Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Amar (perintah)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan bimbingan yang baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
wawasanyang luas bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Magelang, 20 September 2022

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Amar ma’ruf dan nahi munkar, digunakan syari'at Islam untuk pengertian
memerintahkan atau mengajak diri dan orang lain melakukan hal-hal yang dipandang
baik oleh agama, dan melarang atau mencegah diri dan orang lain dari melakukan hal-
hal yang dipandang buruk oleh agama. 'Ulama fiqih sepakat bahwa amar ma’ruf dan
nahi munkar adalah prinsip yang harus dimiliki setiap Muslim. Mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri utama masyarakat orang-orang
yang beriman; setiap kali Al-Qur’an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-
orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali
ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman untuk
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak baik pada diri sendiri ataupun
kepada orang lain. Untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan
oleh Allah dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan yang tercela (yang dilarang
Allah) dan Rasul-Nya. Dakwah bisa diidentifikan dengan amar ma’ruf dan nahi
munkar. Berkenaan dengan masalah perintah dan larangan, kita perlu memahami
kembali peranan amar ma’ruf dan nahi munkar (menyeru kepada yang ma’ruf dan
mencegah yang munkar) yang diajarkan Islam kepada umatnya. Karena banyak
diantara kita yang belum memahami hakikat, fungsi dan kedudukanya diantara
ibadah-ibadah lainnya. Semuanya itu menyebabkan kurang berfungsinya konsep amar
ma’ruf dan nahi munkar dalam kehidupan kita sehari-hari, apalagi pada era
modernisasi yang tidak pernah sepi dari kemungkaran. Pembahasan masalah kebaikan
dan kemungkaran sangat luas dan beragam bentuknya, namun sampai pada saat ini
banyak orang-orang Islam yang mengkonsumsi kebaikan hanya untuk dirinya sendiri
tanpa memperdulikan orang lain. Demikian halnya terhadap kemungkaran, mereka
hanya mencegah kemungkaran dari dirinya pribadi dan membiarkan orang lain.
Dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit
hartanya, bahkan nyawa seperti yang telah dicontonkan oleh para nabinabi dan rasul-
rasul.

Dakwah adalah membawa kebenaran yaitu kebenaran yang perlu dipertanggun


jawabkan di dunia dan akhirat, agar terciptanya kedamaian dan kebahagiaan.
Sementara kerusakan di muka bumi ini dapat dicegah melalui peranan amar ma’ruf
dan nahi munkar. Sayyid Qutb telah nyatakan di dalam Tafsirnya, untuk
mengimplementasikan manhaj Allah  bukanlah semata-mata memberi nasihat,
bimbingan, dan menyampaikan keterangan melalui dengan cara uslub da'wah.
Memang ini adalah salah satu aspek, akan tetapi masih ada aspek yang lebih utama
yang perlu ditegakkan yaitu menegakkan kekuasaan untuk memerintah dan melarang.
Yang dimaksudkan disini adalah rakyat harus memilih dan berpihak kepada penguasa
atau kerajaan yang ingin menegakkan Daulah Isla>miyyah dalam sebuah negeri
dengan mengamalkan konsep dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar secara Hamka,
Pendangan Hidup Muslim (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), konsisten dan efisien
supaya kehidupan di muka bumi kini terpelihara dari kepimpinan bangsa ja>hiliyah
dengan menyuruh kepada kejahatan dan kerusakan. Untuk itu, kaum Muslimi>n harus
memiliki kekuatan sehingga memungkinkanmereka memerintah kepada yang baik
dan mencegah kemungkaran. Menurut Sayyid Qutb, amar adalah perintah, ma’ruf
adalah sesuatu yang dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat. Perbuatan ma’ruf
apabila dikerjakan dapat diterima dan dipahami oleh manusia serta dipuji. Sedangkan
munkar adalah sesuatu yang dibenci dan tidak dapat diterima oleh masyarakat, apabila
dikerjakan ia dicemoh dan dicela oleh masyarakat sekelilingnya. Lebih lanjut menurut
Sayyid Qutb mengatakan bahwa, dakwah kebajikan biasa saja dilakukan oleh semua
Muslim, namun untuk memerintahkan kepada hal-hal yang ma'ruf dan melarang
kepada hal-hal yang munkar diperlukan adanya kekuasaan untuk melakukan amar
ma’ruf dan nahi munkar atau paling tidak, diperlukannya sebuah komunitas yang
concern terhadap perintah dan larangan terhadap kebaikan dan kemungkaran. Oleh
sebab itu, dalam penafsiran Sayyid Qutb menegaskan supaya umat Islam menegakkan
kekuasaan memerintah danmelarang. Sementara itu, M. Quraish Shihab banyak
menekankan perlunya memahamiwahyu Ilahi secara kontekstual dan tidak semata-
mata terpaku pada maknatekstual agar pesan-pesan yang terkandung di dalamnya
dapat difungsikan dalamkehidupan nyata. Menurutnya, penafsiran terhadap Al-Qur’an
tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru
sejalan dengan perkembangan ilmu dan tuntutan kemajuan. M. Quraish Shihab
tetapmengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan
AlQur’an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu pendapat sebagai
pendapat Al-Qur’an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa bila seseorang
memaksakan pendapatnya atas nama Al-Qur’an. Menurut Shihab, kata munkar
dipahami banyak ulama sebagai segala sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan agama, akal, dan adat istiadat. Penekanankata munkar
lebih banyak pada adat-istiadat. Demikian juga kata ma’ruf yangdipahami dalam arti
adat bistiadat yang sejalan dengan tuntunan agama. Dapat dilihat dalam data-data
yang disebutkan sebelumnya bahwa Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab juga
memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang amar ma’ruf dan
nahi munkar. Seperti diketahui bahwa Sayyid Qut}b adalah salah satu tokoh haraki
dari parti al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir, sedangkan M. Quraish Shihab adalah
seorang pakar Al-Qur’an di Indonesia. Bahkan orang pertama dari Asia Tenggara
yang meraih gelar Doktor bidang ilmu Tafsir di Mesir. Memang bukan satu-satunya
pakar Al-Qur’an di Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan
menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an dalam konteks kekinian dan masa moderen
membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul daripada pakar Al-Qur’an lainnya.
Menurutnya, dengan metode tafsirmawdu'i (tematik) dapat diungkapkan pendapat-
pendapat Al-Qur’an tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan
bukti bahwa ayat AlQur’an sejalan dengan perkembangan iptek dan kemajuan
peradaban masyarakat. Adapun beberapa hal yang menjadi alasan peneliti untuk
mengkomparasikan kedua tokoh tersebut di antaranya: pertama, Sayyid Qutb dan
M.Quraish Shihab adalah dua tokoh mufassir yang termasuk kedalam mufassir priode
modern-kontemporer. Kedua, kedua mufassir tersebut dipilih sebagai objek
penelitian, karna secara latar belakang ataupun priode penafsiran kedua mufassir
tersebut berbeda, baik secara sosio-cultural dan kondisi masyarakat, maupun tingkat
kemampuan intelektual dari para mufassir tersebut. Sayyid Qutb merupakan seorang
mufassir yang terkenal di kancah dunia Internasional. Ia terkenal sebagai seorang
ilmuan Muslim yang juga sebagai seorang negarawan di Kemetrian Pendidikan dan
Pengajar. Dengan karyanya Tafsir FiZilal Al-Qur'an yang menjadi karya
monumentalnya diantara karyakarya lain yang dihasilkannya. Kitab tafsir ini dinilai
relevan, karena di dalamnya kaya dengan pemikiran sosial-kemasyarakatan yang
mengkaji masalah-masalah sosial yang sangat dibutuhkan oleh generasi Muslim
sekarang. Dalam konteks Indonesia Quraish Shihab merupakan seorang mufassir yang
terkenal, ia juga seorang negarawan yang pernah bekerja untuk negara menjadi
Menteri Agama. Dengan karyanya Tafsir Al-Mishba>h yang membumi saat ini
khususnya di Indonesia. Tafsir Al-Mishba>h sangat berpengaruh di Indonesia. Bukan
hanya menggunakan corak baru dalam penafsiran, yang berbeda dengan penafsir-
penafsir lainnya, beliau juga menyesuaikan dengan konteks ke-6 Indonesiaan. Inilah
alasan paling kuat mengapa peneliti ingin sekali mengkomparasikan kedua pandangan
tokoh mufassir di atas. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis terdorong
mengangkat tema dengan judul: “Konsep Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar dalam
Tafsir Fi Zilal AlQur’an dan Tafsir Al-Mishbah”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang dibahas dalam penelitian ini terfokus pada beberapa hal berikut:
1. Bagaimana konteks yang mempengaruhi Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab dalam
menafsirkan ayat amar ma’ruf dan nahi munkar?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan penafsiran Sayyid Qutb dan M.Quraish Shihab
tentang ayat amar ma’ruf dan nahi munkar?
3. Bagaimana kontekstualisasi penafsiran Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab?

C. Tujuan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka penelitian
ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan konteks yang mempengaruhi Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab
dalam menafsirkan ayat amar ma’ruf dan nahi munkar.
2. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan penafsiran Sayyid Qutb dan M. Quraish
Shihab tentang ayat amar ma’ruf dan nahi munkar.
3. Untuk menjelaskan kontekstualisasi penafsiran Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amar
Menurut bahasa arab artinya perintah, menurut istilah suatu lafadz yang didalamnya
menunjukkan tuntutan untuk megerjakan suatu perkerjaan dari atasan kepada bawahan. Al-
Amr merupakan ucapan atau tuntutan yang secara subtansial agar mematuhi perintah dengan
mewujudkan apa yang menjadi tuntutannya dalam perbuatan. Amr (perintah)
adalah lafaz yang dikehendaki supaya orang mengerjakan apa yang dimaksudkan.
Bentuk lafaz amar bermacam-macam Diantaranya, fiil amar, fiil mudhari‟ yang diawali
lam amar, masdar pengganti Fiil, dan beberapa lafaz yang mengandung makna perintah
seperti, kutiba,amara, faradha. Menurut Muhammad Hasyim Kamali, amar dapat
didefinisikan sebagai perintah lisan untuk melaksanakan sesuatu yang keluar dari orang yang
kedudukannya lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah (Muhamad Hasyim Kamali,
1996). Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa Amr itu tidak hanya ditunjukkan pada
lafadz-lafadz yang memakai sighat (bentuk kata) Amr, tetapi ditunjukkan pula oleh semua
bentuk kata yang didalamnya mengandung arti perintah, sebab perintah itu terkadang
menggunakan kata-kata yang berarti majaz (samar). Jadi Amr merupakan suatu permintaan
untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya mewajibkan/mengharuskan, jika tidak demikian
maka tidak termasuk kategori Amr.
Syarat yang harus ada pada kata Amr (permintaan) adalah :
a.Harus berupa ucapan permintaan (Amr) seperti kata uf’ul (kerjakanlah).
b.Harus berbentuk kata permintaan (Amr)
c.Tidak ada tanda-tanda (Qarinah) yang menunjukkan permintaan itu bertatus tidak
mewajibkan atau mengharuskan.
d.Datangnya permintaan itu harus dari atasan, sebab jika dari bawahan namanya do’a.

B. Bentuk-Bentuk Lafadz Amar

Ada beberapa bentuk amr yang terdapat dalam al-Qur’an:


a. Perintah yang jelas-jelas menggunakan fi’il amr
Seperti dalam surat an-Nisa ayat 4:
 ‫ص ُدقَاتِ ِه َّن نِحْ لَةً فَِإ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوهُ هَنِيًئا َم ِريًئا‬
َ ‫َوآتُوا النِّ َسا َء‬
b. Kata perintah yang menggunakan fi’il mudhari’ (bentuk sedang atau akan terjadi) yang
didahului oleh lam al-amr
Seperti dalam surat Ali Imran ayat 104:
ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوُأولَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
“Hendaklah di antaramu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh
orang berbuat yang benar dan melarang perbuatan mungkar. Itulah orang-orang yang
beruntung.”
c. Kata kerja perintah yang berbentuk isim fi’il amr
Seperti dalam surat al-Maidah ayat 105:
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َعلَ ْي ُك ْم َأ ْنفُ َس ُك ْم اَل يَضُرُّ ُك ْم َم ْن‬
َ‫ض َّل ِإ َذا ا ْهتَ َد ْيتُ ْم ِإلَى هَّللا ِ َمرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬
“Hai orang yang beriman, Jagalah dirimu sendiri. Orang yang sesat tidaklah merugikan kamu
jika kamu sudah mendapat petunjuk. Kepada Allah kamu semua akan kembali. Kemudian
diberitahukan kepadamu mengenai apa yang sudah kamu lakukan.
d. Kata kerja perintah berbentuk masdar pengganti fi’il
Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 83:
‫نًا‬Ž‫حُس‬
ْ ‫اس‬ ِ َّ‫وا لِلن‬Žُ‫ا ِكي ِن َوقُول‬Ž‫ا َمى َو ْال َم َس‬Žَ‫رْ بَى َو ْاليَت‬Žُ‫انًا َو ِذي ْالق‬Ž‫ َد ْي ِن ِإحْ َس‬Žِ‫ ُدونَ ِإاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوال‬Žُ‫ َراِئي َل اَل تَ ْعب‬Ž‫ق بَنِي ِإ ْس‬
َ ‫ا‬Žَ‫وَِإ ْذ َأخ َْذنَا ِميث‬
َ‫ْرضُون‬ِ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم ت ََولَّ ْيتُ ْم ِإاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم ُمع‬
َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬
“Dan ingatlah ketika Kami menerima ikrar dari Bani Israil; tidak akan menyembah selain
Allah, berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, kepada anak yatim dan orang miskin dan 
berbudi bahasa kepada semua orang; dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi,
kemudian kamu berbalik, kecuali sebagian kecil di antara kamu (masih juga) menentang.”
C. Ragam Makna Amar
Terkadang sighat amr dipakai untuk hal-hal yang bermacam-macam, sesuai dengan
tanda-tanda (Qarinah) yang menunjukkan ke arah itu, antara lain:
a. Sunat
‫فَ َكاتِبُوهُ ْم ِإ ْن َعلِ ْمتُ ْم فِي ِه ْم خَ ْيرًا‬
“Maka hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka (budak) jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka.” (Q.S. an-Nur: 33)
b. Memberi petunjuk/bimbingan
‫َوَأ ْش ِهدُوا ِإ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم‬
“Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli.” (Q.S. al-Baqarah: 282)
c. Amr bermakna do’a, ketika disampaikan pihak yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi
kedudukannya

D. Kaidah-kaidah Amar
a. Kaidah pertama:
  ‫االصل فى االمر للوجوب وال تدل على غيره اال بقرينة‬
“Amr pada dasarnya menunjukkan arti wajib, kecuali adanya qarinah-qarinah tersebut yang
memalingkan arti wajib tersebut.”
Contoh:
َّ ‫}وَأقِي ُموا ال‬
{‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاة‬ َ [77 :‫]النساء‬
“Dirikanlah shalat dan keluarkanlah zakat.” (Q.S. an-Nisa: 77)

b. Kaidah kedua:
‫االمر بالشيء يستلزم النهي عن ضده‬
  “Amr atau perintah terhadap sesuatu berarti larangan akan kebalikannya.”
Contoh:
]36 :‫َوا ْعبُدُوا هللا [النساء‬
”Dan Sembahlahlah Allah…” (Q.S. an-Nisa: 36)
Perintah mentauhidkan Allah atau menyembah Allah berarti larangan mempersekutukan
Allah.

c. Kaidah ketiga:
  ‫االمر يقتضى الفور اال لقرين‬
“Perintah itu menghendaki segera dilaksanakan kecuali ada qarinah-qarinah tertentu yang
menyatakan jika suatu perbuatan tersebut tidak segera dilaksanakan.”
Contoh:
‫فَا ْستَبِقُوا ْالخَ ي َْرات‬
”…Berlomba-lombalah kamu dalam mengejar kebaikan…” (Q.S. al-Baqarah: 148)

d. Kaidah keempat:
‫األمر ال يقتضى الفور‬
“Suatu suruhan atau perintah itu tidak menghendaki kesegeraan dikerjakannya.”
Contoh:
‫اس بِ ْال َح ّج‬
ِ َّ‫َوَأ ِّذ ْن فِي الن‬
”Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji (Q.S.Al-Hajj:27)

e. Kaidah kelima:
‫االصل فى االمر ال يقتضى التكرار‬
“Pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki pengulangan (berkali-kali mengerjakan
perintah), kecuali adanya qarinah atau kalimat yang menunjukkan kepada pengulangan. “
‫ أو صفة فإنه يقتضي التكرار‬,‫إذا ُعلِّق األمر على شرط‬
“Apabila mengaitkan perintah kepada syarat atau sifat maka sesungguhnya menghendaki
pengulangan.”
Contoh:
‫َوَأتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هلل‬
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (Q.S. al-Baqarah: 196)
f. Kaidah keenam:
‫األمر بعدالنهي يفيداالباحة‬
”Perintah setelah larangan menunjukkan kebolehan.”
Contoh:
‫صاَل ِة ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا ِإلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَيْع‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ي لِل‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dipanggil untuk menunaikan shalat pada hari
Jum’at maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli…”
(Q.S. al-Jumu’ah:9)
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنت َِشرُوا فِي اَأْلر‬
‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هللا‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
”Apabila shalat sudah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah…” (Q.S. al-Jumu’ah:10)
“Dan berikanlah kepada perempuan (dalam perkawinan) mas kawinnya dengan ikhlas; tetapi
jika dengan senang hati mereka memberikan sebagian darinya kepadamu, terimalah dan
nikmatilah pemberiannya dengan senang hati.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna atau pengertian yang cepat ditangkap dari lafazh Amr adalah ijab artinya tuntutan
wajib mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan. Jika Allah memerintahkan kepada hamba-
hambaNya suatu perbuatan berarti kewajiban memenuhi perintah-Nya. Amr tetap
mengandung arti wajib, kecuali Amr itu tidak mutlaq lagi artinya terdapat qarinah (petunjuk)
yang dapat mengubah ketentuan tersebut, sehingga tidak menunjukkan wajib melainkan
menunjukkan hukum sunnat atau mubah dan sebagainya.Shighat Amr (bentuk kata Amr)
secara lugawi (bahasa) tidak mengandung petunjuk adanya perulangan terhadap suatu
pekerjaan yang diperintahkannya dan tidak pula harus segera dilaksanakan karena itu yang
dituntut adalah tercapainya pekerjaan yang diperintahkan, terkecuali jika terdapat qarinah
yang membolehkan suatu pekerjaan dilakukan berulang ataupun kesegeraan. Amr pada
dasarnya menunjukkan wajib, kecuali ada qarinah yang menunjukkan selainnya. Namun tidak
setiap perintah dalam Al-Qur‟an hukumnya sebagai wajib. Tergantung ada tidaknya qarinah
yang menunjukkan arti selain wajib. Shalat Tahajud misalnya, didalam QS. Al-Isra‟ 17: 79
menyebutkan lakukanlah shalat tahajud kalimat ini menunjukkan arti perintah yang jelas,
tetapi tidak menunjukkan arti wajib.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purwono E. Amar Ma’ruf Nahy Munkar dalam Perspektif Sayyid Quthb. Stud Agama-
Agama. 2015;1.:4.
2. Latifa U. Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar: Masalah dan Perkembangannyatle.
Aspek Perkembabgan pada Anak Sekol Dasar Masalah dan Perkembangannya.
2017;1(faktor yang mempengaruhi perkembangan):191.
3. Choiriyah. Peranan Kepemimpinan Dakwah dalam Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar. Yonet J Manaj Dakwah. 2020;3(1):1–16.
\\

Anda mungkin juga menyukai