PROMOSI KESEHATAN
1. Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Penyakit
diare merupakan penmyakit endemis di Indonesia dan penyakit potensial KLB
yang sering disertai dengan kematian (Dirjen PP&PL, 2013). Angka prevalensi
diare di Indonesiamasih berfluktuasi.Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% -
18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di D.I.Yogyakarta
(4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD,
Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,Nusa Tenggara Barat,
Nus Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, Papua Barat dan Papua). Sedangkan menurut data Riskesdas pada
tahun 2013 angka prevalensi mengalami penurunan sebesar (3,5%) untuk semua
kelompok umur.
Banyak hal yang menjadi penyebab diare seperti infeksi, alergi, malabsorbsi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab yang lainnya. Tetapi yang sering
ditemukan di lapangan yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi. Menurut
Soegeng (2002), bakteri yang sering menimbulkan diare adalah bakteri E.coli.
Selain bakteri E.coli pathogen, bakteri-bakteri lain tergolong
“nonpathogenic”seperti Pseudomonas, Pyocianeus, Proteus, Staphlococcus,
Streptococcus dan sebagainya menurut penyelidikan para ahli sering pula menjadi
penyebab diare.
Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah
Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan
sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI ekslusif
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang
disebabkan oleh penyakit diare (Departemen Kesehatan [Depkes], 2013).
Pencegahan lain yang dapat diakukan antara lain Mencuci tangan pakai sabun
dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang
air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum
menyiapkan makanan; Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah,
antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses
klorinasi; Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain); Membuang air besar dan air kecil pada
tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. Untuk
membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,
paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang
digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu
meringankan diare untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin,
pektin dan attapulgit aktif.
2. Tinea pedis
Tinea pedis atau yang lebih dikenal dengan kutu air adalah infeksi
dermatofita pada kaki, terutama pada sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis
merupakan infeksi jamur yang paling sering terjadi. Penyebabnya yang paling
sering adalah Trichophyton rubrum yang memberikan kelainan menahun. Paling
banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari
dan sela jari-jari lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terlihat
maserasi, berupa kulit putih dan rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini
dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah
diserang jamur (Siregar, 2005). Penyebab Tinea pedis berhubungan dengan
kebersihan dan kesehatan yang buruk. Salah satunya disebabkan karena kaki yang
sering berkeringat, kaos kaki yang kurang dijaga kebersihannya dan penggunaan
sepatu yang terlalu tertutup sehingga kondisi kaki menjadi lembab (Siregar,
2005).
Penyakit tinea pedis sering kambuh sehingga untuk menghindari faktor
risiko seperti kaus kaki yang digunakan, hendaknya dapat menyerap keringat dan
diganti tiap hari. Kaki harus bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup,
sepatu sempit, sepatu olah raga, dan sepatu plastik, terutama yang digunakan
sepanjang hari. Tidak bertelanjang kaki atau selalu memakai sandal sehingga
dapat menghindari kontak dengan jamur penyebab tinea pedis. Kaki dan sela jari
kaki dijaga agar selalu kering, terutama sesudah mandi dapat diberikan bedak
dengan atau tanpa anti jamur. Penggunaan bedak anti jamur juga dapat ditaburkan
dalam sepatu dan kaus kaki agar dapat mengurangi pertumbuhan jamur (Irianto,
2014). Untuk mencegah penularan juga harus selalu memakai sepatu jika ke
fasilitas umum seperti wc umum, kolam renang (Irianto, 2014).
Obat-obat anti-jamur dapat diberikan secara topikal (dioles), ada pula yang
tersedia dalam bentuk oral (obat minum). Jenis obat luar (salep) seringkali
digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas. Salep harus dioleskan pada kulit yang
telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur selama dua minggu, meskipun
lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan
kekambuhan. Karena jamur belum terbasmi dengan tuntas. Jika prosesnya cukup
luas, selain obat topikal, perlu ditambahkan obat minum, misalnya griseofulvin,
terbinafine, itraconazole, dll (Irianto, 2013).
3. PHBS
PHBS merupakan perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat
(kemenkes, 2016).
PHBS ini merupakan salah satu dasar penting yang harus dilakukan untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti diare dan Tinea pedis. Perilaku ini
dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa sehat, dan
lingkungan sehat termasuk lingkungan pasar.
3.2.3. Output
1. Peserta seminar mengetahui pentingnya kebesihan dan kesehatan.
2. Peserta seminar dapat menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan
sekitarnya.
3. Peserta seminar mengetahui pencegahan, penanganan dan pengobatan
terhadap penyakit diare dan tinea pedis di lingkungan pasar Cikurubuk
Tasikmalaya
3.2.8 Evaluasi
Evaluasi persiapan
Evaluasi proses
Evaluasi hasil
Bekerja sama dengan aparat pemerintah setempat, karang taruna serta ibu-ibu
PKK yang berada didaerah pasar cikurubuk.
Renacana Pemasukan
Rencana Pengeluaran
SALDO
Pemasukan : Rp 2000.000
Pengeluaran : Rp 2.000.000
Rp 0
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta:
EGC.
Komariah, K., Pratita, S., & Malaka, T. 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal
Kesehatan Bina Husada. Vol. 6 No. 1, 40
Pitojo, S., Zumiati. 2005. Cincau Cara Pembuatan dan Variasi Olahannya.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Siregar. 2005. Penyakit Jamur Kulit . Jakarta : EGC Lia Astika Sari.