastraan ialah Kameswara. Karya sastra Jawa berkembang
pesat pada masa pemerintahan Kameswara. Cerita Panju dan beberapa kakawin banyak dihasilkan
pada masa Kameswara. Empu Tan Akung menulis Kitab Wartasancaya dan Lubdaka sedangkan
Empu Dharmaja menulis Kitab Kakawin Smaradahana. Di dalam Kitab Smaradahana ini Kameswara
dipuji-puji sebagai titisan Kumajaya, permaisurinya ialah Sri Kirana atau putri Candrakirana.
perhatian raja terhadap kehidupan sosial ekonomi rakyat juga besar. Hal ini dapat dibuktikan
dengan karya-karya sastra saat itu, yang mencerminkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat saat
itu. Dapat pula diketahui bahwa kehidupan sosial masyarakat Kediri terwujud dalam hal berikut
ini (1) rakyat Kediri pada umumnya memiliki tempat tinggal yang baik, bersih dan rapi, (2) hukuman
yang dilaksanakan ada dua macam, yakni hukuman denda (berupa emas) dan hukuman mati.
Raja Kediri yang terakhir ialah Kertajaya yang pada tahun 1222 kekuasaannya dihancurkan oleh Ken
Arok, berakhirlah kerajaan Kediri dan muncul kerajaan Singasari.
Kerajaan Singhasari
Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang Kerajaan Singhasari. Pusat Kerajaan
Singhasari kira-kira terletak di dekat Kota Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok. Ken
Arok berhasil tampil sebagai raja (1222 - 1227), walaupun ia berasal dari kalangan rakyat biasa. Menurut
kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang petani dari Desa Pangkur, di sebelah timur Gunung Kawi,
daerah Malang. Ibunya bernama Ken Endok
Kekuasaan Singhasari beralih melalui jalur berdarah. Anusapati berhasil mengambil alih kekuasaan dari
ken Arok dan memerintah selama 21 tahun (1227 – 1248). Tohjaya yang merupakan anak dari Ken Arok
dari selir kemudian mengkudeta Anusapati (1248). Namun masa pemerintahannya hanya bertahan
beberapa bulan karena diambil alih oleh Ranggawuni yang merupakan putra dari Anusapati. Ranggawuni
kemudian menjadi raja Singhasari terhitung dari tahun 1248 – 1268. Tahun 1268 M Kertanegara naik
takhta menggantikan Ronggowuni. Ia bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara
merupakan raja yang paling terkenal di Singhasari. Ia bercita-cita, Singhasari menjadi kerajaan yang besar.
Untuk mewujudkan cita-citanya, maka Kertanegara melakukan berbagai usaha.

Kehidupan sosial dan politik


Kertanegara adalah raja Singasari terakhir dan terbesar, karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri yaitu Mahamentri I
Hino, Mahamentri I Halu dan Mahamentri I Sirikan. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep
(Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian
ditujukan ke daerah lain. Kertanegara ingin memperluas pengaruh dari Singhasari ke luar pulau Jawa,
sesuai visi politiknya yang dikenal sebagai Dwipantara. Kertanegara melakukan kerjasama politik
dengan beberapa kerajaan seperti kerajaan Melayu dan kerajaan Campa yang menhasilkan
kesepakatan untuk bersahabat dan berupaya bersama membendung pengaruh Mongol yang semakin
meluas. Bukti adanya kerjasama terhadap kerajaan Melayu nampak pada ekspedisi pamalayu yang
kedua yang dilakukan untuk mengirimkan hadiah berupa arca Amogapasha kepada raja Melayu yang
dibalas oleh raja melayu dengan mengirimkan putrinya untuk menikah dengan Kertanegara. Selain itu
Kertanegara juga sering melakukan ekspedisi penaklukan terhadap beberapa daerah diantaranya
Madura, Tanjungpura, Pahang, Sunda, Gurun dan Bali.
Beberapa kebijakan politik dwipantara dari kertanegara dapat berjalan lancar karena kerajaan
Singhasari telah memiliki armada laut yang cukup kuat yang bisa mendominasi nusantara. Armada laut
yang kuat tersebut juga berdampak pada kemajuan ekonomi dari Singhasari. Singhasari berhasil
menguasai perdagangan laut antara Maluku dan Melayu dengan cara mengontrol pelayaran pedagang
di laut Jawa. Pelabuhan dagang di Jawa yang telah ada sebelumnya difungsikan ulang dan menjadi
pelabuhan yang sangat ramai pada masa pemerintahan Kertanegara di kerajaan Singhasari. Ramainya
pelabuhan itu bisa dimanfaatkan oleh Singhasari untuk menjual komoditas dagangnya yang berupa
beras.
Tindakan kertanegara yang menolak untuk tunduk kepada kekaisaran Mongol direspon oleh Kubilai
Khan dengan mengirimkan pasukan untuk menaklukan Singhasari. Serangan pasukan Mongol tersebut
dimanfaatkan oleh Jayakatwang (Raja Kediri) untuk menyerang istana kerajaan dan berhasil
membunuh Kertanegara. Singhasari runtuh dan menjadi vassal dari Kediri

Kerajaan Majapahit
Setelah Singhasari jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, antara abad ke-14 -
ke-15 M. Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden
Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir
runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka
hutan di wilayah yang disebut dalam kitab Pararaton sebagai “hutannya orang Trik”. Desa itu dinamai
Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan
Mongol tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang.
Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol sehingga
memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.
Kehidupan Sosial dan Politik
Raden Wijaya kemudian digantikan oleh putranya Kalagemet dengan gelar Jayanegara (1309-1328),
putra Raden Wijaya dengan Dara Petak. Pada masa ini timbul kekacauan di Majapahit, karena
pemerintahan Jayanegara yang kurang berbobot dan rasa tidak puas dari pejuang-pejuang
Majapahit semasa pemerintahan Raden Wijaya. Teritung terdapat 4 pemberontakan yang
membahayakan kerajaan ketika masa pemerintahan Jayanegara. Pemberontakan tersebut
diantaranya Pemberontakan Ranggalawe, Pemberontakan Lembu Sora, Pemberontakan Nambi dan
Pemberontakan Ra Kuti. Semua pemberontakan tersebut berhasil diatasi, salah satunya berkat jasa
dari pasukan Bayangkara yang dipimpin oleh gajahmada. Sayangnya pada 1328, Jayanegara meninggal
karena dibunuh oleh Tanca yang merupakan tabib di istana kerajaan. Tribhuwanatunggadewi
kemudian diangkat menjadi raja pada 1328 - 1350 M menggantikan kakaknya, Jayanagara. Prasasti
Genen II (1329 M) memberitakan, pada awal pemerintahannya, Tribhuwana masih dibimbing oleh
ibunya, Gayatri. Dengan bantuan Gadjah Mada, sebagaimana diberitakan Nagarakrtagama, dia
berhasil memadamkan pemberontakan di Sadeng dan Keta pada 1331 M. Tribhuwana meletakkan
jabatannya setelah 22 Tahun berkuasa dikarenakan meninggalnya ibundanya Gayatri. Hal tersebut
menegaskan bahwa kekuasaanya sebagai pemimpin majapahit dilakukan untuk mewakili ibunya yang
lebih berhak atas tahta kerajaan. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350 - 1389) dan Patih
Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan
melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut
Majapahit dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia.
Peran Mahapatih Gajah Mada sebagai sosok yang telah berpengalaman sangat penting dalam
pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh Hayam Wuruk. Gajah Mada sudah mengasuh Hayam
Wuruk sejak kecil. Bersama Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun Majapahit ke puncak kejayaan
berdasarkan falsafah kenegaraan: Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa yang bermakna
"Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada kerancuan dalam kebenaran”.
Pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit tidak hanya berhasil memperluas daerah
kekuasaannya. Kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh rakyat Nusantara yang bernaung di bawah
kekuasaan Majapahit. Selain itu, Hayam Wuruk juga memperhatikan bidang kebudayaan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya candi yang dibangun, seperti Candi Tikus dan Candi Jabung. Kemajuan juga
terwujud di bidang sastra, dengan ditulisnya karya-karya besar seperti Kitab Negarakertagama karya
mpu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan mpu Tantular.
Wafatnya Hayam Wuruk pada 1389 M menjadi titik balik dari kejayaan Majapahit. Kekuasaan
Majapahit berangsur – angsur melemah yang sebagian besar diakibatkan oleh konflik perebutan tahta.
Puncak dari konflik tersebut dikenal sebagai perang Paregreg 1401 – 1406 M yang semakin membuat
kerajaan ini melemah hingga akhirnya oleh para sejarawan dinyatakan runtuh pada 1478 M
berdasarkan candrasengkala “sirno hilang kertaning bhumi” atau 1400 Saka.
Ketika masa keemasan kerajaan Majapahit, Kehidupan masyarakat terbilang aman, damai dan
tenteram. Dalam Negarakertagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke
daerah-daerah, untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya.
Perlindungan terhadap rakyat sangat diperhatikan. Demikian juga peradilan, dilaksanakan secara
ketat; siapa yang bersalah dihukum tanpa pandang bulu. Dalam kehidupan ekonomi, masyarakat
Majapahit hidup dari pertanian, dan perdagangan. Prasarana perekonomian dibangun, seperti jalan,
lalu lintas sungai dan pelabuhan. Pelabuhan yang besar antara lain Surabaya, Gresik , Tuban, dan
Sedayu. Barang dagangan yang diperjualbelikan antara lain beras, rempahrempah, dan kayu cendana

Untuk memperdalam materi silahkan klik tautan dibawah ini :


https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/Sejarah-Indonesia-Kelas-X
https://www.youtube.com/watch?v=sEKCHzJxpQw
https://historia.id/kuno/articles/raja-pembangun-bendungan-vxJgo/page/1
https://www.youtube.com/watch?v=XkMaBOw6X7Q
https://historia.id/kuno/articles/siapa-sebenarnya-ayah-ken-angrok-6m936/page/2
https://historia.id/kuno/articles/persiapan-kertanagara-hadapi-kubilai-khan-vxJMx/page/3
https://historia.id/history-in-one-minute/articles/menolak-penaklukkan-jawa-atas-malayu-PdlRZ
https://historia.id/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz/page/2
https://historia.id/kuno/articles/kegagalan-khubilai-khan-di-jawa-Pdj4k/page/5
https://historia.id/kuno/articles/perempuan-di-singgasana-majapahit-P4W1M/page/3
https://www.youtube.com/watch?v=4WEUohUznV4
https://historia.id/kuno/articles/putri-sunda-penyebab-perang-bubat-vYEjm/page/2
https://tirto.id/sejarah-hayam-wuruk-dan-fakta-masa-kejayaan-kerajaan-majapahit-f9XC
Membuat Timeline Infografis
Tokoh – Tokoh Dalam Kerajaan Hindu dan Buddha

Pembuatan Produk timeline infografis dipilih sebagai tagihan akhir dalam pembelajaran PjBL tentang
Kerajaan Hindu dan Buddha secara diakronis (kronologis) dan sinkronis. Pembuatan timeline infografis
bisa dilakukan dengan memanfaatkan media canva.
Infografis adalah sebuah sarana untuk menyampaikan data dan dipadukan dengan berbagai macam objek
visual. Fungsi utama dari infografis yaitu membuat audiens tertarik sehingga mereka mau menyimak data
yang disajikan. Jika dikaitkan dengan Sejarah. Infografis akan sangat optimal jika dirumuskan dalam
bentuk timeline, sehingga keterangan waktu dalam setiap informasi yang disajikan akan semakin jelas dan
tersusun secara kronologis.
Infografis sering menjadi pilihan utama dalam proses penyampaian informasi. Sebab, sebagai konten
visual, infografis yang berisi rangkuman data serta informasi dapat lebih mudah menyampaikan pesan
kepada publik. Semakin menarik dan bagus desain infografis, maka kemungkinan konten tersebut
mendapat tanggapan positif
Alasan utama mengapa infografis digunakan di mana-mana yaitu karena konten ini dapat
mengkomunikasikan informasi kompleks dengan cara yang menarik secara visual. Oleh sebab itu
Infografis adalah alat yang berharga untuk komunikasi visual .
Berikut sejumlah alasan mengapa infografis penting dalam penyampaian informasi :
1. Mengilustrasikan data: infografis adalah alat yang tepat untuk menyampai data kompleks kepada
audiens. Sebab infografis umumnya menyajikan statistik, fakta, dan angka secara visual
menggunakan bagan, grafik, serta alat grafik lainnya.
2. Menyederhanakan subjek yang kompleks: infografis adalah alat untuk menjelaskan konsep yang
sulit dengan bantuan ilustrasi dan isyarat visual.
3. Menggambar perbandingan: infografis bisa membandingkan secara visual dua atau lebih suatu
hal yang menjadi topik pembahasan.
4. Menciptakan kesadaran dan ketertarikan: karena konsepnya mudah dipahami, maka
penggunaan infografis dapat menciptakan ketertarikan audiens terhadap topik yang sedang
dibahas.
5. Meringkas konten yang lebih panjang: kehadiran infografis sudah banyak mengubah konten
video panjang, posting blog, dan laporan menjadi lebih ringkas serta mudah dipahami.

https://katadata.co.id/agung/berita/62c50cb1217cd/mengenal-infografis-kegunaan-dan-jenis-
jenisnya
Contoh Timeline Infografis sejarah kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia
Prosedur Penyusunan Timeline Infografis dengan menggunakan Canva
1. Persiapkan Laptop dan bukalah browser yang tersedia (Mozilla atau Chrome)
2. Pastikan laptop tersebut terkoneksi dengan internet
3. Silahkan tuliskan canva.com pada bagian address bar untuk diarahkan ke website canva

4. Silahkan untuk membuat desain infografis sendiri dengan tombol buat desain
5. Kalian juga bisa menggunakan template yang tersedia dengan mencari template yang
diinginkan. Tuliskan kata kunci di bagian search bar. Gunakan kata kunci “timeline
infografis”

6. Silahkan mulai menyusun timeline infografis dengan memanfaatkan kombinasi teks dan gambar.
6. Jika telah selesai silahkan unduh timeline infografis yang kalian kerjakan dengan
mengklik tombol unduh

7.Untuk lebih jelas terkait tutorial penyusunan infografis menggunakan Canva.com anda bisa
mengikuti langkah – langkah yang ada di video berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=UFhKRS0gHrY
Sumber :

Esti Wulandari dan Endra Kusuma. 2022. Esensi, Ilmu Pengetahuan Sosial, Sejarah, Untuk SMA / MA
Kelas X (Fase E). Surakarta : Mediatama
Marwati Djoenoed dan Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia jilid II. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ratna Hapsari dan M. Adil. 2022. IPS SEJARAH 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Penerbit Erlangga
Restu Gunawan, dkk. 2017. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK kelas X. Jakarta : Kemendikbud

https://historia.id/kuno/articles/kutai-kartanagara-pada-zaman-kuno-v22x4/page/1
https://www.youtube.com/watch?v=uRjI2U9VTVA
https://historia.id/kuno/articles/raja-raja-yang-bertakhta-di-sriwijaya-Peka9/page/2
https://www.youtube.com/watch?v=XMTuvqR8pgA
https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/Sejarah-Indonesia-Kelas-X
https://www.youtube.com/watch?v=sEKCHzJxpQw
https://historia.id/kuno/articles/raja-pembangun-bendungan-vxJgo/page/1
https://www.youtube.com/watch?v=XkMaBOw6X7Q
https://historia.id/kuno/articles/siapa-sebenarnya-ayah-ken-angrok-6m936/page/2
https://historia.id/kuno/articles/persiapan-kertanagara-hadapi-kubilai-khan-vxJMx/page/3
https://historia.id/history-in-one-minute/articles/menolak-penaklukkan-jawa-atas-malayu-PdlRZ
https://historia.id/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz/page/2
https://historia.id/kuno/articles/kegagalan-khubilai-khan-di-jawa-Pdj4k/page/5
https://historia.id/kuno/articles/perempuan-di-singgasana-majapahit-P4W1M/page/3
https://www.youtube.com/watch?v=4WEUohUznV4
https://historia.id/kuno/articles/putri-sunda-penyebab-perang-bubat-vYEjm/page/2
https://tirto.id/sejarah-hayam-wuruk-dan-fakta-masa-kejayaan-kerajaan-majapahit-f9XC
https://www.youtube.com/watch?v=UFhKRS0gHrY

Anda mungkin juga menyukai