Anda di halaman 1dari 2

Psikologi berasal dari bahasa Yunani yang berupa gabungan dari kata Psyche dan Logos.

Yang masing-masing memiliki arti jiwa dan ilmu. Sehingga dapat diartikan sebagai suatu
ilmu tentang kejiwaan. Arti psikologi itu sendiri menurut Garden Murphy merupakan ilmu
yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Tentunya perilaku yang muncul pada setiap individu akan berbeda-beda tergantung dari
bagaimana individu itu sendiri menyikapinya.
Perilaku setiap individu itu sendiri terbentuk dari lingkungan terdekat individu. Yang
tentunya setiap lingkup lingkungan memiliki budaya yang berbeda-beda. Dimana budaya itu
sendiri menurut Edward Burnett Tylor (dalam Guntara F. 2016) memiliki arti “kompleksitas
yang menyeluruh dari ilmu pengetahuan, kesenian, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat,
dan lain sebagainya, yang didapatkan oleh individu sebagai anggota masyarakat.” Melihat
perilaku manusia yang berbeda-beda, maka dibutuhkan psikologi yang dihubungkan dengan
budaya untuk menganalisis perilaku manusia dan proses mental seseorang itu apakah bersifat
universal ataukah culture spesific yang dialami orang- orang tertentu di budaya-budaya
tertentu.
Individu dan kebudayaan adalah suatu kesatuan yang terpisahkan, secara bersama-sama
menyusun sebuah kehidupan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya,
menjadi masyarakat. Dari masyarakat itu melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan
mengembangkan kebudayaan: tidak ada manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada
kebudayaan tanpa manusia; tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan
tanpa masyarakat. Oleh karena itu mempelajari psikologi budaya menjadi sangat penting.
Mengapa mempelajari psikologi budaya menjadi hal yang penting? Berdasarkan pendapat
Matsumoto dalam saliyo (2002) bahwa ada tiga kontribusi seseorang dalam mempelajari
perilaku manusia. Pertama, ilmu pengetahuan yang besar menanamkan persamaan dan
perbedaan perilaku dan inilah bentuk dari pengembangan teori psikologi. Kedua, studi
budaya yang utama adalah berpikir kritis di lapangan. Ketiga, penelitian dalam budaya
menyediakan penyesuaian-penyesuaian yang telah disediakan untuk kita yang dimungkinkan
bangunan psikologi yang universal untuk penyesuaian kehidupan yang lebih baik dalam
ranah pluralistik dan perbedaan budaya.
Untuk membahas kebudayaan, ada satu cakupan pengertian wujud dan isi kebudayaan yang
telah dipaparkan leh Koentjaraningrat dalam Yuliati. D (2007), yang telah merujuk pada
konsepsi Malinowski tentang unsur-unsur kebudayaan, yaitu “Bahasa, Sistem
pengetahuan, Sistem religi, Sistem mata pencaharian manusia, Sistem teknologi manusia,
Sistem kemasyarakatan, dan Kesenian. Disini kami ingin membahas salah satu unsurnya
yakni bahasa.” Di Indonesia terdapat beragam suku budaya disertai dengan bahasa yang
sangat beragam. Bahasa itu sendiri mencakup bahasa lisan dan tulisan yang memiliki fungsi
sebagai cara berinteraksi, dan merupakan salah satu tanda adanya budaya suatu peradaban.
Sebagai contoh dari penggunaan Bahasa dapat kita perhatikan pada masyarakat bersuku batak
yang umumnya berbicara dengan suara bervolume kencang dan sangatlah jelas dalam
pengucapan kata terlebih dalam melafalkan huruf vocal karena terdapat penekan dihuruf itu.
Bagi individu yang bukan suku batak seperti individu yang bersuku jawa yang memiliki cara
bicara yang sangat berbeda yakni berintonasi rendah ataupun individu bersuku sunda yang
memiliki kebiasaan berbicara seperti bernyanyi (mengeluarkan suara bernada) tentu akan
terkejut ketika mendengar individu batak yang sedang berbicara. Individu yang bukan
bersuku batak itu tentunya akan menganggap individu bersuku batak itu tidak sopan karena
terlihat seperti sedang marah. Padahal individu bersuku batak itu tidak bermaksud untuk
marah, namun memang sudah menjadi biasa berbicara seperti itu.
Perbedaan persepsi antara suku yang berbeda ini juga dapat terjadi pada hal lainnya. Sebagai
contoh saat individu bersuku batak meminta tolong dibelikan makanan rujak bebeg pada
individu bersuku sunda dapat terjadi kesalahan dalam membelikan makanan, dikarenakan
individu bersuku sunda itu mengira bahwa ia dimintai tolong untuk membeli rujak dan juga
daging bebek. Hal itu dapat terjadi karena penekanan huruf ‘e’ yang diucapkan orang bersuku
batak ini membuat salah paham orang yang bersuku sunda saat mendengarkan informasi yang
diberikan.
Untuk menghindari kesalapahaman dalam menjalani kehidupan ini diperlukan pemahaman
akan perilaku pada budaya yang berbeda-beda. Sehingga sungguhlah penting untuk kita
mempelajari psikologi budaya.

Daftar Pustaka
Guntara F., Fatchen A., & Ruja I.N. (2016). Kajian sosial-budaya rambut solo' Salam
pembentukan karate peserta didik. Jurnal pendidikan, 1, 155.
Saliyo (2002). Konsep diri dalam budaya jawa. Buletin Psikologi, 20, 27.
Yuliati, D. (2007). Kebudayaan local versus kebudayaan global: hidup atau mati. Jurnal
Sejarah Citra Lekha, 11, 1.

Anda mungkin juga menyukai