Anda di halaman 1dari 74

PENINGKATAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN DM

DI PUSKEMAS HINUA DENGAN METODE TUDE

DI SUSUN OLEH :

NAMA : dr. ACHMAD NURYADI , S.Ked


NIP : 199507252022031005
INSTANSI : PUSKESMAS HINUA
JABATAN : AHLI PERTAMA DOKTER
NDH : 03

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN XI


PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU KERJASAMA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (BPSDM)


PROVINSI SULAWESI BARAT 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

EVALUASI LAPORAN AKTUALISASI


PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN XI
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU KERJASAMA BADAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI
SULAWESI BARAT

Nama : dr. Achmad Nuryadi, S. Ked


NIP : 199507252022031005
Jabatan : Dokter Umum – Ahli Pertama
Instansi : UPT Puskesmas Hinua
NDH : 03

JUDUL AKTUALISASI
“PENINGKATAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN DM
DI PUSKEMAS HINUA DENGAN METODE TUDE”

Disetujui untuk diseminarkan pada seminar evaluasi laporan aktualisasi Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III Angkatan XI Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi
Sulawesi Barat pada hari , tanggal 2022.

Mamuju, 2022

Menyetujui :
Coach Mentor,

Nurbayani, S. KM., M. Kes Gemilang, S. ST


NIP: NIP: 1976123119880310
BERITA ACARA

EVALUASI LAPORAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN XI

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT 2022

Pada hari ini , tanggal 2022, pukul WITA yang diselenggarakan oleh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Barat, telah diseminarkan laporan
aktualisasi peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan XI tahun 2022

Judul : Peningkatan Kepatuhan Berobat Pasien DM di Puskesmas Hinua dengan

Metode TUDE

Nama : dr. Achmad Nuryadi, S. Ked

NIP : 199507252022031005

Jabatan : Dokter Umum – Ahli Pertama

Instansi : UPT Puskesmas Hinua

NDH : 03

Demikian berita acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Disetujui oleh : Diajukan oleh :

Coach, Peserta,

Nurbayani, S. KM, M. Kes, SE. dr. Achmad Nuryadi, S. Ked

NIP. 197812312011012009 NIP. 199507252022031005

Penguji, Mentor,

Rahmat Kaco, SE., M. AP Gemilang, S. ST

NIP. NIP. 196712311988032231


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKTUALISASI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan aktualisasi peserta pelatihan

dasar CPNS Golongan III Angkatan XI :

Nama : dr. Achmad Nuryadi, S. Ked

NIP : 199507252022031005

Jabatan : Dokter Umum – Ahli Pertama

Instansi : UPT Puskesmas Hinua

NDH : 03

Telah diseminarkan dalam evaluasi laporan aktualisasi pada hari , tanggal 2022 bertempat
di Pusat Pendidikan Pelatihan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi
Sulawesi Barat, Mamuju.

Mamuju, 2022

Penguji, Coach,

Rahmat Kaco, SE., M. AP Nurbayani, S. KM, M. Kes, SE.

NIP. NIP. 197812312011012009

Megetahui,

Kepala BPSDM Provinsi Sulawesi Barat

Dr. Yakub F, Solon, SH., M. Pd

NIP. 196510051988121002
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan karunianya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan aktualisasi " Peningkatan Kepatuhan Berobat Pasien DM di Puskesmas
Hinua dengan Metode TUDE" sebagai salah satu bentuk output program latihan dasar CPNS
Golongan III Angkatan XI Tahun 2022.

Dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan aktualisasi ini, penulis banyak


mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak sehingga rancangan
aktualisasi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula dengan ketulusan dan kerendahan
hati, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

A. Bapak Dr. Yakub F. Solon, M.Pd beserta keluarga besar Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sulawesi Barat.
B. Bapak Rahmat Kaco, SE., M. AP selaku Penguji pada seminar aktualisasi.
C. Ibu Gemilang S. ST selaku Mentor dan Kepala Puskesmas Hinua yang telah
memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan laporan aktualisasi ini.
D. Ibu Nurbayani, SKM., M.Kes., SE selaku coach yang telah memberikan bimbingan
ajaran dan banyak masukan dalam penyelesaian laporan aktualisasi ini.
E. Kedua orang tua penulis, keluarga, seluruh staff Puskesmas Hinua, Masyarakat
Hinua, teman-teman yang telah mendoakan dan ikut berkontribusi dalam
merealisasikan aktualisasi ini.
F. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan XI Latsar CPNS Golongan III tahun 2022
terkuhsus kelompok 1 yang telah berbagi ilmu, menjaga solidaritas dan dukungan
semangat dalam menjalani setiap tahap latihan dasar mulai dari awal sampai akhir.
G. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan konribusi dan dukungan dalam proses laporan aktualisasi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa laporan aktualiasi ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun demi perbaikan laporan aktualisasi ini

Mamuju, 2022

Penulis

dr. Achmad Nuryadi, S. Ked


DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................................

BERITA ACARA EVALUASI .........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

DAFTAR TABEL ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................


B. Dasar Hukum .............................................................................................
C. Tujuan Aktualisasi ....................................................................................
D. Manfaat Aktualisasi ...................................................................................
E. Ruang Lingkup ...........................................................................................
F. Waktu dan Tempat Aktualisasi ...............................................................

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI ................................................................................

A. Sejarah Puskesmas Hinua ........................................................................


B. Visi dan Misi ................................................................................................
C. Motto, Tata Nilai, Tujuan .........................................................................
D. Keadaan Geografi ......................................................................................
E. Keadaan Demografi ...................................................................................
F. Sarana Kesehatan .......................................................................................
G. Tenaga Kesehatan .......................................................................................
H. Jenis-Jenis Pelayanan dan Struktur Organisasi ....................................
I. Pembiayaan Kesehatan .............................................................................
J. Nilai-Nilai Dasar ASN .................................................................................
K. Peran dan Kedudukan ASN .....................................................................
L. Profil Peserta ..............................................................................................

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu-Isu .....................................................................................


B. Deskripsi Isu-Isu ........................................................................................
C. Analisis Isu .................................................................................................
D. Gagasan Pemecahan Isu ............................................................................
E. Matriks Rancangan Aktualisasi ...............................................................
F. Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi ...............................................................

BAB IV CAPAIAN HASIL DAN ANALISIS DAMPAK NILAI-NILAI DASAR ASN

A. Implementasi Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ...................................


B. Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar ASN ....................
C. Hambatan dan Solusi ................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASN memiliki tiga fungsi dan peran, yakni: (1) pelaksana kebijakan publik, (2) pelayan
publik, (3) perekat dan pemersatu bangsa. Ketiga fungsi dan peran ini harus dilaksanakan secara
maksimal dan berkesinambungan. Keberhasilan pelaksanaan fungsi dan peran ini tentunya tidak
terlepas dari pribadi ASN tersebut. Seorang ASN yang berkepribadian baik akan lebih mudah
menjalankan fungsi dan peran yang diberikan. Seorang ASN akan dinilai baik jika memiliki nilai-
nilai positif dalam dirinya. Sejatinya, semenjak di lingkungan keluarga ASN telah dibekali dengan
nilai-nilai tersebut. Namun, nilai-nilai ini bisa pudar bahkan hilang karena pengaruh lingkungan,
baik di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja. Oleh karena itu, ASN harus
kembali memupuk dan mengaplikasikan nilai- nilai tersebut di lingkungan kerja agar tidak pudar,
bahkan mungkin hilang. Ada beberapa nilai yang harus dimiliki oleh ASN antara lain :
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompoten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Latihan dasar calon pegawai negeri sipil (CPNS) merupakan salah satu bentuk perwujudan
dari pelaksanaan amanat UU No.5 Tahun 2014 tentang ASN. Calon pegawai negeri sipil wajib
menjalani masa percobaan . Masa percobaan dilaksanakan melalui proses pendidikan dan pelatihan
terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme
dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.

Dokter umum puskesmas yang merupakan salah satu unsur ASN perlu untuk bersikap
profesional dan berintegritas, bertugas memberikan layanan kesehatan pada sarana pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di garda terdepan, sehingga dituntut untuk memberikan pelayanan prima.
Hal ini sejalan dengan Visi Indonesia Sehat 2020, yaitu pelayanan kesehatan yang bermutu, adil,
dan merata merupakan unsur pokok dalam pembangunan nasional, sebagaimana yang tercantum
dalam dalam Pembukaan UUD 1945 (Alinea ke-IV). Tujuan tersebut antara lain adalah
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Tujuan pembangunan nasional
adalah untuk membentuk satu masyarakat adil dan makmur, seimbang materil dan spiritualnya
berdasarkan Pancasila dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelancaran
pelaksanaan pemerintah dan pembangunan nasional, terutama sekali tergantung pada
penyempurnaan Aparatur Negara.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (PMK No. 74, 2016).
Upaya pembangunan kesehatan yang dilaksanakan di puskesmas dapat berjalan dengan baik jika
dilakukan proses manajemen yang baik, proses manajemen yang baik dapat tercipta salah satunya
dengan menaati tugas pokok dari puskesmas itu sendiri yaitu salah satunya upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular (PTM) diantaranya Diabetes Melitus.

Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara
global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian adalah
Diabetes Melitus (DM). Di Indonesia DM merupakan ancaman serius bagi pembangunan
kesehatan karena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga
harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke.
Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan
bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. DM menduduki
peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes, pada
tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk
di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetes) sebanyak
21,3 juta jiwa. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta
orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia merupakan
negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia
dan Mexico, tutur Dirjen P2PL. Diabetes melitus tidak hanya menyebabkan kematian
prematur di seluruh dunia penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung
dan gagal ginjal. Diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan umur penduduk menjadi
19,9 % atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga
mencapai 578 juta ditahun 2030 dan 700 juta ditahun 2045.

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Akan tetapi, pada penderita diabetes,
glukosa tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh. Kadar gula (glukosa) dalam darah dikendalikan
oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, pada penderita diabetes, pankreas tidak
mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh atau insulin yang terbentuk tidak bisa
digunakan oleh tubuh (resisten). Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah
glukosa menjadi energi. Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir
80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak
sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes
mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes.

WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi,
berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan
demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang
terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu,
pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh
para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.

Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian


faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM.
Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor
risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Pengetahuan pasien merupakan informasi yang diperoleh pasien dari tenaga medis, orang
disekitarnya maupun berbagai media lainya untuk dapat mengerti tentang penyakit yang
dialaminya, obat yang dikonsumsinya maupun pantangan yang harus dihindarinya, semua itu
dilakukan untuk dapat mencapai hasil terapi yang diharapkan. Pengetahuan pasien dipengaruhi
oleh faktor internal dan ekternal. Faktor pengetahuan internal berasal dari dalam diri pasien
sedangkan faktor eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar berupa tuntutan untuk
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya. Pengetahuan pasien dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu : Pengalaman, Tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan
sosial budaya.
Lebih dari 50% penderita Diabetes Melitus mengkonsumsi obat oral secara tidak teratur
karena pengetahuan yang kurang tentang pentingnya keteraturan menjalani terapi obat oral anti
diabetes. Ketidakteraturan menjalani terapi obat bisa meningkatkan risiko hiperglikemi maupun
risiko terjadinya komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang baik tentang penyakit
diabetes ini. Pengetahuan yang kurang dapat terjadi karena kurangnya informasi mengenai
penggunaan obat yang seharusnya diketahui oleh pasien sebelum menjalankan terapi Informasi
dapat diberikan oleh dokter, farmasis dan petugas kesehatan lainnya.
Sesuai dengan data Puskesmas Hinua tahun 2022, DM selalu masuk dalam 10 penyakit
terbesar dan beberapa kali masuk di 3 besar untuk penyakit terbanyak di Puskesmas Hinua, selain
itu kunjungan pasien DM bulan April- Juli tidak konsisten dan tergolong rendah dari jumlah pasien
DM yang terdata, Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular (PTM) yaitu Diabetes Melitus di wilayah kerja UPTD Puskesmas Hinua terdapat
beberapa kendala yang didapatkan salah satunya tentang kepatuhan pasien untuk kontrol ke
Puskesmas dan minum obat anti diabetik. Dari hasil diskusi dengan mentor di UPTD Puskesmas
Puskesmas didapatkan informasi bahwa penderita diabetes melitus umumnya berobat ketika sudah
mengalami gejala yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari seperti sering merasa haus, sering
buang air kecil, lemas dan pandangan kabur serta kebiasaan berobat secara tidak teratur sesuai
dengan anjuran dokter dikarenakan pasien lupa mengingat waktu kontrol pengobatan, sibuk
dengan aktivitas atau pekerjaanya atau pun tidak ada support dari keluarga/orang terdekat.
Biasanya penderita diabetes mellitus berhenti minum obat anti diabetik ketika gejala yang
dirasakannya berkurang tanpa ada instruksi untuk menghentikan terapi.
Penderita diabetes melitus merupakan salah satu pasien yang harus diberikan konseling
agar patuh terhadap pengobatan yang dijalani, karena diabetes melitus merupakan penyakit yang
secara pelan-pelan dapat menimbulkan kematian. Kepatuhan menjalani pengobatan sangat
diperlukan untuk mengontrol gula darah serta mencegah terjadinya komplikasi. Kepatuhan pasien
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat
optimal tanpa adanya kesadaran diri pasien itu sendiri, bahkan dapat mengakibatkan kegagalan
terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan penderita dan pada
akhirnya akan berakibat fatal. Berdasarkan uraian diatas, penulis mengangkat isu “ Rendahnya
kepatuhan berobat pasien dengan DM di wilayah kerja Puskesmas Hinua “ dan akan
melakukan intervensi berupa gagasan pemacahan masalah “Upaya meningkatkan kepatuhan
melalui peningkatan pengetahuan pasien DM menggunakan media berbasis digital ( edukasi
media elektronik) dan layanan kesehatan berupa telemedicine (WA) serta evaluasi berupa
kuesioner “

B. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS),
meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
4. Peraturan Lembaga Admnistrasi Negara No. 10 Tahun 2022 tentang Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil
5. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara 13/K.1/PDP.07/2022 tentang
Pedoman Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
6. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 14/K.1/PDP.07/2022
Tentang Kurikulum Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
7. Peraturan Bupati Mamuju utara Nomor 47 Tahun 2017 Tentang Pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat pada Dina Kesehatan.
8. Keputuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
139/KEP/M.PAN/11/2003. Tentang jabatan fungsional Dokter
9. Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun2021 Tentang core value dan
Employer Branding Aparatur Sipil Negara.
C. Tujuan Aktualisasi
1. Tujuan Umum
a. Mengimplementasikan rancangan kegiatan yang dikaitkan dengan nilai- nilai
dasar profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mencakup Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif
(BerAKHLAK) serta perwujudan SMART ASN.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kepatuhan masyarakat (pasien DM) untuk berobat di wilayah
kerja UPT Puskesmas Hinua.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (pasien DM) tentang penyakit diabetes
c. Mengoptimalkan pengelolaan penyakit DM di UPT Puskesmas
Hinua
d. Menghindari terjadinya komplikasi yang berat terhadap penyakit DM
dan Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Hinua
D. Manfaat Aktualisasi
1. Bagi masyarakat
a. Meningkatnya kepatuhan dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi
b. Meningkatnya pengetahuan masyarakat/ pasien DM tentang penyakit DM.
c. Meningkanya derajat kesehatan masyarakat terutama untuk pasien DM.
2. Bagi penulis
a. Mampu menginternalisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN
kepada diri sendiri maupun dalam pekerjaan yang dilakukan.
b. Mampu melaksanakan tugas dan perintah sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Mampu menambah kompetensi diri dan keahlian yang berdaya guna, dinamis
dan bermanfaat bagi diri sendiri.
3. Bagi unit kerja
a. Terlaksananya tugas yang optimal di lingkungan kerja Puskesmas Hinua.
b. Terwujudnya kegiatan tugas pokok penanganan dan penanggulangan penyakit
diabetes melitus
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup cakupan aktualisasi “Rendahnya kepatuhan berobat pasien dengan DM
di wilayah kerja Puskesmas Hinua” dengan melakukan intervesi “Upaya meningkatkan
kepatuhan melalui peningkatan pengetahuan pasien DM menggunakan media berbasis digital
( edukasi media elektronik) dan layanan kesehatan berupa telemedicine (WA) serta evaluasi
berupa kuesioner “ bentuk pelaksanaannya diterapkan melalui nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif
(BerAKHLAK). Adapun tahapan kegiatan yang akan dilakukan, antara lain :

1. Melakukan komunikasi dan konsultasi terkait isu yang ingin diangkat dan proses
pelaksanaan aktualisasi
2. Mengumpulkan bahan/ data yang diperlukan dalam rancangan aktualisasi
3. Pembuatan kuesioner, konten edukasi, dan layanan kesehatan berbasis telemedicine
4. Pelaksanaan kegiatan ( melakukan pre test, upload konten, dan konsultasi/
bertelemedicine)
5. Evaluasi kegiatan dan penyusunan laporan aktualisasi

F. Waktu dan Tempat Aktualisasi

1. Waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan aktualisasi sejak tanggal 24 September s/d 27 Oktober 2022

2. Tempat
Tempat pelaksanaan aktualisasi ini berada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Hinua,
Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI

A. Sejarah Puskesmas Hinua

Puskesmas Hinua didirikan pada Tahun 2012 dengan luas bangunan ± 400 m 2, terletak di
Salu Durian Desa Hinua Kecamatan Bonehau Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat
diberikan Izin Penyelenggaraan Operasional Puskesmas sesuai Keputusan Bupati Mamuju dengan
Nomor : 188.45/197/KPTS/III/2017. Adapun Visi dan Misi Puskesmas Hinua

Puskesmas Hinua tampak dari depan


Puskesmas Hinua tampak dari samping

B. Visi dan Misi

1. Visi Puskesmas Hinua


a. Mewujudkan masyarakat sehat dengan pelayanan yang profesional
2. Misi Puskesmas Hinua
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga dan masyarakat dengan
profesionalisme
b. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat
c. Mendidik masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
d. Mengutamakan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat
e. Mendorong kemadirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

C. Motto, Tata Nilai, Tujuan

1. Motto Puskesmas
a. Senyum
b. Sapa
c. Salam
d. Sentuh
e. Sembuh
2. Tata nilai Puskesmas Hinua
a. Professional : Melaksanakan pekerjaan sesuai standard an wewenangnya dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara dinamis;
b. Tanggung Jawab : Menjalankan pekerjaan secara konsekuen dengan sepenuh
hati;
c. Sadar Mutu : Melaksanakan setiap tindakan sesuai komitmen prosedur yang
telah ditetapkan;
d. Sadar Waktu : Melaksanakan setiap tindakan sesuai komitmen waktu yang telah
di tetapkan;
e. Inisiatif : senantiasa melakukan tindakan pencegahan, pengendalian, dan
perbaikan secara terus menerus tanpa menunggu perintah.
3. Tujuan Puskesmas Hinua
Memberikan pelayanan kepada masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar
gedung secarah menyeluruh, akurat dan professional.
D. Keadaan Geografi

Puskesmas Hinua terletak di Kecamatan Bonehau Kabupaten Mamuju yang berjarak ±


80 km dari ibukota Kabupaten Mamuju dengan wilayah kerja yang terdiri dari 3 Desa dan
membawahi 2 pustu dan 1 poskesdes dengan batas-batas wilayah kerja adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Tamalea, Ibu Kota Kecamatan Bonehau
Sebelah Selatan : Desa Banua Ada, Buttuada
Sebelah Timur : Kabupaten Mamasa
Sebelah Barat : Kecamatan Kalukku, kecamatan Papalang
Wilayah kerja Puskesmas Hinua terdiri dari tiga desa yaitu :
1. Desa Hinua
2. Desa Kinatang
3. Desa Bonehau

Wilayah kerja Puskesmas Hinua terdiri dari 2 pustu dan 1 Poskesdes yaitu :
1. Pustu Talondo Kondo berada di Desa Bonehau
2. Pustu Tamalea berada di Desa Bonehau
3. Poskesdes Kinatang berada di desa Kinatang

Adapun luas wilayah kerja Puskesmas Hinua adalah ±394,58 km², secara umum data
wilayah kerja Puskesmas Hinua dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Hinua


Tahun 2021

Luas Wilayah
No Desa Jumlah Dusun
( ± km²)
1. Bonehau 134 13
2. Hinua 27 5
3. Kinatang 232 8
4. Total Wilayah 394,58 26

Sumber : Data BPS Kab. Mamuju, 2018


Secara umum wilayah kerja Puskesmas Hinua berada di dataran tinggi dan pegunungan
dengan luas wilayah terbesar di Desa Kinatang , Desa Bonehau berbagi wilayah kerja antara
puskesmas Hinua dengan Puskesmas Bonehau, dapat dibagi Puskesmas Hinua wilayah kerja 13
Dusun dan Puskesmas Bonehau 5 Dusun, namun kami belum dapat menyimpulkan lebih rinci luas
wilayah kerja Puskesmas Hinua Desa Bonehau dari 13 Dusun disebabkan karena 1 desa dibagi 2
puskesmas , adapun peta wilayah kerja Puskesmas Hinua dapat dilihat pada peta di bawah ini :
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Hinua

Peta Wilayah Kerja Puskesmas Hinua ini belum menggambarkan secara signifikan
disebabkan karena Desa Bonehau dibagi wilayah kerja dengan Puskesmas Bonehau.

E. Keadaan Demografi

1. Keadaan penduduk

Informasi tentang keadaan penduduk sangat penting dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.Informasi tersebut diantaranya meliputi jumlah penduduk, jumlah rumah
tangga, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan lain-lain. Jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Hinua dari data penduduk tahun 2021.

Distribusi jumlah penduduk Puskesmas Hinua


Tahun 2021
PENDUDUK
JUMLAH
No Desa RUMAH KET
♂ ♀ JUMLAH
TANGGA

1 Hinua 188 380 348 728

2 Kinatang 169 335 262 597

3 Bonehau 395 791 747 1.538


1.506 1.357 2.863
JUMLAH 752

Data : PIS PK Puskesmas Hinua Tahun 2021

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Tingkat


pengetahuan berhubungan erat dengan perubahan perilaku kesehatan di masyarakat. Kurangnya
data pendidikan yang berhasil dikumpulkan khususnya distribusi masyarakat menurut tingkat
pendidikan merupakan salah satu kekurangan dalam laporan ini sehingga sulit memberikan
gambaran tentang apakah ada keterkaitan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan
peningkatan akses pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas Hinua.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan Bonehau pada tahun 2018 yang ada,
pada khususnya wilayah kerja Puskesmas Hinua adalah sebagaimana dapat dilihat pada distribusi
sebagai berikut :

Distribusi Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja


Puskesmas Hinua
Tahun 2021
No Desa PAUD TK SD SMP SMA
1. Bonehau 1 2 3 2 1
2. Hinua 0 1 1 1 1
3. Kinatang 0 1 2 1 0
Jumlah 1 4 6 4 2
Sumber : Data Puskesmas Hinua Tahun 2021

F. Sarana Kesehatan

Untuk menunjang proses pelayanan kesehatan di Puskesmas Hinua didukung oleh sarana
dan prasana kesehatan seperti :
1. Puskesmas
Puskesmas Hinua dibangun pada tahun 2012. Seperti puskesmas pada umumnya,
Puskesmas Hinua memiliki ruang Kepala Puskesmas, Administrasi Kantor, Informasi, Rekam ias,
Ruang Tindakan, pelayanan KIA-KB-MTBS, Pemeriksaan umum, Kesehatan gigi dan mulut,
Ruang Farmasi, Laboratorium, Persalinan/ Nifas, Aula, Gudang obat, Pojok ASI dan ruang
Sterilisator. Dengan fasilitasi perumahan dokter dan paramedis yang didirikan pada tahun 2015.
2. Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Poskesdes
Pustu merupakan salah satu jaringan puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan
dasar . Jaringan dan jejaring Puskesmas Hinua terdapat 2 unit pustu di wilayah kerja Puskesmas
Hinua yaitu Pustu Talondo Kondo dan Pustu Tamalea di desa Bonehau. 1 unit Poskesdes di Desa
Kinatang.
3. Kendaraaan Roda Empat dan Roda dua

Kendaraaan yang dimiliki Puskesmas Hinua meliputi :


a. Kendaraan Roda Empat : 2 Unit
b. Kendaraan Roda Dua : 2 Unit

Kendaraan roda empat ini sangat membantu masyarakat dalam pelayanan rujukan ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut dan kendaraan roda dua digunakan dalam pelayanan di luar
gedung.
G. Tenaga Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis ketenagaan kesehatan yang


memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan yang mengutamakan upaya peningkatan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.Tenaga kesehatan Puskesmas Hinua pada tahun
2021 menurut status kepegawaian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan


Di Wilayah Kerja Puskesmas Hinua
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah Status Kepagawaian
PNS Nusantara Kontrak
Sehat BOK/
Khusus
1. Puskesmas Hinua
1. Kepala Puskesmas 1 0 0
2. Tata Usaha 0 0 1
3. Dokter Umum 1 0 1
4. Dokter Gigi 1 0 0
5. S1 Profesi Ners 2 0 0
6. S1 Perawat 0 0 0
7. D3 perawat 0 0 0
8. S1 Profesi Apoteker 1 0 0
9. S1 Epidemolog 1 0 0
10. D3 Kebidanan 2 1 0
11. D3 Gizi 1 1 1
12. D3 Analis Kesehatan 1 0 0
13. D3 Kesling 1 0 0
14. Tenaga Promkes 1 0 0
Jumlah 13 2 2
Sumber : Data Puskesmas Hinua Tahun 2022

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Hinua
sebanyak 13 PNS, 2 NS dan 3 Kontrak BOK/Khusus. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga PNS di
wilayah kerja Puskesmas Hinua masih ada formasi profesi yang kurang yaitu tata usaha.

H. Jenis- Jenis Pelayanan dan Struktur Organisasi


1. Jenis- jenis pelayanan
a. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) Esensial dan Perkesmas :
1) Promosi kesehatan
Kegiatan terdiri dari penyuluhan dalam dan luar gedung, pembinaan
PHBS, pembinaan UKBM (Posyandu, posbindu,dll), penyuluhan
individu /konseling, pemberdayaan masyarakat ,dll

2) Perbaikan gizi masyarakat


Kegiatan terdiri dari pemberian makanan tambahan, pemberian
Tablet Tambah Darah,Pemeriksaan Garam beryodium, Kunjungan balita
gizi kurang/buruk, dsb
3) Program kesehatan ibu dan anak
Kegiatan terdiri dari pemeriksaan kesehatan ibu dan anak,
kunjungan neonates dan nifas, kelas ibu hamil, dsb
4) Program pencegahan dan pengendalian penyakit
Kegiatan terdiri dari Pos Binaan Terpadu (POSBINDU), Imunisasi,
Penyelidikan Epidemiologi, Survailans, Penemuan Kasus TB, pembagian
Obat cacing massal, Dsb
5) Program kesehatan lingkungan
Kegiatan terdiri dari Inspeksi sanitasi, Tempat-tempat umum,
Pemicuan, STBM, Pembinaan kesehatan lingkungan, pembinaan rumah
sehat, dsb.
6) Program perawatan kesehatan masyarakat
Kegiatan berupa kunjungan pasien beresiko
b. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM ) Pengembangan :
1) Pelayanan kesehatan Jiwa
2) Upaya KesehatanLansia
3) Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) :
1) Unit Gawat Darurat (UGD) 24 Jam
2) Pelayanan Persalinan 24 Jam
3) Pemeriksaan Umum (Poli Umum)
4) Pemeriksaan Gigi (Poli Gigi)
5) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
6) Pelayanan KB
7) Pelayanan Kefarmasian (Apotek)
8) Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit )
9) Laboratorium
10) Klinik Gizi

2. Struktur organisasi
I. Pembiayaan Kesehatan

Dalam upaya pembangunan kesehatan diperlukan Pembiayaan kesehatan bersumber dari


pemerintah. Berdasarkan laporan Bendahara /Pengelola Keuangan Puskesmas Hinua Pada tahun
2021 sumber pembiayaan Puskesmas Hinua APBD DAK Non Fisik BOK dan JKN Bpjs. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber dana Puskesmas hanya bergantung pada 2 anggaran .

J. Nilai-Nilai Dasar ASN

Konsepsi nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara mempunyai kedudukan dan peran yang
sangat penting dalam suatu pemerintahan. Demi mencapai tujuan dan keberhasilan suatu
pemerintahan, ASN harus professional, kompeten dan integritas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik dan sebagai perekat dan
pemersatu bangsa, sehingga ASN perlu menerapkan nilai-nilai dasar sebagai acuan dalam
melaksanakan tugasnya yaitu Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, Kolaboratif (BerAKHLAK). Berikut penjabaran dari nilai-nilai dasar ASN, yaitu:

1. Berorientasi pelayanan
Nilai dasar Aparatur Sipil Negara salah satunya berorientasi pelayanan yang bertujuan agar
menjadi pedoman perilaku bagi para Aparatur Sipil Negara dan menciptakan budaya kerja yang
mendukung tercapainya kinerja terbaik. Keberhasilan implementasi nilai dasar Aparatur Sipil
Negara apabila telah teraktualisasi dalam perilaku pegawai ASN, khususnya dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti
ketika kebutuhan pelanggan sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan
diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pelanggan. Layanan hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip yang digunakan untuk merespon
berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan publik di lingkungan birokrasi.

Prinsip pelayanan publik yang baik yaitu dengan melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasilnya. Pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur,
biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak puas dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah wajib mendengar
dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu
warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti
status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan
sejenisnya serta dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan. Penyelenggaraan
pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara
mewujudkan tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah. Pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku
sebagai berikut: Adil dan tidak diskriminatif Cermat, santun dan ramah, tegas, andal, dan tidak
memberikan putusan yang berlarut-larut Professional, tidak mempersulitPatuh pada perintah atasan
yang sah dan wajar Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk
menghindari benturan kepentingan Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan publik Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat Tidak
menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki Sesuai dengan
kepantasan dan tidak menyimpang dari prosedur.

2. Akuntabel
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN
menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK.
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: Kemampuan melaksanaan tugas dengan
jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi Kemampuan menggunakan
kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien Kemampuan
menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
Aspek-Aspek Akuntabilitas terdiri atas : Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
(Accountability is a relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan
bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber
daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is
results-oriented) Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/institusi
dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu
bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting) Laporan
kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. Akuntabilitas
memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences) Akuntabilitas
menunjukkan tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability
improves performance).
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive
accountability), akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan
evaluasi kinerja. Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban
laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-
beda. Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi kebiasaan (“how
things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi atau bahkan
mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan PP No. 94 Tahun 2021
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap
CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada
pemborosan sumber daya dan memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut,
PNS perlu merubah citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai
akuntabilitas untuk membentuk sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang
diberikan. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu: Untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
3. Kompeten
Tuntutan publik yang semakin besar terhadap perbaikan pelayanan publik, memaksa ASN
segera berbenah diri. Pemerintah perlu selalu melakukan updating terhadap standard kompetensi
ASN, karena perubahan lingkungan internal dan eksternal yang dinamis. Tidak hanya menunggu
aturan dari pusat saja (sentralistis/ top down), setiap ASN juga harus menyiapkan diri dengan
melakukan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi dirinya (bottom up). Kompetensi
akan mendorong seorang ASN untuk memiliki kinerja terbaik bagi organisasi. PNS merupakan
salah satu bahan intropeksi diri untuk memperbaiki dan meningkatkan kompetensi, karena PNS
adalah berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara,
pemerintahan, dan pembangunan. Kompetensi PNS ini berkaitan dengan kemampuan berupa
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas pokok, fungsi kewenangan dan tanggungjawab yang diamanatkan kepadanya. Dalam upaya
mewujudkan reformasi birokrasi dan meningkatkan kompetensi PNS dapat ditempuh melalui :
a. Penataan kembali kelembagaan/ organisasi, sumber daya manusia aparatur dan
tatalaksana (manajemen) pemerintahan dengan ukuran yang pas sesuai dengan
tujuan, urgensi, visi dan misi yang diemban.
b. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas para birokrat (PNS) dalam perumusan
kebijakan, pemberian pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Peningkatan
kapasitas dan kapabilitas atau kompetensi PNS diupayakan dengan cara:
c. Pendidikan Formal, yakni dengan penugasan para PNS untuk mengikuti jenjang
pendidikan tinggi S1, S2, dan S3, serta pemberian ijin belajar jenjang S1, S2, dan
S3
d. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan yang dipersyaratkan
e. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional bagi PNS yang dipersiapkan untuk
menduduki jabatan fungsional
f. Pendidikan dan Pelatihan Teknis, untuk memenuhi kebutuhan keahlian para PNS
di bidang teknis tertentu
g. Pemberian kemampuan melalui pengalaman para PNS.

4. Harmonis
Harmonis dalam BerAKHLAK ini mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kepada
setiap CPNS dalam Latsar ASN mengenai keberagaman berbangsa, rasa saling menghormati, dan
bagaimana menjad pelayan dan abdi masyarakat yang baik. Setelah memperoleh pengetahuan dan
pemahaman tersebut maka ASN akan mampu menunjukkan kemampuan menciptakan suasana
harmonis dilingkungan bekerja, memberikan layanan yang berkeadilan kepada masyarakat, serta
dapat menunjukkan perilaku yang beretika dan menjadi perekat bangsa dalam segala aspek
kehidupan sebagai warga negara.
Sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta
potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan
fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya,
agama dan lain-lain. Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan
tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan
pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan
masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas menjadi
penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan,
tidak korupsi, transparan, akuntabel, dan memuaskan publik. Dalam menjalankan tugas pelayanan
kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi
unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah
sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang harmonis dalam
lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi. Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman
dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah: Membuat tempat kerja yang berenergi
a. Tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa agar karyawan tetap senang dan nyaman
saat bekerja karena sebagian besar dari pegawai suatu organisasi menghabiskan
separuh waktunya di tempat kerja. Untuk itu tata ruang yang baik dan keberadaan
ruang terbuka sangat disarankan. Desain ruang terbuka dapat meningkatkan
komunikasi, hubungan interpersonal dan kepuasan kerja, sekaligus optimal
mengurangi terjadinya disharmonis yang disebabkan kurangnya komunikasi.
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi dalam organisasi
dibutuhkan suatu terobosan-terobosan atau ide-ide baru yang bisa di dapat bukan
hanya dari rekan kerja tetapi bisa juga dari atasan untuk meningkatkan keterlibatan
dan rasa memiliki karyawan dalam sebuah organisasi.
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi. Dengan membagi
kebahagiaan dalam organisasi kepada seluruh karyawan dapat meningkatkan rasa
kepemilikan dan meningkatkan antusiasme para karyawan.
Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terikat oleh suatu
etika dan kode etik. Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar sedangkan moral mengacu pada
kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Kode Etik adalah
aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya
ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
5. Loyal
Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Hal ini dapat diketahui dengan
melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government) sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita mulia tersebut tentunya akan dapat dengan
mudah terwujud jika instansi-instansi pemerintah diisi oleh ASN-ASN yang profesional, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan publik serta
mampu menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai
dengan fungsinya sebagai ASN sebagaimana tertuang dalam Pasal 10 UU Nomor 5 Tahun 2010
tentang Aparatur Sipil Negara.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana tersebut di atas
adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan
negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh
pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, karena
ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.
b. Faktor eksternal
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang masif saat ini tentu menjadi
tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN harus mampu
menggunakan cara-cara cerdas atau smart power dengan berpikir logis, kritis, inovatif, dan terus
mengembangkan diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi tantangan global
tersebut sehingga dapat memanfaatkan teknologi informsasi yang ada untuk membuka cakrawala
berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi, baik
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap/perilaku. Selain itu perkembang teknologi informasi
dapat digunakan oleh ASN untuk mendukung Implementasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
yang saat ini tengah digalakkan oleh pemerintah.
Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana diuraikan di atas,
ASN milenial juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus (dan hanya dapat dihadapi)
dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi terhadap bangsa dan negara, seperti information overload,
yang dapat menyebabkan paradox of plenty, dimana informasi yang ada sangat melimpah namun
tidak dimanfaatkan dengan baik atau bahkan disalahgunakan. Tentunya sebagai seorang ASN akan
banyak mengetahui atau memiliki data dan informasi penting terkait bangsa dan negara yang tidak
boleh disalahgunakan pendistribusian dan penggunaannya. Selain itu, masalah lain yang harus
dihadapi dengan loyalitas tinggi oleh seorang ASN adalah semakin besar peluang masuknya
budaya dan ideologi alternatif dari luar ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media
informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa yang berpotensi merusak tatanan budaya
dan ideologi bangsa.
6. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan
lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan. Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu
lanskap (landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Unsur lanskap
terkait dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungan strategis yang berubah secara konstan. Dinamika dalam perubahan lingkungan
strategis ini meliputi bagaimana memahami dunia yang kompleks, memahami prinsip
ketidakpastian, dan memahami lanskap bisnis. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas
elemen-elemen adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif,
dan struktur adaptasi. Yang terakhir adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan peran penting
dalam membentuk adaptive organization.
7. Kolaboratif
Bagi ASN baru yang bergabung di dunia pemerintahan, penting sekali memahami

nilai dan fungsi dari peran kolaborasi. Optimalisasi pemahaman terhadap nilai

kolaborasi ias diberikan saat ASN baru menjalani program pendidikan dasar

prajabatan. Pada proses tersebut, peran kolaborasi perlu diberikan porsi yang

optimal. Hal ini perlu agar ASN baru yang telah selesai melaksanakan pendidikan ias

mengimplementasi nilai tersebut di lingkungan kerjanya. Seperti yang kita ketahui

bersama bahwa untuk mengatasi isu-isu global saat ini, kita tidak ias berjalan sendiri

untuk mengatasi berbagai tantangan terhadap isu-isu tersebut. Perlu peran dari

berbagai pihak yang secara bersama dan bergerak untuk mencari solusi dalam

mengatasi isu-isu tersebut. Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang

global yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan

tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini

yaitu disrupsi di semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja

milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Morgan (2020) mengungkapkan

lima tantangan yang dihadapi yaitu new iasoli, perkembangan teknologi, tenaga kerja

milenial, mobilitas tinggi, serta globalisasi. Dibalik berbagai tantangan yang

dihadapi di atas, birokrasi Indonesia masih dihadapkan pada fragmentasi dan silo

mentality. Kolaborasi kemudian menjadi solusi dari berbagai fragmentasi dan silo

mentality.
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “Collaborative governance” sebagai sebuah
proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor
governance. Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi.
Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi
sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi stakeholders bahwa
organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan, collaborative governance
menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan
bersama dengan berbagi kekuatan.

K. Peran dan Kedudukan ASN


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN mendorong lahirnya reformasi briokrasi. Reformasi birokrasi pada
hakikatnya adalah upaya pembaharuan dan peubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya. Adanya
manajemen ASN mewajibkan seluruh ASN menaati peraturan yang berlaku dalam pemerintahan
dan untuk menghasilkan ASN yang professional dalam bidangnya. Manajemen ASN adalah
pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Berikut beberapa konsep yang ada dalam
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai
ASN terdiri atas:
a. PNS, merupakan pegawai berstatus tetap dan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP).
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), merupakan pegawai dengan
perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi dalam jangka waktu tertentu.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintahan dan serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan politik. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun
demikian merupakan satu kesatuan. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi transparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM
didasari pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja. UU ASN secara jelas mengakomodasi prinsip
merit dalam pelaksanaan manajemen ASP. Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan motor
penggerak pemerintahan, pilar utama dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan publik yang
secara langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan masyarakat. Oleh karena itu kinerja
ASN menjadi indikator utama yang menentukan kualitas ASN itu sendiri. Untuk mendapatkan
ASN yang memiliki kinerja tinggi diperlukan suatu regulasi yang mampu mendorong ASN
bertanggung jawab terhadap tugasnya dan mau melakukannya dengan sepenuh hati. Merit sistem
adalah salah satu strategi untuk mendorong produktivitas kerja lebih tinggi karena ASN dijamin
obyektivitasnya dalam perjalanan kariernya. Manajemen menyediakan kondisi dimana berbagai
kebijakan dan manajemen SDM dilakukan dan didasari pada pertimbangan kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar, tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin.
2. SMART ASN
Kompetensi literasi digital diperlukan agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan
media digital secara bertanggung jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia. Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam
mengakses media digital (digital ethics), budaya menggunakan digital (digital culture),
menggunakan media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media
digital (digital skills). Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada Rapat Terbatas
Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi
yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar,
bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring. Presiden
Jokowi juga telah menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani transformasi
digital pada masa pandemi COVID-19 5 arahan presiden untuk percepatan transformasi digital.
Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital. Persiapkan betul roadmap
transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial,
sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran. Percepat
integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan. Persiapkan kebutuhan SDM talenta
digital. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya. Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar
bagaimana menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi
digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan
produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili dunia dan memahami bagaimana perkembangan
teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. Menurut
UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman
dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Ini
mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi
informasi dan literasi media.
L. Profil Peserta

1. Nama Lengkap dr. Achmad Nuryadi, S.Ked


2. Formasi Jabatan Ahli Pertama Dokter
3. NIP 19950725 202203 1 005
4. Tempat Tanggal Lahir Mamuju, 25 Juli 1995
5. Alamat Domisili Jalan Poros Kalumpang, Desa Hinua,
Kecamatan Bonehau, Kab. Mamuju,
Sulawesi Barat

6. Agama Islam
7. Instansi Puskesmas Hinua
8. Alamat Instansi Jalan Poros Kalumpang, Hinua,
Kecamatan Bonehau, Kab. Mamuju,
Sulawesi Barat

9. Alamat Email yadipeacker@gmail.com

10. Angkatan Latsar Angkatan XI


11. Kelompok Latsar Kelompok 1
12. Coach Nurbayani, S.K.M, M.Kes
13. Mentor Gemilang, S. ST
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu-Isu

Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai
masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang
dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin
kebenarannya; kabar angin; desas desus. Isu yang tidak muncul di ruang publik dan tidak ada
dalam kesadaran kolektif publik tidak dapat dikategorikan sebagai isu strategis (kritikal). Isu
kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu :
1. Isu saat ini (current issue)
2. Isu berkembang (emerging issue), dan
3. Isu potensial.
Memahami apakah isu yang dianalisis tergolong isu kritikal atau tidak adalah dengan
menggunakan “issue scan”, yaitu teknik untuk mnegenali isu melalui proses scanning untuk
mengetahui sumber informasi terkait isu tersebut sebagai berikut :
1. Media scanning
2. Existing data
3. Knowledgeable others
4. Public and private organizations
5. Public at large

Berdasarkan evaluasi 5 elemen diatas di Puskesmas Hinua didapatkan beberapa isu :

1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi.


2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor resiko yang dapat
menimbulkan penyakit Dispepsia
3. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang cara penularan penyakit ISPA
4. Rendahnya kepatuhan berobat pasien dengan DM
5. Banyaknya masyarakat dilingkungan kerja Puskesmas Hinua yang tidak
mengetahui faktor-faktor resiko Dermatitis

B. Deskripsi Isu-Isu

1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah iasolic ≥90 mmHg. Tekanan darah tinggi ias
diatasi dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Namun, pada beberapa
penderita, perubahan gaya hidup juga harus disertai dengan konsumsi obat antihipertensi.
Perlu atau tidaknya penggunaan obat antihipertensi tergantung pada nilai tekanan darah
pasien dan seberapa besar risiko pasien terserang komplikasi, seperti stroke atau serangan
jantung. Berdasarkan laporan kunjungan untuk penyakit hipertensi di Puskesmas Hinua
pada tahun 2022 dari bulan April hingga Juli jumlah kunjungan pasien hipertensi
menurun baik kunjungan ke Puskesmas maupun ke Posbindu, banyak pasien yang
tidak rutin berobat sehingga banyak pasien yang tekanan darahnya tidak terkontrol.
Karena hal tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa terdapat rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang hipertensi sehingga mempengaruhi kunjungan pasien ke
Puskesmas Hinua.

No Indikator April Mei Juni Juli


1 Pasien dengan 68 orang 51 orang 42 orang 65 orang
Hipertemsi
Data kunjungan pasien dengan Hipertensi.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor resiko yang dapat


menimbulkan penyakit Dispepsia

Dispepsia adalah sekumpulan gejala yang dideskripsikan sebagai rasa tidak


nyaman pada perut, seperti perut terasa penuh, kembung, sakit perut, dan nyeri ulu hati.
Masyarakat awam dikenal sebagai maag, faktor resiko yaitu pola makan yang kurang baik,
terlalu sering komsumsi minuman berkafein, kebiasaan komsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan merokok, berat badan berlebih atau obesitas. Berdasarkan laporan untuk
penyakit dispepsia yang terdata di Puskesmas Hinua pada tahun 2022 dari bulan April
hingga Juli jumlah kunjungan pasien dispepsia meningkat baik kunjungan ke
Puskesmas maupun ke Posbindu. Dari data tersebut diambil isu bahwa kurangnya
pegetahuan masyarakat tentang faktor-faktor resiko yang dapat menimbulakn penyakit
dispepsia.

No Indikator April Mei Juni Juli


1 Pasien dengan 36 orang 36 orang 39 orang 27 orang
Dispepsia

Data kunjungan pasien dengan Dispepsia

3. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang cara penularan penyakit ISPA

ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terjadi disaluran
Pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah. ISPA sangat mudah menular dan dapat
dialami oleh siapa saja, terutama anak-anak dan lansia. Penularan virus atau bakteri penyebab
ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan air liur orang yang terinfeksi. Virus atau
bakteri dalam percikan air liur akan menyebar melalui udara kemudian masuk ke hidung atau
mulut orang lain. Selain kontak langsung dengan percikan air liur penderita, virus juga dapat
menyebar melalui sentuhan dengan benda yang terkontaminasi atau berjabat tangan dengan
penderita. Berdasarkan laporan untuk penyakit ISPA yang terdata di Puskesmas Hinua pada
tahun 2022 dari bulan April hingga Juli jumlah kunjungan pasien ISPA meningkat baik
kunjungan ke Puskesmas maupun ke Posbindu. Sehingga hal tersebut bisa diambil sebagai
kesimpulan kurang nya pemahaman masyarakat tentang cara penularan penyakit ISPA.

No Indikator April Mei Juni Juli


.
1 Pasien dengan ISPA 54 orang 13 orang 22 orang 56 orang

Data kunjungan pasien dengan ISPA

4. Rendahnya kepatuhan berobat pasien dengan DM

Diabetes melitus (atau biasa disebut diabetes saja) adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula (glukosa) di dalam darah. Kondisi ini juga sering disebut sebagai
penyakit gula atau kencing manis. Gula yang berada di dalam darah seharusnya diserap oleh sel-
sel tubuh untuk kemudian diubah menjadi energi. Insulin adalah hormon yang bertugas untuk
membantu penyerapan glukosa dalam sel-sel tubuh untuk diolah menjadi energi, sekaligus
menyimpan sebagian glukosa sebagai cadangan energi. Diabetes melitus adalah penyakit yang
tidak bisa disembuhkan. Namun, bukan berarti penderita tidak bisa hidup sehat, karena penyakit
ini masih bisa diatasi dan dikendalikan. Salah satunya, dengan menjalani pengobatan diabetes.
Kepatuhan berobat merupakan salah satu kunci keberhasilan mengontrol gula darah.

Berdasarkan laporan kunjungan berobat ke sarana dan prasarana Puskesmas Hinua dari
Bulan April sampai Juli diperoleh kunjungan pasien DM tidak konsisten serta beberapa pasien
tidak mencapai glukosa darah target selama menjalani program Prolanis, hal ini menjadi concern
bagi penulis bahwa kepatuhan berobat pasien DM di Puskesmas Hinua tergolong rendah.

No Indikator April Mei Juni Juli


.
1 Pasien dengan DM 36 orang 30 orang 29 orang 31 orang

Data kunjungan pasien dengan DM

5. Banyaknya masyarakat dilingkungan kerja Puskesmas Hinua yang tidak


mengetahui faktor – faktor resiko dermatitis

Dermatitis kontak adalah peradangan pada kulit akibat paparan zat tertentu yang
menyebabkan iritasi atau reaksi alergi. Dermatitis kontak dapat ditandai dengan ruam kemerahan
dan gatal pada kulit. Berdasarkan dermatitis kontak dibagi menjadi, Dermatitis kontak iritasi
Jenis ini terjadi ketika lapisan luar kulit bersentuhan dengan zat tertentu yang menyebabkan
lapisan pelindung kulit mengalami kerusakan. Jenis dermatitis inilah yang paling sering terjadi.
Beberapa zat yang dapat memicu dermatitis kontak iritasi adalah sabun, detergen, sampo, cairan
pemutih, zat yang berada di udara (misalnya serbuk gergaji atau serbuk wol), tumbuhan, pupuk,
pestisida, asam, alkali, minyak mesin, parfum, dan bahan pengawet, maupun penggunaan alat
cukur rambut yang tidak tepat. Dermatitis kontak alergi. Jenis ini terjadi ketika kulit bersentuhan
dengan zat alergen yang memicu sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan, sehingga
menyebabkan kulit gatal dan meradang.Zat alergen yang sering memicu reaksi alergi pada kulit
antara lain obat-obatan topikal (misalnya krim antibiotik), zat yang ada di udara (misalnya serbuk
sari), tanaman, bahan logam dalam perhiasan, karet, dan bahan kosmetik (misalnya cat kuku dan
pewarna rambut).

Berdasarkan laporan kunjungan berobat ke sarana dan prasarana Puskesmas Hinua dari
Bulan April sampai Juli diperoleh kunjungan pasien dermatitis selalu masuk dalam 10 besar
penyakit terbanyak di Puskesmas Hinua, sehingga hal ini menjadi penting untuk di evaluasi bahwa
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui faktor-faktor resiko terjadinya dermatitis.

No Indikator April Mei Juni Juli


.
1 Pasien dengan 42 orang 14 orang 16 orang 21 orang
Dermatitis
Data kunjungan pasien Dermatitis

C. Analisis Isu

Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, maka selanjutnya perlu
dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian dengan
menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu.
Untuk itu di dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain isu yang bersifat
aktual, sebaiknya kita menggunakan kemampuan berpikir kiritis yang ditandai dengan penggunaan
alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak
jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan metode APKL.

Dari beberapa masalah yang ada, langkah selanjutnya adalah melakukan seleksi pada
masalah tersebut dengan menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik, Khalayak, dan
Layak) dengan skala skor 1-5. Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai
berikut.

1. Aktual : Isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat
2. Problematik : Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu
dicarikan segera solusinya secara komprehensif
3. Kekhalayakan : Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak

4. Layak : Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya
Analisis Isu Metode APKL
No. Isu Kriteria Jumlah Peringkat
A P K L
1. Rendahnya 4 5 4 4 17 II
pengetahuan
masyarakat
tentang
penyakit
Hipertensi.

2. Kurangnya 3 4 3 4 14 IV
pengetahuan
masyarakat
tentang faktor-
faktor resiko
yang dapat
menimbulkan
penyakit
Dispepsia

3. Rendahnya 3 4 4 4 15 III
pemahaman
masyarakat
tentang cara
penularan
penyakit ISPA

4. Rendahnya 4 5 4 5 18 I
kepatuhan
berobat pasien
dengan DM

5. Banyaknya 3 4 3 3 13 V
masyarakat
dilingkungan
kerja
Puskesmas
Hinua yang
tidak
mengetahui
faktor-faktor
resiko
Dermatitis
Isu dan Gagasan Pemecahan Isu
No. Isu Gagasan Judul
1. Rendahnya Peningkatan Peningkatan pengetahuan pasien
pengetahuan pemahaman faktor hipertensi dalam mengonrtol tekanan
masyarakat resiko hipertensi darah melalui media digital
tentang dengan berbasis
penyakit digital berupa
Hipertensi. edukasi dalam bentuk
podcast monolog dan
role model
2. Kurangnya Mengurangi angka
pengetahuan kerjadian dispepsia Upaya stabilisasi ( menurunkan) angka
masyarakat dengan mengatur kejadian dispepsia dengan media digital
tentang faktor- pola menu diet dan non digital
faktor resiko berbasis edukasi
yang dapat secara digital ( media
menimbulkan sosial tiktok) dan non
penyakit digital ( edukasi
Dispepsia menu diet personal)

3. Rendahnya Pengendalian Memaksimalkan penggunaan media


pemahaman penyakit ISPA digital dalam menurunkan kejadian
masyarakat dengan edukasi ISPA
tentang cara digital ( youtube)
penularan serta telemedicine
penyakit ISPA ( telegram)

4. Rendahnya Upaya Peningkatan kepatuhan berobat


kepatuhan meningkatkan pasien DM di Puskemas Hinua
berobat pasien kepatuhan melalui dengan metode TUDE
dengan DM peningkatan
pengetahuan pasien
DM menggunakan
media berbasis
digital ( edukasi
media elektronik)
dan layanan
kesehatan berupa
telemedicine (WA)
serta evaluasi
berupa kuesioner
5. Banyaknya Peningkatan edukasi Upaya mengurangi penyakit dermatitis
Setelah penetapan masalah dengan menggunakan teknik APKL, didapatkan 3 isu yang
menjadi concern penulis, selanjutkan ketiga isu tersebut akan dipertimbangkan kembali untuk
dijadikan masalah prioritas atau masalah utama. Ketiga masalah tersebut akan diidentifikasi
Kembali dengan menggunakan Teknik USG, Urgency, Seriousness, dan Growth. Adapun
Penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut :

1. Urgency (U) artinya seberapa mendesak suatu masalah harus dibahas,


dianalisis dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness (S) artinya seberapa serius suatu masalah harus dibahas,
dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan.
3. Growth (G) artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya masalah
tersebut jika tidak segera ditangani.
No ISU KRITERIA JUMLAH PERINGKAT
U S G
1 Rendahnya 5 5 4 14 II
pengetahuan
masyarakat
tentang penyakit
Hipertensi
2 Rendahnya 5 5 5 15 I
kepatuhan
berobat pasien
dengan DM

3 Rendahnya 4 4 4 12 III
pemahaman
masyarakat
tentang cara
penularan
penyakit ISPA

D. Gagasan Pemecahan Isu

Setelah melakukan analisis isu dengan menggunakan metode tapisan USG maka isu yang
akan diangkat yaitu “Rendahnya kepatuhan berobat pasien dengan DM”. Adapun judul yang
diangkat penulis berdasarkan isu tersebut adalah Peningkatan kepatuhan berobat pasien DM di
Puskemas Hinua dengan metode TUDE dengan Gagasan pemecahan isu adalah Upaya
meningkatkan kepatuhan melalui peningkatan pengetahuan pasien DM menggunakan media
berbasis digital ( edukasi media elektronik) dan layanan kesehatan berupa telemedicine (WA)
serta evaluasi berupa kuesioner yang akan dilakukan dengan jangka waktu kurang lebih 1 bulan,
dengan melakukan kegiatan tersebut baik di Puskesmas maupun di Posbindu.
E. Matriks Rancangan Aktualisasi

Nama Peserta : dr. Achmad Nuryadi, S, Ked


Unit Kerja : Puskesmas Hinua
Identifikasi Isu : Menggunakan metode APKL dan USG
Isu yang diangkat : Rendahnya kepatuhan berobat pasien DM
Gagasan Pemecahan Isu : Upaya meningkatkan kepatuhan melalui peningkatan pengetahuan pasien DM menggunakan media berbasis digital ( edukasi
media elektronik) dan layanan kesehatan berupa telemedicine (WA) serta evaluasi berupa kuesioner

No Kegiatan Tahapan Output/ Hasil Pemaknaan Keterkaitan Nilai-Nilai Kontribusi Terhadap Visi dan Penguatan Nilai-Nilai
Kegiatan Kegiatan BerAKHLAK Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan 3.1 Mengatur 4.1 Jadwal 5.1 Pengaplikasian SMART ASN, 6.1 Medukung visi 7.1 Kegiatan ini
rancangan jadwal konsultasi menggunakan media sosial berupa Kabupaten Mamuju, menunjukkan nilai
kegiatan pertemuan/ terencanakan Whatsapp dalam menentukan jadwal Mamuju KEREN, Harmonis, yaitu
aktualisasi konsultasi 4.2 Menjalin dan konsultasi Kreatif : Pemerintahan membangun/
dengan mentor kerjasama 5.2 Berorientasi Pelayanan, bersikap yang senantiasa menjalin komunikasi
serta staff terhadap ramah, sopan serta beretika melahirkan inovasi, ( yang baik) bersama
Puskesmas beberapa (menghubungi diwaktu selesai kerja/ adaptif terhadap mentor dan rekan
3.2 penanggung dinas, memberikan message/ pesan kemajuan baik dari kerja, tanpa
Menyampaika jawab sebelum menghubungi secara sektor pertanian, membeda bedakan
n isu, gagasan program langsung, berbahasa formal- semi perikanan, perkebunan, latar belakang
pemecahan isu, yang terkait formal, mengikuti/ menghargai saran peternakan, jasa dan masing- masing.
tujuan dengan yang diberikan, mengucapkan terima pariwisata, dalam hal
aktualisasi rancangan kasih atas bantuan tetapi tidak ini berinovasi dalam
serta meminta aktualisasi memberi sesuatu/ gratifikasi ) dalam memberikan ( jasa)
saran/ bantuan/ 4.3 Terdapat melakukan konsultasi dengan mentor, layanan kesehatan
kerja sama catatan , staff Puskesmas dan pengelola secara TUDE
dalam saran dan program 6.2 Mendukung visi
pelaksanaan data dari 5.3 Akuntabel, mempertanggung Puskesmas Hinua,
kegiatan mentor serta jawabkan data (real data) yang di mewujudkan
3.3 staff diskusikan dengan mentor, disiplin ( masyarakat sehat
data pasien Puskesmas on time terhadap jadwal konsultasi), dengan pelayanan yang
(alamat umtuk menggunakan barang milik negara profesional
door to door) ( data) secara bertanggung jawab, 6.3 Mendukung salah satu
efektif dan efisien, prioritas kerja presiden
5.4 Kompeten, mencari referensi bahan 2019-2024,
sedetail mungkin, menerima saran pembangunan SDM
dengan baik ( SDM yang pekerja
5.5 Harmonis, menghargai setiap saran keras, dinamis,
yang diberikan (mentor, staff terampil, dan
Puskesmas dan pengelola program) menguasai IPTEK )
5.6 Loyal, menjaga rahasia data yang
diberikan
5.7 Adaptif, berusaha melakukan yang
terbaik ( merealisasikan gagasan
pemecahan masalah dengan
mengondisikan keadaan)
5.8 Kolaboratif, bersama dengan mentor
dan pengelola program dalam
melaksanakan kegiatan aktualisasi.
2. Mengumpul 3.1 Mencari 4.1 Pertanyaan- 5.1 Beroerientasi Pelayanan, memahami 6.1 Upaya mewujudkan 7.1 Menerapkan nilai
kan bahan/ referensi/ pertanyaan kebutuhan masyarakat secara personal visi Kabupaten Adaptif, dalam hal
data literatur/ yang akan 5.2 Akuntabel, konten yang dibuat dapat Mamuju, Mamuju ini bertindak proaktif
bahan diseleksi dipertanggungjawabkan KEREN, Energik : mengumpulkan data/
( kuesioner untuk kebenarannya, tidak menggunakan Kondisi masyarakat bahan yang
pre/ post membuat barang milik negara secara tidak mamuju yang sehat, berkualitas sehingga
evaluasi) kuesioner efektif dan efisien ( cek GDS sesuai kuat, dan penuh maksimal dalam
3.2 Mencari 4.2 Ide- ide waktu) semangat, dalam hal ini berinovasi serta
sumber- konten video 5.3 Kompeten, menyiapkan konten mengumpulkan berkreativitas
sumber 4.3 Kerangka edukasi dengan kualitas terbaik dan referensi-referensi
tentang layanan up to date terbaik untuk
edukasi kesehatan 5.4 Harmonis, konten yang dibuat bisa menyempurnakan
DM , berbasis dipahami dengan mudah oleh talaksana penyakit DM
merencana telemedicine masyarakat dengan latar belakang sehingga terbentuk
kan video apapun masyarakat yang sehat
edukasi 5.5 Loyal, dalam pembuatan konten tetap 6.2 Upaya mewujudkan
dan menjaga nama baik sesama ASN, misi Puskesmas Hinua,
pemilihan pimpinan, instansi dan Negara dengan pemerataan dan
medial memberikan konten yang tidak keterjangkauan
sosial menyalahi ideologi pancasila dan pelayanan kesehatan
3.3 Perencanaa UUD Negara Republik Indonesia kepada seluruh
n tahun 1945 masyarakat ( media
telemedicin 5.6 Adaptif, berinovasi dan berkreativitas sosial dan telemedcine)
e dalam pembuatan konten
5.7 Kolaboratif, memberi kesempatan
berbagai pihak untuk berkontribusi
( coach, mentor, staff puskesmas,
masyarakat, keluarga, teman dlln)
3. Pembuatan 3.1 Pembu 4.1 Kuesioner 5.1 Berorientasi Pelayanan, membuat 6.1 Upaya mewujudkan 7.1 Kompeten,
kuesioner, atan dalam bentuk kuesioner untuk evaluasi pengetahuan visi Kabupaten melaksanakan tugas
konten kuesion paper pasien DM ( mengetahui kekurangan Mamuju, Mamuju dengan kualitas terbaik,
edukasi, dan er 4.2 Konten video pasien DM) KEREN, Edukatif : yaitu membuat konten
layanan 3.2 Pembu siap di upload 5.2 Akuntabel, bertanggung jawab dalam Peyelenggaraan edukasi yang berbeda
kesehatan atan di youtube bermedia sosial (mematuhi aturan pendidikan yang layak guna menarik perhatian
berbasis konten 4.3 WA sebagai aturan) untuk semua, dalam hal masyarakat, serta
telemedicin edukasi media 5.3 Kompeten, upaya memberikan ini konten yang dibuat pemilihan pertanyaan/
e DM melakukan informasi/ edukasi dalam rangka tetap memegang teguh kuesioner yang mudah
3.3 Membe telemedicine meningkatkan pengetahuan pasien ideologi pancasila dan dipahami semua
ntuk DM untuk patuh berobat UUD Negara Republik kalangan
layanan 5.4 Harmonis, membangun lingkungan Indonesia Tahun 1945 (
kesehat kerja yang kondusif dengan cara konten edukasi layak
an memahami masyarakat lebih dalam ( untuk semua kalangan)
berbasi door to door) 6.2 Upaya menerapkan
s 5.5 Loyal, bermedia sosial tidak lepas dari misi Puskesmas Hinua,
telemed ideologi pancasila dan selalu berfikir mendorong kemadirian
icine dalam melakukan tindakan ( atas hidup sehat bagi
dasar membawa nama instansi) keluarga dan
5.6 Adaptif, proaktif dalam mencari ide masyarakat
ide yang berbeda dari yang
sebelumnya ada dalam meningkatkan
kepatuhan berobat
5.7 Kolaboratif, menggunakan media
sosial menyebarkan informasi
merupakan upaya menggerakkan
pemanfaatan berbagai sumber daya
untuk tujuan bersama ( meningkatkan
kepatuhan berobat)

4. Pelaksanaan 3.1 Membagik 4.1 Nilai hasil 5.1 Berorientasi Pelayanan, melakukan 6.1 Upaya mewujudkan visi 7.1 Akuntabel
kegiatan an paper pre test perbaikan tiada henti ( jika terdapat Kabupaten Mamuju, (melaksanakan tugas
( melakukan pre test 4.2 Edukasi banyak kesalahan di soal tertentu/ Mamuju KEREN, Ramah : dengan jujur,
pre test, 3.2 Membagik tersampaikan sama, makan akan membuat edukasi Kondisi sosial masyarakat bertanggung jawab,
upload an konten 4.3 GDS dan fokus tentang pertanyaan tersebut ) yang mengedepankan cermat disiplin dan
konten, dan di channel terapi yang 5.2 Akuntabel, bertanggung jawab dan pendekatan agama, budaya berintegritas tinggi)
door to youtube, sesuai berintegritasi tinggi terhadap serta kearifan lokal, yaitu Disini melaksanakan
door ) cek membagika pelayanan kesehatan yang diberikan ( dalam mengedukasi kegiatan/ mengedukasi
GDS serta n link ke door to door) menggunakan pendekatan dengan bersungguh-
pemberian masyarakat 5.3 Kompeten, pemberian edukasi budaya setempat sehingga sungguh/ bertanggung
terapi secara merupakan upaya membantu bisa diterima baik oleh jawab untuk tujuan
langsung ( masyarakat memahami/ mengetahui masyarakat bersama
door to penyakit DM 6.2 Upaya menerapkan misi
door, 5.4 Harmonis, dalam memberikan Puskesmas Hinua,
Posbindu, layanan kesehatan bersifat tidak mengutamakan mutu
Prolanis, diskriminatif pelayanan kesehatan
kegiatan di 5.5 Loyal, menjaga rahasia data pasien kepada seluruh masyarakat
poli serta menggunakannya tetap berada
Puskesmas dalam konteks berprinsip terhadap
) dan tidak ideologi pancasila dan UUD 1945
langsung 5.6 Adaptif, menyesuaikan/ mengadaptasi
( akses culture masyarakat wilayah kerja
youtube) Puskesmas Hinua
serta cek 5.7 Kolaboratif, mengikut sertakan staff
GDS dan Puskesmas dalam mengedukasi
pemberian
terapi
3.3 Memberika
n layanan
kesehatan/
telemedicin
e
5. Evaluasi 3.1 Melakukan 4.1 Membadingka 5.1 Berorientasi Pelayanan, menilai 5.1 Upaya mewujudkan misi 7.1 Kolaboratif, memberi
kegiatan post test n pre test dan apakah pelayanan sudah memenuhi Kabupaten Mamuju, kesempatan kepada
dan 3.2 Penyusuna post test kebutuhan masyarakat atau belum mewujudkan aksesibilitas berbagai pihak ( coach,
penyusunan n laporan 4.2 Susunan ( perbandingan hasil tes serta kepatuhan dan kualitas pelayanan mentor, staff Puskesmas,
laporan aktualisasi laporan akhir berobat) bidang pendidikan, masyarakat, keluarga,
aktualisasi aktualisasi 5.2 Akuntabel, bertanggung jawab kesehatan dan sosial, yaitu teman dlln) untuk
terhadap laporan aktualisasi ( hasil) metode TUDE ini berkontribusi serta
5.3 Kompeten, mengerjakan laporan diharapkan mampu terbuka dalam bekerja
aktualisasi dengan kualitas terbaik meningkatkan kepatuhan sama untuk
5.4 Harmonis, membangun hubungan berobat pasien DM menghasilkan nilai
yang harmonis bersama coach dan mentor 5.2 Upaya menerapkan misi tambah
dalam menyusun laporan aktualisasi Puskesmas Hinua,
5.5 Loyal, mengerjakan tugas memberikan pelayanan
seberkualitas mungkin untuk menjaga kesehatan kepada keluarga
nama baik instansi. dan masyarakat dengan
5.6 Adaptif, berusaha tetap bertidak profesionalisme
proaktif dalam bertelemedicine setelah
aktualisasi
5.7 Kolaboratif, menjalin kerja sama ke
berbagai pihak dalam melakukan
penyusunan serta evaluasi laporan akhir
aktualisasi
B. Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Bulan
September Oktober
No Kegiatan
2 1 2
24 25 26 7 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 13 14 15 16 17 18 19 20 21 2 23 24 25 26 27

Persiapan rancangan
1
kegiatan aktualisasi
Mengumpulkan bahan/
2
data
Pembuatan kuesioner,
konten edukasi, dan
3
layanan kesehatan
berbasis telemedicine

4 Pelaksanaan kegiatan

Evaluasi kegiatan dan


5 penyusunan laporan
aktualisasi
BAB IV
CAPAIAN HASIL DAN ANALISIS DAMPAK NILAI-NILAI DASAR ASN

A. Implementasi Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Pelaksanaan kegiatan aktualisasi merupakan kesinambungan dari rancangan kegiatan
kegiatan yang telah dirancang sebelumnya. Dalam pelaksanaan aktualisasi diterapkan nilai-nilai
dasar ASN yang telah dipelajari pada saat pelatihan dasar. Dalam sistem pembelajaran pelatihan
dasar, setiap peserta dituntut untuk mampu mengaktualisasikan materi pembelajaran yang telah
dipelajari melalui proses pembiasaan diri yang difasilitasi dalam pembelajaran agenda habituasi.
Aktualisasi dilakukan dengan menerjemahkan teori ke dalam praktek ditempat kerja dengan
mengubah konsep menjadi konstruk dan menjadikan gagasan sebagai kegiatan. Pelaksanaan
aktualisasi ini sebagai langkah mengaktualisasikan dan menghabituasikan nilai-nilai dasar ASN
dalam kegiatan yang dirancang sebelumnya sehingga terbentuk karakter ASN yang profesional.
Nilai-nilai dasar ASN diimplementasikan di dalam setiap kegiatan berdasarkan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai dokter umum.

B. Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar ASN


Kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan di unit penempatan kerja yaitu Puskesmas Hinua
yang dimana harus memiliki keterkaitan dengan nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK
(Berorientasi Pelayanan, Akuntabilitas, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).
Selama kegiatan diaktualisasikan dan dihabituasikan nilai dasar ASN yang dijadwalkan dari
tanggal 24 September sampai dengan 27 Oktober 2022 di UPT Puskesmas Hinua. Seluruh
kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Berikut hasil kegiatan aktualisasi
yang telah dilaksanakan tersebut.
1. Persiapan Rancangan Kegiatan Aktualisasi
Dampak positif : Dengan melakukan konsultasi dengan mentor serta staff Puskesmas
terkait tahapan kegiatan akan membangun hubungan kerja sama yang baik
Dampak negatif : Dengan tidak melakukan konsultasi maka akan terciptanya hubungan
yang tidak harmonis dengan atasan/mentor dan staff di tempat kerja.
Dampak BerAKHLAK : Dengan melakukan kegiatan ini menunjukkan nilai Akuntablitas
yaitu bertanggung jawab penuh terhadap gagasan pemecahan masalah yang dipaparkan kepada
Mentor dan Staff Puskesmas, Harmonis, hubungan harmonis antara peserta latsar bersama
mentor dan staff bersama-sama melihat dan membahas pelaksanaan kegiatan aktualisasi.
Tahap Pertama : Mengatur jadwal pertemuan/ konsultasi dengan mentor serta staff Puskesmas

Tahap Kedua : Menyampaikan isu, gagasan pemecahan isu, tujuan aktualisasi serta meminta
saran/ bantuan/ kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
Tahapan Ketiga : Meminta data pasien (alamat umtuk door to door)
2. Mengumpulkan Bahan/ Data
Dampak Positif : Mencari bahan/ sumber semnarik mungkin dan terpercaya sehingga bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat
Dampak Negatif : Jika tidak mencari bahan/ sumber yang menarik dan terpercaya maka
akan membuat masyarakat acuh tak acuh dalam pengedukasian.
Dampak BerAKHLAK : Berorientasi Pelayanan pemilihan bahan dan ide untuk konten
yang akan dipublish dengan memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat terkait infromasi
yang dibutuhkan. Akuntabel konten yang akan dibuat layak dan dapat dipertanggung jawabkan
sumber kebenarannya, Kompeten bahan/ konten yang disajikan berguna membantu masyarakat
belajar mengenai diabetes ( mitos dan faktanya)
Tahap Pertama : Mencari referensi/ literatur/ bahan ( kuesioner pre/ post evaluasi)
Tahap Kedua : Mencari sumber-sumber tentang edukasi DM , merencanakan video edukasi dan
pemilihan medial sosial
Tahap Ketiga : Perencanaan telemedicine
3. Pembuatan Kuesioner, Konten Edukasi, dan Layanan Kesehatan Berbasis
Telemedicine
Dampak Positif : Pembuatan konten dalam bentuk edukasi digital memudahkan semua
kalangan memperoleh informasi terkait diabetes, penerapan telemedicine mempermudah
masyarakat berkontak dengan dokter.
Dampak Negatif : Jika melakukan sosialisasi terkait penyakit diabetes hanya melalui
media cetak besar kemungkinan bahan akan tercecer/ hilang, telemedicine bisa disalahgunakan
oleh oknum tertentu.
Dampak BerAKHLAK : Berorientasi Pelayanan membuat edukasi digital sebagai wujud
sikap solutif dalam upaya penyebaran informasi dengan berusaha selalu melakukan perbaikan
tiada henti. Harmonis membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dengan
bertelemedicine tanpa membedakan apapun latar belakangnya serta membangun lingkungan
kerja yang kondusif, Loyal dalam membuat konten tetap memegang teguh ideologi Pancasila,
UUD 1945, serta konten tersebut tetap dapat menjaga nama baik instansi.
Tahap Pertama : Pembuatan kuesioner

Tahap Kedua : Pembuatan konten edukasi DM


Tahap Ketiga : Membentuk layanan kesehatan berbasis telemedicine

4. Pelaksanaan Kegiatan ( Melakukan Pre Test, Upload Konten, Door to Door )


Dampak Positif : Melakukan door to door membuat jangkauan edukasi lebih luas,
masyarakat lebih nyaman dirumah sendiri ( privasi terjaga), lebih efektif mengedukasi karna
fokus per orang, pre tes berguna mengetahui alasan pasien tidak patuh berobat, terjalin
komunikasi yang lebih terbuka
Dampak Negatif : Jika tidak dilakukan secara door to door banyak masyarakat yang tidak
datang ketika pertemuaan diadakan, banyak masyarakat yang memiliki akses jauh ke Puskesmas,
disisi lain door to door membuat masyarakat ingin selalu dikunjungi ( malas ke Puskesmas)
Dampak BerAKHLAK : Kolaboratif, staff Puskesmas berkontribusi dalam melakukan tes
gula darah, dalam pelaksanaan kegiatan terjalin kerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
( antara peserta Latsar dengan PJ Posbindu dan Prolanis), Adaptif, menyesuaikan diri dengan
cara meghargai budaya daerah sekitar ketika berkunjung.

Tahap Pertama : Membagikan paper pre test


Tahap Kedua : Membagikan konten di channel youtube, membagikan link ke masyarakat secara
langsung ( door to door, Posbindu, Prolanis, kegiatan di poli Puskesmas) dan tidak langsung
( akses youtube) serta cek GDS dan pemberian terapi
Tahap Ketiga : Memberikan layanan kesehatan/ telemedicine

5. Evaluasi Kegiatan dan Penyusunan Laporan Aktualisasi

Dampak Positif : Melakukan post test untuk mengetahui edukasi yang diberikan
tersampaikan dengan baik atau tidak
Dampak Negatif : Jika tidak melakukan post tes maka tidak ada perbandingan yang bisa
digunakan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat meningkat, rendah atau tetap sama
Dampak BerAKHLAK: Berorientasi Pelayanan dengan cekatan, solutif, dan melakukan
perbaikan tiada henti dalam penyusunan aktualiasi. Akuntabel, melakukan evaluasi dan
penyusunan laporan tepat waktu merupakan sikap bertanggung jawab dan cermat dalam nilai
akuntabel. Kolaboratif, memberi kesempatan berbagai pihak untuk berkontribusi dalam
penyusunan laporan.

Tahap Pertama : Melakukan post test


Tahap Kedua : Penyusunan laporan aktualisasi
No Nama Pre Test Post Test
1 Ny. N 80 80
2 Ny. E 40 80
3 Ny. M 30 60
4 Ny. W 60 70
5 Ny. L 50 70
6 Ny. D 40 60
7 Ny. J 60 70
8 Ny. E 30 80
9 Tn. I 80 90
10 Ny. J 70 90
11 Ny. A 90 100
12 Ny. L 60 80
13 Ny. W 70 80
14 Ny. K 50 70
15 Ny. K 70 80
16 Tn, R 20 60
17 Tn. Y 30 50
18 Ny. S 50 70
19 Ny. L 30 70
20 Tn. G 50 80
21 Ny. M 60 80
22 Ny. R 40 70
23 Ny. A 40 50
24 Ny. R 40 70
25 Ny. H 40 80
26 Ny. H 70 80
27 Ny. H 30 70
28 Ny. H 30 70
29 Tn. I 40 70
30 Ny. Y 40 70
31 Ny. M 30 70
32 Tn. Y 30 70
33 Tn. B 60 80
34 Ny. S 20 80
35 Ny. M 20 60
36 Tn. R 50 70
37 Ny. A 60 70
38 Ny. M 60 80
39 Ny. T 70 80
40 Ny. E 30 60
41 Ny. R 70 80
42 Ny. S 60 80
43 Ny. W 70 80
44 Ny. E 80 90
45 Ny. M 80 90
46 Ny. D 30 60
47 Ny. A 80 90
48 Ny. D 70 80
49 Ny. S 60 80
50 Tn. B 50 70
Total 2570 3720
Nilai Rata- Rata 51,4 74,4

Diagram Perbandingan Pre dan Post Test

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Nilai Rata- Rata Pre Test Pos Test

Dari diagram tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan pengetahuan dari nilai rata-
rata pre test 51,4 menjadi 74,4 post test.
C. Hambatan dan Solusi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi peningkatan kepatuhan berobat pasien DM di
Puskesmas Hinua dengan metode TUDE tentu tidak terlepas dari berbagai kendala. Terlepas dari
dari kendala yang dialami, penulis berusaha menemukan solusi dan menyelesaikan kegiatan
aktualisasi ini, Adapun kendala pertama adalah sebagian besar pasien DM tidak memiliki hp
untuk bertelemedicine sehingga solusinya mereka bisa menggunakan hp keluarga/ tenaga
kesehatan/ tetangga/ teman dlln, jaringan yang kurang stabil menjadi kendala pasien mengakses
youtube, sehingga solusinya memutarkan edukasi digital secara langsung menggunakan ipad
pribadi, penggunaan Bahasa daerah menjadi kendala bagi penulis dalam berkomunikasi, solusi
datang bersama staff yang mengerti Bahasa daerah disana atau menayakan keluarga untuk
menerjemahkan, kegiatan Puskesmas yang padat pada pagi- sore hari, solusinya sempat turun
lapangan dari sore- malam hari, keterbatasan akses jalanan, solusinya minta bantuan kepada
tenaga kesehatan yang bisa mengakses dan mengedukasi dengan baik, jaringan yang kurang
stabil di wilayah Puskesmas Hinua, diberi izin sama mentor untuk mengerjakan di Kota,
masyarakat susah mengakses Puskemas untuk terapi teratur/ patuh berobat, solusinya tiap bulan
akan ada petugas kesehatan yang berkunjung ke rumah pasien DM, terakhir banyak pasien yang
lupa minum obat, solusi minta keluarga untuk mengawasi minum obat serta beberapa pasien
memiliki kartu minum obat yang di isi setiap hari.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terlaksananya kegiatan peningkatan kepatuhan berobat pasien DM di Puskesmas Hinua
dengan metode TUDE cukup memberikan dampak baik, dibuktikan dari jumlah pasien yang
terdata ( lebih banyak dari jumlah kunjungan), pre dan post test yang berbeda ( meningkat), serta
penilaian secara langsung ( pasien mau rutin berobat). Selain itu adanya edukasi digital, bisa
menjadi bahan untuk bukan hanya pada pasien DM tapi masyarakat secara umum agar mengatur
pola hidup agar terhindar dari penyakit diabetes ( edukasi digital bertahan lama), adanya
telemedicine membuat masyarakat lebih mudah untuk berkontak dengan dokter sehingga
kapanpun dimanapun penanganan/ terapi bisa lebih cepat diberikan, diharapkan telemedicine ini
terus berjalan walaupun kegiatan latsar telah selesai. Kegiatan aktualisasi ini merupakan solusi
untuk kunjungan/ tidak patuh nya pasien dalam pengobatan penyakit DM yang cukup efektif.
Adapun kekurangan dari kegiatan aktualisasi ini merupakan kekurangan penulis sepenuhnya.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai bahan pertimbangan yaitu :
1. Kegiatan aktualisasi semoga memberi gambaran bahwa pelaksanaan suatiu kegiatan
ada baiknya dilakukan dengan cara door to door kerumah pasien langsung, dibanding
mengajak/ mengumpulkan pasien dalam suatu pertemuan ( banyak kendala untuk
datang)
2. Gunakanlah social media dengan bijak yaitu sebagai media edukasi dan informasi
yang layak untuk masyarakat.
3. Kegiatan aktualisasi yang telah dilaksanakan di Puskesmas Hinua akan terus
dilanjutkan dan mampu mendorong teman sejawat agar ikut serta menerapkan
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan bahkan menciptakan inovasi baru yang
lebih sempurna.
4. Telemedicne masih belum terlalu optimal, tapi semoga kedepannya bisa tetap berjalan,
selain itu semoga penggunannya digunakan secara baik dan benar
5. Puskesmas Hinua harus mampu berliterasi digital dalam upaya promosi dan
sosialisasi, sehingga membentuk ASN yang SMART demi meningkatkan derajat
kesehatan walaupun terkendala dalam hal jaringan.
6. Diharapkan ASN mampu menerapkan nilai- nilai dasar ASN serta peran dan
kedudukan ASN di lingkungan kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
agar dapat menjadi ASN professional yang mampu melayani masyarakat sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Lembaga Administrasi Negara RI, Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara,
Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
B. Lembaga Administrasi Negara RI, Analisis Isu Kontemporer, Modul Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
C. Lembaga Administrasi Negara RI, Berorientasi Pelayanan, Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
D. Lembaga Administrasi Negara RI, Akuntabel, Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
E. Lembaga Administrasi Negara RI, Kompeten , Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
F. Lembaga Administrasi Negara RI, Harmonis , Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
G. Lembaga Administrasi Negara RI, Loyal , Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
H. Lembaga Administrasi Negara RI, Adaptif, Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
I. Lembaga Administrasi Negara RI, Kolaboratif, Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
J. Lembaga Administrasi Negara RI, Manajemen ASN, Modul Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil. LAN RI, Jakarta, 2021
K. Riskesdas, 2018, Laporan Nasional 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan.
L. https://www.kemkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-
indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
M. https://www.kemkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-penyebab-kematian-
nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-posbindu.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai