Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODE DAN TUJUAN FILSAFAT ILMU

DOSEN PENGAMPU: Ria Maharani, M.Pd


MATA KULIAH
Filsafat Umum
disusun oleh :
Siti Rakina : 2111203218

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikanpembuatan makalahSejarah Pendidikan Islam yang berjudul
“Metode dan Tujuan Filsafat Ilmu”. Sholawat dan salam selalu tercurahkan dan
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga,
sahabatdan pengikutnya.

Pemakalah menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah


ini mungkin tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, pemakalah mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Praktik Ibadah yakni Ibu Ria Maharani, M.Pd
2. Teman-teman semuanya yang telah memberikan motivasinya serta semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Pemakalah menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang pemakalah miliki.
Oleh karena itu, pemakalah mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.

Jambi,

Penyusun

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Filsafat.................................................................................................. 3
B. Macam-macam Metode Filsafat ........................................................................ 3
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 13
B. Saran................................................................................................................ 13
DAFTARA PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat bermula dari kata Philos dan Sophia yang berarti gandrung akan
kebenaran. Ciri kegandrungan adalah adanya upaya yang tak kenal menyerah
untuk mengejar sesuatu yang di gandrungi itu. Demikianlah halya bila gandrung
dengan kebenaran.
Filsafat sering disebut sebagai induk dari sembarang ilmu. Adapun dalam
terminology sederhana, filsafat adalah berfikir. Tapi tidak sembarang berfikir.
Melainkan diikat oleh tiga cirri, yaitu sistematis, radikal, dan universal. Supaya
sistematis perlu adanya disiplin dalam pendekatan, metode, cara dan alat tertentu.
Pendekatan adalah perspektif, yang menggambarkan posisi kita dalam
kaitannya dengan suatu obyek. Sama-sama pergi ke Surabaya, seseorang yang
berada di Banjarmasin dengan seseorang yang ada di Blitar, jelas memiliki
pendekatan yang berbeda. Perbedaan pendekatan ini akan membedakan pula di
dalam memilih metode atau jalan akan ditempuh. Selanjutnya, perbedaan metode
akan membuat beda dalam memilih cara. Perbedaan pendekatan ini akan
membedakan pula di dalam memilih metode atau jalan yang akan ditempuh.
Selanjutnya, perbedaan metode akan membuat beda dalam memilih cara.
Perbedaan cara akan membuat beda pula dalam memilih alatnya.
Ia, yang dari Banjarmasin mau ke Surabaya mungkin akan memilih salah satu
dari dua jalan yaitu laut atau udara. Kalu memilih jalan laut, mungkin dengan cara
berenang, atau menumpangi kapal. Kalau ia menjatuhkan pilihan dengan cara
menumpangi kapal, maka ia harus punya alatnya antara lain uang untuk membeli
tiket. Sementara ia yang dari Blitar akan menempuh jalan yang berbeda. Bukan
jalan laut tetapi jalan darat dengan segala pilihan cara dan alat yang berbeda pula.
Dengan demikian, metode yang digunakan untuk menempuh perjalanan ke
Surabaya berbeda-beda, dan ada banyak cara tegantung darimana ia pergi. Maka
dari itu, mari kita mempelajari metode filsafat dalam menentukan sesuatu
pemikiran, seperti halnya kita mau menuju kemana dan darimana asal kita, maka
akan menemukan banyak cara dan alat untuk sampai tujuan tersebut.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa Defenisi Filsafat Ilmu


2. Apa Saja Metode Filsafat Ilmu

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui Defenisi dari Filsafat Ilmu


2. Mengetahui Apa saja Metode Filsafat Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Filsafat

Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti apa yang ada
di sebalik jalan atau cara. Kata methodos dari akar kata meta (di sebalik) dan
hodos (jalan). Dalam konteks keilmuan, metode berarti cara atau prosedur atau
jalan yang ditempuh dalam rangka mencapai kebenaran. Langkah-langkah itu
harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah di hadapan akalbudi: runtut,
logis-rasional, dan konsisten. Dengan metode dimaksudkan agar langkah-langkah
pencarian kebenar-an ilmiah dapat dilaksanakan secara tertib dan terarah,
sehingga dapat dicapai hasil optimal.1
Filsafat berasal dari kata Philos dan Sophia yang berarti mencintai kebijakan
sebagai suatu ilmu memang berbeda dari ilmu-ilmu lain. Perbedaannya antara lain
mengenai obyeknya, baik material maupun formal. Obyek materialnya adalah
seluruh kenyataan baik yang diinderai maupun yang bisa dimengerti. Ilmu
pengetahuan-ilmu pengetahuan lainnya juga membahas realitas, tetapi hanya
sebagaian saja, satu bidang tertentu. Obyek formalnya yaitu sorotan terhadap
obyek material sampai mendalam. Kalau mengambil terminology Scolastic,
filsafat dirumuskan sebagai Scientia per ultimas causas atau pengetahuan melalui
sebab-sebab terakhir. Karena itu jalan untuk mencapai kesana memang khusus
dan itulah yang disebut sebagai metode filsafat.2

B. Macam-macam Metode Filsafat

Ada dua mecam dalam metode filsafat yang paling dasar, yakni Metode
Umum dan Metode Khusus.
1. Metode Umum
Ada dua pasang metode berpikir : Deduksi-Induksi dan Analisis-Sintesis.

1
Philip Febrian, Metode-metode filsafat. http://archepark.wordpress.com. 08/03/2014.
2
Sutardjo A. Wiramihardja,2006, pengantar filsafat.PT.Refika Aditama.Bandung.hlm 9.

3
4

a. Metode Induksi
Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum. Penarikan kesimpulan secara umum itu adalah sebagai berikut:
“Perunggu itu bila dipanaskan akan memuai, perak bila dipanaskan juga
akan memuai, begitu pula emas dan jenis logam lainya, dengan demikian
semua logam bila dipanaskan akan memuai pula.”
b. Deduksi
Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atas
masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
kusus. Penarikan kesimpulan secara khusus itu adalah sebagai berikut:
“Setiap manusia yang ada di dunia pasti suatu ketika akan mati, Si Ahmad
adalah manusia, atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena
Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati.”3
c. Metode Analisis
Adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti.
Metode analisis ini dapat diterapkan terhadap pengertian-pengertian yang
bersifat apriori dan aposteriori. Makna apriori adalah sifat bahanya
diperoleh tidak melalui atau tidak berupa pengalaman indrawi. Berarti,
adanya hanya pikiran manusia. Misalnya dalam bentuk kontruksi-
kontruksi pikiran atau bahkan dalam bentuk citra pikiran manusia. Makna
aposteriori menunjukan pengertian-pengertian mengenai hal-hal yang ada
dan sudah pernah dalam pengalaman manusia kususnya indrawi.
Maksutnya merupakan pengertian-pengertian hal-hal yang dapet diserap
oleh panca indra.
Di dalam filsafat, analisis berarti pemerincian istilah-istilah atau
pendapat-pendapat kedalam bagian-bagianya sedemikian rupa sehingga

3
Anton Bakker,1990.Metodologi Penelitian Filsafat,Kanisius.Yogyakarta.
5

kita dapat melakukan pemeriksaan atas arti yang dikandungnya.


Maksutnya ialah untuk memperoleh kejelasan arti yang sebenar-benarnya.
Jika berusaha memahami sesuatu maka kita perlu kejelasan tentang arti
yang ingin dipahami.
d. Metode Sintesis
Adalah jalan yang dipakai untuk mendapakan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Metode ini pula
bararti cara penanganan terhadap obyek ilmiah tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, yang
pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang sifatnya baru.
Contoh apabila kita menggambarkan Ahmad pergi haji ke Mekah
berarti, bahwa pada dasarnya baik pengertian yang berupa subyek maupun
yang berupa predikat semua itu merupakan dapat ditangkap oleh indrawi
dan dalam hal ini sesudah kita mengalaminya, misalnya kita melihat
sendiri bahwa Si Ahmad pergi haji ke makkah.
Maksud pokok metode sintesis adalah mengumpulkan semua
pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun pandangan dunia.
Sintesis merupakan usaha untuk mencari kesatuan dalam keberagaman.4
2. Metode Khusus
Metode khusus ialah metode khas tiap-tiap ilmu atau kelompok ilmu.
Pada dasarnya setiap ilmu atau kelompok ilmu memiliki metode khasnya
masing-masing. Metode ini berkenaan dengan “operasi” atau kegiatan
“riset” dalam ilmu bersangkutan. Ada banyak metode khusus diantaranya
adalah :
a. Metode Kritis-dialektis. Socrates (470-399 SM), Plato (427-347 SM)
Socrates (470-399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya
secara kritis dan dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang
mendasarkan tentang objek analisanya dengan pemeriksaan yang amat
teliti dan terus-menerus. Ia menempatkan dirinya sebagai intelektual
mid wife, yaitu orang yang memberi dorongan agar seseorang bisa

4
Sudarto,2002, metodologi penelitian filsafat.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.hlm 43.
6

melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh pengetahuan


semunya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan
hakekat. Jadi Socrates menolong orang untuk melahirkan pengetahuan
hakekat tersebut dengan jalan mengajak dialog yang dilakukan secara
cermat. Dialog ini dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar dan
sederhana. Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam
dan terarah. Lawan dialog digiring kearah persoalan, makin lama
makin mendalam kearah intinya.
Socrates dalam hal ini bertindak sebagai bidan penolong sebuah
proses kelahiran. Ia sebagai lawan dialog yang kritis dan
menyenangkan, mengantar orang untuk menemukan kebenaran-
kebenaran yang ada. Kemudian secara sitematis menyusun dalam suatu
batasan pengertian yang mengandung nilai filosofis.
Plato (427-347 SM) meneruskan usaha gurunya, mengembangkan
lebih lanjut metode Socrates. Dalam dialog Plato, orang dituntun untuk
memahami hakekat objek dengan jalan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara kritis dan mencari rumusan jawaban yang benar.
Metode Socrates dan Plato ini disebut metode kritis, sebab proses
yang terjadi dalam implikasinya adalah menjernihkan keyakinan-
keyakinan orang. Meneliti apakan memiliki kosistensi intern atau
tidak. Prinsip utama dalam metode kritis adalah perkembangan
pemikiran dengan cara mempertemukan ide-ide, interplay antar ide.
Sasarannya adalah yang umum atau batiniah. Akhir dari dialog kritis
tersebut adalah perumusan definisi yang sudah merupakan suatu
generalisasi.5
b. Intuitif. plotinos (205-270) dan hendri bergson (1859-1941)
Intuisi bisa berarti pengenalan terhadap sesuatu secara langsung
atau kemampuan untuk memiliki pengetahuan segera dan langsung
tentang sesuatu tanpa menggunakan rasio. Para filsuf yang menjadi
pelopor ini adalah plotinos (205-270) dan hendri bergson (1859-1941).

5
Indah Wahyyuni, metode filsafat. http://indaahwahyuni.blogspot.com.08/03/2014
7

Plotinos mencoba menyusun suatu sintesa dari aneka unsure


filsafat yunani. Ia sebenarnya dipengaruhi cukup kuat oleh pandangan
Plato, karena itu ia disebut sebagai neoplatonisme, tetapi ia juga
mengintegrasikan dengan filsafat Aristoteles. Semua cabang filsafat ia
perhatikan kecuali politik.
Soal yang ia hadapi adalah masalah religious. Ia termasuk seorang
mistikus dan mempunyai pengalaman langsung dan pribadi akan
rahasia ilahi. Hanya saja ia mengemas itu semua secara metafisis dan
sistematis serta bukan berdasarkan wahyu. Metode filsafatnya intuitif
atau mistis. Sikap kontemplatif ini meresapi seluruh metode berfilsafat
pada Plotinus. Karna itu filsafatnya bukan hanya doktrin tetapi
merupakan suatu cara hidup (way of life). Hal ini dapat dibandingkan
dengan suatu biara di mana ia dan teman-temannya menghayati suatu
hidup religi yang mendalam.6
c. Skolastik. Thomas Aquinas (1225-1247)
Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-
1247). Juga disebut metode sintetis deduktif. Metode berpikir skolastik
menunjukan persamaan dengan metode mengajar dalam bentuknya
yang sistematis dan matang. Ada dua prinsip utama dalam metode
sekolastik yaitu Lectio dan Disputatio.
Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para
pemikir besar yang berwibawa untuk dikaji. Biasanya diberi
interpretasi dan komentar-komentar kritis. Dalam proses inilah bisa
timbul objektifitas metodis yang sangat mendalam terhadap
sumbangan otentik dari para pemikir besar.
Disputatio adalah suatu diskusi sistematis dan meliputi debat
dialegtis yang sangat terarah. Bahannya adalah soal-soal yang
ditemukan dalam teks atau persoalan-persoalan yang muncul dari teks
tersebut. Bentuk perbincangan sangat terarah dan sistematis. Dosen
mengajukan soal-soal yang problematis, kemudian keberatan-

6
Armada Riyanto,2004, pengantar filsafat :pendekatan sistematis.UMMpress.Malang.hlm 47.
8

keberatan diajukan oleh seorang mahasiswa, dan seorang mahasiswa


senior memberikan jawaban-jawaban. Kemudian kesimpulan
determinatif kembali deberikan oleh dosen, kesimpulan ini merupakan
jawaban-jawaban yang tepat atas persoalan dan keberatan-keberatan
yang diajukan.
Dan dengan metode ini diharapkan terjadi proses kreatif, terbentuk
sikap kritis serta kemampuan berpikir mandiri. Akhirnya akan lahir
pemikiran-pemikiran filsafat.7
d. Metode Geometris. Rene Descartes (1596-1650)
Rene Descartes (1596-1650) adalah pelopor filsafat modern yang
berusaha melepaskan dari pengaruh filsafat klasik. Dalam metodenya
Descartes mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar
dengan menghindari kelemahannya. Metode ini membuat kombinasi
dari pemahaman intuitif akan pemecahan soal dan uraian analitis.
Mengembalikan soal itu kehal yang telah diketahui tetapi akan
menghasilkan pengetian baru.
Descartes ingin mencari titik pangkal yang bersifat mutlak dari
filsafat dengan menolak atau meragukan metode-metode dan
pengetahuan lain secara prinsipel ia menghasilkan segala-galanya.
Tapi keraguan ini adalah bersifat kritis.
Descartes banyak berpengaruh pada filsafat dan ilmu pengetahuan
modern. Terutama usaha-usaha pembaharuannya, baik dalam
pemikiran maupun metode ilmiah. Tapi juga banyak kritik ditujukan
pada filsafat dan pembaharuannya.8
e. Transendental. Immanuel Kant (1724-1804)
Immanuel Kant (1724-1804) dalam filsafat mengembangkan
metode kritis transcendental. Kant berpikir tentang unsur-unsur mana
dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-

7
Ibid, 49
8
Ibid, 50
9

unsur mana yang terdapat dalam rasio manusia. Ia melawan


dogmatisme.
Kant tidak mau mendasarkan pandangannya kepada pengertian-
pengertian yang telah ada. Harus ada pertanggung jawaban secara
kritis. Kant mempertanyakan bagaimana pengenalan objektif itu
mungkin. Harus diketahui secara jelas syarat-syarat kemungkinan
adanya pengenalan dan batas-batas pengenalan itu.
Metodenya merupakan analisa criteria logis mengenai titik
pangkal. Ada pengertian tertentu yang objektif sebagai titik tolak.
Analisa tersebut dibedakan dalam beberapa macam:
 Analisa psikologis. Analisa ini merupakan penelitian
proses atau jalan kegiatan yang factual. Prinsipnya adalah
mencari daya dan potensi yang berperanan. Kemudian
memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi,
asosiasi, proses belajar, dsb.
 Analisa logis. Meneliti hubungan antara unsur-unsur isi
pengertian satu sama lain.
 Analisa ontologis. Meneliti realitas subjek dan objek
menurut adanya.
 Analisa kriteriologis. Meneliti relasi formal antara kegiatan
subjek sejauh ia mengartikan dan menilai hal tertentu.
Dalam metode Kant juga dipergunakan keragu-raguan.
Kant meragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik.
Metafisik tidak pernah menemukan metode ilmiah yang pasti untuk
memecahkan problemnya.
Filsafat Kant disebut kritisisme. Metodenya bersifat kritik.
Dia mulai dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan
batas-batas rasio. Kant memang seorang pembaharu dengan kritik-
kritiknya. Ia membawa perubahan-perubahan tertentu dalam
filsafat. Kant memberi alternatif metode yang relevan.
10

Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu


dengan jalan analisis di selidiki syarat-syarat apriori bagi
pengertian demikian.9
f. Metode Dialektika. George Wilhelm Friederich Hegel, (1770-1831)
Metode yang dikembangkan oleh Hegel (George Wilhelm
Friederich Hegel, 1770-1831) disebut metode dialektis. Disebut
demikian sebab jalan untuk memahami kenyataan adalah dengan
mengikuti gerakan fikiran atau konsep. Metode teori dan sistem tidak
dapat dipisahkan karena saling menentukan dan keduanya sama
dengan kenyataan pula.
Menurut Hegel, struktur didalam pikiran adalah sama dengan
proses genetis dalam kenyataan. Dengan syarat kita mulai berfikir
secara benar, kita akan memahami kenyataan sebab dinamika dinamika
fikiran kita akan terbawa.
Dialektis terjadi dalam langkah-langkah yang dinamakan tesis-
antitesis-sintesis. Diungkapkan dalam tiga langkah: dua pengertian
yang bertentangan, kemudian dipertemukan dalam suatu kesimpulan.
Implikasinya adalah dengan cara kita menentukan titik tolaknya lebih
dulu. Kita ambil suatu pengertian atau konsep yang jelas dan paling
pasti. Misalnya konsep tentang keadilan, kebebasan, kebaikan, dsb.
Konsep tersebut dirumuskan secara jelas, kemudian diterangkan secara
mendasar. Dalam proses pemikiran ini konsep yang jelas dan terbatas
ini akan cair dan terbuka. Menjadi titik tegas dan hilang
keterbatasannya.
Kemudian pikiran akan dibawa dalam langkah kedua yang berupa
pengingkaran. Konsep atau pemikiran pertama akan membawa konsep
yang menjadi lawannya. Timbullah pengertian ekstrim yang lain.
Terjadilah penyangkalan terhadap pengertian pertama :
 Kebebasan menimbulkan keharusan
 Ada menimbulkan tiada
9
Jan Hendrik Rapar,1996.Pengantar Filsafat.Kanisius.yogyakarta.hlm 94
11

 Absolute menimbulkan relative


 Aktif menimbulkan pasif.
Konsep yang muncul dalam langkah kedua inipun akan mengalami perlakuan
yang sama dalam langkah pertama. Dijelaskan, diuraikan, diterangkan, dan
diekstrimkan. Kemudian konsep ini akan terbuka dan menuju konsep ketiga.
Langkah ketiga ini merupakan pemahaman baru. Berujud pengingkaran terhadap
pengingkaran. Jadi selau dinamik.10
g. Metode Analitika Bahasa. Ludwig Von Wittgenstein (1889-1951)
Menurut Ludwig Von Wittgenstein (1889-1951) filsafat adalah hanya
merupakan metode Critique of Language. Analisa bahasa adalah metode
netral. Tidak mengandaikan epistemology, metafisika, atau filsafat. Metode
Wittgenstein mempunyai maksud positif dan negatif. Positif maksudnya
bahasa sendirilah yang dijelaskan. Apakah memang dapat dikatakan dan
bagaimanakah dapat dikatakan.
Segi positif diarahkan pada segi negatif dengan jalan positif mempunyai
efek therapeutis (penyembuhan) terhadap kekeliuran dan kekacauan. Dengan
ditampakkan jalan bahasa dan diperlihatkan sumber-sumber salah paham,
orang akan terbuka untuk melihat hal-hal menurut adanya.bukan dengan
mengajukan teori-teori, tidak dengan menetapkan peraturan bahasa dan juga
bukan dengan membuktikan kesalahan ucapan-ucapan yang dipersoalkan.
Untuk menganalisa makna bahasa, Wittgenstein mempergunakan teknik-
teknik khusus. Wittgenstein membedakan bahasa dalam unit-unit paling dasar
ialah : sesuatu tata bahasa dan susunan logis.
Dalam bahasa struktur logis dan struktur tata bahasa sering menimbulkan
kesulitan. Dua ucapan yang mempunyai struktur tata bahasa sama, bisa
berbeda menurut struktur logisnya. Wittgenstein mencontohkan kata „is‟
dalam bahasa inggris bisa berarti sama dengan, bisa berarti ada.
Konsep nyata dan konsep formal berbeda. Orang sering terdorong untuk
memakai konsep formal. Seakan-akan itu konsep nyata. Hal ini

10
Indah Wahyyuni, metode filsafat. http://indaahwahyuni.blogspot.com.08/03/2014
12

mengacaukan. Konsep formal hanya merupakan suatu nama, harus diisi


dengan konsep nyata.
Teknik kedua adalah usaha menentukan bahasa ideal. Bahasa itu bersifat
tepat dan logis. Titik tolaknya atom-atom logis yang paling sederhana.
Bahasa mempunyai unit-unit dasariah yang bisa dijelaskan menurut struktur
yang tepat. Wittgenstein tidak memisahkan bahasa natural dan bahasa ideal
secara tegas. Dan ia memakai beberapa teknik logis yang khas untuk
menentukan hubungan intern antara ucapan-ucapan. Ia menyusun suatu
jenjang kemungkinan benar salah.
Menurut Wittgenstein batas bahasa juga merupakan batas dunia. Kita
hanya bisa bicara mengenai hal-hal didalam dunia dan didalam pikiran. Tidak
dapat keluar dari bahasa dan dunia. Hal-hal yang dapat dibicarakan dalam
bahasa adalah apa yang nyata didalam dunia. Tidak mungkin bicara hal-hal
metafisis, logika psikologi, metafisika dianggap tidak punya makna. Benar
dan salah tidak bisa dipertimbangkan.11

11
Ibid 54
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, Para ahli piker (filosof) dalam melaksanakan pekerjaannya tidak berbeda
dengan cara bekerjanya sebuah pabrik. Bekerjanya seorangahli piker (filosof)
adalah berpikir, yaitu mengadakan kegiatan kefilsafatan, sedangkan bekerjanya
sebuah pabrik menghasilkan proses produksi.
Metode dalam bidnag filsafat adalah sebagai berikut:
a. Metode umum, meliputi : metode induksi- deduksi, metode analisis-
sintesis, metode kulitatif- kuantitatif
b. Metode khusus meliputi : metode krisis-dialektif, metode intuitif, dan
masih banyak lagi.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari


kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam
bahasannya, materi dan penyusunannya, oleh karena itu penulis
sangamengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun
penulisanmakalah ini selanjutnya.

13
DAFTARA PUSTAKA
Sutardjo A. Wiramihardja,2006, pengantar filsafat.PT.Refika Aditama.Bandung.
Sudarto,2002, metodologi penelitian filsafat.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.
Armada Riyanto,2004, pengantar filsafat :pendekatan sistematis. UMMpress.
Malang.
Jan Hendrik Rapar,1996.Pengantar Filsafat.Kanisius.yogyakarta.
Anton Bakker,1990.Metodologi Penelitian Filsafat,Kanisius.Yogyakarta.
Philip Febrian, Metode-metode filsafat. http://archepark.wordpress.com.
08/03/2014.
Indah Wahyyuni, metode filsafat. http://indaahwahyuni.blogspot.com. 08/03/2014

14

Anda mungkin juga menyukai