Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat


dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan dalam pembuatan makalah
ini. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan beliau kita dapat menikmati iman
kepada Allah SWT.
Sehubungan dengan adanya penulisan makalah ini kami sebelumnya
minta maaf. Sebagai penulis makalah ini apabila ada kesalahan atau kekeliruan
yang ada dalam makalah ini, oleh karena itu dalam pengkajian suatu yang
ditela’ah ini terletak suatu inti yang mana isi yang terkandung di dalam yaitu
pembahasan tentang Alat Pendidikan Islam.
Kami sebagai penulis, mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing bapak M. Rafi’i, S.Pd.I yang telah memberikan suatu arahan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikannya. Semoga Allah membalas atas
kebaikan dan menyertakannya atas kita.

Banjarmasin, Februari 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3


A. Pengertian Alat Pendidikan.................................................................. 3
B. Pengertian Alat Pendidikan Islam........................................................ 3
C. Pentingnya Alat Pendidikan Islam........................................................ 5
D. Landasan Penggunaan Alat Pembelajaran............................................ 5
E. Konsep Alat Pendidikan Islam............................................................. 7
F. Jenis-Jenis Alat Pendidikan.................................................................. 15
G. Bentuk-Bentuk Alat dalam Pendidikan Islam...................................... 16
H. Karakteristik Alat Pendidikan............................................................... 27
I. Fungsi Alat dalam Pendidikan Islam.................................................... 29
J. Pengaruh Alat Dalam Pendidikan Islam............................................... 30
K. Penggunaan Alat Pendidikan................................................................ 32

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 35


Simpulan .................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang no 20 pasal 1 tahun 2003, bahwa sistem
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mencapai pendidikan Islam
tidaklah mudah, selain karena proses pendidikan itu sendiri selalu terkait erat
dengan lingkungan pergaulan, bahkan terasa semakin beratnya jika anak didik
sendiri tidak memiliki motivasi yang cukup baik untuk belajar pendidikan Islam.
Dalam proses pendidikan Islam, alat pendidikan mempunyai
kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan alat pendidikan
sebagai seni dalam mentransper ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta
didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi sendiri. Penerapan alat
pendidikan yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Alat pendidikan yang tidak tepat akan berakibat terhadap
pemakaian waktu yang tidak efesien.
Keberhasilan penggunaan suatu alat pendidikan merupakan
keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai
diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga alat pendidikan Islam yang dikehendaki
akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai ideal yang
terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Alat Pendidikan?
2. Apa Pengertian Alat Pendidikan Islam?
3. Apa Pentingnya Alat Pendidikan Islam?
4. Apa Landasan Penggunaan Alat Pembelajaran?

1
5. Bagaimana Konsep Alat Pendidikan Islam?
6. Apa Jenis-Jenis Alat Pendidikan?
7. Apa Bentuk-Bentuk Alat dalam Pendidikan Islam?
8. Apa Karakteristik Alat Pendidikan?
9. Apa Fungsi Alat dalam Pendidikan Islam?
10. Bagaimana Pengaruh Alat Dalam Pendidikan Islam?
11. Bagaimana Penggunaan Alat Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Alat Pendidikan
2. Mengetahui Pengertian Alat Pendidikan Islam
3. Mengetahui Pentingnya Alat Pendidikan Islam
4. Mengetahui Landasan Penggunaan Alat Pembelajaran
5. Mengetahui Konsep Alat Pendidikan Islam
6. Mengetahui Jenis-Jenis Alat Pendidikan
7. Mengetahui Bentuk-Bentuk Alat dalam Pendidikan Islam
8. Mengetahui Karakteristik Alat Pendidikan
9. Mengetahui Fungsi Alat dalam Pendidikan Islam
10. Mengetahui Pengaruh Alat Dalam Pendidikan Islam
11. Mengetahui Penggunaan Alat Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Pendidikan


Alat pendidikan secara umum merupakan segala sesuatu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Daien Indra Kusuma
mengemukakan alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses pendidikan. Dengan demikian, alat pendidikan menurut Indera
Kusuma berupa usaha dan perbuatan.
Dalam praktik pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikan
dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari
pada media. Media pendidikan adalah alat, metode dan tekhnik yang digunakan
dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi dan edukatif
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses pelaksanaan pendidikan . jadi alat pendidikan itu berupa usaha
dan perbuatan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar
proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Namun secara umum,
alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan .
Menurut Zakia Drajat alat dan media pendidikan memiliki arti yang
sama yaitu sebagai sarana pendidikan. Term alat berarti barang sesuatu yang
dipakai untuk mencapai suatu maksud sedangkan media berasal dari bahasa latin
dan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar.

B. Pengertian Alat Pendidikan Islam


Alat pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian, alat ini mencakup
apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan Islam.
Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menuntun
atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia

3
berkepribadian muslim yang diridhai Allah swt. Oleh karena itu, alat pendidikan
ini harus searah dengan Al-Qur'an dan As-Sunah atau dengan kata lain tidak boleh
bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunah.
Pengertian alat pendidikan Islam telah dikemukakan oleh beberapa
ahli sebagai berikut:
1. Sutari Imam Bernadib
Alat pendidikan ialah tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda
yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat
pendidikan ternyata mencakup pengertian yang luas, termasuk ke dalamnya alat
yang berupa benda maupun yang bukan benda. Alat pendidikan yang berupa
benda seperti ruangan kelas, perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini
biasanya disebut sebagai alat peraga, sedangkan yang berupa benda dapat berupa
situasi pergaulan, perbuatan, teladan, nasehat, bimbingan, contoh, teguran,
anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman maupun hukuman yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Ahmad D. Marimba
Alat pendidikan dimandang dari aspek fungsinya, yakni: alat sebagai
perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, alat
sebagai tujuan untuk mencapai tujuan selanjutnya. menurut pendapat ini, alat
pendidikan bisa berupa usaha/perbuatan atau berupa benda/perlengkapan yang
bisa memperlancar/mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.
3. M. Ngalim Purwanto
Sebagai usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan dari si pendidik yang
ditujukan untuk melaksanakan tugas mendidik.
Sebagai usaha, pendidikan juga merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, bahkan suatu tujuan, dilihat dari hirarkinya bisa juga menjadi
alat (bernilai instrumental).
Alat pendidikan adalah segala bentuk alat yang dapat digunakan untuk
menuntun atau membimbing anak-anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak
menjadi berkepribadian muslim yang diridai oleh Allah Swt.

4
Alat pendidikan islam adalah segala sesuatu untuk mencapai tujuan
pendidikan islam. Dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja yang dapat
digunakan termasuk di dalamnya media pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa alat atau media pendidikan dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam adalah tindakan atau perbuatan atau situasi
atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat
ini biasanya disebut sebagai alat peraga, sedangkan yang berupa benda dapat
berupa situasi pergaulan, perbuatan, teladan, nasehat, bimbingan, contoh, teguran,
anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman maupun hukuman yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan.

C. Pentingnya Alat Pendidikan Islam


Pentingnya alat pendidikan Islam itu di dasari oleh hadits Nabi SAW,
yaitu:

‫حنن معارش األنبي اء ُأمران أن أن زل الن اس من ازهلم ونلكمهم عىل ق در‬


.‫عقوهلم‬
Artinya kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan seseorang
pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akhirnya.
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik dalam
menyampaikan materi atau bahan pendidikan Islam kepada anak didik harus
benar-benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik. Kita tidak
boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik.
Sebaliknya, kita harus mengusahakan dengan jalan menyusun materi tersebut
sedemikian ruap sesuai dengan taraf kemampuan anak, tetapi dengan cara serta
gaya yang menarik.

D. Landasan Penggunaan Alat Pembelajaran


Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan alat
pembelajaran, antara lain: landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiric.
1. Landasan Filosofis

5
Digunakannya berbagai jenis alat hasil tekonologi baru di dalam kelas,
dapat mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang manusiawi (karena anak
dianggap seperti robot yang dapat belajar sendiri dengan mesin) atau
dehumanisasi. Tapi dengan adanya berbagai alat pembelajaran itu justru anak atau
siswa dapat mempunyai banyak pilihan yang lebih sesuai dengan karakteristik
pribadinya. Atau dengan kata lain siswa dihargai dengan harkat kemanusiaannya
diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat sesuai dengan
kemampuannya, jadi penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat itu tidak perlu muncul, yang penting
bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru
mengenggap siswa sebagai manusia yang mempunyai karakter dan kemampuan
yang berbeda, maka baik menggunakan alat hasil teknologi atau tidak, proses
pembelajran tetap dilakukan dengan pendekatan humanisme.
2. Landasan Psikologis
Dari hasil kajian psikologis tentang proses belajar yang terkait dengan
penggunaan alat pembelajaran, dapat dikemukakan antara lain hal-hal berikut:
a. Belajar adalah proses kompleks dan unik
Belajar adalah proses kompleks dan unik maka dlama mengelola
proses pembelajran harus diusahakna dapat memberikan fasilitas belajar (juga
media dan metode pembelajaran) harus sesuai dengan perbedaan individual siswa.
b. Persepsi
Persepsi adalah mengenal sesuatu melalui alat indera. Orang akan
memperoleh pengertian dan pemahaman tentang dunia luar dengan jelas jika ia
mengalami proses persepsi yang jelas juga. Hal-hal yang memperngaruhi
kejelasan persepsi antara lain ialah: keadaan alat indera (mata, telinga, dsb),
perhatian, minat, dan pengalaman, serta kejelasan objek yang diamati.
3. Landasan Teknologis
a. Teknologi dalam pembelajaran
Istilah teknologi dalam pembelajaran ini artinya ialah memanfaatkan
kemajuan teknologi untuk mengefektifkan proses pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran (pendidikan).
b. Teknologi pembelajaran

6
Teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks dan terpadu
yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi, untuk
menganalisis masalah, mencar cara pemecahan, melaksankan, mengevaluasi dan
mengelola pemecahan maslah-maslah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu
mempunyai tujuan dan terkontrol.

4. Landasan Empiris
Dalam landasan ini menekankan pada pemilihan dan penggunaan alat
belajar itu berdasarkan karakteristik orang yang belajar dan alatnya. Hal ini
didasarkan atas pengalaman yang dimana kita mengenal para peserta didik itu
bermacam-macam. Ada yang gaya belajarnya visual dan auditif bahkan ada juga
audio visual. Nah dari gaya belajar itulah kita dapat memahami dalam pemilihan
alat belajar.

E. Konsep Alat Pendidikan Islam


Kata “konsep” bermakna pendapat yang terbentuk dalam fikiran
mengenai sesuatu, tanggapan, gagasan, dan idea atau bermakna rancangan,
rencana dan draf. (Kamus Dewan 1994:702). Konsep pendidikan Islam baik
bermakna pendapat maupun bermakna rancangan mengandungi pembahasan yang
sangat luas. Di antaranya tujuan, kurikulum, metode, penilaian, pentafsiran, alat-
alat, dan aspek-aspek pendidikan Islam yang lain. Tetapi disini akan dibahas
sebagian.
1. Tujuan
Abu Bakar Muhammad berpendapat bahwa kegunan alat pendidikan
itu adalah:
a. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelasmateri pelajaran
yang sulit
b. Mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih
hidup (menarik)
c. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakan naluri kecintaan,
melatih belajar dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari
sesuatu.

7
d. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat
memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran
e. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan), mempertajam indra
memperhalus perasaan dan cepat belajar.
2. Kurikulum
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti
jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu,
kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.
M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran
yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan.
S. Nasution menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang
kurikulum. Diantaranya: Pertama, kurikulum sebagai produk (hasil
pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan
akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan Ketiga, kurikulum
dipandang sebagai pengalaman siswa.
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program
pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi
dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar
sekolah.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka
kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui
akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses
pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara

8
serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia
paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam
kurikulum pendidikan Islam.
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan
di amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta
ijtihad para ulama.
b. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek
pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
c. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman
serta kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri
kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi siswa
untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri
dan lingkungan sekitarnya.
Agar kriteria Kurikulum Pendidikan Islam tersebut dapat terpenuhi
maka dalam penyusunannya supaya selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah
insani.
b. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir
pendidikan Islam.
c. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan
periodisasi peserta didik maupun unisitas (ke-khas-an)nya.
d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya
kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat,
sambil tetap bertopang pada jiwa dan cita-cita ideal Islamnya.
e. Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut
hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan.
f. Hendaknya kurikulum itu realistik.
g. Hendaknya metode pendidikan/pengajaran dalam kurikulum itu bersifat
luwes.

9
h. Hendaknya kurikulum itu efektif.
i. Kurikulum itu hendaknya memperhatikan pula tingkat perkembangan
siswa yang bersangkutan.
j. Hendaknya kurikulum itu memperhatikan aspek-aspek tingkah laku
amaliah Islami.
Adapun ciri-ciri kurikulum pendidikan islam Menurut Al Syaibani
bahwa Kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut:
a. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama
dan akhlak.
b. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan
menyeruluh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani.
c. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara
pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani
manusia.
d. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus.
e. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan.
3. Metode
Secara literal, metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kosa kata, yaitu “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi
metode berarti jalan yang dilalui. Runes, sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah:
a. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
b. Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu
c. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
Dalam pelaksanaan proses pendidikan, terutama dalam memberikan
pengajaran, terdapat berbagai ragam metode yang dikemukakan oleh para ahli.
Hal ini menurut Zuhaerini dkk. (1977: 80-81) disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:

10
a. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan
jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing. Misalnya dari
segi tujuan dan sifat pelajaran tauhid yang membicarakan masalah
keimanan tentunya lebih bersifat filosofis, daripada pelajaran fiqih yang
bersifat praktis dan menekankan pada aspek keterampilan. Oleh karena
itu cara atau metode yang dipakai juga harus berbeda.
b. Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang
kehidupan, tingkat usianya maupun tingkat kemampuan berfikirnya.
Oleh karena itu cara atau metode mengajar agama pada tingkat
perguruan tinggi tidak dapat disamakan dengan mengajar disekolah
dasar.
c. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung dengan
pengertian di samping perbedaan jenis lembaga pendidikan (sekolah)
masing-masing, juga letak geografis dan perbedaan sosial kultural ikut
menentukan metode yang dipakai oleh guru.
d. Perbedaan pribadi dan kemampuan dari para pendidik masing-masing.
Seorang guru yang pandai menyampaikan sesuatu dengan lisan, disertai
mimik, gerak lagu tekanan suara akan lebih berhasil dengan
menggunakan metode ceramah dari pada guru lain yang karena
pembawaannya, dia tidak pandai berbicara dan berakting di muka kelas.
e. Karena adanya sarana dan fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas
maupun dari segi kuantitasnya. Suatu sekolah yang sudah lebih lengkap
peralatan sekolahnya, baik sarana pergedungan, kelas dan alat pelajaran
untuk praktikum relatif lebih mudah melaksanakan metode demonstrasi
dan eksperimen dari pada sekolah-sekolah yang serba kekurangan
sarana pendidikannya.
Oleh karena itu dalam pendidikan islam, tidak ada jalan untuk
memaksakan metode tertentu harus dipergunakan oleh seorang guru. Bahkan guru
dalam pendidikan islam adalah pencipta metode mengajar. Oleh karena itu, guru
berhak memilih atau menolak penggunaan suatu metode tetentu yang disesuaikan
dengan kemampuan dan tujuan serta jenis materi yang diajarkan.

11
Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis.
a. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama
Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam
pelaksanaannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif
dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
b. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh
dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan
biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula
daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan
Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis
peserta didik.
c. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan
nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi
yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya, metode
pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan
pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu
seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis
yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal
termasuk dalam tataran rohani.
d. Dasar sosiologis. Saat pembelajaran berlangsung ada interaksi antara
peserta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik
dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka penggunaan metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan
kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil
tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
4. Evaluasi

12
Evaluasi merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hasil
belajar murid. Evaluasi dapat berbentuk tes dan non tes. Evaluasi tes dapat
berupa: essay, tes objektif, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi non tes dapat
berupa: penilaian terhadap kehadiran, pengendalian diri, nalar, dan pengalaman.
5. Manajemen
Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelola
lembaga pendidikan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pengembangan
sistem pendidikan Islam membutuhkan manajemen yang baik. Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, penempatan pegawai, dan pengawasan yang baik
akan memperkuat pendidikan Islam sehingga out put yang dihasilkan akan
berkualitas dan dapat menjawab tantangan zaman.
6. Mutu Pelajaran
Peningkatan mutu pelajaran tidak terlepas dari peningkatan kualitas
tenaga pengajar. Kualitas tenaga pengajar ini dapat diusahakan melalui
bimbingan, penataran, pelatihan, dan lain-lain.
7. Macam-macam Alat Pendidikan
Di dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ahmad D. Marimba membagi alat
pendidikan ke dalam tiga bagian:
a. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan dan
berbuat dan pengetahuan hafalan. Alat-alat ini dapat disebut alat-alat
untuk pembiasaan
b. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara-
cara berfikir
c. Alat-alat yang membawa ke arah keheningan bathin, kepercayaan dan
pengarahan diri sepenuhnya kepadanya.
Sedangkan Madyo Ekosilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi
dua kelompok, yaitu:
a. Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang
berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan. Misalnya papan tulis, Alat tulis, penghapus, media
pendidikan dalam pembelajaran

13
b. Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan
yang berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan yang
diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan
pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas, pembagian alat pendidikan yang dibuat
Madyo Ekosusilo-material dan nonmaterial-bisa mewakili pendapat lainya. Hanya
alat pendidikan yang bersifat material, lebih tepat disebut media pembelajaran
atau peralatan belajar.

8. Prinsip alat pendidikan


Prinsip alat pendidikan ini harus searah dengan Al-Qur’an dan as-
sunnah, tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan as sunnah. Prinsip-prinsip
yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan atau penggalian kesejahteraan
manusia didunia yaitu Sabda Rasul “ Mudahkanlah, jangan engkau persulit,
berilah kabar-kabar yang menggembirakan dan jangan sekali-kali engkau
memberikan kabar-kabar yang menyusahkan sehingga merka lari menjauhkan diri
darimu, saling ta’atlah kamu dan jangan berselisih yang dapat merenggangkan
kamu. (Al-Hadits).
Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia termasuk
didalamnya penyelenggaraan alat pendidikan Islam harus mendasarkan kepada
prinsip.
a. Memudahkan dan tidak mempersulit
b. Menggembirakan dan tidak menyusahkan
c. Dalam memutuskan segala sesuatu hendaknya selalau memiliki
kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa
pertentangan bahkan pertengkaran.
Adapun Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa alat pendidikan
ialah tindakan atau perbutan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan ternyata mencangkup
pengertian yang luas. Yang termasuk didalamnya berupa benda, seperti kelas,
perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini disebut juga dengan alat

14
peraga. Sedangkan yang merupakan alat bukan benda ialah dapat berupa situasi
pergaulan bimbingan perintah, ganjaran teguran, anjuran serta tugas ancaman
maupun hikuman.
Media pendidikan/alat pendidikan yang bersifat non materi memiliki
sifat yang abstrak dan hanya dapat diwujudkan melalui perbuatan dan tingkah
laku seorang pendidik terhadap anak didiknya. Diantar media dan sumber belajar
yang termasuk kedalam katagori ini adalah: keteladanan, perintah, tingkah laku,
ganjaran dan hukuman.

F. Jenis-Jenis Alat Pendidikan


Adapun pembagian alat pendidikan menurut Suwarno (1973) dapat
dibedakan dari berbagai macam segi sebagai berikut:
1. Alat pendidikan positif dan yang negatif.
a. Positif yaitu ditunjukan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik,
misalnya: contoh yang baik pembiasaan, perintah pujian, ganjaran.
b. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik jangan mengerjakan
sesuatu yang buruk, misalnya larangan, celaan, peringatan, ancaman,
hukuman.
2. Alat pendidikan preventif dan represif (korektif).
a. Alat pendidikan preventif
Alat pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat
pencegahan. Tujuan alat pendidikan preventif itu diadakan jika maksudnya
mencegah anak sebelum ia berbuat sesuatu yang tidak baik . Dan untuk menjaga
agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran dari proses
pendidikan bisa dihindarkan. Misalnya, tata tertib, anjuran dan perintah, larangan
dan paksaan.
b. Alat pendidikan represif
Alat pendidikan represif disebut juga alat pendidikan kuratif atau alat
pendidikan korektif. Alat pendidikan represif bertujuan untuk menyadarkan anak
kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik dan tertib. Alat pendidikan represif
diadakan bila terjadi sesuatu perbuatan yang dianggap bertentangan dengan

15
peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar peraturan.
Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran .
Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa alat pendidikan
dibagi ke dalam tiga bagian:
1) Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat
dan pengetahuan hafalan. Alat-alat ini dapa disebut alat-alat untuk
pembiasaan.
2) Alat-alat untuk memberi pengertia: membentuk sikap, minat dan
cara-cara berfikir.
3) Alat-alat yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan
pengarahan diri sepenuhnya kepada-nya.
3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan.
a. Yang menyenangkan yaitu menimbulkan perasaan senang pada anak-
anak, misalnya ganjaran, pujian.
b. Yang tidak menyenangkan, maksudnya yang menimbulkan perasaan
tidak senang pada anak-anak, misalnya hukuman dan celaan.

G. Bentuk-Bentuk Alat dalam Pendidikan Islam


Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, segala
perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan disebut alat pendidikan. Di
samping sebagai perlengkapan, alat pendidikan juga merupakan membantu
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan.
Ditinjau dari segi wujudnya, alat pendidikan dapat berupa: 1)
perbuatan pendidik (software), mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman. 2) benda-benda sebagai alat bantu
(hardware) mencakup meja kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis,
buku, peta, OHP, dan sebagainya.
Oleh karena itu alat-alat pendidikan bukan hanya perangkat dalam
bentuk benda (materi), tetapi ada yang berbentuk nonmateri (Abstrak/tindakan).
Adapun bentuk-bentuk alat dalam pendidikan Islam yaitu:
1. Materi (Alat dalam Bentuk Benda/hardware)

16
Beberapa alat yang berbentuk materi (alat yang berbentuk benda)
dalam pendidikan Islam yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Pendidik
Pendidik merupakan alat pendidik karena tanpa pendidik, pendidikan
tidak akan berjalan dengan baik.
b. Lembaga Pendidik
Yang memberikan tempat untuk melaksanakan pendidikan formal
atau informal.

c. Anak Didik
Anak didik yang merupakan sasaran dalam dunia pendidikan itu
sendiri.
d. Sarana dan Prasaran Pendidikan
Yang membantu lancarnya pelaksanaan pendidikan, terutama dalam
proses belajar pembelajaran seperti meja kursi belajar, papan tulis, penghapus,
kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
e. Perpustakaan
Yaitu buku-buku yang memberikan informasi ilmu pengetahuan
kepada para pendidik dan anak didik.
f. Kecakapan atau kompetensi Pendidik
Kecakapan atau kompetensi pendidik sehingga memberikan
pengajaran yang propesional dan sesuai dengan kapabilitasnya.
g. Metodologi Pendidikan
Merupakan pendekatan sistem pengajaran yang digunakan, misalanya
menggunakan metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, penugasan, atau pengajaran
dengan pola rekreatif.
h. Manajemen Pendidikan
Yaitu yang mengelola pelaksanaan pendidikan merupakan alat yang
amat penting dalam pendidikan, seperti pengaturan jadwal pelajaran, penempatan
pendidik dalam mata pelajaran tertentu, pengaturan lama mengajar, pemenuhan
gaji atau honor pendidik, penentuan rapat-rapat pendidik dan lain sebagainya.

17
i. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan belajar siswa
dalam lembaga pendidikan tertentu, karena setiap lembaga pendidikan memiliki
visi dan misi serta maksud dan tujuan yang berbeda-beda.
j. Evaluasi Pendidikan dan Evaluasi Belajar
Dalam pendidikan dikenal dengan tujuan pendidikan dan tujuan
belajar. Tujuan pendidikan diletakan untuk semua proses pendidikan dalam
lembaga pendidik, sedangkan tujuan belajar hanya dimaksudkan untuk belajar
mata pelajaran tertentu. Selain itu evaluasi termasuk alat pendidikan karena
dengan evaluasi, tingkat keberhasilan anak dapat diketahui. Perkembangan belajar
peserta didik dengan mudah dapat diketahui apabila sistem evaluasinya sesuai
dengan metode pengajaran yang digunakan oleh para pendidik.
Menurut Zakiah Drajat, alat pendidikan yang berupa benda yaitu:
a. Media tulis, sperti al-Qur’an, hadits, Tauhid, Fiqh, sejarah.
b. Benda-benda alam seperti hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan dsb.
c. Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik.
d. Gambar yang diproyeksikan, seperti video.
e. Audi recording (alat untuk didengar) seperti kaset, tape, radio.
2. Nonmateri (Tindakan/software)
Baik alat yang berbentuk materi (alat berbentuk benda/hardware)
maupun nonmateri (tidakan/software) mempunyai fungsi yang sama-sama
pentingnya, kedua alat ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Alat yang
berbentuk nonmateri (tidakan/software) merupakan tindakan pendidikan.
Maka tindakan pendidikan yang merupakan alat pendidikan dapat
ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, berikut:
a. Pengaruh tindakan terhadap tingkah laku anak didik, antara lain:
1) Tindakan yang bersifat positif mendorong anak didik untuk
melakukan serta meneruskan tingkah laku tertentu, seperti teladan,
perintah, pujian, dan hadiah.
2) Tindakan yang bersifat mengekang, mendorong anak didik untuk
menjauhi serta menghentikan tingkah laku tertentu, seperti larangan,
teguran, dan hukuman.

18
b. Akibat tindakan terhadap perasaan anak didik, antara lain:
1) Menyenangkan anak didik, seperti pujian dan hadiah dan
2) Tidak menyenangkan dan menyebabkan anak didik menderita seperti
ancaman dan hukuman.
c. Bersifat melindungi anak didik, terdiri dari:
1) Mencegah atau mengarahkan, seperti perintah, teladan, dan larangan
2) Memperbaiki, seperti teguran, ancaman dan hukuman.
Berikut akan diuraikan secara ringkas beberapa alat pendidikan dalam
bentuk nonmateri (tindakan/sofeware) berdasarkan perspektif pendidikan Islam
itu sendiri, yaitu:
a. Pembiasaan
Purwanto N. (1985:177) mengungkapkan bahwa pembiasaan adalah
salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama anak-anak yang masih
kecil. Anak-anak kecil belum menginsafi apa yang dikatakan baik dan apa yang
dikatakan buruk dalam arti susila juga anak kecil belum mempunyai kewajiban-
kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa, tetapi mereka sudah
mempunyai hak seperti hak dipelihara, hak mendapat perlindungan, dan hak
mendapat pendidikan.
Ahmad (1991:144) berpendapat bahwa pembiasaan adalah
pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh
seseorang. Misalnya, anak-anak dibiasakan bangun pagi atau hidup bersih, maka
bangun pagi atau hidup besih adalah suatu kebisaan. Hampir semua ahli
pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya
pendidikan. Muharam A. (2009:137) mengungkapakan bahwa kebiasaan adalah
suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu serta
berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi.
Jadi pembiasaan itu diperlukan untuk melaksanakan tugas secara
benar dan rutin terhadap peserta didik. Misalnya agar peserta didik dapat
melaksanakan shalat secara benar dan rutin maka mereka perlu dibiasakan shalat
sejak masih kecil, dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya pembiasaan diperlukan
untuk mendidik mereka sejak dini agar mereka terbiasa dan tidak merasa berat
untuk melaksanakannya ketika meraka sudah dewasa.

19
b. Pengawasan
Purwanto N. (1985:177) mengungkapkan bahwa pengawasan penting
sekali dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak
berbuat sekehendaknya, anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan buruk,
tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak senonoh, dan mana
yang boleh dan harus dilaksanakn, mana yang membahayakan dan mana yang
tidak.
c. Keteladanan
Pada umumnya manusia memerlukan figure (sosok) identidikasi yang
dapat membimbing manusia kearah kebenaran untuk memenuhi keinginan
tersebut, untuk itu Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia
dan wajib diikuti oleh umatnya. Untuk menjadi sosok yang ditauladani, Allah
memerintahkan manusia termasuk pendidik selakau khalifah fial-ardh
mengerjakan perintah Allah dan Rasul sebelum mengajarkannya kepada ornag
yang akan dipimpin. Rasullulah bersabda “Perhatikanlah anak-anak kamu dan
bentuklah budi pekertinya sebaik-baiknya”.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang Rasul yang dijadikan oleh
Allah SWT sebagai suriteladan yang baik bagi umatnya dalam berbagai aspek
kehidupannya. Pada umumnya manusia memerlukan figur identifikasi (uswah al-
hasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah kebenaran untuk memenuhi
keinginan tersebut itu Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia
dan wajib untuk diikuti oleh umatnya. Dan untuk menjadi sosok yang dapat
ditauladani, Allah memerintahkan kepada manusia “termasuk pendidik” selaku
khalifah fi al-ardh mengerjakan perintah Allah dan Rasul sebelum
mengerjakannya kepada orang yang dipimpinnya (peserta didik).
Dalam konteks ini pendidik berfungsi sebagai warasatu al-anbiya.
Fungsi ini pada hakikatnya mengenban misi sebagai rahmatan li ‘alamin yakni
suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat pada hukum-hukum
Allah. Sebagai warasatu al-anbiya seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat
terpuji (mahmudah).
Keteladanan merupakan tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara
akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini, lahirlah gejala identifikasi positif, yakni

20
penyamaan diri dengan orang-orang yang ditiru. Identifikasi positif itu penting
sekali dalam pembentukan kepribadian. Karena itulah teladan merupakan alat
pendidikan yang utama, sebab terikat erat dalam pergaulan dan berlangsung
secara wajar. Hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik adalah kejelasan tentang
tingkah laku mana yang harus ditiru atau yang sebaliknya. Teladan dimaksudkan
untuk membiasakan anak didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut al-Ghazali, terdapat beberapa sifat penting yang harus
dimiliki oleh pendidik sebagai seorang yang diteladani, yaitu:
1) Amanah dan tekun bekerja
2) Bersifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid
3) Dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang
yang mengajarkannya
4) Tidak rakus pada materi
5) Berpengetahuan luas
6) Istiqamah dan memegang teguh prinsip.
Al-Ghazali juga menambah-kan bahwa terdapat beberapa sifat penting
yang harus terinternalisasi dalam diri peserta didik, yaitu:
1) Rendah hati,
2) Mensucikan diri dari segala keburukan
3) Taat dan istiqamah.
Karena beberapa sifat terakhir perlu dimiliki peserta didik, maka
pendidik hendaknya menjadi teladan dari sifat-sifat tersebut.
M. Ngalim Purwanto mengatakan bahwa dalam berbagai hal dalam
pendidikan, ketauladanan seorang pendidik merupakan media pendidikan yang
sangat penting, bahkan paling utama. Menurut teori psikologi bahwa manusia
semenjak kecil mempunyai sifat meniru dan suka mengidentifikasikan diri
terhadap tingkah laku orang lain, terutama terhadap orang tua dan pendidiknya.
Oleh karena itu, pendidik harus selalu mencerminkan akhlak yang mulia di
manapun ia berada, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
d. Anjuran, Perintah dan Larangan
Seorang muslim diberi oleh Allah tugas dan tanggungjawab
melaksanakan peserta didikan “amar ma’ruf nahi munkar”. Amar ma’ruf nahi

21
munkar merupakan alat / media dalam pendidikan. Perintah adalah suatu
keharusan untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu. Suatu perintah akan mudah
ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati peraturan-peraturan, atau
apa yang dilakukan sipendidik sudah dimiliki atau menjadi pedoman pula bagi
hidup si pendidik.
Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik
sendiri mentaati peraturan-peraturan itu. Perintah mempunyai kaitan yang erat
dengan ketentraman. Misalnya seorang pendidik yang selalu datang terlambat
dalam mengajar, tidak mungkin ditaati perintahnya bila ia memerintahkan agar
peserta didiknya untuk selalu datang tepat pada waktunya. Tidak mungkin suatu
aturan sekolah akan ditaati oleh peserta didiknya jika pendidik sendiri tidak
mematuhi peraturan-peraturan yang dibuatnya.
Dalam memberi perintah, beberapa hal yang harus diperhatikan
pendidik, yaitu: (1)jangan memberikan perintah kecuali karena diperlukan dan
sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan; (2) hendaknya perintah
dilakukan dengan ketetapan hati dan niat yang baik (ikhlas); (3) jangan
memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum dapat dilaksanakan
oleh peserta didik; (4) perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan
akibatnya; (5) perintah hendaknya bersifat umum, bukan bukan bersifat khusus.
Sementara larangan dikeluarkan apabila si peserta didik melakukan
sesuatu yang tidak baik atau membahayakan dirinya. larangan sebenarnya sama
dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat
sesuatu yang bermanfaat, maka larngan adalah keharusan untuk tidak melakukan
sesuatu yang merugikan.
Kalau pada alat pendidikan berupa keteladanan anak dapat melihatnya
tercermin pada seseorang yang diidolakannya sebagai sebuah proses identifikasi,
maka di dalam alat pendidikan berupa ajuran, perintah dan larangan anak
mendengar apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Perintah adalah
tindakan pendidik menyuruh anak didik melakukan sesuatu. Sedangkan larangan
merupakan tindakan pendidik menyuruh anak didik tidak melakukan atau
menghindari tingkah laku tertentu. Alat ini adalah sebagai pembentuk disiplin
secara positif. Disiplin diperlukan dalam pembentukan kepribadian, terutama

22
karena nanti akan menjadi disiplin sendiri, dengan penanaman disiplin luar
terlebih dahulu.
Agar segala anjuran, perintah dan larangan yang guru sampaikan
diikuti oleh peserta didik maka guru harus menggunakan cara-cara yang efektif,
ada 3 macam asas dasar yang dipakai Al-Qur'an untuk menamkan pendidikan,
yaitu:
1) Mahkamah aqliyah, mengetuk akal pikiran untuk memecahkan
segala sesuatu. Di dalam tingkat ini Al-Qur'an menyadarkan setiap
akal manusia untuk memikirkan asal usul dirinya, mulai dari awal
kejadiannya, kemudian perkembangannya baik fisik maupun akal
dan ilmunya ataupun mental spriritual. Sesudah itu dibawanya ke
alam cakrawala yang luas terbentang ini, yang semuanya dengan
menggunakan kata-kata yang dapat diikuti oleh orang-orang awam
dan dapat dijadikan bahan penyelidikan secara ilmiah oleh para
sarjana.
2) Al-Qisas Wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan
sejarah. Dengan mengemukakan berbagai cerita/peristiwa, dan
membuka lembaran-lembaran sejarah di masa lampau, Allah
mengajak manusia supaya bercermin kepada fakta dan data di masa
dahulu itu untuk melihat dirinya, berbagai cerita yang disebut oleh
Al-Qur'an menghidupkan sejarah-sejarah lama untuk memberanikan
manusia untuk jaman yang dihadapnya dan masa depan terbentang
untuk diisi dengan pendidikan kepada anak-anak. Menempuh jalan
ini, yaitu cerita dan sejarah, lebih mudah meresapkan kepada anak
mereka.
3) Al-Isarah Al Widaniyah memberikan perangsang kepada perasaan-
perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan-perasaan, adalah
jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada
anak-anak. Dan perasaan-perasaan itu terbagi kepada:
a) Peraaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan hasrat yang benar
dan lain sebagainya

23
b) Peraaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih
(berbuat kedzaliman) dan lain sebagainya
c) Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta,
rasa bakti dan pengabdian, dan lain sebagainya
Memberikan perangsang terhadap perasaan-perasaan ini menurut
tempat dan waktunya yang tepat, menimbulkan kesan yang mendalam kepada
anak-anak yang kita didik.
Sebab itu sebagai Pendidik Tertinggi maka Allah menyebutkan dalam
Surat Al-Fatah ayat 8 bahwa Nabi Muhammad adalah memiliki sifat utama, yaitu:
1) Syahidan (penggerak perasaan-perasaan)
2) Mubasysiran (pembawa berita gembira), dan
3) Naziran (pembawa peringatan untuk menahan dari kejahatan)
e. Pujian dan Hadiah
Merupakan tindakan pendidik yang fungsinya memperkuat
penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai anak didik. Hadiah
dalam hal ini tidak mesti selalu berwujud barang. Anggukan kepala dengan wajah
berseri, menunjukkan jempol si pendidik, doa yang baik dari pendidik untuk
peserta didik sudanh merupakan satu hadiah, yang pengaruhnya besar sekali,
seperti memotivasi, menggembirakan, dan menambah kepercayaan dirinya. Pujian
dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu segera sesudah anak didik
berhasil.
Pendidik dalam pendidikan Islam yang tidak memberikan hadiah
(ganjaran) kepada peserta didik yang telah memperoleh prestasi sebagai hasil
belajar, maka dapat diartikan secara implsit bahwa pendidik belum memanfaatkan
alat pengajaran seoptimalnya. Jangan diberikan sebagai janji, karena akan
dijadikan sebagai tujuan kegiatan yang dilakukan.
Ganjaran dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-
macam, antara lain:
1) pendidik mengangguk-angguk kepala tanda senang dan membiarkan
suatu jawaban yang diberikan oleh seorang peserta didik
2) pendidik memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian)

24
3) pendidik memberikan benda-benda yang menyenangkan dan
berguna bagi peserta didik, dan sebagainya.
Ganjaran dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu: pertama,
bentuk materil, seperti permberian hadiah atau bingkisan. Kedua, bentuk
inmateril, seperti melalui tindakan menepuk bahu peserta didik maupun melalui
ucapan.
Dalam mempergunakan ganjaran sebagai media pendidikan, perlu
diperhatikan kesan yang ditimbulkan pada diri anak didik. Dalam artian apakah
pemberian ganjaran tersebut menimbulkan perasaan senang pada diri anak didik
atau tidak, semua itu tergantung tkepada tingkat prestise seorang pendidik.
f. Teguran
Satu hal yang perlu disadari, bahwa manusia bersifat tidak sempurna,
maka kemungkinan-kemungkinan untuk berbuat khilaf dan salah, penyimpangan-
penyimpangan dari anjuran selalu ada, lagi pula perlu diperhatikan bahwa anak-
anak bersifat pelupa, cepat melupakan larangan-larangan, atau perintah yang baru
saja diberikan kepadanya. Karenanya sebelum kesalahan itu berlangsung lebih
jauh, perlu adanya koreksi dan teguran. Teguran dapat berupa kata-kata, tetapi
dapat juga berupa isyarat-isyaratnya, misalnya pandangan mata yang tajam,
dengan menunjuk lewat jari, dan sebagainya. Teguran ini juga merupakan
tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan pendidikan oleh anak
didik.
g. Peringatan dan Ancaman
Peringatan diberikan kepada anak yang telah beberapa jali melakukan
pelanggaran, dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarnya. Dalam
memberikan peringatan ini, bisanya disertai dengan ancaman akan sanksinya.
Karena itulah, ancaman merupakan tindakan pendidik mengoreksi secara keras
tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan, dan disertai perjanjian jika
terulang lagi akan dikenakan hukuman atau sanksi.
Ancaman lazimnya akan menimbulkan ketakutan, dan melahirkan
kemungkinan anak didik menerima karena mengerti dan penuh kesadaran, atau
anak didik menerima karena takut atau anak didik menolak karena tidak mau

25
dipaksa. Alat berupa ancaman ini dianjurkan jangan dibiasakan dan digunakan
kecuali hanya pada saat yang tepat saja.
h. Hukuman
Dalam Islam hukuman disebut dengan iqab. Abdurahman an-nahkawi
menyebutkan bahwa tahrib yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman
karena melakukan sesuatu yang dilarang. Sementara Amir Daien Indrakusuma
menyebut hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar
dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Akibatnya anak akan menjadi sadar
dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Dengan demikian dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada
pelanggaran sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi
pelanggaran secara berulang.
Menurut Amir Daien Indrakusuma setidaknya ada dua alasan
mengapa hukuman juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan, yaitu:
pertama, hukuman diadakan karena ada pelanggaran, adanya kesalahan yang
diperbuat. Kedua, hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi
pelanggaran.
Meskipun hukuman dapat diterapkan dalam bidang pendidikan,
namun ada sebagian ahli yang tidak menyetujui penerapan semua bentuk
hukuman, seperti hukuman pukul (hukuman jasmani) terhadap anak didik. Hal ini
dikarenakan dampak yang ditimbulkan baik secara fisik maupun psikis “akhlak
yang timbul dari kekerasan dan paksaan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap perkembangan anak didik dan juga bagi masyarakat. Jika hukuman
diberikan pada anak terlalu berat/tidak sesuai dengan kesalahannya akan
berdampak negatif terhadap kepribadian anak, bahkan dapat menghilangkan
kreatifitas anak”. Disamping itu, boleh jadi anak didik akan membenci guru yang
bersangkutan beserta mata pelajaran yang diajarkannya.
Menurut Ahmad Taisir, dalam pendidikan hukuman tidak perlu
diberikan kecuali jika terpaksa. Bahkan hadiah atau pujian jauh lebih dipentingkan
ketimbang hukuman. Bila keadaan amat memerlukan hukuman, maka hukuman
digunakan dengan sangat hati-hati.

26
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan pemberian hukuman
terhadap anak didik, maka dalam pendidikan islam ada ciri-ciri tertentu hukuman
yang harus diberikan kepada peserta didik, seperti yang diungkapkan oleh Asma
Hasan Fahmi: (1) hukuman diberikan untuk memperoleh perbaikan dan
pengarahan. (2) memberikan kesempatan kepada anak untuk memperbaiki
kesalahannya. (3) pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya
apabila sikap keras pendidik telah dianggap perlu, maka harus dilaksanakan dan
diutamakan dari sikap lunak dan kasih sayang.
Sejak dahulu, hukuman dianggap sebagai alat/media yang istimewa
kedudukannya, sehingga hukuman itu diterapkan tidak hanya dibidang pengadilan
raja, tetapi juga diterapkan pada semua bidang, termasuk bidang pendidikan.
Menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau
penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar penderitaan
tersebut betul-betul dirasakannya, untuk menuju ke arah perbaikan. Dengan
demikian hukuman merupakan alat pendidikan istimewa, sebab membuat anak
didik menderita. Dalam hal pemberian hukuman ini, paling tidak ada dua prinsip
dasar mengapa diadakan, yaitu:
1) Hukuman diadakan karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan
yang diperbuat
2) Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran.
H. Karakteristik Alat Pendidikan
Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami
oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan. Pengertian Karakteristik
Alat Pendidikan menurut Muharam A. (2009:133) mengungkapkan bahwa alat
pendidikan dapat diartikan sebagai kondisi ideal alat pendidikan baik yang
berkaitan dengan alat pendidikan bentuk non-material maupun material yang
digunakan dalam kegiatan pendidikan.
1. Karakteristik Alat Pendidikan Non Material
Muharam A. (2009:133-135) manyatakan bahwa ada beberapa
karakteristik perbuatan atau tindakan sebagai alat pendidikan non material, yakni:
a. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan awal-awal
dalam proses pendidikan dengan memikirkan terlebih dahulu tentang

27
bagaimana cara melakukan sesuatu karena manusia mempunyai sifat
konservatif yang cenderung untuk mempertahankan atau tidak merubah
kebiasaan.
b. Perbuatan atau tindakan hendaknya membiasakan terdidik akan hal-hal
yang harus dikerjakan agar menjadi biasa untuk melakukan sesuatu
secara otomatis, tanpa harus disuruh lagi orang lain, atau menunggu
sampai orang lain merasa tidak senang padanya karena kebiasaan yang
buruknya.
c. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya dilakukan dengan hati-
hati, baik dalam frekuensi maupun cara melakukannya.
d. Perbuatan atau tindakan hendaknya digunakan dengan diikuti oleh
bimbingan apa yang sebaiknya harus dilakukan terdidik.
e. Perbuatan atau tindakan hendaknya dilakukan atau diawali dengan
memberikan beberapa gambaran yang sesuai sebelum mengajak
terdidik untuk melakukannya.
f. Perbuatan atau tindakan hendaknya pendidik tidak harus memaksakan
diri sedemikian rupa sehingga pendidik tidak lagi hidup wajar sebagai
pribadi atau sebagai diri sendiri.
g. Perbuatan atau tindakan hendaknya tidak berlebihan, misalnya dalam
memuji karena akan berakibat kurang baik, terutama pada pendidik
yang sudah lebih mampu menimbang dengan akalnya.
h. Perbuatan atau tindakan pendidik hendaknya bijaksana menanggapi
kalau ada sesuatu kesalahan dari terdidik, sebab belum tentu suatu
kesalahan itu dibuat dengan sengaja.
2. Karakteristik Alat Pendidikan Material
Muharam A. (2009:135) meskipun alat pendidikan
kebendaan/material seperti: lahan, gedung, prabot dan perlengkapan lebih
berkaitan dengan kegiatan pendidikan di sekolah, namun karena sifat pendidikan
secara umumpun memanfaatkan pentingnya peran alat pendidikan berbentuk
material, maka beberapa kerakteristik berikut ini perlu dipahami dan dijadikan
pertimbangan pendidik dalam menjalankan kegiatan pendidikan seperti:

28
a. Alat pendidikan hendaklah terbuat dari alat yang kuat dan tahan lama
dengan memperhatikan keadaan setempat.
b. Pembuatan alat pendidikan mudah dan dapat dikerjakan secara masal.
c. Biaya alat pendidikan relative murah.
d. Alat pendidikan hendaknya enak dan nyaman bila ditempati atau
dipakai sehingga tidak mengganggu keamanan pemakainya.
e. Alat pendidikan relatif ringan untuk mudah dipanidah-pindahkan.
Secara lebih rinci syarat-syarat alat pendidikan yang harus
diperhatikan pendidik adalah:
a. Ukuran fisik terdidik, agar pemakaianya fungsi dan efektif.
b. Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Sesuai dengan aktivitas terdidik dalam proses pendidikan.
2) Kuat, mudah pemeliharaan dan mudah dibersihkan.
3) Mempunyai pola dasar yang sederhana.
4) Mudah dan ringkas untuk disimpan atau disusun.
5) Fleksibel, sehingga mudah digabungkan dan dapat pula berdiri
sendiri.
c. Kontruksi perabot hendaknya:
1) Kuat dan tahan lama
2) Mudah dikerjakan secara masal
3) Tidak terganggu keamanan terdidik
4) Bahannya mudah didapat di pasaran dan disesuaikan dengan
keadaan setempat.
Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami
oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan. Penggunaaan alat
pendidikan dipengaruhi oleh kecakapan pendidik yang harus menyesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai, dan sebagai seorang pendidik sebaiknya harus
menghindari tindakan yang memaksa. Penggunaan alat pendidikan juga
dipengaruhi oleh pribadi yang akan memakainya. Pemakai alat pendidikan juga
harus dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang dikandung oleh alat itu.
Penggunaan alat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan sifat
kepribadian pemakainya yang merupakan sifat khas dari alat pendidikan.

29
I. Fungsi Alat dalam Pendidikan Islam
Alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan
jembatan yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik menuju kepada
tujuan pendidikan Islam yang terbentuknya kepribadian muslim.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam ini dipengaruhi oleh seluruh
faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan Islam ini. Apabila timbul
permasalahan di dalam Pendidikan Islam, maka kita harus dapat
mengklasifikasikan masalah yang kita hadapi itu ke dalam faktor-faktor yang ada.
Apabila seluruh faktor telah dipandang baik terkecuali faktor alat ini, maka kita
pun harus pandai memperinci dan mengklasifikasikan ke dalam klasifikasi
masalah alat pendidikan yang lebih kecil dan terperinci lagi. Misalnya dalam segi
apa, dari masalah alat apa? Memang masalah mengenai alat pendidikan sangat
penting terutama alat pendidikan yang berkenaan dengan tindakan. Sebab alat
pendidikan yang bersifat tindakan ini dapat lebih berbekas pada diri anak didik
dan memberikan kesan yang lebih mendalam.
Fungsi alat pendidikan dalam bentuk materi atau hardware yang
dikemukakan oleh Abu Bakar Muhammad sebagai berikut:
1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam memperjelas materi pelajaran
yang sulit
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup
dan menarik
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari
sesuatu
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan
dan memikirkan suatu pelajaran, serta
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan), mempertajam indera dan
melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Sedangkan alat dalam perspektif pendidikan Islam berupa nonmateri
(tindakan) lebih banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau
sempurna atau yang diistilahkan dengan insan kamil. Kesempurnaan itu ditandai

30
dengan teroptimalkannya seluruh potensi yang ada pada diri individu untuk
kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan Islam sangat
berperan untuk tugas itu, sehingga murid akan memiliki akhlak dan moral yang
luhur. Itulah yang membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya.

J. Pengaruh Alat Dalam Pendidikan Islam


Dalam pendidikan Islam, alat jelas diperlukan. Sebab, alat pengajaran
mempunyai peran yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Begitu pentingnya alat dalam pendidikan, maka sudah barang tentu di
dalam pendidikan islam perlu dilengkapi dengan alat dan tidak hanya sekedar
diterangkan saja secara verbal. Contoh lain yang bisa diambil adalah pemberian
materi tentang pelaksanaan haji. Pelajaran ini akan lebih dapat dipahami jika
dalam bentuk demonstrasi, melalui video/film. Selain itu, pelajaran membaca al-
Qur’an akan lebih mantb dengan tape recorder yang merekam suara seseorang
yang fasih dalam membaca al-Qur’an. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran
lainnya.
Selain alat yang berupa benda, perlu pula dikembangkan dalam
pendidikan Islam alat yang bukan benda. Sebab, pada umumnya alat yang bukan
benda lebih banyak bertujuan untuk pembentukan pribadi peserta didik yang baik
atau sempurna. Dalam konteks ini, pendidikan Islam sangat berperan sekali untuk
tugas yang dimaksud, sehingga peserta didik akan memiliki kepribadian. Dan
alat/media yang berupa non-benda itu bersifat abstrak, maka ia berperan dalam
pemahaman nilai dan penilaian akhlak. Pendekatan inilah yang membedakan
pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya. Terdapat pendapat beberapa para
ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari alat dalam pendidikan.
Yusuf Hadi Miraso dkk, umpamanya menyatakan bahwa alat/media
berupa benda dalam pendidikan memiliki nilai-nilai praktis edukatif yang
meliputi:
1. Membuat konsep abstrak menjadi konkret
2. Membawa objek yang sukar didapat dalam lingkunagan belajar siswa
3. Menampilakan objek yang terlalu besar

31
4. Menampilkan objek yang diamati dengan mata telanjang
5. Mengamati gerakan yangterlalu cepat
6. Memungkunkan keseragaman pengamtan dan presepsi bagi pengalaman
belajar siswa
7. Membangkitkan motivasi belajar
8. Menyajikan informasi belajar yang konsisten dan dapat diulangmaupun
disimpan. Sedangkan alat berupa non-benda, karena sifatnya abstrak maka
ia berperan dalam pemahaman nilai dan penilaian akhlak.
Abu Bakar Muhammad berpendapat, bahwa kegunaan alat atau media
itu antara lain ialah:
1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran
yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup
dan menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari
sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan
dan memikirkan suatu pelajaran.
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera,
melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.

K. Penggunaan Alat Pendidikan


Muharam A. (2009:144-146) mengungkapkan bahwa penggunaaan
alat pendidikan dipengaruhi oleh kecakapan pendidik yang harus menyesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai, dan sebagai seorang pendidik sebaiknya harus
menghindari tindakan yang memaksa. Penggunaan alat pendidikan juga
dipengaruhi oleh pribadi yang akan memakainya. Pemakai alat pendidikan juga
harus dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang dikandung oleh alat itu.
Penggunaan alat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan sifat
kepribadian pemakainya yang merupakan sifat khas dari alat pendidikan.

32
Di dalam memilih alat-alat pendidikan yang akan digunakan perlu
diingat hal-hal berikut:
1. Tujuan apakah yang akan dicapai dengan alat itu
2. Siapakah yang akaan menggunakan alat itu
3. Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan
4. Terhadap siapakah alat itu digunakan
Selain itu perhatikan pula , apakah di dalam penggunaan alat
pendidikan itu akan menimbulkan pengaruh dalam lapangan lain yang tidak
menjadi tujuan utama dari penggunaan alat itu dan apakah alat yang digunakan itu
sudah dapat untuk mencapai tujuan itu atau belum, atau mungkin masih perlu
dibantu dengan yang lain.
Selain itu perlu pula diperhatikan bagaimana reaksi anak-anak
terhadap penggunaan alat pendidikan itujangan sampai reaksi anak didik hanya
sekedar reaksi rangsangan belaka, tetapi dengan penggunaan alat itu diharapkan
anak didik akan mengalami perubahan yang sesuai ddengan tujuan yang
diharapkan atau perubahan yang tidak hanya bersifat mekanistis, tetapi benar-
benar merupakan pencerminan dan pribadi anak didik.
Dalam masalah terhadap siapakah alat itu digunakan, perlu diingan
bagaimanakah kondisi anak yang menerimanya, apakah anak didik itu
berkelainan, dan bagaimanakah kelainannya, berapakah umur anak didik itu,
bagaimana watak atau kebiasaannya dan situasi disaat itu, dan lain-lainnya.
Tujuan pendidikan adalah membimbing anak untuk mencapai
kedewasaan, kedewasaan ini dapat dicapai dalam pergaulan antara terdidik
dengan pendidik, dan pergaulan ini merupakan alat pendidikan yang utama. Jadi
dapat ditegaskan, bahwa alat yang utama untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah pergaulan.
Dalam pergaulan, anak didik tidak merasa dirinya secara formal
terikat pada suatu ikatan, sebagai seorang yang harus tunduk. , sehingga karena
itu, ia harus membatasi tingkah lakunya atau segala tindakannya, sebagaimana
yang terjadi pada situasi pendidikan. Tetapi dalam pergaulan itu anak didik
mempunyai hak untuk memperoleh petuah, petunjuk atau contoh sebagaimana

33
yang diperoleh dalam situasi pendidikan formal. Untuk itu, pemakaian alaat
pendidikan harus mempertimbangan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan
2. Jenis alat pendidikan
3. Pendidikan yang memakai alat pendidikan
4. Anak didik yang dikenai alat pendidikan.
Meskipun tujuan pendidikan itu adalah sesuatu yang baik, namun apa
bentuk/jenis dari pada tujuan itu adalah bermacam-macam, sesuai dengan bidang
studi dan tingkatan. Apabila bidang studi dan tingkatan tujuan pendidikan
berbeda, tentunya alat pendidikanpun bisa berbeda.
Pendidik sebagai pemakai alat pendidikan pun juga berbeda-beda
keahlian dan orientasinya meskipun dalam bidang studi yang sama, lebih-lebih
dalam bidang studi yang berbeda, maka tentunya alat yang dipakai juga berbeda.
Pendidik tidak boleh memaksakan diri menggunakan alat yang bukan ahlinya
yang tidak cocok.
Anak didik sebagai pihak yang dikenai perbuatan mendidik adalah
pihak yang pertama-tama diperhatikan dalam menimbang-nimbang penggunaan
alat-alat pendidikan. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan tentang anak
didik adalah dari segi:

1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Bakat
4. Perkembanga
5. Alam sekitar.
Contohnya, penggunaan alat pendidikan non material dalam bentuk
paksaan, tentunya tidaklah sama tingkatan paksaan tersebut terhadap anak
perempuan dan laki-laki, terhadap kanak-kanak dan orang tua, terhadap anak-anak
berbakat dan anak-anak malas, terhadap anak jenius dan anak idiot, terhadap anak
yang hidup di daerah yang hidup di pegunungan dan anak yang hidup di pantai.
Dalam penggunaan alat pendidikan materialpun perlu diperhatikan
adanya perbedaan jenis kelamin, usia, bakat dan perkembangan anak didik serta

34
dimana anak didik itub hidup. Contohnya, pelajaran yang menggunakan
komputer, bagi anak SD berbeda dengan anak SMP, bagi anak di desa berbeda
dengan anak di kota, bagi anak yang kurang mampu status ekonomi orang tuanya
berbeda dengan anak yang mampu atau berkecukupan orang tuanya.
Dari uraian pendapat diatas, peranan media sangat penting dalam
proses pembelajaran. Begitu pentingnya alat dalam pendidikan, maka sudah tentu
didalam pendidikan Islamperlu dilengkapi dengan alat/media dan
tidakditerangfkan saja secara verbal. Contoh lain yang biasa diambil adalah
pemberia materi tentang pelaksanaan haji. Pelajaran ini akan lebih dapat dipahami
jika disajiakan dalam bentuk demonstrasi, melalui video/film, . selain itu pelajaran
membaca al-quran akan lebih mantab dengan dibantu tape recorder yang nerekam
suara seseorang yang fasih dalam membaca al-Quran. Begitu juga dengan
pelajaran-pelajaran yang lainnya.

35
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Alat pendidikan secara umum merupakan segala sesuatu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Daien Indra Kusuma
mengemukakan alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi
kelancaran proses pendidikan. Dengan demikian, alat pendidikan menurut Indera
Kusuma berupa usaha dan perbuatan. Dalam praktik pendidikan, istilah alat
pendidikan sering diidentikan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya
pengertian alat lebih luas dari pada media. Media pendidikan adalah alat, metode
dan tekhnik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi
dan interaksi dan edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di sekolah.
Alat pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian, alat ini mencakup
apa saja yang dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan Islam.
Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menuntun
atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia
berkepribadian muslim yang diridhai Allah swt.
Pentingnya alat pendidikan Islam itu di dasari oleh hadits Nabi SAW,
yaitu:

‫حنن معارش األنبي اء ُأمران أن أن زل الن اس من ازهلم ونلكمهم عىل ق در‬


.‫عقوهلم‬
Artinya kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan seseorang
pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan kemampuan akhirnya.
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan alat
pembelajaran, antara lain: landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiric.
Konsep pendidikan Islam baik bermakna pendapat maupun bermakna
rancangan mengandungi pembahasan yang sangat luas. Di antaranya tujuan,

36
kurikulum, metode, penilaian, pentafsiran, alat-alat, dan aspek-aspek pendidikan
Islam yang lain.
Adapun pembagian alat pendidikan menurut Suwarno (1973) dapat
dibedakan dari berbagai macam segi sebagai berikut:
1. Alat pendidikan positif dan yang negatif.
2. Alat pendidikan preventif dan represif (korektif).
3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan.
Ditinjau dari segi wujudnya, alat pendidikan dapat berupa: 1)
perbuatan pendidik (software), mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah,
pujian, teguran, ancaman dan hukuman. 2) benda-benda sebagai alat bantu
(hardware) mencakup meja kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis,
buku, peta, OHP, dan sebagainya.
Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami
oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan. Pengertian Karakteristik
Alat Pendidikan menurut Muharam A mengungkapkan bahwa alat pendidikan
dapat diartikan sebagai kondisi ideal alat pendidikan baik yang berkaitan dengan
alat pendidikan bentuk non-material maupun material yang digunakan dalam
kegiatan pendidikan.
Alat pendidikan Islam mempunyai peranan penting sebab merupakan
jembatan yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik menuju kepada
tujuan pendidikan Islam yang terbentuknya kepribadian muslim.
Dalam pendidikan Islam, alat jelas diperlukan. Sebab, alat pengajaran
mempunyai peran yang besar dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Begitu pentingnya alat dalam pendidikan, maka
sudah barang tentu di dalam pendidikan islam perlu dilengkapi dengan alat dan
tidak hanya sekedar diterangkan saja secara verbal.
Penggunaaan alat pendidikan dipengaruhi oleh kecakapan pendidik
yang harus menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, dan sebagai seorang
pendidik sebaiknya harus menghindari tindakan yang memaksa. Penggunaan alat
pendidikan juga dipengaruhi oleh pribadi yang akan memakainya. Pemakai alat
pendidikan juga harus dapat menyesuaikan diri dengan tujuan yang dikandung

37
oleh alat itu. Penggunaan alat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan
sifat kepribadian pemakainya yang merupakan sifat khas dari alat pendidikan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D. Marimba. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-


Ma’arif
Aly. Noer. Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta: Logos.
Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Daien. Amir. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabya: Usaha Nasional.
Daradjat. Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan Langgulung. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka al-
Husana.
Hasbullah. tt. Dasa-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kosim. Moh. 2006. Buku Ajar Pengantar Pendidikan. STAIN Pamekasan Press
Lubna. 2009. Mengurai Ilmu Pendidikan Islam. Mataram: LKIM Mataram
Muhammad. Abu Bakar. 1981. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. Surabaya:
Usaha Nasional.
Mujib. Abdul & Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan islam. Jakarta: Kencana
Noer Aly. Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos
Qutbh. Muh. 1984. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: PT Alma’arif
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
Ramayulis. 2002. Ilmu pendidikan islam. Jakarta: Kalam Mulia
Rodhatul Jennah. 2009. Media Pembelajaran. Banjarmasin: Antasari Pers
Saebani. Beni Ahmad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Sulaiman. Fathiyyah Hasan. 1986. Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai Pendidikan
dan Ilmu. Bandung: CV. Diponegoro
Sutikno. M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Prospect.
Tafsir. Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda.
Uhbiyati. Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Umar. Bukhari . 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Zuhairini dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Nasional

39

Anda mungkin juga menyukai