Anda di halaman 1dari 20

ASTROFISIKA

Tujuan Instruksional Umum (TIU)


• Setelah mempelajari materi ini peserta mampu
memahami:
1. Hukum Planck, pengertian intensitas dan fluks
pancaran
2.Besaran-besaran yang digunakan dalam
astrofisika
 sistem magnitudo dan kaitannya dengan jarak,
temperatur, luminositas dan fluks pancaran bintang
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

• Setelah mempelajari materi ini peserta dapat


memahami, mengenal, dan mampu
menjelaskan hubungan antara magnitudo,
jarak, temperatur, luminositas dan fluks
pancaran bintang, serta mampu mengerjakan
soal-soal yang berhubungan dengan materi di
atas.
 Keingintahuan manusia akan alam semesta selalu
bertambah dari waktu-ke-waktu. Manusia tidak
hanya sekedar mengikuti aneka gerak dan
penampakan benda-benda langit, tetapi juga
berusaha mengetahui hakekat benda-benda langit
tersebut.
 Dengan ditunjang perkembangan ilmu pengetahuan,
terutama fisika dan matematika, manusia berusaha
mengetahui bagaimana benda langit itu terbentuk
dan berkembang
 Dari sinilah berkembang Astrofisika atau Fisika
Bintang, yaitu penerapan ilmu fisika pada alam
semesta.
Untuk mempelajari benda-benda langit, informasi yang
diterima hanyalah berupa seberkas cahaya

Cahaya (gelombang elektromagnet)

Pancaran gelombang elektromagnet dapat dibagi dalam


beberapa jenis, bergantung pada panjang gelombangnya
()
1. Pancaran gelombang radio, dengan  antara
beberapa milimeter sampai 20 meter
2. Pancaran gelombang inframerah, dengan  sekitar
7500 Å hingga sekitar 1 mm (1 Å = 1 Angstrom = 10-8
cm)
3. Pancaran gelombang optik atau pancaran kasatmata
dengan  sekitar 3 800Å sampai 7 500 Å

Panjang gelombang optik terbagi atas beraneka warna :


 merah  : 6 300 – 7 500 Å
 merah oranye  : 6 000 – 6 300 Å
 oranye  : 5 900 – 6 000 Å
 kuning  : 5 700 – 5 900 Å
 kuning hijau  : 5 500 – 5 700 Å
 hijau  : 5 100 – 5 500 Å
 hijau biru  : 4 800 – 5 100 Å
 biru  : 4 500 – 4 800 Å
 biru ungu  : 4 200 – 4 500 Å
 ungu  : 3 800 – 4 200 Å
4. Pancaran gelombang ultraviolet, sinar X dan sinar 
mempunyai < 3 500 Å
Cahaya masuk kebumi mendapat gangguan oleh:
teleskop optik
teleskop radio balon, satelit satelit balon, satelit

ozon (O3)

molekul ,atom, inti atom

molekul (H2O, CO2)


Dengan mengamati pancaran gelombang elektromagnet
kita dapat mempelajari beberapa hal yaitu,

 Arah pancaran. Dari pengamatan kita dapat menga-


mati letak dan gerak benda yang memancarkannya
 Kuantitas pancaran. Kita bisa mengukur kuat atau
kecerahan pancaran
 Kualitas pancaran. Dalam hal ini kita bisa mempelajari
warna, spektrum maupun polarisasinya
Pembahasan meliputi:

• 1.Hukum Pancaran.ppt
• 2.Besaran Astrofisika.ppt
• 3.Fotometri Bintang.ppt
• 4.Evolusi Bintang.ppt
PERCOBAAN

• ..\CLEA\Clea_pho.exe
KESIMPULAN
Luminositas L = 4 R 2 T4

Intensitas spesifik B(T) = I

1 cm
1 cm

Fluks F = T4

Fluks pada jarak d : d


Energi yang melewati
1 cm sebuah permukaan bola
yang beradius d per detik L
1 cm
E=
per cm2 4  d2
Bintang sebagai Benda
Hitam
Bintang dapat dianggap sebagai benda hitam. Hal ini bis dilihat dalam
gambar di bawah bahwa distribusi energi bintang kelas O5 dengan
Tef = 54 000 K sama dengan distribusi energi benda hitam yang
temparaturnya T = 54 000 K.
1.80
1.60
1.40 Black Body
T = 54 000 K
1.20
Intensitas

1.00
0.80
0.60
0.40
0.20 Bintang Kelas O5
Tef = 54 000 K
0.00
0.35 0.45 0.55 0.65 0.75 0.85
Panjang Gelombang ( m )
Oleh karena itu semua hukum-hukum yang berlaku
pada benda hitam, berlaku juga untuk bintang.

 Intensitas spesifik ( I ): 2 h c2 1
B (T) =
5 ehc/kT - 1

Jumlah energi yang dipancarkan bintang pada arah


tegak lurus permukaan per cm2 per detik per steradian
 Fluks (F) : F =  B(T) (F=I )
F = 
L
F=
4R2
Jumlah energi yang dipancarkan oleh setiap cm2
permukaan bintang per detik ke semua arah
 Luminositas (L) : L = 4  R2 ef
Energi yang dipancarkan oleh seluruh permukaan
bintang yang beradius R dan bertemperatur Tef per
detik ke semua arah
 Fluks pada jarak d (E) : E = L
4  d2
Energi bintang yang diterima/melewati permukaan
pada jarak d per cm2 per detik (E)
 Pers. ini disebut juga hukum kuadrat kebalikan
(invers square law) untuk kecerlangan (brightness).
Karena pers. ini menyatakan bahwa kecerlangan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya
 Makin jauh sebuah bintang, makin redup
cahayanya
Contoh :
Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan
dengan kererlangan semula apabila jaraknya dijauhkan 3
kali dari jarak semula.
Jawab :
Misalkan dA jarak semula dan kecerlangannya adalah EA.
Jarak sekarang adalah dB = 3 dA dan kererlangannya
adalah EB. Jadi,
L
EA = 2 2
4  dA2 d d 1
EB = EA A = EA A = EA
L d 3d 9
EB = B A
4  dB2
Jadi setelah jaraknya dijauhkan 3 kali dari jarak semula,
maka kecerlangan bintang menjadi lebih redup sebesar
1/9 kali kecerlangan semula.
Contoh :
Bumi menerima energi dari matahari sebesar 1380 W/m2.
Berapakah energi dari matahari yang diterima oleh
planet Saturnus, jika jarak Matahari-Saturnus adalah 9,5
AU ?.
Jawab :
Misalkan energi matahari yang diterima di Bumi adalah EB
= 1380 W/m2 dan jarak Bumi-Matahari adalah dB = 1 AU.
Misalkan energi matahari yang diterima di Saturnus
adalah ES dan jarak Saturnus-Matahari adalah dS = 9,5 AU.
Jadi
2 2
ES = EB dB = 1380 1 = 15,29 W/m2
dS 9,5
Soal :
Dalam tabel bawah ini terdapat data magnitudo dari lima buah
bintang. Tentukanlah bintang nomor berapa saja yang bisa diamati
dengan mata telanjang di malam yang gelap ? Tentukan juga
bintang mana yang paling terang dan bintang mana yang paling
lemah, jelaskanlah.

No. Magnitudo
1 6,5
2 5,2
3 7,3
4 -2,5
5 2,7
TUGAS

• Hitung Magnitudo Gugusan Bintang


Pleiades dengan menggunakan percobaan
Photometri dari CLEA
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. Djoni N Dawanas, 2004, Sistem Magnitudo


dan Paralaks Trigonometri, Pelatihan Astronomi untuk
Dosen / Guru SMP dan SMA, Lembang Bandung
2. Dr. Winardi Sutantyo, 2004, Fisika Bintang, Pelatihan
Astronomi untuk Dosen / Guru SMP dan SMA, Lembang
Bandung

Anda mungkin juga menyukai