Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CAPILLARIA PHILIPINENSIS

Di Susun Oleh :

Arisna Maulisa Syafril (PO713251221057)

Armadhana A (PO713251221058)

Arni Eka Putri Pahirani (PO713251221059)

Arni Khaerunnisa (PO713251221060)

Asti Ananta (PO713251221061)

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar

Tahun 2023/2024
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Capillaria
Philipinensis” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tetang “Capillaria Philipinensis” bagi para pembaca dan juga
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi dan
Parasitologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami.

Kami juga menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Daftar Isi

JUDUL………………………………………………….…………………...…………...i

KATA PENGANTAR…………………………………..……………...………..………ii

DAFTAR ISI……………………………………..………………...…...………...…….iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..……………………1

A. Latar Belakang………………………………………...……………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………...…………………….1
C. Tujuan…………………………………………………...…………………...2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………..…...…………………..3

A. Pengertian………………………….………………………...………………3
B. Sejarah………………………………………..…………………...…………3
C. Morfologi……….………………………………………………...………….4
D. Siklus Hidup…………………………………….…………………...………6
E. Cara Penularan…………………………………….…………………………7
F. Pengobatan dan Pencegahan…………………………………….…………...8

BAB III PENUTUP………………………………………..………………..……..……11

A. Kesimpulan…………………………………………...…………….………11
B. Saran…………………………………………….……………….…………11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….………….…………12
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parasit jarang dicurigai sebagai penyebab episode diare karena
penurunan tingkat infestasi dan zona endemik. Capillaria philippinensis (C.
philippinensis) adalah nematodiasis bawaan makanan langka yang telah muncul
di lebih dari 12 wilayah atau negara di seluruh dunia, termasuk Filipina,
Indonesia, Thailand, Republik Demokratik Rakyat Laos, India, Iran, Korea, dan
Jepang. Lebih dari 2000 kasus yang melibatkan hampir 200 kematian telah
didokumentasikan di seluruh dunia. Namun, tidak ada kasus yang dilaporkan di
Cina kecuali provinsi Taiwan. Capillaria philippinensis dapat menyebabkan
diare, hipoalbuminemia, dan kematian pada manusia. Di sini kami melaporkan
kasus diare serius dengan penurunan berat badan yang disebabkan oleh
Capillaria philippinensis dari provinsi Hainan di Cina.
Capillaria philippinensis pertama kali dilaporkan pada tahun 1963 di
Filipina. Wabah besar telah terjadi di Filipina dan Thailand. Artikel ini mengulas
30 kasus capillariasis usus yang diketahui di Taiwan dari Januari 1983 hingga
Desember 2003. Kasus yang terinfeksi didiagnosis setiap tahun dengan
pengecualian pada tahun 1984 dan 2002, menjadikan Taiwan sebagai daerah
prevalen Capillaria. Dua suku asli Taiwan, Ami dan Paiwan, menunjukkan
prevalensi yang tinggi. Laki-laki dan orang tua juga memiliki tingkat infeksi
yang tinggi. Sembilan kasus didiagnosis dengan spesimen biopsi histopatologis.
Sekitar setengah dari 30 kasus menyangkal telah mengkonsumsi ikan mentah
atau setengah matang. Semua kasus sembuh setelah menerima pengobatan,
tanpa kematian atau kekambuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Capillaria Philippinensis?
2. Apa saja penyebab terjadinya capillaria philippinensis?
3. Apa yang terjadi jika terjangkit penyakit Capillaria Philippinensis?
4. Bagaimana sejarah ditemukannya Capillaria Philippinensis?
5. Bagaimana cara penularan penyakit ini serta cara mengatasi atau pencegahan
Capillaria Philippinensis?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari capillaria philippinensis.
2. Mengetahui penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh capillaria
philippinensis.
3. Mengetahu ciri-ciri ketika terkena penyakit Capillaria Philippinensis.
4. Mengetahui sejarah ditemukannya Capillaria Philippinensis.
5. Mengetahui cara penularan penyakit tersebut serta cara mengatasi atau
mencegah Capillaria Philippinensis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Capillaria hepatica merupakan salah satu enis Nematoda (cacing bulat)


yang erdistribusi secara luas di seluruh dunia. Meskipun namanya belum setenar
saudara saudaranya seperti Ascaris lumbricoides atau Enterobius vermicularis,
namun Capillaria hepatica juga memiliki peran yang penting di bidang
kesehatan, karena telah diketahui dapat menyebabkan penyakit infeksi yang
disebut Capillariasis.

B. Sejarah

Capillaria hepatica pertama kali ditemukan oleh Brancorf pada tahun


1893 dan diberi nama Hepaticola hepatica, tetapi ada juga orang yang
menyebutnya Calodium hepaticum. Cacing ini paling banyak ditemukan dalam
tubuh roden (hewan pengerat) dan lagomorpha (kelompok kelinci), selain itu
juga ditemukan pada tupai, anjing dan kera, namun secara aksidentil dapat pula
menginfeksi manusia. Infeksi dapat terjadi secara kebetulan karena menelan
telur Capillaria hepatica yang infektif yang terdapat di tanah yang berasal dari
kotoran hewan yang terinfeksi cacing tersebut .

Kejadian Capillariasis pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun


1923 yang menginfeksi seorang tentara Inggris yang sedang bertugas di India.
Gejalanya berupa pyaemia dan setelah melalui pemeriksaan lanjut, terlihat
bahwa temyata organ hatinya telah bernanah. Kasus tersebut ditetapkan sebagai
kasus Capillariasis karena setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada
jaringan terlihat adanya telur-telur cacing dalam jumlah yang banyak. Dan telur
tersebut menunjukkan kesamaan ukuran, bentuk dan struktur dengan telur
Capillaria hepatica yang ditemukan pada tikus yang terkena Capillariasis.

Contoh kasus, Seorang wanita berusia 33 tahun dari pinggiran kota


Danzhou, provinsi Hainan, China, memiliki riwayat diare kronis selama 11
bulan dengan nyeri perut, edema, hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan
yang parah. Pasien salah didiagnosis di klinik rawat jalan dan satu rumah sakit.
Dia akhirnya didiagnosis dengan benar dengan C. philippinensis melalui
pemeriksaan feses. Pasien diberi albendazole selama 30 hari (400 mg/hari) dan
mengalami pemulihan yang lancar dan stabil.

C. Morfologi

Telur Capillaria hepatica berbentuk seperti buah lemon dengan ukuran


51 x 30μm sampai 68 x 35μm dan mempunyai "sumbat" di kedua ujungnya
(menyerupai telur Trichuris trichiura). Dinding telur berlekuk-lekuk menyerupai
bola gotf. Cacing betina dewasa berukuran 2,5-4,3 mm, sedangkan jantan sedikit
lebih kecil berukuran 2,3-3,2 mm. Betina dewasa dapat menghasilkan ovum
yang belum matang dan matang serta larva bebas yang dapat menginfeksi secara
otomatis. Telur berukuran 45μm x 21μm, dan mirip dengan Trichuris tetapi
memiliki sumbat kutub yang kurang menonjol. Mereka memiliki cangkang lurik
yang tebal.

Capillaria philippinensis spikula jantan

Telur Capillaria philippinensis


Capillaria Philippinensis ovum

Morfologi telur Capillaria philippinensis

Spesimen otopsi usus manusia menunjukkan banyak bagian C. philippinensis (panah)


dan puing-puing.

larva Capillaria philippinensis


Apabila telur cacing ini termakan dia akan menetas di usus inang,
kemudian larva menembus dinding usus dan terbawa ke hati oleh aliran darah.
Cacing menjadi dewasa, kawin, bertelur dan menetap di hati. Apabila hati
tersebut termakan oleh hewan lain maka telur yang terdapat dalam jaringan hati
dilepaskan dan dikeluarkan bersama- sama tinja. Di luar tubuh (di tanah) telur
akan matang dan menjadi infektif. Manusia atau hewan dapat terinfeksi melalui
makanan yang terkontaminasi tanah yang mengandung telur infektif.

D. Siklus Hidup

Capillaria philippinensis telah dibuktikan dalam studi eksperimental, dan


dapat bersifat tidak langsung (melibatkan inang perantara) atau langsung
(lengkap dalam satu inang). Siklus hidup tidak langsung. Burung pemakan ikan
yang menyimpan Capillaria philippinensis dewasa di ususnya, mengeluarkan
telur berembrio di kotorannya. Ketika telur ini diberikan kepada ikan yang tidak
terinfeksi, larva Capillaria philippinensis ditemukan dari usus ikan. Jika ikan
diberi makan burung yang tidak terinfeksi, larva berkembang menjadi dewasa di
saluran usus burung. Larva yang pulih dari ikan juga berkembang menjadi
dewasa ketika diumpankan ke gerbil atau monyet, dengan telur yang
ditumpahkan di kotoran inang mamalia ini. Ikan yang terserang secara alami
(Hypseleotris bipartita dan Apagon sp.) dan burung (Ixobrychus sp.) juga telah
ditemukan. Manusia terinfeksi ketika mereka makan ikan mentah atau kurang
matang, mungkin ikan kecil yang dimakan utuh, yang memiliki larva infektif di
saluran ususnya. Ikan mentah biasanya dimaka Meskipun infeksi Capillaria
philippinensis jarang terjadi, hal ini dapat menjadi indikator bahwa seseorang
terpapar ikan mentah atau setengah matang. Diagnosis dini parasit bermanfaat
sehingga jumlah cacing pada orang yang terinfeksi tidak akan meningkat.
Cacing membuat infeksi dengan menembus mukosa usus kecil dan masuk
kembali ke lumen. Saat mereka berkembang ke dalam tubuh, mereka
menyebabkan mukosa dan submukosa merosot. Orang yang terinfeksi dapat
mengalami sakit perut, diare, penurunan berat badan, kelemahan, malaise,
anoreksia, dan kekurusan. Mereka juga mengalami kehilangan protein dan
elektrolit serta malabsorpsi lemak dan gula. Jika gejala dan jumlah cacing
meningkat, akhirnya dapat menyebabkan kematian. Parasit ini dapat didiagnosis
dengan mengambil biopsi jaringan dari usus kecil atau dengan memeriksa
sampel tinja melalui mikroskop. Pada orang yang terinfeksi berat, yang terbaik
adalah memeriksa kotorannya karena akan terlihat banyak cacing dewasa dan
telur. Saat melihat telur Capillaria philippinensis, kita harus bisa
membedakannya dengan telur Trichuris trichiura. Telur Capillaria philippinensis
memiliki sumbat kutub yang tidak menonjol dan sedikit lebih kecil dari telur
Trichuris trichiura. Infeksi Capillaria philippinensis harus diobati dengan
mebendazol 200 mg. Obat ini diminum dua kali sehari selama 20 hari atau
sampai semua gejala mereda dan tidak ada lagi telur pada sampel tinja pasien.
Obat lain yang dapat digunakan adalah albendazole 400 mg, yang diminum
setiap hari selama minimal 10 hari.

E. Cara Penularan
Berbagai jenis hewan misalnya rodensiasia, karnivora, babi dan kera
dapat menularkan Capillaria ke manusia, namun hewan-hewan yang dapat
bertindak sebagai hospes alami belum jelas jenisnya. Gejala klinis dan
diagnosis. Capilariasis yang berat dapat menyebabkan terjadinya enteropati yaitu
hilangnya protein dalam jumlah besar yang disertai sindroma malabsorpsi.
Penderita juga mengalami asites dan transudasi pleura. Gejala klinis kapilariasis
intestinal yang dialami penderita dapat berupa diare berat, malabsorpsi,
gangguan cairan tubuh, asites dan kekurangan protein. Penderita kapilariasis
hepatik dapat mengalami pembesaran hati, asites yang nyata dan anemia.
Kapilariasis dapat menyebabkan kematian penderita sampai sebesar 5-10%.
Pada pemeriksaan darah gambaran darah menunjukkan adanya eosinofilia dan
anemia.
Untuk menetapkan diagnosis pasti kapilariasis hepatik harus ditemukan
telur cacing Capillaria hepatica melalui biopsi hati penderita atau pada waktu
dilakukan otopsi pada jenasah penderita. Sedangkan diagnosis pasti kapilariasis
intestinalis ditetapkan dengan ditemukannya telur cacing Capillaria
philippinensis pada tinja penderita.
Kebiasaan mengkonsumsi ikan kecil yang tidak dimasak dengan baik
atau mengkonsumsi ikan mentah diketahui sebagai penyebab timbulnya
penyakit. Pada percobaan laboratorium larva infektif berkembang dalam usus
ikan air tawar setelah ikan tersebut menelan telur cacing. Monyet dan sejenis
tikus Mongolia dan beberapa jenis burung pemakan ikan, terinfeksi parasit dan
parasit ini menjadi dewasa didalam usus binatang tersebut.
Masa inkubasi pada manusia tidak diketahui. Penelitian yang dilakukan pada
hewan, masa inkubasi kira-kira1 bulan atau lebih.
Masa penularan : Tidak ditularkan dari orang ke orang.

F. Pengobatan dan Pencegahan


Pengobatan infeksi C. philippinensis harus diobati dengan mebendazol
200 mg. Obat ini diminum dua kali sehari selama 20 hari atau sampai semua
gejala mereda dan tidak ada lagi telur pada sampel tinja pasien. Obat lain yang
dapat digunakan adalah albendazole 400 mg, yang diminum setiap hari selama
minimal 10 hari.
Pencegahan penularan Capillaria hepatica dapat dilakukan terutama
dengan mencegah terjadinya kontaminasi makanan, air, dan tangan dengan tanah
yang mengandung telur Capillaria hepatica. Hal ini tentunya sangat terkait erat
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Oleh karena itu kesadaran
masyarakat akan pentingnya PHBS harus selalu dibangun.
Beberapa hal yang harus dibiasakan terkait dengan pencegahan penyakit
Capillariasis diantaranya adalah:
1. Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan atau setelah
bersentuhan atau bekerja dengan tanah.
2. Menghindari kontak dengan hewan-hewan yang dapat menjadi perantara
penularan penyakit ini. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa salah
satu hewan yang dapat rnenjadi reservoir cacing Capillaria hepatica ini
adalah tikus, dan tikus seringkali sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Aktivitas di dalam rumah bahkan kadang-kadang di tempat perabot atau
peralatan makan diletakkan. Hal ini tentunya patut untuk diperhatikan karena
kotoran tikus dapat tercecer di mana saja dan hal ini akan menjadikan
peluang tertularnya penyakit Capilariasis pada manusia.
3. Jika terjadi kontak dengan hewan penular maka sebaiknya bagian tubuh
yang terkena segera dicuci bersih dengan menggunakan sabun, karena tubuh
hewan bisa saya terkena kotoran yang kemungkinan mengandung telur
cacing Capillaria hepatica.
4. Jangan memakan ikan atau hewan air lainnya yang tidak dimasak yang hidup
di daerah endemis.
5. Sediakan fasilitas jamban saniter yang memadai bagi masyarakat.

Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.

1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat, kasus-kasus dilaporkan


dengan cara yang paling praktis, Kelas 3 B (Lihat tentang pelaporan
penyakit menular).
2. Isolasi : tidak diperlukan.
3. Disinfeksi serentak : tidak dilakukan. Lakukan pembuangan tinja yang
saniter
4. Karantina : tidak diperlukan.
5. Imunisasi : kontak tidak dilakukan.
6. Investigasi kontak dan sumber infeksi : lakukan pemeriksaan tinja
terhadap semua anggota keluarga dan orang-orang yang mengkonsumsi
ikan mentah atau yang tidak dimasak dengan baik. Obati orang yang
terinfeksi.
7. Pengobatan spesifik : Mebendazole (Vermox®), atau albendazole
(Zentel®), adalah obat pilihan.
8. Tindakan penanggulangan wabah

Pencarian kasus dan kontak serta pengobatan yang tepat dari penderita.
Memberikan informasi pada penduduk tentang pentingnya memasak
semua jenis ikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kapilariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit


Capillaria Philippinensis. C. philippinensis tinggal di usus kecil manusia
menyebabkan diare dan malabsorpsi. Pertama kali dilaporkan terjadi di Filipina
pada tahun 1963 dan di Thailand pada tahun 1973. Selain kedua negara tersebut,
C. philippinensis juga ada di negara Taiwan, Jepang, Korea, Mesir, China,
Indonesia, dan Iran.

B. Saran

Sebaiknya mencegah atau mewaspadai terjadinyanya cappillaria


philippinensis ini.Hindari makan makanan mentah dan sebaiknya mencuci
tangan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penyakit ini pada tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA

Chitwood; Valesquez, C; Salazar, NG (1968). " Capillaria philippinensis sp.n.

(Nematoda: Trichinellida), dari usus manusia di Filipina". Jurnal Parasitologi .

Palang, JH (1992). "Kapilariasis usus" . Tinjauan Mikrobiologi Klinis .

Marleta R., Harijani D., Marwoto A. Faktor lingkungan dalam pemberantasan

penyakit cacing usus di Indonesia. Abstrak. Jurnal ekologi kesehatan. 2005.

Anda mungkin juga menyukai