Anda di halaman 1dari 2

Budaya berasal dari bahasa Sansakerta, 

buddhayah, bentuk jamak dari kata budhi,


yang artinya budi atau akal (Koentjaraningrat, 2015). Budaya bisa diartikan sebuah
tradisi atau kebiasaan yang melekat pada suatu komunitas yang terkandung
didalamnya budi pekerti manusia. Dalam bahasa Arab, kebudayaan ialah ats-
tsaqofah, yang bisa diartikan sebagai pendidikan atau pengajaran. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan adalah culture, asal kata colere dari bahasa latin, artinya
mengolah atau mengerjakan. Sementara pengertian menurut istilah, kebudayaan
adalah ciptaan hidup daripada suatu bangsa (Muhammad Hatta), kebudayaan ialah
penjelmaan cara berpikir dari sekumpulan manusia pada suatu tempat dan ruang
(Sutan Takdir Alisyahbana), kebudayaan adalah hasil dari usaha perjuangan
masyarakat pada alam serta zaman yang memberikan bukti kemakmuran dan
kejayaan hidup (Ki Hajar Dewantara). Dari berbagai pengertian budaya menurut
para ahli tersebut, semuanya menjurus pada dua hal, pemikiran dan peradaban

Budaya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk
menjawab seberapa penting kebudayaan bisa dilihat dari perilaku seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya sangat mempengaruhi bagaimana sikap seseorang
saat ia berinteraksi dengan orang lain. Begitupun kita bisa menjalin hubungan yang
harmonis manakala kita mengetahui dengan baik budaya seseorang yang kita ajak
berinteraksi. Kaitannya dengan negara, budaya sangat penting karena menjadi ciri
dan identitas sebuah bangsa, bahkan kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari
seberapa baik budayanya. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah
budaya terbesar di dunia, idealnya mampu menjadi negara maju. Namun
kenyataannya masih sering tertinggal dari negara-negara lain bahkan oleh negara
tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang jumlah penduduk dan luas
geografisnya jauh lebih kecil dari Indonesia. Contohnya tertinggal dalam budaya
membaca. Sebuah survei pernah dilakukan, dari 61 negara yang diteliti terkait
budaya membaca, Indonesia berada pada urutan ke-60, sementara Singapura
urutan ke-36 dan Malaysia urutan ke-53, untuk urutan ke-1 masih tetap diduduki
oleh Finlandia (Central Connecticut State University, 2016). Hal tersebut tentunya
harus menjadi bahan evaluasi kita bersama bahwa jika ingin menjadi sebuah
negara maju, selain memperbaiki infrastruktur, maka harus memperbaiki juga
sumber daya manusianya.

Keberagaman telah menjadi ciri khas yang melekat pada negara Indonesia.
Kekayaan Indonesia membentang luas dari Sabang sampai Merauke terdiri dari
1.331 suku, 652 bahasa lokal, dan 17.504 pulau (sumber: BPS dan Kemendikbud,
2010). Namun dibalik indahnya keberagaman tersebut seringkali tercoreng oleh
sikap buruk beberapa oknum antara lain sikap individualisme, egosentris, fanatisme
dan juga intoleransi. Sebuah survei mengenai kondisi bangsa saat ini menyebutkan
bahwa 52,9% toleransi melemah, 17,7% toleransi menguat, sisanya tidak tahu
(Litbang Kompas, 2019). Adapun sifat fanatisme seringkali melekat pada diri
manusia setidaknya bisa disebabkan oleh empat hal; the same blood (kesamaan darah
keturunan) yang melahirkan margaisme dan rasisme, the same land  (kesamaan tanah
kelahiran) yang melahirkan sukuisme dan etnisitas, the same faith (kesamaan agama
dan keyakinan), yang melahirkan fanatisme agama (Syamsudin., D). Semua hal itu
sungguh nyata terjadi dalam kehidupan kita khususnya di negara Indonesia.
Sehingga, menjadi tugas bersama bangsa ini adalah bagaimana caranya mengatasi
ancaman  perpecahan tersebut agar tidak sampai merusak kemajemukan dan
kesatuan bangsa indonesia. 

Anda mungkin juga menyukai