KELAS : ITP-2019
NIM: 201969050015
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN PRAKTIKUM
METODOLOGI PENELITIAN
2. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dimana penelitian ini tidak berbasis angka dan hanya
bersifat pengamatan indrawi.
1. Tepung terigu
2. Santan
3. Yeast/ragi
4. Mentega
5. Telur
6. Garam dan gula
7. Pewarna makanan
8. Baskom besar
9. Mixer
10. Sendok ukur TSP/ml
11. Sepatula
12. Sendok
13. Mangkok gelas kecil
14. Plastik OPP kue
4. Diagram Alir
Penyiapan bahan
Pencampuran bahan
Pengadukan
Penambahan Yeast
Pemanggangan
5. Prosedur Kerja
Pembuatan kue pukis dimulai dengan pengocokan telur dan gula hingga mengembang,
penambahan tepung, margarine, santan, dan bahan lain. Pada adonan, udara lebih terikat pada
lapisan lemak dari pada air. Tetapi pada suhu 37-40C udara bergerak dari lapisan lemak ke
lapisan air. Adonan dicampur dengan menggunakan pengocok/mixer dengan kecepatan rendah
sampai bahan kering menjadi basah dan homogen, kemudian pada kecepatan tinggi selama 5-
8 menit.
2. Tahap fermentasi
Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan volume dan keseragaman pori.
Volume kue yang dihasilkan dari adonan tepung terigu sangat tergantung dari jumlah dan mutu
gluten yang terbentuk selama adonan dibuat. Dengan penambahan khamir sccharomyces
cerevisiae, pengembangan kue meningkat karena adanya gas karbondioksida yang dihasilkan
khamir selama fermentasi.
Penambahan gula dalam adonan lebih meningkatkan pengembangan adonan secara
nyata, karena gula merupakan subtrat yang dibutuhkan khamir dalam kehidupannya.
Fermentasi gula oleh ragi dapat menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO 2 dimana gluten pada
tepung terigu akan menahan CO2 sehingga volume adonan akan meningkat.
3. Pemanggangan
Adonan yang siap dituangkan dalam cetakan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk
yang seragam dan selanjutnya dilakukan pemanggangan. Pada saat pemanggangan terjadi
reaksi pencoklatan yang berlangsung antara protein dengan gula dalam adonan yang
menimbulkan warna kecoklatan pada permukaan kue.
Reaksi pencoklatan dikenal dengan reaksi Maillard. Ini diinginkan terjadi bukan hanya
karena warnanya saja tetapi jiga karena terbentuknya cita rasa yang khas. Reaksi pencoklatan
ini dimulai dengan reaksi antar aldosa, yaitu gula pereduksi dengan asam amino menghasilkan
suatu produk glukosilamin. Produk ini selanjutnya mengalami perubahan yang disebut amadori
rearrangement menghasilkan 1-amino 1-deoksi 2-ketosa (1,2-enol) yang dapat berubah
tergantung pada kondisi reaksi. Pada pertengahan proses pemanggangan, seluruh udara terikat
pada lapisan air yang sudah mengental. Akhirnya pada tahap struktur kue terbentuk akibat
panas yang menyebabkan terkoagulasinya protein telur dan gelatinisasi pati.
B. Faktor penyebab kue pukis berjamur.
Makanan disimpan terlalu lama di suhu hangat dan lembab. Jamur adalah organisma
yang memerlukan temperatur hangat dan kelembaban tinggi untuk tumbuh. Selain itu jamur
menyukai makanan yang dapat memberinya “nutrisi” untuk tumbuh. Kue pukis misalnya,
bahan pembuat kue pukis adalah tepung yang dibubuhi ragi agar mengembang. Ragi
merupakan “nutrisi” yang dibutuhkan jamur untuk berkembang. Karena jamur tidak dapat
membuat zat tepungnya sendiri, maka ia mengambil nutrisinya dari lingkungan sekitar. Jika
kue pukis disimpan di tempat lembab dan hangat, maka jamur tumbuh pesat.
a) Hasil penelitian
i. Parameter Fisik
1. Warna
Warna pada kue pukis semakin lama akan mengalami pemudaran. Dari warna
coklat menjadi warna coklat ke abu-abuan. Dan dari warna kuning menjadi warna
kuning pucat.
2. Tekstur
Semakin lama kue pukis dibiarkan ditempat yang hangat dan lembap. Maka tingkat
ke empukannya akan mengalami penurunan. Kita bisa melihat dengan menekan kue
pukis. Dari hari pertama sampai hari ke 3 jika ditekan semakin susah untuk kembali
seperti semula. Artinya tingkat ke empukannya menurun menjadi lebih ke basah an.
ii. Parameter Organoleptik
1. Kenampakan
Setelah diamati beberapa hari kenampakan mengalami perubahan. Pada hari 3-5
muncul bercak-bercak putih seperti serabut kecil-kecil yang di tempe dan pada hari
ke-6 muncul bercak-bercak hitam dan hijau seperti jamur di permukaan kue pukis.
Dari yang ukurannya besar, kemudian menjadi sedikit demi sedikit mengkisut. Dari
yang awalnya semi basah cenderung kering menjadi lebih basah dan lembek jika
ditekan.
2. Aroma
Pada hari pertama sampai ke dua, aroma masih tidak begitu ada perubahan. Pada
hari ke-tiga s/d hari ke-enam. Aroma berubah menjadi berbau ketengikan.
b) PEMBAHASAN
Penelitian yang dilaksanakan cenderung lebih lama karena kita ingin mengetahui
bagaimana percepatan pertumbuhan mikroba pada kue pukis jika kita bungkus dengan plastik.
Ternyata hasilnya lama dibandingkan dengan kue pukis yang tidak dibungkus dengan plastik.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh plastik yang lebih bisa menghindari dari adanya
kontaminasi-kontaminasi yang memungkinkan akan mempercepat pembusukan. Seperti
kontaminasi dari tangan yang tidak bersih. Sehingga menyebabkan memperlambat laju
pembusukan.
Pembusukan bisa terjadi begitu cepat pada kue pukis. Disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu karena kue pukis terbuat dari bahan tepung-tepungan, adanya telur, adanya santan. Semua
bahan tersebut sangat disukai oleh mikroba karena banyaknya nutrsi yang terkandung.
Sehingga laju pembusukan dan penjamuran lebih mudah terjadi apalagi kue pukis disimpan
pada suhu ruangan yang hangat dan lembab dan tidak terbungkus dengan plastik.
Pada kue pukis semakin lama juga mengalami perubahan aroma/bau. Semakin lama kue
pukis dibiarkan maka perubahan pada kue pukis semakin terlihat yaitu berbau tengik.
Ketengikan bisa terjadi karena adanya proses oksidasi yang terjadi. oleh oksigen udara terhadap
asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Proses oksisidasi dapat terjadi pada suhu kamar, dan
selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi.
hasil pengamatan pada tabel di bawah ini :
No Sampel Uji Kualitatif Jumlah Fase
(Fisik) (Jika Pertumbuhan
ada)
9
Pada hari ke 6 Aroma menjadi
tengik, tekstur
menjadi sedikit keras
dan berminyak sedikit
berlendir, muncul
jamur berwarna abu
kehijauan.
Makanan disimpan terlalu lama di suhu hangat dan lembab. Jamur adalah organisma
yang memerlukan temperatur hangat dan kelembaban tinggi untuk tumbuh. Selain itu jamur
menyukai makanan yang dapat memberinya “nutrisi” untuk tumbuh. Kue pukis misalnya,
bahan pembuat kue pukis adalah tepung yang dibubuhi ragi agar mengembang. Ragi
merupakan “nutrisi” yang dibutuhkan jamur untuk berkembang. Karena jamur tidak dapat
membuat zat tepungnya sendiri, maka ia mengambil nutrisinya dari lingkungan sekitar. Jika
kue pukis disimpan di tempat lembab dan hangat, maka jamur tumbuh pesat.
Jika kemasan pada sebuah produk dikemas dengan jenis kemasan yang tepat dan cara
mengemasnya benar dan tepat sesuai jenis produk. Maka kemasan tersebut bisa menambah
nilai umur daya simpan suatu produk tersebut. Selain menambah daya simpan produk,
kemasan berpengaruh menaikkan nilai/harga produk tersebut atau disebut dengan istilah
branding. Dan kemasan yang menarik bisa menaikkan angka penjualan pada produk tersebut.
Karena konsumen biasanya penasaran dengan hanya melihat dari kemasan/ packaging suatu
produk. Hal ini bisa diterapkan pada pengusaha-pengusaha kecil s/d skala komersil.