Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANDIRI

PESERTA LATSAR CPNS GOLONGAN II ANGKATAN LIII

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH PROVINSI


BANTEN TAHUN 2022

NAMA PESERTA : Khaerina Husna Nur Maulida,A.Md.Keb


NAMA INSTANSI : UPT Puskesmas Cinangka
NAMA COACH : H. Endan Suwandana, ST, M.Sc, Ph.D
NAMA : Drs. H. Rusdjiman Soemaatmadja, M. Si
WIDYAISWARA

1. MATERI BERORIENTASI PELAYANAN

Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu :

1.1 Unsur Pertama (Organisasi penyelenggara pelayanan publik)

Unsur pertama, adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,


lembaga independen yang dibentuk berdasarkan UndangUndang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik.

1.2 Unsur kedua, (penerima layanan (pelanggan))

Unsur kedua, adalah orang, masyarakat atau organisasi yang


berkepentingan atau memerlukan layanan (penerima layanan), Pelanggan
yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan. Pada
dasarnya tidak memiliki daya tawar atau tidak dalam posisi yang setara
untuk menerima layanan, sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan
pelayanan yang baik. Posisi inilah yang mendorong terjadinya komunikasi
dua arah untuk melakukan KKN dan memperburuk citra pelayanan dengan
mewabahnya Pungli, dan ironisnya dianggap saling menguntungkan.
1.3 Unsur ketiga, (kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh
penerima layanan (pelanggan))

Unsur ketiga, adalah kepuasan pelanggan menerima pelayanan, unsur


kepuasan pelanggan menjadi perhatian penyelenggara pelayanan
(Pemerintah), untuk menetapkan arah kebijakan pelayanan publik yang
berorienntasi untuk memuaskan pelanggan, dan dilakukan melalui upaya
memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan.

2. CONTOH PENERAPAN PANDUAN PERILAKU DI INSTANSI

NILAI DASAR PANDUAN CONTOH PENERAPAN DI


ASN PERILAKU INSTITUSI
AKUNTABEL Melaksanakan tugas Pegawai Puskesmas datang tepat waktu
dengan jujur, (Disiplin)
bertanggung jawab, Pegawai puskesmas menggunakan
cermat, disiplin, dan listrik dengan baik, seperti mematikan
berintegritas tinggi lampu jika sudah tidak digunakan,
mematikan komputer jika sudah tidak
digunakan. (Bertanggung Jawab)
Para pegawai puskesmas sudah
menggunakan kertas dengan baik,
hanya melakukan print jika memang
diperlukan. (Bertanggung Jawab)
Pegawai Puskesmas transparan terhadap
uang yang diberikan jika ada kegiatan
yang membutuhkan uang bersama
(Jujur)
Pegawai berani mengakui kesalahan
jika melakukan kesalahan di lingkungan
tempat kerja. (Jujur)
Pegawai tidak membeda-bedakan
pasien yang datang ke Puskesmas
(Berintegritas Tinggi)
Pegawai dapat menyelesaikan masalah
dengan baik jika ada permasalahan yang
terjadi baik personal maupun
sekelompok orang. (Berintegritas
Tinggi)

3. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS TENTANG VUCA

VUCA adalah akronim untuk Volatility, Uncertainty, Complexity,


Ambiguity. Istilah ini juga dapat digunakan untuk kata sifat (Gejolak, Tidak
Pasti, Kompleks, dan Ambigu). Istilah VUCA sendiri berasal dari US Army
War College untuk menggambarkan situasi di Perang Dingin. Sejak itu, konsep
VUCA  telah diadopsi oleh perusahaan dan organisasi di banyak industri dan
sektor untuk memandu kepemimpinan dan perencanaan strategis. Bekerja di
lingkungan VUCA, membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi secara cepat
dan efisien dengan perubahan yang cepat. Setiap orang dituntut untuk menjadi
lincah, cepat dan cekatan.

Pendapat saya tentang VUCA, karena VUCA merupakan bagian dari


tantangan dunia khususnya di tempat kerja, kita harus sudah siap jika harus
bertemu atau berhadapan dengan tantangan ini. Untuk menghadapi Volatility
(Gejolak) kita harus menjadi seorang yang fleksibel dan mudah beradaptasi
dengan situasi yang berbeda. Untuk menghadapi Uncertainty (Tidak Pasti),
kita harus menjadikan teknologi menjadi sebuah sarana yang justru membantu
kita untuk menambah wawasan dan pikiran yang terbuka tentang keadaan di
jaman sekarang. Dengan teknologi, Anda bisa mencari tahu dan menggali hal-
hal yang Anda perlukan, sehingga kita lebih bisa mengantisipasi ketidak
pastian dengan pemahaman atau informasi terkini melalui teknologi yang ada.
Seperti dari social media, media digital, dll. Untuk Complexity
(Kompleks/Rumit) kita bisa mengantisipasi dengan membangun koneksi
langsung dengan setiap orang di seluruh organisasi untuk menghindari
kerumitan. Dengan cara ini, kita menjadi lebih mudah untuk berbagi informasi,
menemukan jawaban, dan mendapatkan bantuan dan saran dari orang-orang
yang mampu memberikan jawaban. Apalagi di dunia kerja, setiap orang
memiliki peluang untuk menemukan hal baru dari bidangnya sendiri bahkan
dari bidang lainnya. Ketika sistem ini diterapkan, secara tidak langsung kita
sedang membangun kompetensi organisasi yang dibutuhkan dalam mengatasi
masalah yang kompleks. dan terakhir untuk Ambiguity (Ambigu/Penafsiran
berbeda) Perbedaan penafsiran ini sering kali menimbulkan kekacauan. Kita
dapat mengantisipasi nya dengan membuat grup diskusi atau pertemuan diskusi
untuk membicarakan permasalahan yang memiliki penafsiran berbeda agar
kedepannya dapat menemukan satu penafsiran yang sama dan satu
pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai