Beberapa ahli mengemukakan masing-masing pendapatnya mengenai pengertian linguistik sinkronik dalam beberapa buah buku. Diantaranya, Abdul Chaer di dalam buku Linguistik Umum (2003), Mansoer Pateda dalam bukunya Linguistik, Sebuah Pengantar (1988) dan J.W.M Verhaar dalam bukunya Pengantar Linguistik (1984). Menurut Chaer (2003 : 14) Linguistik Sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Studi Linguistik Sinkronik ini bisa juga disebut sebagai linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada masa tertentu. Linguistik sinkronik mempersoalkan bahasa pada masa tertentu. Bersifat mendatar, horisontal. Menurut Verhaar (1984 : 6-7) Linguistik sinkronik (dari Yunani syn ‘dengan’,’bersama’ dan khronos ‘waktu’) berlainan bidangnya dari linguistik diakronis. Dalam linguistik sinkronik, setiap bahasa yang dianaliasa tanpa memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Yang tampak dalam analisis sinkronis ialah apa yang lazim disebut struktur ( yang dalam buku ini disebut sistematik), misalnya hubungan antara imbuhan dan dasar, hubungan antar-bunyi, hubungan antar-bagian kalimat, dan lain sebagainya. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai linguistik sinkronik, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa linguistik sinkronik adalah suatu studi yang menganalisis suatu bahasa pada masa tertentu dan kajiannya lebih difokuskan kepada struktur bahasanya bukan perkembangannya. Ciri-Ciri Linguistik Sinkronik Ciri-ciri dari linguistik sinkronik secara garis besar ada tiga, yaitu sebagai berikut : a. Dari segi waktu, linguistik sinkronik menelaah bahasa pada waktu tertentu, dikhususkan dan terbatas. b. Bersifat deskriptif, adanya penggambaran bahasa apa adanya pada masa tertentu. c. Bersifat horisontal dan mendatar, karena tidak ada perbandingan bahasa dari masa ke masa. Contoh Linguistik Sinkronik Adapun contoh dari linguistik sinkronik berikut : a. Penelaahan bahasa Sunda pada masa kerajaan hindu-budha. b. Mengkaji penggunaan bahasa Melayu pada masa penjajahan. c. Menyelidiki bahasa Indonesia pasca sumpah pemuda. d. Mengkaji bahasa Indonesia prakemerdekaan. Linguistik Diakronik Pengertian Linguistik Diakronik Sama halnya dengan pengertian linguistik sinkronik, pada linguistik diakronik, penulis juga mengambil beberapa pengertian menurut para ahli. Beberapa ahli mengemukakan masing- masing pendapatnya mengenai pengertian linguistik diakronik dalam beberapa buah buku. Abdul Chaer di dalam buku Linguistik Umum (2003), Mansoer Pateda dalam bukunya Linguistik, Sebuah Pengantar (1988) dan J.W.M Verhaar dalam bukunya Pengantar Linguistik (1984). Menurut Chaer (2003 : 14) Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa- bahasa) pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahsa itu sampai zaman punahnya bahasa tersebut (kalau bahasa tersebut sudah punah, seperti bahasa Latin dan bahasa Sansekerta), atau sampai zaman sekarang (kalau bahasa itu masih tetap hidup, seperti bahasa Jawa dan bahasa Arab). Kajiannya bersifat historis dan komparatif. Menurut Verhaar (1984 : 6-7) Linguistik diakronik (dari Yunani dia ‘melalui’ dan khronos ‘waktu’,’masa’) adalah penyelidikan tentang perkembangan suatu bahasa. Menurut Pateda (1988 : 48) Linguistik diakronik ingin mempersoalkan, menguraikan, atau menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa. Linguistik diakronik dapat juga disamakan dengan linguistik historis. Jadi, sifatnya adalah vertikal. Dari uraian para ahli di atas tentang pengertisn linguistik diakronik, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, linguistik diakronik merupakan suatu studi yangm menelaah atau mengkaji tentang perkembangan bahasa dari masa ke masa, artinya waktu yang digunakan tidak ada batasan, sehinggga sifatnya menjadi historis dan vertikal. Ciri-ciri Linguistik Diakronik Adapun ciri-ciri dari linguistik diakronik adalah sebagai berikut : a. Linguistik diakronik menelaah bahasa tanpa ada batasan waktu. b. Bersifat vertikal, karena melakukan perbandingan bahasa dari masa ke masa. c. Bersifat historis dan komparatif. d. Perkembangan dan perubahan structural bahasa dapat diketahui secara jelas contoh linguistik diakronik diantaranya adalah sebagai berikut : a. Perkembangan bahasa melayu pada awal adanya hingga sekarang. b. Perkembangan bahasa sansekerta dari awal kemunculannya hingga kepunahannnya. c. Perkembangan bahasa Indonesia, dari awal di bentuk hingga sekarang. Kegunaakan metode linguistik sikronis dan linguistik diakronis dalam kegiatan belajar Bahasa Indonesia Metode dapat membuat anak siswa untuk pmelihat perbandingan bahasa, dalam hal ini ialah bahasa Indonesia, dalam suatu kurun waktu ke kurun waktu yang lain,mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Pendekatan yang digunakan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa sintesis, analitis, fleksi, aglutinasi, dan ton tersebut bersifat sinkronik karena bahasa-bahasa tersebut dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya saat itu, bukan berdasarkan sejarah munculnya bahasa-bahasa tersebut atau hal-hal yang berkaitan dengan sejarah bahasa-bahasa tersebut. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan, bahasa Jawa dewasa ini, atau juga bahasa Inggris pada zaman William Shakespare. Secara sinkronik, umpamanya, kita dapat bertanya bagaimana sekarang ini hubungan antara awalan ber- dan men-, tanpa memperdulikan tentang awalan yang dulu (dalam bahasa Melayu Kuno) pernah menjadi sumber dari kedua awalan tersebut, yaitu awalan mar-.