Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TAFSIR AYAT AL-QUR’AN TENTANG METODE PENDIDIKAN

(QS Al- Maidah 67, QS An Nahl 125, QS Al A’raf 176-177, QS Ibrahim 24-25)

Disusun oleh:

Rexifan P Mahmud
(203121056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh

lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi

kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu 29 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Tafsir ayat Al-qur’an tentang metode pendidikan yang

terkandung dalam Al-qur’an (QS Al- Maidah 67, QS An Nahl

125, QS Al A’raf 176-177, QS Ibrahim 24-25)) ............................... 3

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16

A. Kesimpulan .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang

dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat (lingkungan

sosial dan budaya). Di dalam interaksi tersebut ada tujuan yang hendak dicapai

ialah berkembangnya potensi peserta didik (baik yang bersifat kognitif, afektif,

maupun psikomotor). Dalam proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor

yang menentukan keberhasilan siswanya. Dengan demikian, guru dalam proses

belajar mengajar tidak hanya dituntut agar mampu menyampaikan materi

pelajaran dan menguasai bahan pelajaran, tetapi harus dapat memotivasi siswa

dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus

memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena

pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah

harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasa disebut metode mengajar.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar

mengajar. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat

menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Untuk itu guru harus memahami

sepenuhnya materi yang hendak disampaikan dan memilih metode pembelajaran

yang tepat dalam penyampaian materi sehingga dapat menciptakan proses belajar

mengajar yang baik.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tafsir ayat Al-qur‟an tentang metode pendidikan yang

terkandung dalam Al-qur‟an (QS Al- Maidah 67, QS An Nahl 125, QS

Al A’raf 176-177, QS Ibrahim 24-25)

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana tafsir ayat Al-qur‟an tentang metode pendidikan

yang terkandung dalam Al-qur‟an (QS Al- Maidah 67, QS An Nahl 125,

QS Al A’raf 176-177, QS Ibrahim 24-25)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir ayat Al-qur’an tentang metode pendidikan yang terkandung

dalam Al-qur’an (QS Al- Maidah 67, QS An Nahl 125, QS Al A’raf

176-177, QS Ibrahim 24-25)

1. Ayat Al-quran tentang teknologi pendidikan

a. QS Al- Maidah 67

ۗ ِ ‫ك ًُكَ ِيٍَ انَُّب‬


‫س‬ ٰ ‫س ْى ُل ثَ ِهّ ْغ َيب ٰٓ ا ُ َْ ِز َل اِنَيْكَ ِي ٍْ َّز ِثّكَ َۗوا ٌِْ نَّ ْى ت َ ْف َؼ ْم فَ ًَب ثَهَّ ْغتَ ِزسٰ هَت َهٗ َۗو‬
ِ ‫ّللاُ يَ ْؼ‬ َّ ‫ٰيٰٓبَيُّ َهب‬
ُ ‫انس‬

ٍَْ‫ّللاَ ََل َي ْهدِي ْانقَ ْى َو ْان ٰك ِف ِسي‬


ٰ ٌَِّ ‫ا‬

Artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu

kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau

tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan)

manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.

1) Asbabunnuzul QS Al Maidah 67

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Jabir bin

Abdillah: bahwa Rasulullah biasanya mendapat pengawalan, dan tiap-

tiap hari Abu Thalib pun mengirimkan pengawal-pengawalnya dari

Bani Hasyim untuk menjaganya. Ketika turun ayat ini (Al-Maidah ayat

67) Rasulullah Saw bersabda kepada kepada Abu Thalib yang akan

mengirimkan pengawalnya: “Wahai pamanku! Sesungguhnya Allah

telah menjamin keselamatan jiwaku dari perbuatan jin dan manusia”.

3
2) Penjelasan redaksi Ayat

Ini adalah perintah dari Allah kepada RasulNya, Muhammad, dengan

perintah yang paling mulia dan paling agung yaitu menyampaikan apa

yang Allah turunkan kepadanya. Termasuk dalam hal ini adalah seluruh

perkara yang diteriman umat ini dari Nabi, meliputi akidah, amalan-

amalan, perkataan-perkataan, hukum-hukum syar‟I dan tuntutan-

tuntutan ilahiyah. Nabi telah menyampaikan dengan sempurna, dia telah

berdakwah, memberi peringatan, menyampaikan berita gembira dan

memberi kemudahan. Dia mendidik orang-orang bodoh yang tidak bisa

membaca dan menulis menjadi ulama Rabbani. Beliau menyampaikan

dengan ucapan, perbuatan, (mengirim) surat dan (mengirim ) utusan-

utusannya. Tiada kebaikan kecuali beliau menunjukkan umatnya

kepadanya, dan tiada keburukan kecuali beliau memperingatkan

umatnya darinya. Para sahabat, para imam, dan ulama, serta kaum

MUslimin yang merupakan orang-orang terpilih umat ini telah

berskaksi untuknya bahwa dia telah menyampaikan. “Dan jika tidak

kamu kerjakan,” maksudnya, tidak menyampaikan apa yang diturunkan

oleh Rabbmu kepadamu, “berarti kamu tidak menyampaikan

amanatNya.” Artinya,kamu tidak melaksanakan perintahNya.

“Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” Ini adalah

perlindungan dan penjagaan dari Allah bagi RasulNya dari gangguan

manusia. Hendaknya kamu mencurahkan segala perhatian kepada

4
pendidikan dan tabligh, jangan gentar karena takut kepada manusia,

karena ubun-ubun mereka semua ada di Tangan Allah. Allah telah

menjamin perindunganmu, tugasmu hanyalah menyampaikan dengan

jelas. Barangsiapa mendapatkan petunjuk, maka itu untuk dirinya

sendiri. Adapun orang-orang kafir yang tujuan mereka hanyalah

mengikuti hawa nafsu, maka Allah tidak memberi petunjuk kepada

mereka dan tidak membimbing mereka kepada kebaikan karena

kekufuran mereka.

3) Relevansi ayat dengan pendidikan

Dalam QS Al maidah 67 ini Allah memerintahkan kepada Nabi

Muhammad supaya menyampaikan apa yang telah diturunkan

kepadanya tanpa menghiraukan besarnya tantangan yang akan

dihadapinya. Dalam melaksanakan tugas tabligh ini, beliau

menunjukkan metode langsung, baik berupa contoh, maupun ajakan.

Nabi Muhammad adalah teladan di dalam alam nyata. Mereka

memperhatikan beliau, sedangkan beliau adalah manusia seperti mereka

lalu melihat bahwa sifat-sifat dan daya-daya itu menampakan diri

didalam diri beliau. Mereka menyaksikan hal itu secara nyata didalam

diri seorang manusia. Oleh karena itu hati mereka tergerak dan perasaan

mereka tersentuh. Mereka ingin mencontoh rosul, masing-masing

sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan kesanggupannya

meningkat lebih tinggi. Semangat mereka tidak mengendur, perhatian

mereka tidak dipalingkan, serta tidak membiarkannya menjadi impian

5
kosong yang terlalu muluk, karena mereka melihatnya dengan nyata

hidup di alam nyata, dan menyaksikan sendiri kepribadian itu secara

konkrit bukan omong kosong di alam khayal.

4) Analisa

Dari penjelasan ayat diatas dapat diambil garis besar bahwa ketika kita

mempunyai pengetahuan, pengetahuan itu tidak akan berarti ketika

tidak bermanfaat dan tidak di ajarkan untuk orang lain

b. QS An Nahl 125

‫س ٍُ إِ ٌَّ َزثَّكَ ُه َى أ َ ْػهَ ُى‬ َ ‫سَُ ِخ َو َجبد ِْن ُه ْى ثِبنَّتِي ه‬


َ ْ‫ِي أَح‬ َ ‫ظ ِخ ْان َح‬
َ ‫سجِي ِم َزثِّكَ ثِ ْبن ِح ْك ًَ ِخ َو ْان ًَ ْى ِػ‬ ُ ‫ا ُ ْد‬
َ ًَ‫ع إِن‬

ٍَ‫سجِي ِه ِه َو ُه َى أ َ ْػهَ ُى ثِ ْبن ًُ ْهتَدِي‬


َ ٍْ ‫ػ‬ َ ٍْ ًَ ِ‫ث‬
َ ‫ض َّم‬

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya

dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An

Nahl: 125)

1) Asbabunnuzul An Nahl 125

Turunnya ayat ini berkaitan dengan peristiwa di Perang Uhud

dijelaskan bahwa surat An Nahl ayat 125 turun setelah Nabi

Muhammad SAW melihat jenazah 70 sahabatnya yang mati syahid

dalam Perang Uhud, termasuk pamannya yang bernama Hamzah. Ayat

ini diturunkan agar dibuat perjanjian gencatan senjata dengan orang-

6
orang Quraisy. Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad

mengenai cara berdakwah yang menekankan hikmah.

2) Penjelasan redaksi Ayat

Allah Subhanahu wa Ta‟ala memerintahkan Rasulullah shallallahu

„alaihi wasallam untuk menyeru manusia kepada-Nya dengan cara yang

bijaksana. Yakni dengan hikmah dan mauidhah hasanah (nasehat yang

baik). Jika diperlukan, barulah jidal (membantah atau mendebat)

dengan cara yang baik. Hikmah, mauidhah hasanah dan jidal ini adalah

metode dakwah yang Allah ajarkan. Penyebutannya secara berurutan

menunjukkan prioritas dalam menggunakan metode dakwah ini.

Dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa sabiili

rabbik dalam ayat ini sama dengan sabilillah, shiratal mustaqim dan ad

diinul haq. Agama yang benar, yakni Islam.

Meskipun khitab ayat ini ditujukan kepada Rasulullah, ia juga berlaku

untuk umatnya. Dakwah menyeru manusia kepada Allah adalah

kewajiban setiap muslim dan metode dakwah ini juga harus diamalkan

kaum muslimin.

Buya Hamka menjelaskan, hikmah adalah kebijaksanaan. Yakni cara

yang bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang

bersih guna menarik hati orang kepada agama Allah. Hikmah itu bukan

sekedar kata-kata melainkan juga sikap hidup dan perbuatan. Bahkan

sikap hidup dan perbuatan bisa lebih berhikmah daripada kata-kata.

7
3) Relevansi ayat dengan pendidikan

Dalam ayat ini dijelaskan tiga macam metode pendidikan yang harus

disesuaikan dengan sasaran. Terhadap cendikiawan yang memiliki

intelektual tinggi diperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah,

yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat

kepandaian mereka. Terhadap kaum awam diperintahkan untuk

menerapkan mau‟izhah, yakni memberikan nasihat dan perumpamaan

yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan mereka yang

sederhana. Sedang terhadap Ahl al-kitab dan penganut agama-agama

lain yang di perintahkan menggunakan jidal ahsan/ perdebatan dengan

cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas

dari kekerasan dan umpatan.

4) Analisa

Dalam ayat ini ditegaskan Untuk menjadi seorang pedakwa, pendidik

ataupun guru, kita harus menyampaikan mteri yang kita ajarkan dengan

metode penyampain yang baik, dengan contoh yang baik pula, seerti

yang dicontohi nabi kita Muhammad SAW.

c. QS Al A’raf 176-177

‫ػهَ ْي ِه‬ ِ ُۚ ‫ض َواتَّجَ َغ ه َٰىى ُۚهُ فَ ًَثَهُهٗ َك ًَث َ ِم ْان َك ْه‬


َ ‫ت ا ٌِْ تَحْ ًِ ْم‬ ِ ‫َونَ ْى ِشئَُْب نَ َسفَ ْؼ ُٰهُ ثِ َهب َو ٰن ِكَُّهٗ ٰٓ ا َ ْخهَدَ اِنًَ ْاَلَ ْز‬

ٌَ‫ص نَؼَهَّ ُه ْى يَتَفَ َّك ُس ْو‬ َ َ‫ص ْانق‬


َ ‫ك‬ ِ ‫ك‬ ْ ۗ ‫ث ا َ ْو تَتْ ُس ْكهُ يَ ْه َه‬
ُ ‫ث ٰذنِكَ َيث َ ُم ْانقَ ْى ِو انَّ ِريٍَْ َكرَّث ُْىا ثِ ٰب ٰيتُِ َُۚب فَب ْق‬ ْ ‫يَ ْه َه‬

٦٧١ : ‫اَلػساف‬

8
٦٧٧ - ٌَ‫ظ ِه ًُ ْى‬ َ ُ‫س ۤب َء َيث َ اًل ْۨانقَ ْى ُو انَّ ِريٍَْ َكرَّث ُْىا ِث ٰب ٰيتَُِب َوا َ َْف‬
ْ َ‫س ُه ْى َكبَُ ْىا ي‬ َ

Artinya: Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan

(derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan

mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing,

jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia

menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang

mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka

berpikir. 176 Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-

ayat Kami; mereka menzalimi diri sendiri. 177

1) Asbabunnuzul QS Al A‟raf 176-177

Ayat ini merupakan tamṡīl yang mengandung musyabbah (yang

diserupakan) dan musyabbah bihi (yang dijadikan penyerupa). Al-

Qur‟an tidak menyebutkan siapa nama orang yang dijadikan

perumpamaan, dari bangsa apa dan dari Negara mana. Begitu pula

dalam hadits sahih, tidak ada keterangan mengenai itu. Maka dalam

memberi nasihat, kita tidak perlu menerangkan siapa namanya,

sekalipun dalam tafsir-tafsir bi al-ma‟ṡur para perawinya banyak

meriwayatkan tentang siapa orang yang dimaksud.

2) Penjelasan redaksi Ayat

Dalam Tafsir Al- misbah di jelaskan, Jika Kami menghendaki untuk

mengangkat derajatnya ke golongan orang baik, niscaya Kami lakukan

dengan memberinya petunjuk untuk mengamalkan ayat-ayat yang Kami

9
turunkan. Akan tetapi dia lebih memilih tersungkur di bumi dan tidak

mengangkat derajatnya ke langit. Dia selalu mengikuti hawa nafsunya

yang rendah. Keadaannya yang selalu berada dalam gundah gulana dan

sibuk mengejar hawa nafsu duniawi, persis seperti anjing yang selalu

menjulurkan lidah, baik saat dihalau maupun tidak, karena begitu

kuatnya bernafas. Begitu jugalah seorang budak dunia, selalu tergila-

gila dengan kesenangan dan hawa nafsu duniawi. Sesungguhnya ini

merupakan perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat

yang Kami turunkan. Maka, ceritakanlah, wahai Nabi, kisah ini kepada

kaummu, agar mereka berfikir dan beriman." Ayat ini mengutarakan

suatu fenomena bahwa anjing akan selalu menjulurkan lidah, saat

dihalau maupun dibiarkan. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa

anjing tidak memiliki kelenjar keringat di kaki yang cukup, yang

berguna untuk mengatur suhu badan. Karena itulah, untuk membantu

mengatur suhu badan, anjing selalu menjulurkan lidah. Sebab, dengan

cara membuka mulut yang bisa dilakukan dengan menjulurkan lidah,

anjing dapat bernafas lebih banyak dari biasanya.

3) Relevansi ayat dengan pendidikan

Dalam surat Al-A‟raf ayat 176-177 terdapat banyak nilai-nilai

pendidikan :

a) Memerintahkan untuk tidak mengikuti hawa nafsu

b) Senantiasa mengamalkan ayat-ayat Al-Qur‟an

c) Meyakini ayat-ayat Allah

10
d) Menjadikan kisah-kisah terdahulu sebagai pembelajaran

e) Tidak mencintai harta dunia

f) Istiqomah dalam bertaqwa dan berdzikir kepada Allah agar

tidak terjerumus oleh hawa nafsu.

4) Analisa

Dalam surat Al-A‟raf ayat 176-177 disebutkan bahwasanya orang yang

mengikuti hawa nafsu dan mendustakan ayat-ayat Allah bagaikan

anjing yang selalu menjulurkan lidah, maka dari itu nabi Muhammad

diperintahkan untuk memberikan cerita mengenai hal tersebut agar

umatnya tidak sesat. sedangkan pengaplikasian kandungan ayat tersebut

yaitu dengan cara sealau bertaqwa dengan istiqomah tanpa adanya rasa

pamrih, senantiasa menjalankan perintah Allah, mengamalkan ayat-ayat

Alqur‟an dengan sepenuh hati, tidak melakukan kesenangan yang

bersifat sesaat yang dapat memawa kita pada kesesatan.

d. QS Ibrahim 24-25

٤٢ ‫س ًَب ٰٓ ِء‬ ُ ‫طيِّجَ ٍخ اَصۡ هُ َهب ثَبثِتٌ َّوفَ ۡس‬


َّ ‫ػ َهب فًِ ان‬ َ ‫ط ِيّجَخا َك‬
َ ٍ‫ش َج َسح‬ َ ‫ّللاُ َيث َ اًل َك ِه ًَخا‬
ٰ ‫ة‬ َ ‫ض َس‬ َ ‫اَنَ ۡى ت ََس َك ۡي‬
َ ‫ف‬

ِ َُّ‫ّللاُ ۡاَلَيۡ ثَب َل ِنه‬


٤٥ٌَ‫بس نَ َؼهَّ ُه ۡى يَتَرَ َّك ُس ۡو‬ ٰ ‫ة‬ ۡ َ‫ت ُ ۡؤتِ ًۡۤ ا ُ ُكهَ َهب ُك َّم ِح ۡي ٍۢ ٍٍ ِثب ِۡذ ٌِ َزثِّ َهبؕ َوي‬
ُ ‫ض ِس‬

Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan

cabangnya (menjulang) ke langit,.24 pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap

11
waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk

manusia agar mereka selalu ingat.25

1) Asbabunnuzul QS Ibrahim 24-25

Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra Umar ra.

Berkata bahwa suatu ketika kami berada disekeliling Rasulullah

SAW,lalu beliau bersabda:”Beritahu aku tentang sebuah pohon yang

serupa dengan seorang muslim,memberikan buahnya pada setiap

muslim!” putra Umar berkata:”Terlintas dalam benakku bahwa pohon

itu adalah pohon kurma,tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak

berbicara,maka akan segan berbicara.”Dan seketika Rasul SAW,tidak

mendengar jawaban dari hadirin,beliau bersabda: “pohon itu adalah

pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAWitu,aku

berkata pada (ayahku) „Umar‟. “Hai ayahku! Demi Allah telah terlintas

dalam benahku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. “Beliau

berkata:”Mengapa engkau tidak menyampaikannya?”Aku

menjawab:”Aku tidak melihat seorang pun berbicara,maka aku pun

segera berbicara.”Umar ra. Berkata:”Seandainya engkau

menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan

itu.”HR.Bukhari,Muslim,at-Tirmidzi dan lain-lain..

2) Penjelasan redaksi Ayat

Dalam Tafsir Al- misbah di jelaskan, Ayat ini mengajak siapa pun yang

dapat melihat, yakni merenung dan memperhatikan, dengan

12
masyarakat: tidakkah kamu melihat, yakni memperhatikan bagaimana

Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik?. Kalimat itu

seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah

sehingga tidak dapat di robohkan oleh angin dan cabangnya tinggi

menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan buahnya pada setiap

waktu, yakni musim dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu

kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang

memuaskan. Demikian Allah membuat perumpamaan-perumpamaan,

yakni memberi contoh dan perumpamaan untuk manusia supaya dengan

demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal

konkret sehingga mereka selalu ingat. dimaksud sebagai perumpamaan

kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon

kurma. Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra

Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasul

SAW. Lalu beliau bersabda: ”Beritahulah aku tentang sebuah pohon

yang serupa dengan orang muslim!” Putra Umar berkata: “Terlintas

dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat

Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.” Dan

seketika Rasul SAW. Tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau

bersabda: ”Pohon itu adalah pohon kurma.” Setelah selesai pertemuan

dengan Rasul SAW. Itu aku berkata kepada (ayahku) Umar: “ Wahai

Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang

dimaksud adalah pohon kurma.” Beliau berkata: “Mengapa engkau

13
tidak menyampaikannya?” Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang

pun berbicara, maka aku pun segan berbicara.” Umar ra. berkata:

“Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih

kusukai dari ini dan itu” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-

lain). Sementara ulama membahas pohon apakah yangUlama juga

berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kalimat yang

baik, ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat Tauhid, atau iman,

bahkan ada memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin.

Iman terhunjam kedalam hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon,

cabangnya menjulang ke atas, yakni amal-amalnya di terima oleh Allah,

buahnya, yakni ganjaran Ilahi pun bertambah setiap saat. Thahit Ibn

Asyur memahaminya dalam arti Al-Qur‟an dan petunjuk-petunjuknya.

Thaba thaba‟i memahaminya dalam arti kepercayaan yang haq. Makna-

makna di atas semuanya dapat bertemu. Agaknya secara sigkat kita

dapat menyatakan bahwa ia adalah Kalimat Tauhid.Kalimat Tauhid

adalah pusat yang berkeliling di sekitarnya kesatuan-kesatuan yang

tidak boleh di lepaskan dari pusat itu, seperti planet-planet tata surya

yang berkeliling di sekitar tata surya. Kesatuan-kesatuan itu antara lain,

kesatuan alam raya, kesatuan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan

supra natural, kesatuan ilmu, kesatuan sumber agama-agama samawi,

kesatuan kamanusiaan, kesatuan umat, kesatuan kepribadian manusia

dan lain-lain. Berdasarkan penafsiran dari al-misbah ialah untuk

mengajak merenung dan memperhatikan perumpamaan kalimat

14
yang seperti pohon yang baik akarnya yang kokoh menurut ulama

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon itu ialah seperti pohon

kurma dan putra umar pun juga berkata bahwa suatu saat kita akan

bersama di sekeliling Rosululloh SAW. Dan putra Umar pun berkata

pohon yang dimaksud itu pun ialah pohon kurma.

3) Relevansi ayat dengan pendidikan

Dalam QS. Ibrahim 24-25 dijelaskan bahwa pendidik menggunakan

metode pendidikan perumpamaan supaya membuat peserta didik lebih

mudah mengingat dan mengambil pelajaran dari perumpamaan-

perumpamaan tersebut. Dengan memberikan perumpamaan pada

peserta didik itu dapat memberikan kesan yang lebih mendalam pada

peserta didik.

4) Analisa

Dalam QS. Ibrahim 24-25 metode pendidikan yang dimaksud dengan

kalimat yang baik ialah ucapan “Lailaha illallah” Dan bahwa orang

mukmin diumpamakan sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak

terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore, atau malam bahkan

pada setiap saat ada amal sholehnya yang naik keatas.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut bahasa ‫ َيثَ اًل‬adalah dalam kamus bahasa arab artinya Contoh,

kejadian ilustrasi, kasus, pelajaran ; Pepatah, perkataan, peribahasa, ungkapan,

perumpamaan. Tapi yang di maksud dalam QS. Ibrahim Ayat 24-25 ini

mengartikan perumpamaan Dengan perumpamaan yang di ajarkan oleh pendidik

agar mampu peserta didik nya untuk memahami dan mengetahui apa yang

diajarkan oleh pendidik atau guru tersebut.

Dalam QS. Ibrahim 24-24 dijelaskan bahwa pendidik menggunakan

metode pendidikan perumpamaan supaya membuat peserta didik lebih mudah

mengingat dan mengambil pelajaran dari perumpamaan-perumpamaan tersebut.

Dengan memberikan perumpamaan pada peserta didik itu dapat memberikan

kesan yang lebih mendalam pada peserta didik. Hikmah mempelajari.

16
DAFTAR PUSTAKA

M Yusuf Kadar, 2013. Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Alqur’an


tentang Pendidikan, Jakarta: Amzah.
Sudiyono M, 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka

Cipta.https://bersamadakwah.net/surat-an-nahl-ayat-125/

Anda mungkin juga menyukai