Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PROMOSI KESEHATAN

3.1 Rancanagan Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat


Pasar Cikurubuk Tasikmalaya
Untuk meningkatkan kesehatan dan kebersihan lingkungan serta masyarakat
pasar Cikurubuk maka diperlukan beberapa tindakan konkrit yang dilakukan,
salah satunya adalah memberikan edukasi seperti penyuluhan mengenai berbagai
penyakit yang kemungkinan dapat timbul akibat pengelolaan pasar yang tidak
bersih dan sehat.
3.1.1 Penyuluhan dan Promosi Kesehatan
Kondisi lingkungan dan para pedagang yang kurang bersih terutama
pedagang ikan dan cincau menjadi salah satu pemicu timbuknya penyakit tinea
pedis dan diare. Untuk menurunkan tingkat kejadian penyakit tersebut maka
dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan kesadaran masyrakat sekitar pasar cikurubuk (pedagang dan
pembeli) juga memberikan informasi tentang pencegahan, penanganan dan
pengobatan terhadap Diare dan Penyakit Kulit Tinea pedis, serta penyuluhan dan
simulasi perilaku hidup bersih

1. Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Penyakit
diare merupakan penmyakit endemis di Indonesia dan penyakit potensial KLB
yang sering disertai dengan kematian (Dirjen PP&PL, 2013). Angka prevalensi
diare di Indonesiamasih berfluktuasi.Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% -
18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di D.I.Yogyakarta
(4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD,
Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,Nusa Tenggara Barat,
Nus Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Sedangkan menurut data Riskesdas pada
tahun 2013 angka prevalensi mengalami penurunan sebesar (3,5%) untuk semua
kelompok umur.
Banyak hal yang menjadi penyebab diare seperti infeksi, alergi, malabsorbsi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab yang lainnya. Tetapi yang sering
ditemukan di lapangan yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi. Menurut
Soegeng (2002), bakteri yang sering menimbulkan diare adalah bakteri E.coli.
Selain bakteri E.coli pathogen, bakteri-bakteri lain tergolong
“nonpathogenic”seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphlococcus,
Streptococcus dan sebagainya menurut penyelidikan para ahli sering pula menjadi
penyebab diare.
Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah
Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan
sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI ekslusif
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang
disebabkan oleh penyakit diare (Departemen Kesehatan [Depkes], 2013).
Pencegahan lain yang dapat diakukan antara lain Mencuci tangan pakai sabun
dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang
air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum
menyiapkan makanan; Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah,
antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses
klorinasi; Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain); Membuang air besar dan air kecil pada
tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. Untuk
membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,
paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang
digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu
meringankan diare untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin,
pektin dan attapulgit aktif.
2. Tinea pedis
Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air adalah infeksi
dermatofita pada kaki, terutama pada sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis
merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi. Penyebabnya yang paling
sering adalah Trichophyton rubrum yang memberikan kelainan menahun. Paling
banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari
dan sela jari-jari lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terlihat
maserasi, berupa kulit putih dan rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini
dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah
diserang jamur (Siregar, 2005). Penyebab Tinea pedis berhubungan dengan
kebersihan dan kesehatan yang buruk. Salah satunya disebabkan karena kaki yang
sering berkeringat, kaos kaki yang kurang dijaga kebersihannya dan penggunaan
sepatu yang terlalu tertutup sehingga kondisi kaki menjadi lembab (Siregar,
2005).
Penyakit tinea pedis sering kambuh sehingga untuk menghindari faktor
risiko seperti kaus kaki yang digunakan, hendaknya dapat menyerap keringat dan
diganti tiap hari. Kaki harus bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup,
sepatu sempit, sepatu olah raga, dan sepatu plastik, terutama yang digunakan
sepanjang hari. Tidak bertelanjang kaki atau selalu memakai sandal sehingga
dapat menghindari kontak dengan jamur penyebab tinea pedis. Kaki dan sela jari
kaki dijaga agar selalu kering, terutama sesudah mandi dapat diberikan bedak
dengan atau tanpa anti jamur. Penggunaan bedak anti jamur juga dapat ditaburkan
dalam sepatu dan kaus kaki agar dapat mengurangi pertumbuhan jamur (Irianto,
2014). Untuk mencegah penularan juga harus selalu memakai sepatu jika ke
fasilitas umum seperti wc umum, kolam renang (Irianto, 2014).
Obat-obat anti-jamur dapat diberikan secara topikal (dioles), ada pula yang
tersedia dalam bentuk oral (obat minum). Jenis obat luar (salep) seringkali
digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas. Salep harus dioleskan pada kulit yang
telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur selama dua minggu, meskipun
lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan
kekambuhan. Karena jamur belum terbasmi dengan tuntas. Jika prosesnya cukup
luas, selain obat topikal, perlu ditambahkan obat minum, misalnya griseofulvin,
terbinafine, itraconazole, dll (Irianto, 2013).

3. PHBS
PHBS merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat
(kemenkes, 2016).
PHBS ini merupakan salah satu dasar penting yang harus dilakukan untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti diare dan Tinea pedis. Perilaku ini
dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat, dan
lingkungan sehat termasuk lingkungan pasar.

3.1.2 Perencanaan Pengelolaan Pasar Cikurubuk


Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi Pasar
Cikurubuk dapat berupa perbaikan kondisi fisik pasar maupun kondisi non-
fisiknya. Perbaikan kondisi fisik pasar meliputi bangunan pasar, dan seluruh
fasilitas di dalamnya seperti penyediaan air bersih kemudian kemudian
pembangunan MCK yang memadai, sedangkan perbaikan non-fisik dapat berupa
pengelolaan pasar, pengaturan kebijakan, serta penyuluhan kepada pedagang
Pasar Cikurubuk mengenai pemeliharaan pasar dan menjaga kesehatan pedagang
dan pembeli dari berbagai penyakit yang timbul akibat kegiatan atau lingkungan
pasar yang tidak sehat serta yang terpenting adalah menanamkan cinta terhadap
kebersihan dan kesehatan pada diri sendiri, dengan begitu kondisi pasar cikurubuk
yang sehat akan tercipta.
Untuk menjaga agar Pasar Cikurubuk dapat memiliki daya tarik dan
bertahan dengan semakin berkurangnya kualitas dan ketersediaan fasilitas
pendukung yang kurang memadai, dibutuhkan suatu arahan penataan yang dapat
digunakan sebagai arahan perbaikan kondisi Pasar Cikurubuk. Arahan penataan
Pasar Cikurubuk yang dibuat perlu didasarkan pada kebutuhan masyarakat agar
dapat lebih tepat sasaran. Dengan perumusan konsep penataan Pasar Cikurubuk
yang berorientasikan pada masyarakat sebagai penggunanya, diharapkan dapat
meningkatkan daya tarik dari Pasar Cikurubuk yang kemudian dapat
meningkatkan daya saing antara Pasar Cikurubuk dan pasar modern.

3.2 Rencana Program Kerja


Program kesehatan yang akan dilakukan adalah sebuah seminar kesehatan
mengenai Pengaruh Kebersihan Lingkungan terhadap Kesehatan Terutama untuk
Mengatasi diare dan tinea pedis di pasar cikurubuk Tasikmalaya. Berikut
merupakan rencana pembuatan seminar kesehatan yang dilakukan:

3.2.1.Latar Belakang Kegiatan


Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi
kesehatan kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kerja antara
lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis (Kurniawati, 2006). Pedagang
ikan adalah salah satu jenis pekerjaan yang sehari-harinya bekerja di tempat yang
lembab dan berhubungan langsung dengan air, serta selalu memakai sepatu yang
kedap udara dalam jangka waktu yang lama, sehingga memungkinkan untuk
tumbuhnya jamur pada kaki, selain itu tingkat kebersihan yang kurang
diperhatikan juga merupakan salah satu faktor penyebab tumbuhnya jamur.
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh
penjual dan pembeli pada waktu dan tempat tertentu. Keberadaan pasar tentu
sangat penting, selain sebagai penopang keberlangsungan ekonomi sebuah
bangsa, pasar juga memiliki peran penting dalam mendukung ekonomi dan
kemajuan masyarakat. Salah satu pasar yang ada di Tasikmalaya adalah pasar
cikurubuk, Pasar terbesar di Kota Tasikmalaya ini memiliki ratusan toko baik
yang sifatnya permanen ataupun yang semi permanen. Tentu semuanya
disesuaikan dengan jenis barang yang di jajakan di pasar ini. di Pasar Cikurubuk
terdapat sedikitnya (50) orang pedagang ikan yang menempati (60) kios tempat
berjualan ikan. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti terlihat
bahwa keadaan tempat berjualan di tiap kios ikan tersebut becek dan kotor serta
ada pedagang yang mengeluhkan gatal pada sela jari kaki dan telapak kaki yang
pecah-pecah. Kebanyakan pedagang ikan memakai sepatu boot yang kedap udara
dan dipakai pada waktu yang lama sehingga keadaan kaki yang memakai sepatu
tersebut menjadi lembab dan memungkinkan tumbuhnya jamur.
Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air adalah penyakit akibat
infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit pada jari-jari kaki, telapak kaki,
dan bagian lateral kaki. Penyebab penyakit ini adalah seluruh genus dermatofita
terutama Trichophyton rubrum, dan Trichophyton mentagrophytes. Namun
penyebab tersering yaitu, Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes,
dan Trichophyton epidermophyton floccosum. Penyakit ini merupakan penyakit
infeksi dermatofita yang sering terjadi (FKUI, 2008).
Faktor predisposisi berupa kaki yang selalu basah, baik oleh air (tukang
cuci), maupun oleh keringat (sepatu tertutup dan memakai kaos kaki) dengan
waktu yang lama. (FKUI, 2008). Selain karena pemakaian sepatu tertutup untuk
waktu yang lama, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit
karena mekanis, tingkat kebersihan perorangan, dan paparan terhadap jamur
merupakan faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tinea pedis. Kondisi
lingkungan yang lembab dan panas di sela-sela jari karena pemakaian sepatu yang
lembab, juga akan merangsang tumbuhnya jamur (Kurniawati, 2006).
Pasar cikurubuk juga merupakan tempat pedagang keliling berjualan,
biasanya para pedagang keliling tersebut mangkal dipasar cikurubuk, salah
satunya adalah pedagang cincau. Seperti yang kita ketahui bahwa cincau memiliki
berbagai warna ada cincau hitam, hijau, minyak dan cincau perdu (Pitojo dan
Zumiati, 2005).
Cincau merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari
masyarakat, banyak dimanfaatkan sebagai pencampur minuman segar seperti es
campur, rasanya cenderung tawar dengan aroma khas memberikan sensasi
tersendiri sebagai pelepas dahaga (Yulianto dkk, 2015). Namun cincau dapat
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Apabila terkontaminasi oleh bakteri,
salah satunya yaitu Escherichia coli.
Cincau hitam yang dijual di Pasar Cikurubuk Taskikmalaya diletakkan pada
wadah terbuka sehingga mudah terkena debu, selain itu mudah dihinggapi lalat
atau kecoa adapun pencemarannya dengan cara penularan secara mekanis, dimana
kulit tubuh dan kaki serangga yang kotor merupakan tempat menempelnya
mikroorganisme penyakit kemudian hinggap pada makanan oleh karena itu sangat
besar penyebaran penyakit yang dapat ditularkan melalui serangga (Komariah
dkk, 2010) dan umumnya kebersihan tempatnya kurang baik sehingga dapat
dicurigai ada bakteri Escherichia coli pada cincau tersebut.
Bakteri Escherichia coli merupakan flora normal didalam usus manusia dan akan
menimbulkan penyakit bila masuk kedalam organ atau jaringan lain, seperti infeksi
saluran kemih, penyakit diare, sepsis dan meningitis (Jawetz, 2007).
Dalam rangka memperoleh makanan dan minuman yang memenuhi syarat
maka perlu diadakan pengawasan terhadap higienitas dan sanitasi pengolahan,
mengingat bahwa makanan dan minuman adalah media yang potensial dalam
penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004).
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan
mortalitas pada anak usia kurang dari dua tahun di seluruh dunia terutama di
negara-negara berkembang, jumlah nya mendekati satu dalam lima orang, ini
menyebabkan kematian pada anak-anak melebihi AIDS dan malaria. Hampir satu
triliun dan 2,5 milyar kematian karena diare dalam dua tahun pertama kehidupan.
Diare juga menyebabkan 17% kematian anak balita di dunia.Tercatat 1,8 milyar
orang meninggal setiap tahun karena penyakit diare (termasuk kolera), banyak
yang mendapat komplikasi seperti malnutrisi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan
imun (WHO, 2009).

3.2.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan


1. Mensosialisasikan tentang pentingnya kebesihan dan kesehatan kepada
peserta seminar.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat atau peserta
seminar untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.
3. Memberikan informasi tentang pencegahan, penanganan dan
pengobatan terhadap penyakit diare dan Tinea pedis di lingkungan
pasar

3.2.3. Output
1. Peserta seminar mengetahui pentingnya kebesihan dan kesehatan.
2. Peserta seminar dapat menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan
sekitarnya.
3. Peserta seminar mengetahui pencegahan, penanganan dan pengobatan
terhadap penyakit diare dan tinea pedis di lingkungan pasar Cikurubuk
Tasikmalaya

3.2.4. Nama dan Bentuk Kegiatan


Nama Kegiatan : Seminar Kesehatan Atasi Penyakit Diare dan
Tinea Pedis serta meningkatkan PHBS
Tema Kegiatan : Pengaruh Kebersihan Lingkungan terhadap
Kesehatan Terutama untuk Mengatasi penyakit diare
dan Tinea pedis
Bentuk Kegiatan : Seminar

3.2.5. Tempat dan Waktu Kegiatan


Tanggal : 4 Oktober 2017 – 15 Oktober 2017
Waktu : 08.00 WIB – Selesai
Tempat : Gedung kecamatan Cihideung

3.2.6. Sasaran Kegiatan


Pedagang dan masyarakat sekitar pasar cikurubuk
3.2.7. Susunan Kegiatan
Penanggung
Waktu Kegiatan Respon
jawab
15 Pendahuluan a) Membalas Ketua
menit a) Pembukaan ketua panitia salam pelaksana
(salam) b) Mendengarkan
b) Menjelaskan tujuan c) Mendengarkan
c) Sambutan kepala desa d) Mendengarkan
d) Pembacaan doa dengan
e) Kontrak waktu khidmat
e) Memberi
respon
20 Penyampaian materi pertama a) Menyimak dan Ketua divisi
menit a) Menjelaskan pengertian, memahami acara
penyebab, tanda gejala, b) Mengajukan
upaya pencegahan dan pertanyaan
pengobatan dari penyakit c) Mendengarkan
Tinea pedis (pemateri 1) jawaban
b) Memberi kesempatan
bertanya
c) Menjawab pertanyaan
20 Penyampaian materi kedua a) Menyimak dan Ketua divisi
menit a) Menjelaskan pengertian, memahami acara
penyebab, tanda gejala, b) Menyimak dan
upaya pencegahan dan memahami
pengobatan dari penyakit c) Mengajukan
diare (pemateri 2) pertanyaan
b) Menjelaskan cara perilaku d) Mendengarkan
hidup bersih jawaban
c) Memberi kesempatan
bertanya
d) Menjawab pertanyaan
5 menit Penutup a) Aktif bersama Ketua divisi
a) Penyimpulkan hasil menyimpulkan acara
penyuluhan b) Membalas
b) Memberi salam penutup salam

3.2.8 Evaluasi

Evaluasi persiapan

a) Materi disiapkan dan dipelajari minimal sebelum hari H


b) Media dan alat yang diperlukan untuk kegiatan penyuluhan sudah disiapka
2 hari sebelum hari H
c) Undangan untup masyarakat beserta para ketua didaerah setempat (pak
lurah, pak camat, ibu pkk dll) sudah disampaikan 2 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan

Evaluasi proses

a) Peserta penyuluhan atau seminar memperhatikan penjelasan yang


diberikan penyaji
b) Peserta aktif bertanya
c) Media dapat digunakan secara efektif

Evaluasi hasil

a) Menyebutkan kembali pengertian Tinea pedis, diare dan PHBS


b) Menyebutkan kembali penyebab, tanda dan gejala Tinea pedis dan diare
c) Menyebutkan kembali upaya pencegahan dan pengobatan Tinea pedis dan
diare

3.2.9 Susunan Kepanitiaan

Penanggung jawab : Agi Meisarani, S.Farm

Ketua : Nujaimah, S.Farm

Sekretaris : Flamboyan Ayu S.K, S.Farm

Bendahara :Henny Aryani, S.Farm

Sie Acara :Linda A, S.Farm

Sie Humas :Nunung Nurjanah, S.Farm

Bekerja sama dengan aparat pemerintah setempat, karang taruna serta ibu-ibu
PKK yang berada didaerah pasar cikurubuk.

3.2.10 Estimasi Biaya

Renacana Pemasukan

a) Rektorat Universitas padjadjaran =Rp 700.000


b) Fakultas Farmasi Universitas padjadjaran =Rp 800.000
c) Donatur =Rp 500.000
Total Pemasukan =Rp 2000.000

Rencana Pengeluaran

NO URAIAN RINCIAN JUMLAH


BELANJA PEGAWAI
1 Honor pembiacara (2 2 x Rp 200.000 Rp 400.000
orang)
2 Kader dari 11 x Rp 40.000 Rp 440.000
puskesmas /tokoh
masyarakat
3 Aparat 1 x Rp 30.000 Rp 30.000
BELANJA BARANG
4 Bingkisan 3 buah x Rp 45.000 Rp 135.000
5 Battery energizer 1 buah x Rp 11.000 Rp 11.000
6 Banner 1 buah x Rp 100.000 Rp 100.000
7 Leaflet 100 lembar x Rp 1000 Rp 100.000
BELANJA LAINNYA
8 Air mineral 2 dus x Rp 15.000 Rp 29.000
9 Snack total peserta 70 kotak x Rp 10.000 Rp 700.000
10 Snack pemateri 2 buah x Rp 20.000 Rp 40.000
11 Air mineral botol 5 buah x Rp 3000 Rp 15.000
Total Rp 2.000.000

SALDO

 Pemasukan : Rp 2000.000
 Pengeluaran : Rp 2.000.000
Rp 0
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Parasitologi FKUI. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi


4. Penerbit : Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Depkes, RI. 2004. KepMenKes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang


Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta. Falamy, Ryan
dkk. 2012. Deteksi Bakteri Coliform pada Jajanan Pasar Cincau Hitam di
Pasar Tradisional dan Swalayan Kota Bandar Lampung. Medical Journal
of Lampung University. ISSN 2337-3776: 4.

Dirjen PP&PL. 2013. Profil Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan


Tahun 2012. Dikutip dari: http://www.tbindonesia.or.id/pdf/profilpppl2012-
130917032535-phpapp02.pdf. [Diakes pada tanggal 23 September 2017]

Irianto, K. 2014. Bakteiologi Medis, Mikologi Meis, dan Virologi Medis.


Bandung : Alfabeta

Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta.

Jawetz, Melnick & Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta:
EGC.

Komariah, K., Pratita, S., & Malaka, T. 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal
Kesehatan Bina Husada. Vol. 6 No. 1, 40

Kurniawati, R. 2006. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian Tinea


Pedis pada pemulung di TPA Jatibarang. Semarang.

Pitojo, S., Zumiati. 2005. Cincau Cara Pembuatan dan Variasi Olahannya.
Jakarta: Agromedia Pustaka.

Siregar. 2005. Penyakit Jamur Kulit . Jakarta : EGC Lia Astika Sari.

Soegeng, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak-Diagnosa dan Penatalaksanaan. Penerbit


Salemba Medika. Jakarta.

World Health Organization. 2009. Diarhorreal Disease. Available from :


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ [Diakses 23
September 2017].
Yulianto, dkk. 2015 Peningkatan Produktivitas Industri Kecil Menengah Cincau
Hitam Melalui Penerapkembangan Alat Pemeras Hidraulik Press. ISBN
978-602-99334-4-4 : 59

Anda mungkin juga menyukai