Anda di halaman 1dari 138

Modul Diklat Guru Pembelajar Agribisnis Perbenihan dan

Kultur Jaringan Tanaman


KK A

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DALAM APKJT
(K3)

OLEH
IR. HERU SUGITO, MP

EDITOR

IR. ERINA SULISTIANI, MSI

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PERTANIAN CIANJUR
2016

1
KATA PENGANTAR

Profesi guru dan tenaga kependidikan harus dihargai dan dikembangkan sebagai
profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru dan tenaga
kependidikan merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu
“Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Untuk itu guru dan tenaga
kependidikan yang profesional wajib melakukan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi
pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan
tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan,
dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi
yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang
dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik
secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat
dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan
guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK
KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut
memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul
merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh
peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Kegiatan PKB dilaksanakan oleh guru dan tenaga kependidikan didasarkan profil
kinerja guru dan tenaga kependidikan sebagai hasil dari pelaksanaan uji
kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Hasil uji kompetensi ini menentukan
kegiatan PKB guru yang harus dilaksanakan dan didukung dengan modul-modul
sesuai dengan kebutuhan pelatihan guru.

2
Kegiatan PKB adalah kegiatan keprofesian yang wajib dilakukan secara terus
menerus oleh guru dan tenaga kependidikan agar kompetensinya terjaga dan
terus ditingkatkan. Kegiatan PKB sesuai yang diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Negara dan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
terdiri dari 3 (tiga) kegiatan yaitu: (1) Kegiatan Pengembangan Diri; (2) Karya
Ilmiah; (3) Karya Inovatif. Kegiatan Pengembangan diri meliputi kegiatan diklat
dan kegiatan kolektif guru.
Kegiatan pengembangan diri melalui diklat dibagi dalam 4 (empat) jenjang diklat
baik yang dilakukan melalui diklat oleh lembaga pelatihan tertentu maupun
melalui kegiatan kolektif guru. Diklat jenjang dasar terdiri atas 5 (lima) KK, yaitu
KK A s.d E, diklat jenjang lanjut terdiri atas 2 (dua) KK, yaitu KK F dan G, diklat
menegah terdiri atas 2 (dua) grade, yaitu KK H dan I dan diklat jenjang tinggi
adalah KK J.

3
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pengguna
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut,
resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekejaan dikatakan nyaman
jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa
nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian
segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian
juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat
dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penyerasian
peralatan kerja / mesin / instrumen, dan karakteristik manusia yang
menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di
sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik,
daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja
dan keselamatan kerja yang tinggi.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat mampu :

1. Menjelaskan konsep dan peraturan K3 dalam kegiatan agribisnis


perbenihan dan kultur jaringan tanaman
2. Menjelaskan prosedur K3 dalam kegiatan agribisnis perbenihan dan
kultur jaringan
3. Menerapkan K3 dalam kegiatan agribisnis perbenihan dan Kultur
Jaringan Tanaman

4
4. Menerapkan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis
kecelakaan
5. Mengolah limbah agribisnis perbenihan dan kultur jaringan tanaman

C. Peta Kompetensi
Pemetaan kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul
diklat agribisnis perbenihan dan kultur jaringan merujuk pada kompetensi
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang didasarkan pada analisis
kompetensi pedagogi dan analisis kompetensi profesional. Pemetaan
kompetensi dihasilkan melalui analisis pencapaian kompetensi dengan
membuat diagram pencapaian kompentensi. Pemetaan Kompetensi Modul
Diklat PKB Guru Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan SMK Pertanian
pada kesempatan ini hanya difokuskan pada analisis pencapaian
kompetensi professional sebagai berikut.

Jenjang Sekolah : SMK


Mata Pelajaran :-
Bidang Keahlian : Agribisnis dan Agroteknologi
Program Keahlian : Agribisnis Produksi Tanaman
Paket Keahlian : Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan
Kompetensi Utama : Profesional

KOMPETENSI KOMPETENSI KELOM- NAMA


GURU MATA IPK ESENSIAL POK MODUL
INTI GURU KOM-
PELAJARAN PKB
PETENSI
Menguasai 20.1. 20.1.1 1 Modul
materi, Guru
Menerapkan Menjelaskan konsep
struktur, Pembelajar
K3 dalam dan peraturan K3 dalam
konsep, dan Agribisnis
kegiatan kegiatan agribisnis
pola pikir Perbenihan
agribisnis perbenihan dan kultur
keilmuan yang dan Kultur
perbenihan jaringan tanaman
mendukung Jaringan
dan kultur
mata pelajaran Kelompok
jaringan
yang diampu Kompetensi
tanaman.
1
20.1.2 1
Menjelaskan prosedur
K3 dalam kegiatan

5
agribisnis perbenihan
dan kultur jaringan
20.1.3 1
Menerapkan K3 dalam
kegiatan agribisnis
perbenihan dan Kultur
Jaringan Tanaman
20.1.4 1
Menerapkan
pertolongan pertama
pada kecelakaan sesuai
dengan jenis
kecelakaan
20.2. 20.2.1 1
Menerapkan Menerapkan green
prinsip school
pelestarian
lingkungan.
20.2.2
Mengolah limbah 1
agribisnis perbenihan
dan kultur jaringan
tanaman
20.4. 20.4.1. 2
Menggunakan Mengidentifikasi jenis, Modul Guru
alat dan mesin bagian, dan fungsi alat Pembelajar
agribisnis agribisnis perbenihan Agribisnis
perbenihan dan kultur jaringan Perbenihan
dan kultur dan Kultur
jaringan Jaringan
tanaman. Kelompok
20.4.2 2 Kompetensi
Menjelaskan prinsip 2
kerja alat dan mesin
agribisnis perbenihan
dan kultur jaringan
tanaman
20.4.3 2
Mengoperasikan alat
dan mesin agribisnis
perbenihan dan kultur
jaringan tanaman
20.4.4 2
Merawat alat dan
mesin agribisnis dan
perbenihan tanaman
20.5. 20.5.1 3
Menerapkan Mempersiapkan lahan Modul Guru
teknik produksi penanaman pada Pembelajar
tanaman. kegiatan produksi Agribisnis
tanaman Perbenihan
dan Kultur
20.5.2 3 Jaringan
Membibitkan tanaman Kelompok
pada kegiatn produksi Kompetensi

6
tanaman 3
20.5.3 3
Menanam benih/bibit
tanaman pada
kegiatan produksi
tanaman
20.5.4 3
Mengairi tanaman
pada kegiatan
produksi tanaman
20.5.5 3
Memupuk tanaman
pada kegiatan
produksi tanaman
20.5.6 3
Mengendalikan
organisme
penggannggu
tanaman pada
kegiatan produksi
tanaman
20.5.7 3
Memberi perlakuan
khusus pada kegiatan
produksi tanaman
20.5.8 3
Memanen dan
menangani hasil
panen pada kegiatan
produksi tanaman
20.6. 20.6.1 4
Memproduksi Mempersiapkan lahan Modul Guru
benih penanaman pada Pembelajar
tanaman. kegiatan produksi Agribisnis
benih tanaman Perbenihan
20.6.2 4 dan Kultur
Membibitkan tanaman Jaringan
pada kegiatan Kelompok
produksi tanaman Kompetensi
20.6.3 4 4
Menanam benih/bibit
pada kegiatan
produksi benih
tanaman
20.6.4 4
Mengairi tanaman
pada kegiatan
produksi benih
20.6.5 4
Memupuk tanaman
pada kegiatan
produksi tanaman
20.6.6 4
Memelihara kemurnian
genetis benih (isolasi

7
dan roguing) pada
kegiatan produksi
benih tanaman
20.6.7 4
Menyerbukan tanaman
secara buatan pada
kegiatan produksi
tanaman
20.6.8 4
Mengendalikan
organisme
pengganggu tanaman
pada kegiatan
produksi benih
tanaman
20.6.9 4
Memberi perlakuan
khusus pada tanaman
pada kegiatan
produksi tanaman
20.6.10 4
Memanen dan
menangani hasil
panen pada kegiatan
produksi benih
tanaman
20.6.11 4
Mensertifikasikan
benih hasil produksi
pada kegiatan
produksi benih
tanaman
20.7. 20.7.1. 5
Mengolah, Mempersiapkan Modul Guru
mengeringkan sarana dan prasarana Pembelajar
dan pengolahan benih Agribisnis
menyimpan Perbenihan
benih dan Kultur
20.7.2. 5 Jaringan
Mengolah/mengekstra Kelompok
k benih berdasarkan Kompetensi
metode yang sesuai 5
dengan karakteristik
bahan benih
20.7.3. 5
Membersihkan,
memilah dan
mengeringkan benih
tanaman
20.7.4. 5
Mengemas benih
tanaman sesuai
dengan jenis dan
karakteristik benih
tanaman, alat

8
pengemas dan bahan
pengemasnya
20.7.5. 5
Menyimpan benih
tanaman berdasarkan
karakteristik dan umur
benih
20.8. 20.8.1. 6
Menguji mutu Mengambil contoh Modul Guru
benih benih tanaman dari lot Pembelajar
tanaman. benih tanaman Agribisnis
20.8.2. 6 Perbenihan
Menganalisis dan Kultur
kemurnian fisik benih Jaringan
tanaman Kelompok
20.8.3 6 Kompetensi
Menetapkan berat 6
1000 butir benih
20.8.4. 6
Menetapkan kadar air
benih tanaman
20.8.5. 6
Menguji daya
berkecambah benih
tanaman
20.8.6. 6
Menguji kesehatan
benih
20.8.7. 6
Mengadministrasikan
kegiatan pengujian
mutu benih tanaman
20.9. 20.9.1. 7
Mengkulturkan Mempersiapkan alat Modul Guru
jaringan dan bahan pada Pembelajar
tanaman kegiatan kultur Agribisnis
pangan dan jaringan tanaman Perbenihan
hortikultura pangan dan dan Kultur
hortikultura Jaringan
20.9.2. 7 Kelompok
Kompetensi
Mengambil bahan 7
tanam dari benih
sumber pada kegiatan
kultur jaringan
tanaman pangan dan
hortiukultura.
20.9.3. 7
Mempersiapkan media
kultur jaringan
tanaman pangan dan
hortikultura
20.9.4. 7
Menanam/menginokul
asi eksplan pada

9
kegiatan kultur
jaringan tanaman
pangan dan
hortikultura
20.9.5. 7
Mensubkultur planlet
pada kegiatan kulltur
jaringan tanaman
pangan dan
hortikultura
20.9.6. 7
Memelihara kultur
pada kegiatan kultur
jaringan tanaman
pangan dan
hortikultura
20.9.7. 7
Mengaklimatisasi
planlet pada kegiatan
kultur jaringan
tanaman pangan dan
hortikultura
20.10. 20.10.1. 8 Modul Guru
Mengkulturkan Mempersiapkan alat Pembelajar
jaringan dan bahan pada Agribisnis
tanaman kegiatan kultur Perbenihan
perkebunan jaringan tanaman dan Kultur
perkebunan Jaringan
20.10.2. 8 Kelompok
Mengambil bahan Kompetensi
tanam dari benih 8
sumber pada kegiatan
kultur jaringan
tanaman perkebunan
20.10.3. 8
Mempersiapkan media
kultur jaringan
tanaman perkebunan
20.10.4. 8
Menanam/menginokul
asi eksplan pada
kegiatan kultur
jaringan tanaman
perkebunan
20.10.5. 8
Mensubkultur planlet
pada kegiatan kulltur
jaringan tanaman
perkebunan
20.10.6. Memelihara 8
kultur pada kegiatan
kultur jaringan
tanaman perkebunan
20.10.7. 8
Mengaklimatisasi

10
planlet pada kegiatan
kultur jaringan
tanaman perkebunan
20.11. 20.11.1. 9
Memasarkan Menelaah aspek pasar Modul Guru
hasil produksi produk agribisnis Pembelajar
agriisnis perbenihan dan kultur Agribisnis
perbenihan jaringan tanaman Perbenihan
dan kultur dan Kultur
jaringan Jaringan
tanaman Kelompok
20.11.2. 9 Kompetensi
Menerapkan konsep 9
pemasaran produk
agribisnis perbenihan
dan kultur jaringan
tanaman
20.11.3. 9
Menerapkan strategi
pemasaran produk
agribisnis perbenihan
dan kultur jaringan
tanaman
20.12. 20.12.1. 9
Mengelola Merencanakan
kegiatan kegiatan usaha
usaha agribisnis perbenihan
agribisnis dan kultur jaringan
perbenihan tanaman
dan kultur
jaringan
tanaman
20.12.2. 9
Melaksanakan tata
kelola kegiatan usaha
agribisnis perbenihan
dan kultur jaringan
tanaman sayuran/
buah semusim
20.12.3. 9
Mengevaluasi kegiatan
usaha agribisnis
perbenihan dan kultur
jaringan tanaman
20.13. 20.13.1. 10
* Mengembang Modul Guru
Mendisain
kan teknik Pembelajar
laboratorium kultur
produksi benih Agribisnis
jaringan tanaman
dan Kultur Perbenihan
Jaringan dan Kultur
Ttanaman Jaringan
20.13.2. 10 Kelompok
Mendesain tata letak Kompetensi
Peralatan 10
Laboratorium Kultur

11
Jaringan Tanaman

20.13.3. 10
Mendisain
Laboratorium
Pengujian Mutu Benih
Tanaman

20.13.4. 10
Mendisain tata letak
Peralatan Pengujian
Mutu Benih Tanaman

20.13.5.
Tata Tertib
Laboratorium Kultur
Jaringan dan
Pengujian Mutu Benih
Tanaman
20.13.6.
Manajemen Usaha
Perbenihan Tanaman
20.13.7.
Menciptakan Jenis/
Varietas Tanaman
Baru dari Kegiatan
Produksi Benih
Keterangan: *) adalah modul guru pembelajar yang sedang Anda pelajari

D. Ruang Lingkup

Modul Guru Pembelajar Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan Tanaman


Kelompok Kompetensi 10 merupakan salah satu modul dari 10 Modul Guru
Pembelajar Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan Tanaman dengan
masing-masing modul diberi Kelompok Kompetensi A – J. Modul ini
membahas tentang sejumlah kompetensi yang diturunkan dari indikator
kompetensi esensial/indikator pencapaian kompetensi yang merupakan
penjabaran dari standar kompetensi guru mata pelajaran. Kompetensi guru
mata pelajaran ini merupakan penjabaran dari kompetensi inti guru,
selanjutnya kompetensi initi guru ini merupakan hasil penjabaran
kompetensi utama guru mata pelajaran Agribisnis Perbenihan dan Kultur
Jaringan Tanaman. Modul ini membahas tentang sejumlah materi pada
kompetensi – kompetensi yang diklasterkan kedalam klaster kompetensi
disain laboratorium pengujian mutu benih dan kultur jaringan tanaman.

12
Ruang lingkup pokok-pokok bahasan materi pembelajaran dalam modul ini
meliputi:
1. Kegiatan Pembelajaran 1. Menjelaskan konsep dan peraturan K3 dalam
kegiatan agribisnis perbenihan dan kultur jaringan tanaman
2. Kegiatan Pembelajaran 2. Menjelaskan prosedur K3 dalam kegiatan
agribisnis perbenihan dan kultur jaringan
3. Kegaiatan Pembelajaran 3. Menerapkan K3 dalam kegiatan agribisnis
perbenihan dan Kultur Jaringan Tanaman
4. Kegiatan Pembelajaran 4. Menerapkan pertolongan pertama pada
kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan
5. Kegiatan Pembelajaran 5. Mengolah limbah agribisnis perbenihan dan
kultur jaringan tanaman

E. Saran Cara Penggunaan Modul


Penjelasan bagi peserta diklat dalam memperoleh layanan pembelajaran
dengan modul ini antara lain:

1. Langkah-langkah belajar yang ditempuh


Peserta diklat memperoleh penjelasan mengenai ruang lingkup materi,
kriteria keberhasilan penguasaan kompetensi, dan strategi
pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Penguasaan konsep
Peserta diklat melaksanakan tugas yang diberikan pengajar (Guru) untuk
mempelajari buku teks secara mandiri diluar jam tatap muka, selanjutnya
secara berkelompok peserta diklat ditugaskan melakukan diskusi (topik
minimal mengacu pada lembar informasi yang telah didesain dalam buku
teks dan apabila masih dirasa kurang dapat dikembangkan untuk
menyamakan persepsi terhadap konsep dasar yang dipelajari).
Kegiatan diskusi ini dipandu oleh pengajar. Setelah diskusi, pengajar
menugaskan peserta diklat melakukan presentasi hasil diskusi secara
bergantian, kelompok lain dapat mengajukan pertanyaan, saran atau
menambahkan. Selanjutnya pengajar menugaskan peserta diklat secara
berkelompok memperbaiki hasil diskusi berdasarkan saran/masukan dari
kelompok lainnya atau saran dari pengajar

13
3. Pengenalan fakta
Peserta diklat memperoleh arahan untuk melakukan observasi
pengenalan fakta di masyarakat. Melalui pengenalan fakta ini
diharapkan dapat mengetahui sikap apa yang dapat dipelajari dari
aktivitas masyarakat dalam rangka memperkaya konsep yang sedang
dipelajari, atau bagaimana menggunakan konsep yang sedang dipelajari
untuk kinerja masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.

4. Refleksi
Peserta diklat menyusun refleksi apa yang akan dilaksanakan terhadap
kompetensi dasar/kompetensi yang sedang dipelajari berdasarkan hasil
kajian konsep dasar dan fakta yang ada di masyarakat.

5. Menyusun analisis dan sintesis


Peserta diklat melakukan analisis terhadap tingkat kesesuian daya
dukung yang ada untuk melaksanakan hasil refleksi. Sintesis dilakukan
untuk melakukan rekonstruksi/modifikasi hasil refleksi dengan
memperhatikan potensi dan daya dukung yang tersedia, agar
kompetensi yang sedang dipelajari dapat tercapai.

6. Mengimplementasikan
Peserta diklat menyusun perencanaan kerja berdasarkan hasil sintesis.
Dalam penyusunan rencana kerja termasuk kriteria keberhasilan,
pelaksanaan kegiatan termasuk pembagian tugas, mengamati proses,
melakukan evaluasi hasil kegiatan, diskusi terhadap hasil kegiatan,
membuat kesimpulan dan umpan balik/rekomendasi terhadap konsep
yang ada setelah dilakukan analisis dan sintesis.

7. Mengumpulkan portofolio setiap kegiatan


Peserta diklat mengumpulkan portofolio hasil setiap kegiatan belajar
(mulai dari penguasaan konsep dan tugas-tugas diskusi, mengenal
fakta, hasil refleksi, hasil analisis, hasil sintesis, hasil penyusunan
rencana kegiatan (rencana kerja, implementasi, hasil
pengamatan/recording, hasil evaluasi ketercapaian, rekomendasi dan
umpan balik).

14
Kegiatan Pembelajaran 1.
Menjelaskan Konsep dan Peraturan K3 dalam
Kegiatan Agribisnis Perbenihan dan Kultur
Jaringan Tanaman
A. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan konsep dan


peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam kegiatan agribisnis
perbenihan dan kultur jaringan tanaman.

B. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu


1. Menjelaskan konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Menjelaskan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

C. Uraian Materi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek


perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga
kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan
dan kesehatan masyarakat secara nasional. Oleh karena itu, dalam kondisi
apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan standar yang berlaku baik standar nasional maupun
internasional.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan
terjadinya cidera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).

a. Keselamatan Kerja

Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan


dan proses pengolahannya, landasan, tempat kerja dan lingkungannya

15
serta cara-cara melakukan kerja. Merupakan sarana utama untuk
pencegahan kerugian, cacat dan kematian sebagai kecelakaan kerja,
kebakaran, dan ledakan.

Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :


 Setiap tenaga kerja/laboran dan orang lainnya yang berada di
laboratorium mendapat perlindungan atas keselamatannya.
 Setiap bahan kimia atau peralatan dapat dipakai, dipergunakan
secara aman dan efisien.
 Proses pengujian benih dan kultur jaringan tanaman berjalan
lancar.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan
untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan gejala-
gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau
mengeliminirnya. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam bekerja di
laboratorium diharapkan dapat mengerti dan memahami serta
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di tempat masing-
masing.
b. Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas


kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23).

1. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis
dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan
untuk :
 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja
masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya
baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

16
 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat
pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
 Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
 Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya.

2. Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga
komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif
dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan
kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik
seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat
kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan
pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja
dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban
kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah
dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia


dan lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja.
Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat
kerja.

3. Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

17
Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemajanan dilingkungan kerja. Untuk
mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan
kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni:
 Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara
melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini
merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam
upaya kesehatan kerja.
 Evaluasi lingkungan kerja.
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-
potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk
menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan.
 Pengendalian lingkungan kerja.
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan
terhadap zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua
tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat
menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat
dicapai dengan teknologi pengendalian yang memadai untuk
mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para
pekerja.

D. Aktivitas Pembelajaran
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul.
a. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika tidak
memungkinkan saudara dapat mempelajari sendiri
b. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
indikator pembelajaran
c. Kerjakan semua latihan.
2. Kunjungilah laboratorium kultur jaringan dan lahan perbenihan tanaman
kemudian lakukan pengumpulan data dan informasi tentang aspek-
aspek K3 dengan menggunakan tabel berikut:
KONDISI KONDISI
ASPEK K3
LABORATORIUM SEHARUSNYA

18
a. Kebersihan
lingkungan
laboratorium secara
umum
b. Kondisi lingkungan
kerja staf
laboratorium secara
umum (panas,
bising, debu, bau
zat kimia dll.)
c. Kondisi tata letak
dan pengamanan
peralatan yang
berpotensi
menimbulkan
kecelakaan kerja
(kebakaran,
ledakan, keracunan,
dll)
d. Jam kerja dan
jumlah tenaga kerja
sebanding dengan
beban kerja
e. Ketersediaan alat-
alat
penanggulangan
kecelakaan (tabung
pemadam
kebakaran, kotak
obat, dll)
f. Jaminan terhadap
keselamatan tenaga
kerja laboratorium
(tangga / pintu
darurat di
laboratorium, selang
pemadam
kebakaran).
g. Pengendalian
terhadap lingkungan
kerja (kondisi
pendingin ruangan,
exhaust fan,
pengolahan limbah
beracun, dll)

Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah :

19
1. kertas gambar ukuran A-4
2. pinsil gambar 2-B
3. penggaris lurus 30 – 40 cm, presisi 0,5 – 1 mm.
4. Penghapus pinsil.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Dalam pelaksanaan kegiatan ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
 Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat
bantu yang sesuai dengan kebutuhan,
 Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar
kegiatan dapat berjalan dengan baik,
 Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila
kegiatan telah selesai dilakukan.

E. Latihan/ Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tempat kerja ? Bagaimana dengan
tempat kerja untuk bidang pertanian, apakah sama ?

F. Rangkuman
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas
dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan
mengakibatkan terjadinya cidera, penyakit, kerusakan harta benda, serta
gangguan lingkungan.
K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan standar yang berlaku baik standar nasional maupun internasional.
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :
 Setiap tenaga kerja/laboran dan orang lainnya yang berada di
laboratorium/lahan mendapat perlindungan atas keselamatannya.
 Setiap bahan kimia atau peralatan dapat dipakai, dipergunakan
secara aman dan efisien.
 Proses pengujian benih dan kultur jaringan tanaman berjalan
lancar.

20
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
 Apakah penerapan K3 di laboratorium kultur jaringan tanaman atau di
lahan perbenihan tanaman sudah sesuai? Beri penjelasan!
 Umpan balik : Apakah ada penerapan K3 di laboratorium kultur jaringan
atau lahan perbenihan tanaman yang masih perlu diperbaiki?. Kalau ada
jelaskan alasannya!

H. Kunci Jawaban
1. Keselamatan kerja adalah untuk suatu usaha menciptakan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan
semua unsur-unsur yang terdapat dalam suatu instansi atau perusahan
dimana kegiatan kerja dilakukan
2. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di
darat, di dalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun di
udara yang menjadi kewenangan suatu badan usaha atau
perusahaan.
Dalam bidang pertanian, yang disebut dengan tempat kerja adalah
tempat dimana kegiatan pertanian biasa dilaksanakan, dalam hal
ini termasuk laboratorium, bengkel pertanian, dan lapangan.
Dalam hal ini sama saja, hanya untuk bidang pertanian tempat
kerja lebih berarti khusus.

21
Kegiatan Pembelajaran 2.

Menjelaskan Prosedur K3 dalam Kegiatan


Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan
Tanaman

A. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menjelaskan prosedure K3 di


laboratorium/lahan perbenihan dan kultur jaringan tanaman.

B. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu


1. Menjelaskan prosedur K3 di laboratorium/lahan perbenihan dan kultur
jaringan tanaman.
2. Mengidentifikasi kelengkapan prosedure K3 di laboratorium/lahan
perbenihan dan kultur jaringan tanaman.

C. Uraian Materi

Laboratorium adalah suatu tempat dimana siswa, mahasiswa, dosen, peneliti,


laboran, dan sebagainya, melakukan percobaan atau praktikum. Keterampilan
bekerja di laboratorium dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum. Semakin
sering dan serius bekerja di laboratorium maka mereka akan semakin terampil.
Di sisi lain laboratorium dapat menjadi tempat yang berbahaya, karena di dalam
laboratorium berisi berbagai alat dan bahan kimia yang dapat berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Kemungkinan bahaya tersebut di antaranya
adalah akibat adanya bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik (dapat
menyebabkan kanker) baik karena uapnya atau karena paparan bahan tertentu
di kulit, bahaya kebakaran, bahaya ledakan, bahaya keracunan, serta pontensi
bahaya lainnya. Oleh karena itu orang yang bekerja di laboratorium dihadapkan
pada pekerjaan dengan resiko kecelakaan yang besar, yang dapat disebabkan

 Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar,


korosif, karsinogenik, dan beracun.

22
 Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita.
 Alat-alat listrik seperti: rak kultur, kompor listrik, oven, lampu pemanas,
lampu UV dan lain sebagainya, yang menyebabkan terjadinya sengatan
listrik atau kebakaran.
 Alat-alat yang bisa menimbulkan ledakan seperti autoklaf dan kompor
listrik/gas dan lampu Bunsen.
 Penangas air atau minyak yang bersuhu tinggi yang dapat terpercik.

Untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, orang yang bekerja di
laboratorium hendaknya menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan.
Adanya potensi bahaya ini tidak harus ditakuti secara berlebihan dengan selalu
menghindari kegiatan praktikum atau bersifat pasif di dalam setiap acara
praktikum. Namun kita harus bertindak lebih aktif dan mencari tahu setiap potensi
bahaya yang dapat timbul di dalam laboratorium agar kita selalu waspada dan
berhati-hati dalam setiap tindakan agar selalu terhindar dari setiap bahaya yang
dapat terjadi kapan saja.

a. Kaidah Aman Bekerja di Laboratorium

Hal-hal yang seharusnya kita lakukan pada saat bekerja di laboratorium


antara lain adalah:

1) Tahap persiapan

 Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan


dikerjakan pada setiap percobaan, dengan membaca petunjuk
percobaan, mengetahui tujuan dan cara kerja serta bagaimana
data percobaan akan diperoleh, mengetahui hal-hal atau
tindakan yang harus dihindarkan, misalnya menjauhkan bahan
yang mudah terbakar dengan sumber api, membuang sampah
dan limbah praktikum pada tempat yang telah ditentukan dan
sebagainya.
 Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah
bersifat mudah terbakar, bersifat racun, karsinogenik atau
membahayakan dan sebagainya, sehingga dapat terhindar
dari potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia
yang digunakan.

23
 Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat tersebut serta
mempelajari cara penggunaannya yang tepat dan aman.
Terutama untuk alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja seperti: autoklaf, kompor, oven, pemanas listrik, lampu
Bunsen.
 Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas
laboratorium berwarna putih lengan panjang, kacamata gogle,
sarung tangan karet, sepatu, masker, dan sebagainya sesuai
kebutuhan praktikum.

 Menyediakan sarana pengolahan dan penanganan limbah


laboratorium yang memadai agar tidak mencemari lingkungan
sekitar laboratorium dan persemaian.

 Menyediakan obat-obatan dan peralatan P3K (Pertolongan


Pertama pada Kecelakaan) yang diperlukan saat terjadi
kecelakaan.

2) Tahap pelaksanaan

 Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik sesuai


dengan prosedur kerja yang ditetapkan, terutama saat
menggunakan bahan beracun, seperti formalin, pestisida,
desinfektan, fungisida, bakterisida, asam pekat dll.
 Mengambil dan memeriksa peralatan atau bahan yang akan
digunakan.
 Merangkai alat dan menggunakannya dengan tepat, dan
mengambil bahan kimia dan menggunakannya dengan tepat
dan secukupnya. Penggunaan bahan kimia JANGAN SAMPAI
BERLEBIHAN karena dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
 Melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala untuk
peralatan yang bisa menimbulkan kecelakaan kerja apabila
digunakan dalam kondisi rusak, seperti autoklaf dan oven,
instalasi listrik rak kultur.
 Melakukan perawatan dan pemeriksaan secara berkala untuk

24
peralatan yang bisa menimbulkan kebisingan pada taraf tinggi
seperti mesin blower pada Laminar airflow.
 Memastikan lampu UV dimatikan pada saat bekerja di laminar
airflow, karena sinar UV dapat mengakibatkan kerusakan pada
mata secara permanen dan menimbulkan kanker kulit.
 Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan
sifat sisa bahan yang digunakan.
 Bekerja dengan tertib, tenang dan tekun, mencatat data-data
yang diperlukan.

3) Tahap pasca pelaksanaan

 Mengembalikan peralatan dan bahan yang digunakan sesuai


ke tempat semula.
 Menyediakan susu untuk pekerja yang telah melakukan
penyemprotan bahan yang beracun seperti fungisida,
bakterisida, pestisida atau formalin, untuk membersihkan
tubuhnya dari racun yang mungkin terhirup.
 Menghindari bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan
peralatan listrik, kran air, menutup tempat bahan kimia dengan
rapat (dengan tutupnya semula).
 Membersihkan tempat atau meja tempat bekerja.

Laboratorium/lahan harus menjadi tempat yang aman bagi para


pekerjanya. Aman terhadap semua kemungkinan kecelakaan fatal
maupun sakit karena gangguan kesehatan. Hanya dalam
laboratorium yang aman, bebas dari rasa khawatir akan
kecelakaan dan keracunan, seseorang dapat bekerja dengan
aman, produktif dan efisien.

Keadaan aman dalam laboratorium/lahan dapat diciptakan apabila


ada kemauan dari setiap pekerja atau kelompok pekerja untuk
menjaga dan melindungi diri. Diperlukan kesadaran bahwa
kecelakaan dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain
dan lingkungan. Ini adalah tanggung jawab moral dalam

25
keselamatan kerja, yang memegang peranan penting dalam
pencegahan kecelakaan. Selain itu disiplin setiap individu terhadap
peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja.
Kedua faktor tersebut bergantung pada manusianya, yang ternyata
merupakan sumber terbesar kecelakaan di dalam laboratorium.

b. Menjaga Kondisi dan Akomodasi Lingkungan Kerja

Kondisi dan akomodasi laboratorium harus memberikan jaminan


keamanan bagi pekerjanya. Fasilitas laboratorium yang kurang terawat
dapat mempengaruhi operasional kegiatan laboratorium, kesehatan dan
keselamatan, serta moralitas personel laboratorium. Pemeliharaan
kondisi akomodasi dan lingkungan laboratorium yang baik, selain untuk
mencapai keabsahan mutu data juga dapat melindungi personel
laboratorium dari bahaya bahan kimia, kebakaran, serta bahaya lain yang
timbul.

Dibawah ini beberapa hal yang dapat dimanfaatkan untuk usaha


menciptakan lingkungan kerja yang aman:

1) Kebersihan
 Pekerja membiasakan membersihkan lingkungan laboratorium
dan meja kerja setiap selesai percobaan, serta membersihkan
meja atau lantai atau pakaian bila terkena tumpahan bahan
 Membuat jadwal membersihkan laboratorium dan persemaian
serta penanganan sampah kering secara berkala.
 Tidak merokok, makan dan minum dalam laboratorium karena
dapat menimbulkan bahaya kebakaran atau kesehatan.
 Makanan dan minuman tidak di simpan dalam almari
pendingin beserta bahan-bahan kimia atau reagen.

 Tidak menggunakan alat-alat laboratorium seperti erlenmeyer


atau beaker glass untuk memasak air atau makanan.

 Memipet larutan asam/basa atau zat racun dengan memakai


pipet karet, tidak memakai mulut.

 Pekerja segera mencuci tangan atau muka bila terkena bahan

26
kimia.

2) Ventilasi

 Pompa hisap untuk almari asam yang cukup kuat untuk


menghisap udara atau tidak terjadi kerusakan motor
penghisap udara karena korosif.
 Tidak terjadi kebocoran almari asam atau pipa
pembuangan gas yang akan mencemari kembali dalam
ruang laboratorium.
 Tidak menggunaan almari asam untuk menyimpan bahan-
bahan beracun dan korosif, yang dapat menambah
cemaran serta mengurangi kemampuan almari asam
menghisap kontaminasi.
 Ruang kultur dan ruang transfer dilengkapi dengan exhaust
fan yang berfungsi untuk pergantian udara dalam ruangan
tersebut, serta untuk mengeluarkan sisa uap formalin
setelah sterilisasi ruangan atau mengeluarkan uap sodium
hypochlorite pada saat sterilisasi eksplan.
 Menyediakan exhaust fan yang cukup di ruang sterilisasi
dengan autoklaf untuk menghindari pekerja terpapar udara
yang lembab dan panas secara terus menerus.
 Melakukan pengukuran tingkat kontaminasi dalam
laboratorium secara berkala.
3) Listrik

 Beban listrik tidak terlalu besar untuk satu stop kontak, untuk
menghindari timbulnya pemanasan yang dapat membakar kulit
kabel dan bisa memicu kebakaran.
 Sistem kabling harus memenuhi persyaratan standar yang
baik dengan kualitas bahan kabel dan stop kontak yang tidak
mudah terbakar.
 Memasang “grounding system” yang memadai.
 Menyambungkan peralatan pada sumber listrik dengan voltase
yang sesuai.

27
 Peralatan dengan konsumsi listrik yang tinggi dan terus
menerus seperti oven, dilengkapi dengan stabilizer voltase
listrik agar lebih aman dan tidak mudah rusak.
 Mengamankan kabel dari kemungkinan gigitan tikus yang
dapat menimbulkan hubungan pendek atau kebakaran.
 Pada saat libur panjang perlu dilakukan jadwal piket untuk
mengawasi kondisi peralatan listrik pada alat-alat yang
dinyalakan 24 jam seperti pada rak kultur, AC dan oven.
4) Gas

 Gas harus dijaga dari kemungkinan terjadinya kebocoran yang


dapat dideteksi dari bau gas. Jika hal tersebut terjadi, matikan
semua api agar tidak menimbulkan ledakan atau kebakaran,
buka jendela dan segera cari tempat terjadinya kebocoran.

 Pipa utama gas menuju laboratorium perlu dilengkapi dengan


kran di luar laboratorium dan dikenal oleh staf dan pengawas
laboratorium. Ini memudahkan untuk untuk memutuskan aliran
gas bila terjadi kebakaran.

5) Pemanas listrik

 Pemanas listrik yang berupa hot plate banyak digunakan


untuk pemanasan reaksi, distilasi dan ekstraksi. Meskipun
pemanas tersebut tahan api, tetapi permukaan pemanas
dapat melebihi titik bakar beberapa pelarut organik. Oleh
karena itu, untuk pemanasan pelarut organik lebih aman
apabila memakai mantel pemanas listrik (heating mantel)
untuk menghindari kemungkinan tumpah atau menetesnya
pelarut organik akibat kondensasi.

 Oven dan furnice harus diletakkan pada tempat yang jauh


dari penggunaan dan penyimpanan pelarut organik, karena
dapat menyebabkan kebakaran bila bersentuhan dengan
cairan atau uap/gas pelarut organik.

 Kedua alat pemanas listrik tersebut harus diletakkan di atas


permukaan yang tahan panas. Bila diletakkan di atas meja

28
kayu, harus ada jarak yang cukup antara meja dan alat,
sehingga dapat menghindari pengarangan meja atau
kemungkinan kebakaran.

6) Informasi dan komunikasi

 Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data


Sheet = MSDS) tersedia atau dibaca sebelum menangani
bahan.
 Prosedur percobaan-percobaan berbahaya dituliskan atau
didokumentasikan sehingga semua pekerja dapat
melaksanakan percobaan dengan aman.
 Membaca prosedur dengan teliti dan benar terutama pada
percobaan-percobaan yang menggunakan bahan reaktif
seperti peroksida.
 Tidak bekerja sendiri dalam laboratorium sehingga sulit
mencari pertolongan bila terjadi kecelakaan.
 Pekerja harus memperoleh informasi yang cukup tentang
percobaan-percobaan berbahaya dari supervisor.

7) Prosedur dan peralatan keadaan darurat

 Alat pemadam api tersedia dan dicek sehingga ketika terjadi


kebakaran berfungsi dengan baik.
 Pekerja laboratorium diberi pelatihan penggunaan alat
pemadam api.
 Pintu darurat/penyelamat tersedia sehingga pekerja dapat
menyelamatkan diri ketika terjadi kebakaran atau kebocoran
gas
 Shower penyelamat (safety shower) atau pancuran pencuci
mata (eyewash fountain) tersedia dan ditest kelayakannya
secara periodik.
 Prosedur keadaan darurat didokumentasikan dan dilakukan
latihan keadaan darurat termasuk cara evakuasi.
 Pekerja diberi pelatihan cara-cara Pertolongan Pertama Pada

29
Kecelakaan (P3K).
 Ada koordinator atau penanggung jawab bila terjadi keadaan
darurat.

8) Tanggung jawab pekerja

 Tidak meremehkan bahaya karena belum pernah terjadi


kecelakaan.
 Bekerja dengan tertib dan mengikuti prosedur operasi
standar.
 Jeli dalam mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan
bahaya untuk mencegah kecelakaan.

9) Tanggung jawab manajemen

 Melakukan analisa kecelakaan yang digunakan untuk


mencegah kecelakaan yang akan datang.
 Melakukan inspeksi dan audit keselamatan dan melakukan
follow up yang konstruktif.
 Kebijaksanaan K-3 dilaksanakan secara operasional.
 Tersedia manual K-3, higiene, rencana K-3 dsb, atau
dokumentasi.
 Manajemen menunjukkan interest pada K3, ditandai dengan
pelaksanaan training pada pegawai, serta poster-poster K-3.

Selain menjaga lingkungan kerja yang aman, penggunaan bahan kimia


berbahaya di laboratorium cukup banyak. Hal ini disebabkan banyaknya
jenis reagen kimia yang dipakai pada berbagai percobaan. Pengenalan
sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam penanganannya.

Identifikasi bahan kimia merupakan suatu cara untuk mempelajari


karakteristik bahan tersebut dengan cara mengamati label bahan kimia
kemudian bentuk, warna, bau, dan sifatnya. Identifikasi bahan kimia
dilakukan berkaitan dengan penanganan, penyimpanan, dan penggunaan
bahan kimia lebih lanjut, sehingga resiko bahaya dapat dicegah dan

30
dihindari, serta dalam penggunaannya lebih efisien.

Cara mudah mengidentifikasi bahan kimia dapat dilakukan dengan cara


mempelajari informasi yang tertera pada label kemasan. Beberapa bahan
kimia pada labelnya tidak tercantum informasi lengkap, kadang-kadang
hanya tercantum nama dan kode produksinya bahan kimia saja.
Sedikitnya informasi yang tertera pada label kemasan karena tidak
menimbulkan bahaya bila ternyata salah dalam penggunaan

Gambar 2.1 Label Bahan Kimia

Informasi yang dapat diperoleh dari label bahan kimia adalah:

1) Nama Bahan Kimia


Nama bahan kimia disertai rumus kimia tertera pada label bagian tengah.

2) Kemurnian Bahan Kimia


Tulisan “pro analysis” (p.a.) diatas tulisan nama menunjukan kualitas
bahan kimia yang bersangkutan mempunyai kemurnian tinggi (≥99%).
Jika kemurniannya rendah dikenal dengan istilah “teknis”. Informasi yang
tertera pada label bahan kimia dengan kualitas teknis tidak selengkap
kualitas pro anlysis. Identitas kemurnian lainnya dinyatakan dengan
tulisan Analar (AR) atau Guaranted Reagent for Analysis Work (GR) atau
American Chemical Society (ACS).

3) Simbol Bahan Kimia

Simbol yang ditampilkan pada label menunjukan sifat bahaya dari bahan

31
kimia yang bersangkutan. Penjelasan tentang simbol tertulis dalam
berbagai bahasa yaitu Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Beldana,
Denmark, Spanyol dan Portugis. Hal tersebut dimaksudkan agar siapa
saja yang menggunakan bahan kimia tersebut dapat memahami
peringatan yang tertulis pada label, sehingga resiko bahaya dapat
dicegah sekecil mungkin.

4) Tindakan keamanan/keselamatan

Informasi ini biasa diperoleh pada label bahan kimia yang juga ditulis
dalam berbagai bahasa.

5) Kode R dan S

Kode R (Hazard Warning for Dangerous Chemical) merupakan peringatan


bahaya untuk bahan kimia berbahaya. Sedangakan S (Safety Precaution
for Dangerous Chemical) menunjukan tindakan pencegahan atau sarana
penyimpanan untuk bahan-bahan kimia berbahaya.

Kode R biasanya diikuti dengan angka dibelakangnya. R1 misalnya,


berarti bahan kimia yang bersangkutan dapat meledak di tempat
kering/panas. Seringkali dijumpai kode R tercantum dalam bentu
kombinasi, misalnya R1/2 artinya sifat bahan kimia yang bersangkutan
adalah R1 dan R2 yaitu dapat meledak di tempat kering/panas serta bila
terkena benturan, gesekan dan api.

Begitu pula dengan kode S, S2 misalnya, maka bahan kimia tersebut


harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Kode S juga sering ditemukan
tampil kombinasi, contohnya S3/7/9 artinya tindakan untuk keselamatan
bahan kimia tersebut meliputi S3, S7 dan S9 yaitu kemasan dijaga dalam
kondisi tertutup rapat dan disimpan di tempat dingin dengan ventilasi
ruangan yang baik.

Tabel Kode R (Hazard Warning) untuk Bahan-bahan Kimia Berbahaya

Kode Kode
Keterangan Keterangan
R R
R1 Dapat meledak di tempat kering / panas R22 Berbahaya terhadap kesehatan
bila tertelan

32
R2 Meledak bila kena benturan, gesekan, R23 Meracuni bila dihirup
api
R3 Mudah meledak bila kena benturan, R24 Meracuni / beracun bila kena kulit
gesekan, api (meracuni kulit)
R4 Sangat sensitif dan mudah meledak R25 Meracuni bila ditelan
R5 Meledak bila kena panas R26 Sangat meracuni bila dihirup
R6 Meledak jika kelebihan udara dan R27 Sangat meracuni kulit
kekurangan udara
R7 Dapat menyebabkan kebakaran R28 Sangat meracuni bila ditelan
R8 Menimbulkan api jika kontak dengan R29 Dapat mengembang / membentuk
bahan yang mudah terbakar gas racun bila kontak dengan air
R9 Resiko ledakan bila dicampur dengan R30 Kemungkinan bisa mengakibatkan
bahan yang mudah terbakar kebakaran bila digunakan
R10 Mudah terbakar R31 Membentuk gas racun bila
dicampur dengan asam
R11 Agak mudah terbakar R32 Membentuk gas sangat beracun
bila kontak dengan asam
R12 Sangat mudah terbakar R33 Resiko bila ditimbun
R13 Mencair, sangat mudah terbakar R34 Menyebabkan korosi dan luka
bakar
R14 Memberi reaksi keras terhadap air R35 Menyebabkan korosi keras
R15 Jika beraksi dengan air membentuk gas R36 Iritasi terhadap mata
yang mudah terbakar
R16 Meledak bila dicampur dengan bahan R37 Iritasi terhadap organ pernapasan
yang mudah terbakar
R17 Terbakar langsung di udara R38 Iritasi terhadap kulit
R18 Dapat meledak dan terbakar R39 Resiko serius / cacat tetap
(tergantung
pemakaian)
R19 Dapat membentuk peroksida yang R40 Resiko serius cepat sekali
mudah meledak
R20 Merusak pare-pare bila terhirup/ R41 Sensitif bila dihirup
tertelan (berbahaya terhadap
Kesehatan bila terhirup)
R21 Melukai kulit / berbahaya terhadap kulit R42 Sensitif / peka terhadap kulit

Tabel Kode S (Safety Precautions) untuk Bahan-bahan Kimia


Berbahaya
Kode S Keterangan Kode Keterangan
S
S1 Simpan di tempat terkunci S14 Jauhkan dari bahan kimia yang
bertentangan
S2 Jauhkan dari jangkauan anak-anak S15 Lindungi dari panas
S3 Simpan di tempat yang sejuk S11 6 Jauhkan dari sumber api, jangan
merokok
S4 Jauhkan dari ruang / kamar tempat S17 Jauhkan dari bahan-bahan yang
tinggal mudah terbakar

33
S5 Jauhkan dari cairan S18 Buka kemasan dengan hati-hati
S6 Jauhkan dari gas S20 Jangan makan dan minum di saat kerja
S7 Simpan di tempat tertutup rapat S42 Pakai sarung Jangan respirator ketika
melakukan sesuatu yang
menghasilkan gas / uap berbahaya
S8 Simpan di wadah / tempat yang S43 Gunakan pemadam kebakaran
kering
S9 Simpan di tempat yang berventilasi S44 Mintalah nasehat dokter apabila
cukup balk Anda merasa ragu
S10 Hindarkan dari uap air S45 Panggil dokter bila terjadi kecelakaan
atau bila anda merasa tidak sehat
S11 Cegah udara masuk
S12 Jangan tutup rapat
S13 Jauhkan dari makanan dan
minuman

D. Aktivitas Pembelajaran
1. Mengenal macam-macam bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
a. Alat dan Bahan :
1) Kertas dan alat tulis,
2) Buku petunjuk teknis kelengkapan peralatan kultur jaringan tanaman
3) Buku/informasi materi pendukung lainnya.

b. Persiapan Kerja
1) Setelah mempelajari uraian materi di atas dan sebelum Anda
melaksanakan tugas ini; lakukan eksplorasi/penggalian informasi
yang terkait dengan tema tugas, guna memperkaya wawasan
(dengan cara: melihat, mengamati, membaca, mendengar, dan
menyimak melalui sumber informasi langsung maupun data sekunder
atau melalui jejaring sosial/internet).
2) Berdasar kumpulan informasi yang telah Anda peroleh tersebut,
selanjutnya lakukan konsultasi dan koordinasikan dengan guru untuk
memperoleh kejelasan tahapan kerja dan kebenaran materi dalam
menyelesaikan tugas ini.

c. Lembar Kerja

34
Tujuan
Mengenal macam-macam bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan
perbenihan dan kultur jaringan tanaman

Alat dan Bahan (Bahan yang dicoret sebaiknya diganti, misalnya jenis-
jenis pupuk, fungisida, pestisida, bayclin, jenis-jenis zat pengatur
tumbuh, bahan kimia makro atau mikro).
Keselamatan Kerja
Kenakan jas laboratorium dan sarung tangan selama bekerja
Langkah Kerja/ Tugas
1. Beri label / nomor sampel pada masing-masing contoh bahan
kimia yang telah disiapkan.
2. Isi lembar pengamatan berdasarkan hasil identifikasi terhadap
masing-masing sampel bahan kimia.

LEMBAR HASIL PENGAMATAN PENGENALAN BAHAN KIMIA


NILAI
HASIL
No. KOMPONEN B S
PENGAMATAN
1. Nama dagang

2. Kegunaan bahan kimia sampel


dalam kuljar
3. Nama kandungan bahan aktif/
utama
4. Konsentrasi anjuran pada
label/
5. Bentuk bahan kimia sampel
dalam kemasan
6. Tingkat bahaya bagi
konsumen/ lingkungan
7. Kelarutan bahan kimia sampel
dalam air
8. Pencantuman peringatan
bahaya/simbol pada label
kemasan
9. Pencantuman dampak negatif
bagi manusia dan lingkungan
10. Pencantuman cara pena-
nganan / pertolongan darurat
11. Pencantuman tanggal
kadaluwarsa

35
E. Latihan/Kasus/Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3)?
2. Apakah ada di Indonesia, Undang-Undang yang mengatur mengenai
K3?
3. Keselamatan dan Kesehataan Kerja itu diperuntukkan untuk siapa?
4. Apa yang menjadi kewajiban dan hak dari tenaga kerja berkaitan
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

F. Rangkuman

Pekerja yang bekerja di laboratorium kultur jaringan dan persemaian dihadapkan


pada pekerjaan dengan resiko yang besar, yang disebabkan dalam setiap
percobaan digunakan:

 Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar,


korosif, karsinogenik, dan beracun.
 Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita.
 Alat-alat listrik seperti: rak kultur, kompor listrik, oven, lampu pemanas,
dan lain sebagainya, yang menyebabkan terjadinya sengatan listrik dan
kebakaran.
 Alat-alat yang dapat meledak seperti autoklaf, oven, kompor gas.
 Lampu UV yang dapat menimbulkan kerusakan mata dan kanker kulit
 Kebisingan mesin blower dari Laminar airflow yang dapat menimbulkan
stress pada pekerja.
 Penangas air atau minyak yang bersuhu tinggi yang dapat terpercik.

Untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, orang yang bekerja di
laboratorium hendaknya menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan.
Laboratorium dan persemaian harus menjadi tempat yang aman bagi para
pekerjanya. Aman terhadap semua kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakit

36
karena gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman, bebas dari
rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan, seseorang dapat bekerja dengan
aman, produktif dan efisien.

Keadaan aman dalam laboratorium/lahan dapat diciptakan apabila ada kemauan


dari setiap pekerja atau kelompok pekerja untuk menjaga dan melindungi diri.
Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat pada dirinya sendiri
maupun orang lain dan lingkungan. Ini adalah tanggung jawab moral dalam
keselamatan kerja, yang memegang peranan penting dalam pencegahan
kecelakaan. Selain itu disiplin setiap individu terhadap peraturan juga
memberikan andil besar dalam keselamatan kerja. Kedua faktor tersebut
bergantung pada manusianya, yang ternyata merupakan sumber terbesar
kecelakaan di dalam laboratorium/lahan
Cara mudah mengidentifikasi bahan kimia dapat dilakukan dengan cara
mempelajari informasi yang tertera pada label kemasan. Beberapa bahan kimia
pada labelnya tidak tercantum informasi lengkap, kadang-kadang hanya
tercantum nama dan kode produksinya bahan kimia saja. Sedikitnya informasi
yang tertera pada label kemasan karena tidak menimbulkan bahaya bila ternyata
salah dalam penggunaan

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Apakah prosedur K3 di laboratorium/lahan perbenihan dan kultur jaringan
tanaman sudah sesuai? Beri penjelasan!
2. Umpan balik : Apakah ada prosedur perencanaan dan atau
pengembangan K3 di laboratorium/lahan perbenihan dan kultur jaringan
tanaman yang masih perlu diperbaiki?. Kalau ada jelaskan alasannya!

H. Kunci Jawaban

1. Prosedur K3 adalah proses suatu kegiatan untuk menyelesaikan aktivitas atau


metode (cara) langkah demi langkah secara pasti dalam pekerjaan dengan
memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan keamanan (K3).
2. Jawabannya ada. Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai
berikut :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

37
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya
para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD)
dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992,
pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya
kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja
meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja
dan syarat kesehatan kerja.
3. Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja itu diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap pekerja di Indonesia
berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut
:
 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja
 Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
 Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan

38
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.

39
Kegiatan Pembelajaran 3.
Menerapkan K3 dalam Kegiatan Agribisnis
Perbenihan dan Kultur Jaringan Tanaman

A. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menerapkan K3 dalam


kegiatan agribisnis perbenihan dan kultur jaringan tanaman

B. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu melaksanakan


keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan agribisnis perbenihan dan
kultur jaringan tanaman

C. Uraian Materi

Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan bisa saja terjadi. Untuk menghindari


dan meminimalkan terjadinya kecelakaan perlu dibuat instruksi-intruksi kerja.
Instruksi-instruksi kerja yang dibuat disesuaikan dengan keadaan peralatan yang
dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau disiapkan oleh perusahaan
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja antara lain :

1. Pada setiap laboratorium /lahan atau ruangan dibuatkan tata tertib yang
harus dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau
ruangan. Di dalam tata tertib tersebut perlu dijelaskan hal-hal yang harus
dilakukan dan tidak boleh dilakukan, serta ancaman sanksi yang akan
dikenakan jika melanggar tata tertib.
2. Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus
dibuatkan instruksi kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung
ditempelkan pada alat atau di tempat-tempat tertentu sedemikian rupa,
sehingga setiap operator alat yang akan menggunakan alat tersebut
harus membaca petunjuk pengoperasian alat. Hal ini untuk menghindari

40
terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat. Selain itu juga
dengan adanya petunjuk pengoperasian maka siapapun yang akan
mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan pada operator sendiri atau kerusakan alat.
3. Pada setiap ruangan agar dibuatkan poster-poster tentang keselamatan
kerja dan label-label yang menunjukkan bahaya kecelakaan yang
mungkin saja terjadi. Pembuatan label dan poster tersebut harus dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dibaca bagi setiap orang.

Gambar 3.1 . Poster K3

4. Bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, pestisida dan sebagainya,


pemasangan lebel dan tanda dengan menggunakan lambang atau tulisan
peringatan pada wadah adalah suatu tindakan pencegahan yang sangat
penting. Aneka label dan pemberian tanda diberikan sesuai dengan sifat-
sibat bahan yang ada. Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai
dengan menggunakan lambang yang sudah dikehui secara umum

Gambar 3.2 . Lambang gambar bahaya

41
Pakaian/peralatan pelindung yang dibutuhkan untuk bekerja diidentifikasi
dan digunakan sesuai peraturan perusahaan yang berlaku

a. Pakaian kerja di laboratorium kultur jaringan meliputi jas lab dan


penutup rambut.
b. Pakaian Kerja di persemaian/ lahan terbuka
Pakaian kerja yang dipakai bagi pekerja dalam bidang pertanian
untuk di lapangan harus memenuhi beberapa kriteria, secara
umum adalah sebagai berikut :

1. Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan


pekerja tetap kering dan berada pada temperatur yang
nyaman. Untuk bekerja di daerah yang beriklim panas dan
kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk
menghindari radiasi panas yang berlebihan dan memudahkan
pengeluaran keringat. Pakaian pelindung yang sesuai harus
disediakan jika ada suatu resiko radiasi UV atau potensi
bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan
binatang.
Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan
lingkungan pertanian untuk memastikan bahwa para pekerja
kelihatan dengan jelas.
2. Alat pelindung diri harus dianggap sebagai suatu upaya
terakhir, bila pengurangan resiko dengan cara-cara teknik atau
organisatoris tidak mungkin dilakukan. Hanya dalam keadaan
ini alat pelindung diri yang berhubungan dengan resiko spesifik
tersebut digunakan. Alat pelindung diri untuk pekerjaan
bidang pertanian di lapangan harus memiliki fungsi yang
spesifik. Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia berbahaya, alat pelindung diri harus disediakan
sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan kimia di tempat
kerja. Alat pelindung diri harus memenuhi standar
internasional atau nasional.

42
Ada beberapa jenis alat pelindung diri untuk bidang pekerjaan
perbenihan dan kultur jaringan tanaman di laboratorium dan
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain:

a) Sarung tangan
Dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan
bahan-bahan kimia beracun, seperti mencampur pestisida,
mencapur pupuk dan sebagainya. Untuk jenis ini sarung
tangan yang dipakai adalah sarung tangan yang terbuat
dari karet yang tidak tembus oleh bahan-bahan cairan.
Sedangkan untuk pekerjaan di laboratorium biasanya
menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat asbes
yang tahan panas.

Gambar 3.3. Sarung Tangan

b) Pelindung kaki: sandal laboratorium dan sepatu lapangan.


Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang
digunakan adalah jenis pekerjaan lapangan. Alat ini
digunakan untuk melindungi kaki pada saat bekerja di
lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang
berbahaya di lapangan. Jenis sepatu yang digunakan
adalah jenis sepatu boot, baik yang terbuat dari karet atau
karet

43
Sumber : www tendastone.com

Gambar 3.4. Sepatu lapangan

c) Topi pengaman (Helmet)


Dipergunakan untuk melindungi kepala dari kemungkinan
benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat
memanen buah.

Sumber :bisma center ning. com

Gambar 3.5. Topi Pengaman

d) Penutup muka dan kepala


Dipergunakan untuk jenis pekerjaan di lapangan, jika
kondisi lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka
dari debu-debu yang berterbangan pada saat bekerja.

44
Sumber : amaliah her blokspot.com
Gambar 3.6. Penutup muka dan kepala

e) Pelindung atau penutup mata


Dipergunakan untuk melindungi mata pada saat bekerja di
lapangan, baik dari terik matahari maupun dari benda-
benda yang berbahaya di lapangan seperti halnya debu,
ataupun pada saat bekerja dilaboratorium. Ada beberapa
jenis alat pelindung mata sesuai dengan kondisi lapangan.

Sumber : amaliah her blokspot.com

Gambar 3.7. Penutup mata dan kepala

f) Alat pelindung mulut (masker)


Dipergunakan untuk melindungi mulut dan hidung dari
bahan-bahan berbaya saat bekerja di lapangan dengan
menggunakan pestisida, gas beracun atau debu

45
Sumber :mediaproyek bloksport.com
Gambar 3.8. Alat Pelindung mulut

Sebelum peralatan dipergunakan, untuk menjamin agar tidak terjadi


kecelakaan atau hambatan pada saat kegiatan dilaksanakan, maka alat-
alat yang akan dipergunakan harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu.
Pengecekan dilakukan untuk memastikan bahwa alat-alat tersebut
berfungsi sesuai dengan rancangan dan dibuat memenuhi syarat-syarat
keselamatan kerja. Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh
lembaga atau institusi yang memiliki kewenangan menguji dan memiliki
sertifikasi untuk peralatan yang menggunakan mesin dan memiliki
sensitifitas tinggi. Sedangkan untuk peralatan manual biasa, jika
memungkinkan operator dalpat melakukannya sendiri. Pengujian peralatan
dilakukan secara reguler (priodik), dan hasil pengujian peratalan
seharusnya dilaporkan kepada perusahaan untuk dilakukan pengambikan
tindakan yang semestinya. Bagi peralatan yang memenuhi standar
keselamatan kerja perlu dibuatkan sertifikasi peralatan, sedangkan untuk
peralatan yang rusak agar disarankan untuk diperbaiki agar alat tersebut
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Lingkup kerja bidang pertanian, khususnya teknologi benih dan kultur


jaringan tanaman terbagi dalam dua kategori, yaitu di laboratorium dan di
lapangan. Kedua jenis resiko kedua pekerjaan ini juga berbeda, karena
karakteristiknya juga berbeda, dan untuk itu resiko pekerjaan dibedakan
menjadi dua, yaitu resiko pekerjaan di laboratorium dan resiko pekerjaan
di lapangan.

46
1) Resiko pekerjaan di laboratorium kultur jaringan
Ada beberapa jenis pekerjaan yang dilaksanakan di laboratorium,
seperti halnya kultur jaringan tanaman, analisis benih atau
pekerjaan-pekerjaan lain yang menggunakan peralatan mesin di
laboratorium. Ada beberapa jenis resiko di laboratorium antara lain
kebakaran, terkena bahan-bahan kimia.

a) Kebakaran
Kebakaran adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan
terjadinya. Bagi tenaga kerja kebakaran dapat menimbulkan
penderitaan dan malapetaka, khususnya terhadap mereka
yang tertimpa kedelakaan tersebut dapat berupa kehilangan
pekerjaan dan hal yang paling fatal dapat menyebabkan
kematian. Kebakaran terjadi apabila tiga unsur terdapat
bersama-sama unsur-unsur tersebut adalah oksigen, bahan
yang mudah terbakar dan panas. Tanpa oksigen kebakaran
tidak akan terjadi, dan tanpa bahan yang mudah terbakar tak
mungkin kebakaran terjadi dan tanpa panas kebakaran juga
tak akan terjadi.

Gambar 3.9. Unsur-unsur terjadinya kebakaran

47
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran, yaitu:

Nyala api dan bahan yang pijar


Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya
akan naik, kemudian terbakar dan menyala terus menerus
sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak tergantung
dari :

Sifat bahan padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak


mudah dan sukar terbakar
Ukuran zat, jika jumlah bahan sedikit tidak cukup untuk
menimbulkan panas agar terjadi kebakaran, maka kebakaran
tidak akan terjadi.
Keadaan zat padat
Cara menyalakan
Penyinaran
Terbakarnya bahan-bahan yang mudah terbakar oleh benda
pijar atau nyala api tidak perlu karena terjadinya persentuhan.
Semua sumber panas akan memancarkan gelombang
elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika gelombang
elektromagnetis ini mengenai benda, maka pada benda
tersebut akan dilepaskan energi yang berubah menjadi panas.
Akibatnya benda yang disinari akan bertambah panas dan bila
panas tersebut sampai pada titik nyala maka benda tersebut
akan terbakar.

Peledakan uap atau gas


Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan
udara akan menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api
dan kebakaran akan terjadi. Besar kecilnya kebakaran sangat
tergantung pada jumlah (volume) gas atau uap.

Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab
terbakarnya campuran gas, uap atau debu dan udara yang

48
dapat menyala. Biasanya percikan api tidak dapat
menyebabkan benda pada terbakar sendiri. Oleh karena tidak
cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan. Percikan api
dapat ditimbulkan oleh hubungan arus pendek, ataupun oleh
terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah
benda yang bergerak dan udara

Terbakar sendiri
Kebakaran yang terjadi sendiri disebabkan oleh karena pada
seonggokan bahan bakar mineral yang padat atau zat-zat
organik. Kebanyakan minyak mudah terbakar, terutama
minyak tumbuh-tumbuiah. Banyaknya panas yang terjadi
ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan dengan
udara.

Reaksi kimia
Reaksi-reaksi kimia dapat menghasilkan cukup panas dan
akibatnya dapat menyebabkan terjadi kebakaran. Forfor
kuning teroksidasi santa cepat bila bersinggungan dengan
udara. Natrium dan kalium akan bereaksi hebat bila tercampur
dengan air dan akan melepaskan gas hidrogen yang mudah
terbakar jika suhu udara diatas 40oC. Asam nitrat yang
mengenai bahan-bahan organik akan menyebabkan terjadinya
nyala api.

Kebakaran karena listrik


Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam
bidang pertanian khususnya teknologi benih dan kultur
jaringan tanaman banyak menggunakan listrik sebagai sumber
tenaganya. Untuk itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja listrik,
yaitu pada pedoman keselamatan kerja listrik.

Pedoman keselamatan kerja listrik menyangkut tenaga kerja,


organisasi dan cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan
pedoman pertolongan terhadap kecelakaan

49
Pakaian kerja
Pakaian kerja bagi para tenaga kerja yang bertalian
dengan kelistrikan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

 Cukup kuat dan tahan gesekan.


 Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing
pada ujung lengan.
 Celana panjang.
 Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
 Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki
sifat isolator.
 Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki
sifat isolator yang sesuai dengan tegangan yang
bersangkutan.
 Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki
daya isolator yang sesuai.
 Sarung tangan untuk bekerja dan penghantar
adalah lemas, kuat, dan tahan gesekan terhadap
kawat penghantar.
Pemasangan Peralatan Listrik
Pemasangan transformator-transformator, panel-panel.
sakelar-sakelar, motor-motor dan alat-alat listrik lainnya di
tempat kerja harus dilaksanakan sedemikian sehingga
tidak terdapat bahaya kontak dengan bagian-bagian yang
bertegangan. Manakala ruangan dan persyaratan
pelayanan memungkinkan, alat-alat dan pesawat-pesawat
listrik harus ditempatkan dalam ruangan terpisah yang
ukurannya memadai dan hanya orang-orang yang
kompeten boleh masuk ke dalam ruangan tersebut. Jika
alat-alat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di
tempat keria dalam ruangan produksi, pagar pengaman
untuk melindungi bagian-bagian atau penghantar yang
bertegangan harus dibuat. Pagar pengaman berfungsi
pencegahan kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat

50
dari kayu, besi pipa., besi siku, kawat baja, besi pelat
berlobang atau piastik. Dalam hal ini, kayu kering atau
plastik memiliki sifat yang lebih baik, oleh karena zat-zat
tersebut tidak menghantar listrik. Namun begitu, kayu
memiliki kerugian oleh karena mudah terbakar. Rangka
besi harus disertai hubungan ke tanah secara tepat.
Perlu dipasang papan tanda larangan masuk bagi mereka
yang tidak berkepentingan dan disertai peringatan "Awas
bahaya listrik:". Tanda peringatan dipasang pada tempat
masuk ke ruangan, sedangkan huruf jelas dan rnudah
dibaca. Terdapat kesesuaian dalam banyak hal mengenai
norma-norma bagi pagar pengaman untuk mesin dan
pesawat listrik. Petugas-petugas perawatan peralatan
listrik harus tahu benar bahaya-bahaya yang bertalian
dengan suatu instalasi listrik dan peralatan lain-lainnya,
bahaya-bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada
perencanaan pembuatan tutup pengaman bagi panel
listrik, instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan
peraturan-peraturan lain tentang keselamatan kerja
listrik. Macam pemasangan instalasi listrik di perusahaan-
perusahaan dan tempat-tempat kerja tergantung dari
konstruksi bangunan ukuran dan pembagian beban,
penempatan mesin-mesin, pesawat dan alat-alat listrik,
keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab,
dan lain-lain.

Sakelar

 Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar


atau otomatis, harus memenuhi syarat keselamatan,
Sakelar-sakelar untuk keperluan motor-motor,
pesawat-pesawat listrik, instalasi cahaya dan tenaga,
harus ditutup.
 Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, oleh

51
karena bagian-bagian terbuka yang bertegangan akan
menimbulkan bahaya tekanan arus listrik dan dapat
mengakibatkan Ioncatan api, bila sakelar diputuskan
arusnya.
 Sakelar-sakelar tuas harus dipasang sedemikian
sehingga bagian-bagiannya yang dapat digerakkan
dalam keadaan tidak ada hubungan tidak bertegangan.
 Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi.
sakelar harus dipasang di luar batas capai tangan dan
pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat
pengaman.
 Bila pemasangan seperti tersebut p ada i tak
dimungkinkan, sakelar tersebut harus tertutup atau
dipagar secara tepat agar tidak membahayakan,
sedangkan pelayanannya tetap dilakukan dengan
memakai tongkat pengaman,
 Untuk keperluan pemakaian secara umum, dianjurkan
agar dipakai sakelar putar dan tombol tekan, oleh
karena bagian yang bertegangan dipasang di tempat
tertutup. Sakelar-sakelar yang dapat menimbulkan
loncatan api harus dipasang dalam peta penghubung.
 Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk
posisi tertutup atau terbuka.

Sekring dan pengaman otomatis

 Instalasi atau pesawat listrik diamankan dengan


penggunaan sekring atau pengaman otomatis.
 Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus,
manakala terjadi arus lebih sebagai akibat kesalahan
hubungan tanah, hubungan pendek dan beban lebih.
 Pengaman arus lebih yang ditempatkan pada setiap
bagian instalasi yang diamankan harus memiliki jenis
dan ukuran yang sesuai, yaitu memutus arus apabila

52
arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya.
 Pemasangan sekring pada mesin-mesin dan peralatan
listrik tidak hanya ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi
juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari transformator
atau generator, kemungkinan terjadinya hubungan
tanah, beban lebih dan hubungan pendek yang
membahayakan.
 Pengaman dengan sekring melindungi, baik mesin dan
peralatan, maupun tenaga kerja.
 Pemakaian sekring harus disesuaikan terhadap kuat
arus yang tertera pada sekring.
Dalam pemasangan sekring, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut

 Sebelum pemasangan, kabel-kabel yang bersangkutan


harus bebas arus dan tegangan.
 Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan
pemeriksaan segera terhadap faktor penyebabnya
seperti adanya hubungan pendek atau beban lebih.
 Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan
ukuran yang sama.
 Dilarang penggunaan sekring yang telah rusak dan
diperbaiki.
 Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan
instalasi tegangan tinggi, untuk arus yang besar,
dan juga untuk instalasi tegangan rendah.
 Pengaman otomatis terdapat dalam macam dan
ukuran yang berbeda-beda.
 Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat
sesaat dan ada pula yang disertai perlengkapan
perlambatan waktu.
 Menurut bekerjanya pengaman otomatis tergantung
kepada jenis termis dan jenis magnetis.
 Pengaman otomatis jenis termis bekerja atas dasar

53
peningkatan suhu, maka tergantung kepada suhu
ruangan.
 Pengaman otomatis jenis magnetis bekerja atas
dasar kuat arus yang melalui jaringan instalasi.
 Ahli listrik memilih dan menetapkan macam dan
ukuran pengaman otomatis untuk dipasang.
 Perawatan terhadap pengaman otomatis dilakukan
oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran, maka ada beberapa
hal yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha-usaha keselamatan
kerja terhadap bahaya kebakaran, perhatian yang
sermat harus diberikan tehadap lokasi dan desin
gudang. Aneka bahan, khususnya zat-zat yang dapat
terbakar merupakan sumber utama terjadinya
kebakaran. Dalam perencanaan gudang atau tempat
penyimpanan bahan, baik sifat maupu bentuk bahan
harus diperhatikan. Zat-zat cair yang memiliki titik nyata
lebih kecil dari 32oC harus ditempatkan dalam wadah
atau tangki yang tertutup dan disimpan dalam tangki
dan ditempatkan ditempat yang terpisah atau diluar
gudang dan jauh dari bahan-bahan lai yang mudah
terbakar.
b. Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan
yang kurang berbahaya ditinjau dari segi kebakaran,
maka resiko dapat dikurangi atau ditiadakan. Jumlah
bahan yang mudah terbakar sedapat mungkin dikurangi
dalam penggunaannya di proses produksi. Zat-zat padat
yang mudah terbakar harus diletakakn tersusun rapi dan
aman, agar kegiatan-kegiatan dalam pekerjaan tidak
terhalang. Bahan-bahan cair yang mudah terbakar

54
harus disalurkan ke tempat kerja melalui pipa-pipa
penyalur atau drum-drum yang dilengkapi dengan
pompa tangan. Perlu dilakukan pengaturan agar bahan
cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan
penempatan drum-drum pada landasan yang
menampung bahan tertumpah.
Untuk meniadakan sumber-sumber terjadinya awal mula
kebakaran adalah :

a) Pada semua proses pemanasan harus terdapat


pemisah yang tepat antara bahan-bahan yang mudah
terbakar dan alat pemanas.
b) Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja
harus dicegah dengan pengendalian proses secar
tepat.
c) Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi
dengan ventilasi mekanis yang memadai dan
sebaiknya diserta dengan sistem kontrol di antara
pemanasan dan ventilasi.
d) Bahan-bahan yang dapat terbakar sendiri harus
selalau diamati agar tidak ada kenaikan suhu.
e) Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan
listrik harus memenuhi standar atau ketentuan-
ketentuan yang berlaku
f) Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi panas akibat gesekan.
g) Disiplin dan pendidikan dan pelatihan harus
dilakukan kepada pekerja.

Terkena Bahan-bahan Kimia


Dalam bekerja di bidang pertanian, khususnya kultur jaringan dan
teknologi benih penggunaan bahan-bahan kimia tidak bisa
dihindarkan, terutama dalam memberikan perlakuan tertentu

55
pembuatan media tanamn, analisis dan lainnya. Untuk
menghindari bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain bacalah etiket
kemasan bahan kimia yang ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia
tersebut, apakah bahan tersebut dapat menyebabkan gangguan
iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan gunakan alat pelindung baik
untuk tangan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya
bahan kimia. Penggunaan bahan kimia berbahaya harus
dikurangi jika mungkin, sesuai dengan anjuran ILO
penggunaannya tidak dapat dihindarkan, maka harus digunakan
dalam batas-batas yang aman, baik terhadap manusia atau hasil
produksi.

Simbol-simbol bahan kimia

Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan


berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya
(Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang
Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances)
adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan
berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja.
Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on
Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan
pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area
dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan
konsumer dan kesehatan manusia.Simbol bahaya adalah
piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye,
kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan
simbol bahaya, yang terbagi dalam :

Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)


Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
Kombinasi dari keduanya.

Berikut ini adalah penjelasan simbol-simbol bahaya .

56
Explosive (bersifat mudah meledak)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
“explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan,
gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu
reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan
propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat.
Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang
diberikan dalam Law for Explosive Substances. Di
laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat
dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi
dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat
menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa
solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau
bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan
pengetahuan dan pengalaman praktis maupun
keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-
bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit
mungkin baik untuk penanganan maupun
persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah
meledak : R1, R2 dan R3

 Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu


 Contoh : ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT
 Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan
api,

57
 dan panas
Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi
bahaya “oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi
bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan
sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko
kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka
adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan
sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

 Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain,


penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya
pemadaman api
 Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
 Keamanan : hindari panas serta bahan mudah
terbakar dan reduktor
Flammable (mudah terbakar)
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar) dan
Highly flammable (sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-
bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
“extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik
nyala sangat rendah (di bawah 0 0C) dan titik didih rendah
dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat
sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat

58
membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di
bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat
mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan
formulasi ditandai dengan notasi bahaya „highly flammable‟
adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah
kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik
nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat
mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat
mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-
bahan yang dapat menjadi panas di udara pada
temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan
akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai „highly
flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar
yaitu R11.

Bahaya Mudah terbakar meliputi ;

 Zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil


fosfor; keamanan : hindari campuran dengan
udara.
 Gas amat mudah terbakar. Contoh : butane,
propane. Keamanan : hindari campuran dengan
udara dan hindari sumber api.
 Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang
membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau
api.

59
 Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di
bawah 21 0C. contoh : aseton dan benzene.
Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan
bunga api.
Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
„toxic‟ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau
kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat
tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria


berikut:

LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan


LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat
badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

 Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila


terhisap, tertelan atau kontak dengan kulit, dan
dapat mematikan.
 Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida

60
 Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam
tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan
keracunan.

Harmful irritant (bahaya, iritasi)


Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan
dengan kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang
ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak
kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui
inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan
kulit.Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi
kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan


LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat
badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22

Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi „irritant‟


atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau
selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37,
R38 dan R41

Kode Xn (Harmful)

61
 Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada
tubuh
 Contoh : peridin
 Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau
hindari menghirup, segera berobat ke dokter bila
kemungkinan keracunan.

Kode Xi (irritant)

 Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat


 pernapasan
 Contoh : ammonia dan benzyl klorida
 Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak
 dengan kulit dan mata.

Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi „corrosive‟ adalah
merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak
kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi
karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH
<2)>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk
bahan korosif yaitu R34 dan R35.

 Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia


 Contoh : klor, belerang dioksida
 Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak
dengan kulit dan mata

Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi


lingkungan)

62
Bahan dan formulasi dengan notasi „dangerous for
environment‟ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba
atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,
mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi.
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu
R50, R51, R52 dan R53.

 Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi


 Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan,
petroleum bensin
 Keamanan : hindari pembuangan langsung ke
lingkungan

Simbol-simbol Tanda Bahaya pada Tempat Kerja/


Laboratorium.

Bio Hazard

Bio Hazard adalah Zat Biologis yang menimbulkan


ancaman bagi kesehatan makhluk hidup, terutama
manusia. Biasanya dipasang di Lab Kimia

Korosif

63
Korosif adalah zat yang dapat menyebabkan benda lain
hancur atau memperoleh dampak negatif. Biasanya
dipasang di Lab Kimia.

Tegangan sangat Tinggi

Tegangan Sangat Tinggi adalah suatu tempat atau benda


yang memiliki tegangan yang sangat tinggi. Biasanya di
pasang di Lab Komputer, Telkom, atau PLN

Enviromental

Environmental adalah zat yang sangat berbahaya bagi


lingkungan hidup. Biasanya dipasang di Lab Kimia

64
Explosive

Explosive adalah zat yang mudah meledak. Biasanya


dipasang di Lab Kimia dan Pertamina

Flammable

Flammable adalah zat yang sangat mudah terbakar.


Biasanya dipasang di Lab Kimia, POM Bensin, Pertamina

Radio Aktif

65
Radioaktif adalah bahan yang dapat memancarkan sinar
berbahaya yang dapat merusak jaringan tubuh. Biasanya
dipasang di Pabrik Nuklir

Harmfull Imitant

Harmfull Imitant adalah zat mempunyai sifat peka terhadap


tbuh manusia. Jika masuk kedalam tubuh dapat membakar
kulit, selaput lendir atau mengganggu pernapasan.
Biasanya dipasang di Lab Kimia

Toxic/ Beracun

66
Toxic adalah bahan yang berbahaya dan dapat
menyebabkan sakit keras bahkan bisa menimbulkan
kematian jika sebagian masuk ke dalam tubuh. Biasanya
dipasang di Pabrik Cat, Lab Kimia.

Radiasi Sinar Laser

Radiasi Sinar Laser akan sangat berbahaya apabila


mengenai mata kita. Biasanya dipasang di Rumah Sakit
Dalam, Klinik Kecantikan

Keracunan Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk
membasmi hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida
tersebut sangat berbahaya terhadap kesehatan karena dapat
menyebabkan sakit atau bahkan kematian. Ada beberapa jenis
insektisida berdasarkan bentuk, cara kerja dan susunan kimia
dan cara penggunaan. Ada insektisida yang disemprotkan
dalam bentuk aerosol maupun dibakar (fumigant), dioleskan
dan sebagainya. Keracunan insektisida dapat terjadi melalui
bebera cara, seperti melalui kulit, mulut atau melalui hisapan
udara di hidung. Keracunan melalui kulit dapat dengan mudah
terjadi jika kulit terbuka. Oleh sebab itu dalam proses
pembuatan dan penyemprotan insektisida harus dilakukan
secara hati-hati dan menggunakan peralatan pelindung agar
insektisida tidak terkena tubuh, seperti penggunaan masker,
sarung tangan, pakaian yang tertutup, dan sebagainya. Agar

67
terhindar dari bahaya keracunan terhadap pestisida ada
beberapa hal yang perlu dipahami antara lain :

Semua pestisida adalah racun yang berbahaya dan harus


dihindari. Oleh sebab itu harus dijauhkan dari makanan,
minuman dan hewan ternak.
Jangan mencampur pestisida melebih takaran yang ditentukan
oleh pabrik pembuatnya.
Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan,
cara penyimpanan dan cara pencampurannya, dan
penggunaan.
Alat-alat untuk mencampur dan penyimpan insektisida harus
diletakkan terpisah dari gudang dan dijauhkan dari jangkauan
anak-anak.
Hindari kontak langsung antara tubuh kita dengan insektisida.
Kontak dengan insektisida tidak boleh lebih dari 8 jam setiap
harinya, karena dapat terjadi penyerapan melalui kulit.
Hindari makan, minum dan merokok sewaktu menyemprot
insektisida
Setelah menyemperot dengan insektisida, cucilah pakaian dan
tubuh badan dengan air yang mengalir dan menggunakan
sabun.
Jangan menyemperotkan insektisida berlawanan dengan arah
angin, dn laranglah orang-orang atau anak-anak yang lalu
lalang saat penyemprotan insektisida dilakukan.
Jika alat penyemperot pestisida tersumbat jangan sekali-kali
ditiup atau dihisap dengan menggunakan mulut.
Gunakan pakaian pelindung badan saat melakukan
penyemperotan

Resiko Pekerjaan di Lokasi Kerja


Berbagai cara kerja digunakan di dalam bidang pertanian, dan
pekerjaan terdiri dari banyak tugas berbeda. Oleh karena
pedoman ini tidak bisa menyediakan uraian syarat-syarat

68
keselamatan kerja yang lengkap untuk tiap-tiap variabel yang
mungkin digunakan. Dalam hal ini dipilih atas dasar teknik dan
metoda yang umum digunakan di seluruh dunia, dan kegiatan
melibatkan resiko yang paling tinggi untuk keselamatan dan
kesehatan kerja para pekerja di bidang pertanian.

b) Perencanaan dan pengorganisasi kerja


Semua kegiatan pertanian harus secara menyeluruh
direncanakan dan diorganisir terlebih dulu untuk mencegah
pemborosan dan untuk memastikan tingkatan dan kontrol yang
tepat terhadap pelaksanaan kerja yang aman dan kemajuan
pekerjaan. Perencanaan dan pengorganisasian pekerjaan
didasarkan pada suatu rencana manajemen bidang pertanian
yang harus menunjukkan

Jenis pekerjaan yang diperlukan


Tujuan dari pekerjaan
Lokasi tempat kerja
Jadwal waktu untuk kegiatan
Spesifikasi produk atau hasil lain
Spesifikasi untuk metoda kerja
Orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengawasi kegiatan
Suatu rencana darurat dalam cuaca buruk atau terdapat
masalah dengan peralatan

Untuk setiap tugas metoda terbaik dan paling aman yang


tersedia harus dipilih. Penggunaannya harus dilakukan
dengan metoda yang distandardisasi dan telah disetujui.
Sejauh dapat dipraktekkan, pekerjaan manual dan mesin-
mesin konvensional perlu didukung dengan mesin, terutama
sekali untuk mengurangi mengangkat dan membawa muatan
berat dan untuk mengurangi potensi bahaya yang timbul dari
penanganan mesin bertenaga dan dipegang dengan
tangan.Kebutuhan prasarana harus dinilai sebelum bekerja,

69
dengan memperhatikan lokasinya, kemampuan lalu lintas
jalan, dan kebutuhan akan instalasi tambahan. Semua ini
harus direncanakan sesuai dengan fasilitas pengangkutan
yang digunakan oleh personil, material dan hasil.Lokasi
fasilitas perlindungan dan penyimpanan untuk perkakas,
material dan peralatan harus ditentukan dan dipersiapkan
dengan baik sebelumnya, dalam rangka mengurangi beban
kerja dan meningkatkan produktivitas dengan menghindari
membawa beban yang berat dengan jarak yang panjang.Alat-
alat yang tepat untuk pengangkutan personil, perkakas,
peralatan dan bahan ke dan dari tempat kerja harus
disediakan dan dirawat dalam keadaan yang baik.

Pemeriksaan dan Perencanaan Lokasi


Lingkungan yang berbeda dimana kegiatan pertanian
dilakukan memberikan situasi berbeda. Adalah penting untuk
mengevaluasi faktor-faktor lingkungan yang mempunyai
dampak terhadap keselamatan kerja sebagai bagian dari
proses perencanaan.Sebelum memulai kegiatan pertanian
pada lokasi kerja baru seseorang yang ditugaskan oleh
manajemen perlu melakukan suatu penilaian resiko, sebagai
cara mengidentifikasi setiap karakteristik yang berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua resiko baik
resiko alami atau yang disebabkan oleh manusia harus
diperhatikan. Penilaian resiko perlu dipertimbangkan
khususnya:

Topografi lapangan;
Cara kerja dan peralatan yang digunakan;
Pohon berbahaya, seperti pohon beracun, pohon busuk atau
mati dan resiko lokasi kerja lain;
Konsultasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas pohon
hidup atau pohon mati yang dapat dipertahankan dengan
aman sebagai habitat alami:

70
Jaringan telepon atau listrik, jalan, jalur pendakian atau ski
atau infrastruktur lain.
Resiko yang diidentifikasi harus ditandai pada peta dan di
lapangan, misalnya dengan suatu pita atau penghalang,
apabila dapat dipraktekkan.
Pengorganisasian Pekerjaan
Tugas dan tanggung-jawab para pekerja dan penyelia harus
disebutkan dengan jelas. Instruksi yang jelas harus diberikan
kepada para pekerja bila mungkin, secara tertulis, dan
setidaknya secara lisan. Intruksi ini harus meliputi:

Spesifikasi pekerjaan:
Lokasi tempat kerja;
Mesin dan perkakas yang diperlukan:
Resiko yang teridentifikasi dan aturan keselamatan kerja yang
berkaitan:
Alat pelindung diri yang diperlukan:
Informasi tentang prosedur pertolongan pada kecelakaan yang
memerlukan pengungsian:
Kebutuhan untuk berhubungan dengan pekerja lain, termasuk
dengan kontraktor.

Cara kerja, peralatan dan perkakas harus aman dan mematuhi


prinsip ergonomik. Jika cara kerja alternatif tersedia, cara yang
menyebabkan paling sedikit resiko bagi keselamatan dan
kesehatan kerja harus dipilih. Kegiatan ini harus dilaksanakan
sesuai dengan pedoman ini. Untuk mengurangi posisi kerja
dan beban kerja yang kurang baik dan lama pada pekerjaan
tertentu, pekerja harus diusahakan untuk melakukan rotasi
pekerjaan di antara anggota dalam kelompok mereka. Ini
harus didukung oleh pelatihan pada tugas berbeda dan
dengan organisasi. Tidak boleh ada orang bekerja di lokasi
yang sangat terpencil sehingga bantuan disaat darurat tidak
dapat di peroleh. Di beberapa operasi dimana penebangan,

71
penyaradan atau pemuatan dilaksanakan maka harus ada tim
sekurang-kurangnya 2 pekerja yang dapat saling melihat atau
mendengar satu sama lain. Pengecualian terhadap ketentuan
ini dapat dibuat untuk pekerja yang disediakan dengan radio 2
jalur atau telepon genggam atau peralatan komunikasi lain
yang efektif.Pengusaha harus mengadakan pengarahan
terhadap pekerja sebelum melaksanakan pekerjaan, memberi
tahu mereka hasil penilaian resiko dan memberi arahan
tentang bagaimana mengatasi bahaya yang telah diidentifikasi
tersebut.Pengawasan atas pekerjaan yang sedang
berlangsung harus di percayakan ke orang yang terlatih dan
kompeten. Jika pekerjaan menjadi tidak aman karena kondisi
cuaca yang buruk atau gelap, pekerjaan harus dihentikan
sampai kondisi berubah yang memungkinkan operasi yang
aman. Bila pekerjaan dalam keadaan gelap tidak dapat di
hindarkan, lokasi kerja harus disiapkan dengan pencahayaan
yang cukup untuk menjaga standar keselamatan yang normal.
Dalam menghadapi bahaya yang tidak diduga atau tugas tidak
dapat dilaksanakan dengan cara yang aman, seperti yang
akan dijelaskan dalam, maka pekerjaan harus dihentikan dan
berkonsultasi dengan supervisor yang kompeten tentang
bagaimana melanjutkannya. Apabila beberapa petugas
kontraktor atau pekerja mandiri bekerja pada lokasi yang
sama, maka harus dibuat pengaturan untuk menjamin
koordinasi dan penugasan serta komunikasi tanggung jawab
untuk pengawasan.

Setiap pekerjaan yang menimbulkan ancaman terhadap


keselamatan pengunjung, termasuk masyarakat umum, harus
dilarang masuk tanpa ijin dengan tanda-tanda yang dapat
ditunjukkan seperti bahaya, penebangan pohon atau dilarang
masuk, operasi perkayuan. Bila pekerjaan yang berbahaya
dilaksanakan di sepanjang jalan umum, maka jalan tersebut
setidaknya ditutup dalam jarak yang aman selama pekerjaan.

72
Panjang jalan yang ditutup harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari otoritas jalan raya atau polisi.

Perlindungan dari cuaca yang tidak menguntungkan dan


potensi bahaya biologi
Operasi bidang pertanian di lapangan umumnya dilakukan
dalam kondisi cuaca yang tidak menguntungkan dan adanya
potensi bahaya biologi. Dalam keadaan seperti ini, harus
diambil langkah khusus untuk:

Mencegah penyakit yang disebabkan cuaca panas.


Perlindungan para pekerja dari radiasi ultraviolet yang
berlebihan.
Perlindungan pekerja dari cuaca atau kondisi iklim yang dapat
menyebabkan kecelakaan atau penyakit, seperti hujan, petir,
salju, dan temperatur rendah.
Meminimalkan ketidaknyamanan yang disebabkan gigitan atau
sengatan serangga, sepanjang hal tersebut dapat
dilaksanakan.

Para pekerja harus dapat mengenali gejala-gejala penyakit


yang berhubungan dengan panas dan cara mengatasi setiap
kondisi. Untuk menghindari penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas, maka aturan kerja harus
dikembangkan dan dijalankan dengan baik yang
memungkinkan para pekerja untuk beristirahat di tempat yang
teduh.Bagi para pekerja harus disediakan pakaian kerja yang
baik untuk melindungi tubuh dan kepala dalam menghadapi
kondisi cuaca buruk, sesuai dengan standar nasional dan
internasional. Pakaian kerja di buat dari katun umumnya enak
dipakai untuk bekerja di iklim panas. Namun harus dicatat,
bahwa baju katun tidak memberi perlindungan yang memadai
dari radiasi ultraviolet di daerah-daerah beriklim tropis dan sub
tropis, dan penahan sinar matahari dapat digunakan sebagai
tambahan.Para pekerja harus dilengkapi dengan penolak

73
serangga efektif, jika diperlukan, waktu memilih dan
menggunakan penolak serangga, haruslah dicatat bahwa
aplikasi unsur tersebut dalam periode lama dapat
menyebabkan iritasi kulit dan mata yang serius, terutama
sekali bila berkombinasi dengan cahaya matahari yang
intensif.Apabila memungkinkan, pekerjaan harus dilaksanakan
pada saat iklim paling baik bagi pekerja. Musim dari setahun
dan waktu kerja sehari-hari dapat mempunyai pengaruh yang
besar dalam mengurangi paparan berlebihan terhadap cahaya
matahari, temperatur yang ekstrim.

a. Penanganan kondisi darurat di lapangan dan penanganannya

Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan yang dihadapi


oleh pekerja dalam bidang pertanian, khususnya bidang teknologi
benih dan kultur jaringan tanaman dari hal-hal yang kecil seperti
terlukanya anggota tubuh, digigit hewan berbisa dan buas, keracuan
bahan kimia dan pestisida dan lain-lain yang mungkin saja terjadi.
Biasanya bila bekerja di lapangan lokasinya jauh dari pemukiman
atau tempat berobat jika kecelakaan terjadi. Oleh sebab itu maka
menghidari dan mengatasi terjadinya kecelakan di lapangan, maka
kepada setiap pekerja harus dibekali dengan kemampuan untuk
memberikan pertolongan pertama pada saat terjadinya kecelakaan

1) Umumnya para pekerja bidang pertanian di lapangan bekerja


dalam kelompok kecil di lokasi terpisah, tiap-tiap pekerja
harus dilatih dalam PPPK. Pelatihan ini harus meliputi
perawatan luka terbuka, dan resusitasi. Dalam area di mana
pekerjaan melibatkan resiko keracunan oleh bahan kimia atau
asap, ular, serangga atau laba-laba penggigit atau bahaya
spesifik lain, maka pelatihan pertolongan pertama harus
diperluas melalui konsultasi dengan orang atau organisasi
yang berkualitas.
2) Pelatihan pertolongan pertama harus dilakukan secara

74
berulang pada interval yang teratur untuk memastikan bahwa
keterampilan dan pengetahuan tidak menjadi ketinggalan
jaman atau dilupakan.
3) Ketetapan tentang fasilitas PPPK dan personil yang terlatih
harus ditetapkan hukum dan peraturan.
4) Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus siap
tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran
oleh kelembaban dan kotoran. Wadah ini harus ditandai
dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralatan PPPK.
5) Semua operator harus diberitahukan tentang lokasi peralatan
PPPK dan prosedur untuk memperoleh persediaan.
Jika dalam melakukan kegiatan agribisnis perbenihan dan kultur
jaringan tanaman terjadi kecelakaan harus terdapat alat komunikasi
agar dapatdengan segera menghubungi regu penolong seperti rumah
sakit, ambulance atau dokter terdekat. Pada suatu lokasi perbenihan
tanaman harus diupayakan adanya tempat berteduh dan berlindung.
Selain itu lokasi perbenihan dan kultur jaringan tanaman diupayakan
agar dekat dengan

1) Toko makanan
2) Persediaan air bersih yang cukup.
3) Fasilitas sanitary (ruang cuci, pancuran, kamar kecil atau
kakus
4) Fasilitas untuk mencuci dan mengeringkan pakaian
5) Toko barang umum (terpisah dengan bahan mudah terbakar,
bahan kimia)

Bila makanan disediakan olehpengusaha, harus dipastikan bahwa


masukan energi cukup untuk pelaksanaan pekerjaan fisik berat baik
karbohidrat,lemak dan protein hewani.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang


disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak
kondusif. Penerapan keselamatan kerja diharapkan mampu
menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat

75
atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya
kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah
pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.
Penerapan keselamatan kerja dalam bidang pertanian harus
diterapkan dalam setiap aktivitas diantaranya adalah persiapan lahan,
penanaman , pengairan, pemeliharaan tanaman tanpa bahan kimia,
penanganan dan penananam tanaman secara kimia (pemupukan dan
pengendalian hama, penyakit dan gulma tanaman), pemangkasan,
pemanenan, prosesing benih dan pengemasan. Semua kegiatan
bidang pertanian harus direncanakan dan diorganisir secara terpadu
sehingga dapat mencegah pemborosan dan untuk memastikan
tingkatan monitoring yang tepat sehingga pelaksanaan kerja dapat
berjalan dengan aman. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
adanya keterangan tentang :

1) Jenis pekerjaan yang diperlukan


2) Tujuan kegiatan
3) Lokasi tempat kerja yang ditunjuk,
4) Jadwal waktu untuk kegiatan spesifik:
5) Spesifikasi produk atau hasil lain:
6) Spesifikasi untuk metoda kerja yang digunakan:
7) Orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengawasi kegiatan:
8) Rencana darurat dalam cuaca buruk atau terdapat masalah
dengan peralatan.

Untuk setiap tugas diupayakan dipilih metoda terbaik dan paling


aman. Penggunaan alat dan bahan harus dilakukan dengan metoda
yang distandardisasi dan telah disetujui. Jika memungkinkan untuk
dapat dipraktekkan, pekerjaan manual dan motor-manual perlu
didukung dengan mesin, terutama sekali untuk mengurangi
mengangkat dan membawa muatan berat dan untuk mengurangi
potensi bahaya yang timbul dari penanganan mesin bertenaga dan
dipegang dengan tangan. Penggunaan bahan, alat dan mesin dalam

76
teknik perbenihan diupayakan untuk memenuhi kriteria di bawah ini.
Semua perkakas, mesin dan bahan-kimia berbahaya yang digunakan
dalam pembenihan dan kultur jaringan tanaman harus:

1) Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja


sebagaimana ditentukan dalam standar internasional atau
nasional dan rekomendasi.
2) Digunakan hanya untuk pekerjaan yang telah dirancang atau
dikembangkan, kecuali jika suatu penggunaan tambahan
yang diusulkan telah dinilai oleh seorang yang kompeten yang
telah menyimpulkan bahwa penggunaan alat dan bahan yang
digunakan adalah aman:
3) Digunakan atau dioperasikan hanya oleh para pekerja yang
telah dinilai berkompeten dan/atau memegang sertifikat
ketrampilan yang sesuai.

Dalam melakukan kegiatan pertanian sebaiknya menggunakan


pakaian kerja dan alat pelindung diri ketentuan umum untuk pakaian
kerja adalah sebagai berikut:

1) Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan


pekerja tetap kering dan berada pada temperatur yang
nyaman. Untuk pekerjaan dalam iklim panas dan kering,
pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari
isolasi panas yang berlebihan dan memudahkan pengeluaran
keringat. Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan
jika ada suatu resiko radiasi UV atau bahan yang beracun.
2) Pakaian harus mempunyai warna yang kontras agar pekerja
terlihat dengan jelas.
3) Bila menggunakan bahan kimia berbahaya, alat pelindung diri
harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan
bahan kimia di tempat kerja.
4) Alat pelindung diri harus mematuhi standar internasional atau
nasional.

77
5) Alat pelindung diri harus disediakan dalam jumlah yang
cukup.
6) Operator harus sadar bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja merupakan hal yang sangat penting.

D. Aktivitas Pembelajaran

Lakukan pengamatan terhadap konsep pelaksanaan keselamatan dan kesehatan


kerja dalam produksi benih dan kultur jaringan tanaman dengan cara:
a. Membaca uraian materi dari berbagai sumber, tentang aspek-aspek dan
komponen penting dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam produksi benih dan kultur jaringan tanaman; mulai dari:
1. Melaksanakan K3
2. Menerapkan K3
b. Mencari informasi tentang prosedur standar pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam produksi benih dan kultur jaringan tanaman.
c. Mengamati tata cara pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam produksi benih dan kultur jaringan tanaman; mulai dari:
1. Melaksanakan K3
2. Menerapkan K3
d. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah Anda lakukan, dan untuk
meningkatkan pemahaman Anda buatlah minimal 2-3 butir pertanyaan;
dan lakukan diskusi kelompok tentang:
Pelaksanaan dan Penerapan K3 di dalam kegiatan produksi benih dan kultur
jaringan tanam dan bagaimana cara penyelesaiannya

e. Cari informasi dari berbagai sumber (internet, modul, buku – buku


referensi, serta sumber – sumber lain yang relevan) tentang kasus
kecelakanan kerja dalam produksi benih dan kultur jaringan tanaman!
f. Lakukan suatu proses pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam produksi benih dan kultur jaringan tanaman; mulai dari:
pelaksanaan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan
menggunakan lembar kerja sebagai berikut:

78
Lembar Kerja 1.

Judul : Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja pada unit


usaha produksi/penangkaran benih tanaman

Tujuan : Siswa dapat melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja


pada unit usaha produksi/penangkaran benih tanaman sesuai
dengan ketentuan.

Waktu :

Alat dan bahan :

Alat :  Alat tulis


 Note book/lembar kertas hasil kerja
Bahan :  Referensi: pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
pada unit usaha produksi/penangkaran benih tanaman
Keselamatan kerja : 1. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan
bahan dan alat bantu yang sesuai dengan kebutuhan,
2. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan
kerja agar kegiatan dapat berjalan dengan baik,
3. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti
semula, bila kegiatan telah selesai dilakukan.
Langkah Kerja :

1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan!


2. Diskusikan bersama teman-teman Anda, tentang penerapan prosedur keselamatan
dan kesehatan kerja pada unit usaha produksi/penangkaran benih dan kultur
jaringan tanaman di sekolah Anda dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Buat perencanaan yang paling memungkinkan pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja pada unit usaha produksi/penangkaran benih dan
kultur jaringan tanaman di sekolah Anda,
b. Lakukan pemeriksaan ulang tentang: daya dukung, prosedur, dan
konsekuensi dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada

79
unit usaha produksi/penangkaran benih dan kultur jaringan tanaman di
sekolah Anda telah dibuat secara lengkap.
c. Evaluasi: Apakah pelaksanaan dan atau pengembangan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja pada unit usaha produksi/penangkaran
benih dan kultur jaringan tanaman di sekolah Anda sudah sesuai? Beri
penjelasan!

Lembar Kerja 2.
Judul : Membuat prosedur kondisi darurat dan pelaksanaan yang
sesuai pada unit usaha produksi/penangkaran benih dan
kultur jaringan tanaman

Tujuan : Siswa dapat membuat prosedur kondisi darurat dan


pelaksanaan yang sesuai pada unit usaha produksi/
penangkaran benih dan kultur jaringan tanaman sesuai
dengan ketentuan.

Waktu :

Alat dan bahan :

Alat :  Alat tulis


 Note book/lembar kertas hasil kerja
Bahan :  Referensi: membuat prosedur kondisi darurat dan
pelaksanaan yang sesuai pada unit usaha produksi/
penangkaran benih dan kultur jaringan tanaman
Keselamatan kerja : 1. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan
bahan dan alat bantu yang sesuai dengan kebutuhan,
2. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan
kerja agar kegiatan dapat berjalan dengan baik,
3. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti
semula, bila kegiatan telah selesai dilakukan.
Langkah Kerja :

1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan!


2. Diskusikan bersama teman-teman Anda, tentang membuat prosedur kondisi

80
darurat dan pelaksanaan yang sesuai pada unit usaha produksi/penangkaran
benih dan kultur jaringan tanaman di sekolah Anda dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Buat perencanaan yang paling memungkinkan dalam membuat prosedur
kondisi darurat dan pelaksanaan yang sesuai pada unit usaha
produksi/penangkaran benih dan kultur jaringan tanaman di sekolah
Anda,
b. Lakukan pemeriksaan ulang tentang: daya dukung, prosedur, dan
konsekuensi dalam membuat prosedur kondisi darurat dan pelaksanaan
yang sesuai pada unit usaha produksi/penangkaran benih dan kutur
jaringan tanaman di sekolah Anda telah dibuat secara lengkap.
c. Evaluasi: Apakah prosedur perencanaan dan atau pengembangan
membuat prosedur kondisi darurat dan pelaksanaan yang sesuai usaha
produksi/penangkaran benih dan kutur jaringan tanaman di sekolah
Anda sudah sesuai? Beri penjelasan!

F. Latihan/ Kasus/ Tugas


1. Apakah yang dimaksud dengan alat pelindung diri?
2. Jelaskan peraturan keselamatan pribadi pada area kerja?
3. Apakah manfaat menggunakan alat pelindung kepala? Berikan
contoh dari alat pelindung kepala!
4. Berikan contoh dari alat pelindung badan! Apa syarat dari alat
pelindung badan sehingga nyaman dan aman bagi
pekerja/praktikan?

G. Rangkuman

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah


kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja.
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara

81
melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset
perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan
kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja
yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang
penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan
kesehatan, pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi.
Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya
dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya,
pencegahan kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.
Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
Sasaran dari K3 adalah :
1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
2. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
3. menjamin proses produksi aman dan lancar

H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


1. Apakah ada prosedur pelaksanaan dan atau pengembangan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja pada unit usaha produksi/penangkaran
benih dan kutur jaringan tanaman di sekolah Anda masih perlu
diperbaiki? Kalau ada lengkapi alasannya!
2. Apakah ada prosedur pelaksanaannya dan atau pengembangan dalam
membuat prosedur kondisi darurat dan penanganan yang sesuai pada
unit usaha produksi/penangkaran benih dan kutur jaringan tanaman di
sekolah Anda masih perlu diperbaiki? Kalau ada lengkapi alasannya!

I. Kunci Jawaban

1. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan


saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

82
2. Mengunakan Alat Pelindung Diri. Beberapa APD yang dapat digunakan
dalam pekerjaan di bidang agribisnis perbenihan dan kultur jaringan atau
ketika pembelajaran di laboratorium kultur jaringan antara lain alat
pelindung kepala, alat pelindung mata, alat pelindung pernapasan, alat
pelindung tangan, alat pelindung kaki, alat serta pelindung badan.

3. Manfaat dari alat pelindung kepala adalah:

a) Melindungi rambut pekerja supaya tidak terjerat mesin yang berputar


(blower).
b) Melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan kimia.
Contoh alat pelindung kepala seperti topi pelindung, helmet, dan
caping.
4. Contoh alat pelindung badan adalah baju pengaman/baju kerja. Beberapa
persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baju kerja adalah
pemakaiannya harus fit, dan dalam keadaan tubuh. Sebaiknya tidak terlalu
kencang dan kaku sehingga tidak membatasi gerakan. Namun tidak terlalu
longgar sehingga mengundang bahaya tergulung mesin atau tercantol
bagian-bagian mesin yang menonjol hingga menyebabkan jatuh.

83
Kegiatan Pembelajaran 4.
Menerapkan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Sesuai dengan Jenis Kecelakaan

A. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menerapkan pertolongan


pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan

B. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu


1. Menjelaskan pengertian dari pertolongan pertama pada kecelakaan
2. Mengetahui peralatan yang dibutuhkan pada pertolongan pertama pada
kecelakaan
3. Mampu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan

C. Uraian Materi

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan


perawatan sementara korban kecelakaan sebelum memdapatkan pertolongan
yang lebih sempurna dari dokter ataupun paramedik. Ini berarti pertolongan
tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi
hanyalah berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas medik
atau orang awam yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan
harus secepat mungkin dan tepat dengan menggunakan sarana ndan prasarana
yang ada ditempat kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan
mengurangi rasa sakit, cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan
korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik maka dapat
memprburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian. Pertolongan
pertama pada kecelakaan sifatnya sementara, artinya kita harus tetap membawa
korban ke dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan
memastikan korban mendapat pertolongan yang dibutuhkan.

84
Tujuan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).
a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
1. Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban
2. Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru-paru ( RJP) kalau perlu
3. Mencari dan mengatasi pendarahan
b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)
1. Mengadakan diagnosa
2. Menangani korban dengan prioritas yang logis
3. Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi
c. Menunjang penyembuhan
1. Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
2. Mencegah infeksi
3. Merencanaan pertolongan medis serta tranfortasi korban dengan
tepat
Prinsip Dasar dalam Menangani Suatu Keadaan darurat tersebut antara
diantaranya :
a. Pastikan anda bukan menjadi korban berikutnya, sering kali kita lengah
atau kurang berpikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan,
sebelum kita menolong korban periksa dulu apakah tempat tersebut
sudah aman atau masih dalam bahaya.
b. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien,
pergunakan sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan
yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
c. Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian dsb. Catatan
ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan
oleh pihak lain

Secara umum urutan pertolongan pertama pada korban kecelakaan adalah:


1. Jangan panik.
Berlakulah cekatan tetapi tetap tanang, apabila kecelakaan bersifat masal
korban-korban yang memdapat luka rinagn dapat dikerahkan untuk

85
membantu dan pertongan diutamakan diberikan kepada korban yang
menderita luka yang palin parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban

Sumber-sumber Bahaya di Laboratoium/bengkel/lahan


Secara garis besar sumber-sumber bahaya di laboratorium kultur jaringan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. Bahan- bahan kimia yang berbahaya
a. Hal penting yang perlu kita kenali dari bahan kimia adalah: jenis, sifat,
cara penangan dan penyimpanan. Bahan kimia dapat masuk ke dalam
tubuh melalui tiga saluran, yaitu:
• Melalui mulut atau tertelan. Hal ini jarang terjadi kecuali ada
kesalahan dalam memipet dengan mulut atau makan dan
minum di dalam laboratoium.
• Melalui kulit. Zat-zat seperti anilin, nitrobenzena, fenol,
paration, dan asam sianida (HCN) mudah terserap kulit.
Mekanisme dari proses ini diduga ada hubungannya dengan
kelarutan lipid pada kulit.
• Melalui pernapasan. Gas, debu dan uap mudah terserap
lewat pernapasan, dan saluran ini merupakan sebagian
besar dari kasus keracunan yang terjadi. Gas-gas seperti
sulfur dioksida dan klor dapat memberikan efek setempat
pada jalan pernapasan. Tetapi gas-gas seperti HCN, CO,
H2S., uap Pb dan Zn, yang telah terserap lewat pernapasan
akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke
seluruh organ-organ tubuh.
2. Teknik percobaan
Teknik percobaan di laboratoium secara garis besar meliputi:
pencampuran bahan, distilasi, ektraksi, reaksi kimia, dan sebagainya.
3. Sarana di laboratoium
Sarana laboratoium seperti peralatan, listrik, air, gas, uap, dan
sebagainya adalah sangat penting dalam mempermudah pelaksanaan
kegiatan di laboratoium/bengkel/lahan. Tetapi sarana-sarana tersebut

86
dapat menimbulkan kerusakan maupun kecelakaan apabila tidak dijaga
penggunaannya dengan baik dan tepat.

Meskipun sudah banyak cara dan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi
masih mungkin terjadi kecelakaan di laboratorium. Oleh karena itu, untuk
menghindari akibat buruk diperlukan usah-usaha pertolongan pertama bila terjadi
kecelakaan. Meskipun banyak cara P3K yang umumnya cukup luas, tetapi P3K
dalam laboratoium kultur jaringan dan persemaian dapat diarahkan pada
kecelakaan berupa: luka bakar, luka pada mata, luka karena benda tajam yang
mengakibatkan pendarahan, luka karena jatuh yang mengakibatkan patah
tulang, tersengat listrik dan keracunan.

Peralatan P3K dan Cara Penggunaannya


Peralatan atau perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan minimal
yang perlu dipersiapkan dalam usaha memberikan pertolongan, antara lain
sebagai berikut
1. Peralatan P3K
a. Kasa Pembalut (perban). Perban terbuat dari kain yang jarang dan tipis.
Perban ini dipergunakan untuk membalut luka yang sudah ditutup kasa
steril.
b. Kasa Steril. Kasa yang sudah disterilkan digunakan untuk menutup luka.
Kasa steril adalah kain yang bebas dari kuman-kuman penyakit.
c. Plester. Plester digunakan untuk merekatkan kasa penutup agar tidak
terlepas. Dalam meletakkan kasa penutup, plester ditempatkan pada
beberapa tempat dan jangan melewati bagian tengah luka.
d. Plester obat. Plester obat (plester yang mengandung obat) biasanya
digunakan untuk menutup luka kecil yang telah dibersihkan, misalnya
akibat teriris atau tersayat benda tajam. Pada permukaan tengah plester
terdapat lapisan yang mengandung obat.
e. Pembalut Segitiga. Pembalut segitiga (mitella) biasanya digunakan untuk
korban yang mengalami kecelakaan seperti patah tulang lengan, luka di
kepala atau cedera pada sendi lutut. Pembalut segitiga terbuat dari kain
putih dengan ukuran 90 cm dan 125 cm. Pinggirnya tidak dijahit agar
ketika dipakai tidak menekan luka atau cedera.

87
f. Kapas. Kapas digunakan untuk membersihkan luka atau mengoleskan
obat. Biasanya sebelum digunakan, kapas terlebih dahulu dibasahi
dengan air bersih yang steril atau larutan pembersih luka, setelah itu baru
dipakai untuk membersihkan luka yang kotor.
g. Gunting. gunting yang digunakan sebaiknya gunting perban tahan karat.
h. Lampu senter. Lampu senter digunakan untuk melihat luka tertentu agar
lebih jelas, misalnya suatu benda yang masuk ke telinga atau melihat
benda yang sangat kecil di dalam luka.
i. Jepitan. Jepitan (pinset) digunakan untuk mengambil suatu benda yang
kecil di dalam luka atau mengambil kotoran yang melekat pada
permukaan luka. Pinset juga biasanya dipakai untuk menjepit kapas atau
kasa steril. Sebelum dipakai sebaiknya pinset dibersihkan dahulu
dengaan alkohol 70% atau direbus.

Gambar 5.1 . Kotak P3K

88
Gambar 5.2 . Isi Kotak P3K

2. Obat-obatan P3K
a. Obat Penghilang Rasa Sakit
• Jenis Obat :Balsem, Minyak kayu putih, Minyak angin
• Cara Penggunaannya. Obat diusapkan atau dioleskan pada dada,
kening, leher dan perut atau diciumkan.
• Kegunaannya. Memberi rasa segar, menghilangkan rasa sakit,
melonggarkan pernapasan atau menghangatkan tubuh.
b. Obat Luka Bakar
• Jenis Obat :Salep minyak ikan
• Cara penggunaannya. Oleskan salep ke permukaan luka bakar.
• Kegunaannya. Pada luka bakar yang kecil dan ringan sangat efektif
dan cepat menyembuhkan.
c. Obat Luka Ringan
• Jenis Obat: Obat merah, Betadin
• Cara penggunaannya:. Bersihkan luka dengan obat pencuci luka
terlebih dahulu, kemudian oleskan obat pada luka.
• Kegunaannya:. Mempercepat penyembuhan pada luka yang ringan
seperti tersayat benda tajam dan menghindarkan luka dari kotoran
agar tidak infeksi.
d. Obat Penyadar Orang Pingsan
• Jenis Obat: Amoniak cair 25%, Eau de cologne

89
• Cara penggunaannya: Basahi kapas dengan Amoniak atau Eau de
cologne. Kemudian kapas didekatkan atau diciumkan ke hidung
korban sampai korban sadar.
e. Obat Pencuci Luka
• Jenis Obat: Larutan betadin, Alkohol 70%, Boorwater (larutan boric)
• Cara Menggunakannya Basahi kapas dengan larutan betadine, alkohol
atau boorwater. Kemudian luka bersihkan dengan kapas yang sudah
dibasahi dengan larutan tersebut di atas
f. Obat luka bakar
 Jenis obat : Salep Bioplacenton
 Cara penggunaannya: Salep tersebut langsung dioleskan pada luka
bakar

Kecelakaan yang Sering Terjadi dan Cara Pertolongannya

1. Luka bakar
Luka bakar karena panas dapat terjadi oleh kebakaran atau kontak dengan
gelas atau logam yang panas. Tindakan yang perlu dilakukan bila hal itu
terjadi adalah dengan merendamnya dalam air dingin selama kurang lebih 5 -
10 menit. Salep obat luka bakar atau Larutan (lotion) penghilang rasa sakit
dapat digunakan setelahnya. Untuk mencegah luka bakar ringan semacam
itu, siapkan sepasang kaos tangan katun di lemari atari laci kerja Anda di
laboratorium, agar siap dikenakan bila Anda harus menangani labu, tabung,
atau alat lain sejenis yang panas.
Bila ada seseorang yang terluka bakar serius, seperti karena pakaiannya
terbakar, biasanya ia akan terguncang (shock). Ia sebaiknya direbahkan
(ditidurkan) di lantai dan jaga agar badannya tetap hangat dengan
menggunakan selimut atau penutup lainnya. Kemudian segera panggil
ambulan, dokter atau dibawa ke rumah sakit. Jangan cuci atau diberi salep
apapun pada luka bakar yang serius, kecuali untuk memadamkan api atau
menghilangkan bahan kimia berbahaya yang mengenainya. Kompres dingin
pada area yang terbakar dapat membantu menghilangkan panas.

2. Luka pada mata

90
Luka pada mata dapat diakibatkan oleh bahan kimia yang masuk ke mata,
maka tindakan yang harus segara dilakukan adalah membilas/mencuci
dengan air mengalir (cukup kuat/deras) selama 15 menit. Jangan coba-coba
untuk menetralkan asam atau basa di mata. Secara alamiah, kelopak mata
akan segera menutup bila ada benda asing masuk kedalam mata, karena itu
harus dijaga agar kelopak mata tetap terbuka selama mata dibilas dengan air.
Bila tidak ada fasilitas kran air khusus pencuci mata, sebagai gantinya dapat
menggunakan selang karet yang dihubungkan kepada kran air. Jangan
membiarkan tidak segera terbilas air, bila mata Anda kemasukan bahan kimia!
Waktu sangat penting. Semakin cepat bahan kimia tercuci dan terbuang,
semakin sedikit kemungkinan terjadi kerusakan pada mata Anda.
Setelah mata dicuci, perawatan atau tindakan secara medis sangat
dianjurkan. Untuk bahan kimia yang korosif, seperti Natrium Hidroksida
(NaOH), tindakan secara medis sangat penting.
3. Keracunan
Pada umumnya, tata cara pertolongan akibat keracunan biasanya mengikuti
satu pedoman umum, kecuali pada beberapa kasus keracunan khusus seperti
sianida, yang memerlukan pertolongan secara khusus. Pedoman utama
dalam memberikan pertolongan adalah dengan cara menghilangkan atau
membuang bahan beracun dari korban.
Umumnya pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang tidak
sadar atau hampir pingsan adalah dengan menelungkupkannya dengan
kepala menghadap ke samping dan lidah dikeluarkan untuk mencegah
tersedak karena ludah. Jagalah korban agar tetap pada posisi berbaring dan
tetap hangat suhu badannya, dan jika diperlukan berilah bantuan pernafasan
buatan. Ingat : jangan memberi minuman beralkohol karena dapat
mempercepat penyerapan beberapa jenis racun oleh tubuh. Dan terakhir
segeralah meminta pertolongan dari petugas kesehatan.
Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap jenis
keracunan bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut :
• Keracunan melalui Mulut/Pencernaan
Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan
memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban pingsan
jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya muntah segera

91
dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau dengan
memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam satu
gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih. Pemuntahan
jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin, asam atau alkali
kuat, atau apabila korban tidak sadar.
Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya, berilah
satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum. Bubuk
antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang gosong), satu
bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu bagian asam
tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk
racun tertentu.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk
pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia :

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Asam-asam korosif seperti asam Bila tertelan berilah bubur
sulfat (H2SO4), fluoroboric acid, aluminium hidroksida atau milk of
hydrobromic acid 62%, hydrochloric magnesia diikuti dengan susu atau
acid 32%, hydrochloric acid fuming putih telur yang dikocok dengan air.
37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Jangan diberi dengan karbonat
Bila tertelan berilah bubur atau soda kue.
aluminium hidroksida atau milk of
magnesia diikuti dengan susu atau
putih telur yang dikocok dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), Bila tertelan berilah asam asetat
amonium hidroksida (NH4OH), encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
Kalium hidroksida (KOH), kalsium (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
oksida (CaO), soda abu, dan lain- dengan memberi susu atau putih
lain. telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Berikan antidote umum, susu,
Bi, Sn, dan lain-lain minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,
norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan
dan berikan milk of magnesia.

• Keracunan melalui Pernafasan


Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan,
gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada,
tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah

92
korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan
pernafasan buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan
bernafas. Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas
kesehatan datang.
• Keracunan melalui Kulit
Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan
tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan
agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan
racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya,
lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-
benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega
atau pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali
diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ.
• Keracunan melalui Mata
Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata,
segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air
bersih dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-
hangat kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya
supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini
memungkinkan masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh
permukaan bola mata dan kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai
paling sedikit 15 menit

4. Pendarahan

Pada tiap-tiap luka akan terjadi pendarahan. Pendarahan dapat terjadi di


dalam atau di luar badan. Supaya tidak terjadi infeksi, tiap luka baik itu luka
luar maupun di dalam badan harus diambil tindakan yang cepat. Kita harus
membedakan dari mana darah itu keluar, apakah pendarahan itu keluar dari
arteri, vena (pembuluh darah balik), atau kapiler (pembuluh darah
rambut).Pendarahan arteri warnanya merah muda, dan darah keluar dengan
memancar sesuai dengan denyutan jantung. Pendarahan vena warnanya
merah tua, keluarnya cepat, tidak ada pancaran. Pendarahan kapiler

93
warnanya merah tua atau merah muda, tidak cepat dan berdenyut,
menyelubungi permukaan luka.
Berikut adalah beberapa tindakan terhadap pendarahan luar..

1. Menekan dengan pembalut tekan. Cara melakukannya: di atas luka


diletakkan kain kasa, kemudian dibalut dengan kain pembalut. Kain kasa
akan menutupi dan menekan darah yang keluar. Pendarahan vena dan
pendarahan yang tidak berat dapat dihentikan dengan cara tersebut.
Kalau tidak ada kain kasa, dapat juga dipergunakan sapu tangan yang
bersih. Jika terjadi pendarahan di tangan atau di kaki, tangan atau kaki
harus diangkat ke atas.

2. Menekan dari atas tempat tekanan. Kalau terjadi pendarahan arteri dan
pendarahan lain yang tidak dapat dihentikan setelah 5 menit dengan
pembalut tekan, maka tekanan harus dilakukan pada tempat-tempat
tertentu, yaitu tempat di mana arteri menyilang pada tulang. Tempat yang
harus ditekan, yaitu tempat antara luka dan jantung, tempat yang paling
dekat dengan luka arteri menyilang tulang. Setelah pendarahan berhenti,
lakukan penekanan dengan pembalut tekan.

3. Menahan pendarahan dengan tourniquet. Menahan pendarahan dengan


tourniquet hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang memaksa sekali,
karena penggunaan tourniquet ada bahayanya. Jika penolong
menggunakan tourniquet, ia harus segera diberitahukan kepada dokter,
bahwa ia menggunakan tourniquet.

5. Pernapasan Berhenti

Pernapasan berhenti (asphyxia) disebut dengan “mati lemas”. Dalam bahasa


Yunani asphyxia berarti “tidak berdenyut”, tidak tepat sebab pada kematian
karena asphyxia nadi sebenarnya masih dapat berdenyut untuk beberapa
menit setelah pernapasan berhenti. Pernapasan berhenti (asphyxia) adalah
kekurangan oksigen yang disebabkan oleh terganggunya saluran
pernapasan.
a. Sebab-sebab terhentinya pernapasan
1. Terhalangnya udara yang masuk ke dalam paru-paru, misalnya
karena tercekik, kemasukan benda asing ke dalam tenggorokan
atau kemasukan air karena tenggelam.
2. Kelumpuhan pada pusat pernapasan di otak, misalnya karena
pukulan keras di kepala atau perut, udara yang terlalu dingin atau
terlalu panas, terkena aliran listrik.

94
3. Sel-sel darah merah tidak dapat bekerja dengan baik.
4. Kurangnya oksigen dalam udara, misalnya di ruangan yang tertutup
rapat.
b. Pertolongan pertama
1. Memindahkan korban ke tempat yang udaranya bersih.
2. Mengeluarkan segala benda yang menyumbat tenggorokan.
3. Menutup badan korban dengan selimut supaya hangat.
4. Melakukan pernapasan buatan.

Patah Tulang

a. Ada Dua Macam Patah Tulang, yaitu


1. Patah tulang tertutup, kalau tidak ada kerusakan pada kulit.
2. Patah tulang terbuka, kalau ujung-ujung tulang yang patah
menusuk kulit sampai kelihatan keluar.
b. Tanda-Tanda Patah Tulang
 Terasa sakit pada tempat yang patah, lebih-lebih kalau
digerakkan.
 Tidak mungkin dapat bergerak.
 Kalau ujung-ujung tulang yang patah mendorong ke dalam, lengan
atau kaki akan menjadi lebih pendek.
 Tempat patah tulang membengkak.
c. Upaya Pertolongan
 Pada patah tulang terbuka, pertama-tama harus dihentikan
pendarahannya lalu ditutup dengan kain bersih, kemudian
dipasang bidai agar tidak bergerak sewaktu dibawa ke dokter,
rumah sakit atau Puskesmas.
 Pada patah tulang tertutup, korban diusahakan agar tidak banyak
bergerak, sehingga tidak bertambah sakit dan memperburuk
keadaan patah tulangnya.
 Bila tidak ada bidai pada tempat kecelakaan patah tulang kaki,
bantal dapat dipakai sebagai ganjal atau apa saja, agar korban
merasa enak dan tidak bertambah sakit

95
Terkena Aliran Listrik

Shock listrik terjadi bila tubuh seseorang dilalui arus listrik, badannya
kena kawat listrik, kena pesawat listrik atau kena halilintar.
a. Gejala-Gejalanya
 Kesadaran hilang
 Pernapasan berhenti, karena lumpuhnya pusat pernapasan.
 Kadang-kadang luka terbakar hebat.
 Terdapat pendarahan halus pada kulit

b. Cara Melepaskan dari Arus Listrik

 Pertama-tama melepaskan kontak antara korban dengan


pembawa arus listrik. Sangat berbahaya melepaskan korban
dengan tangan, atau memegang badan atau pakaiannya, terlebih-
lebih jika badan atau pakaian korban basah, misalnya karena
keringat.
 Kalau sekering listrik dekat, putuskan sekering dengan segera.
Kalau tidak ada sekering, lakukanlah hal-hal sebagai berikut.
Berdirilah di atas papan yang kering atau di atas pakaian kering.
Balutlah tangan dengan pakaian kering dan tebal, atau memakai
sarung tangan karet.
 Tariklah korban pada pakaiannya yang kering untuk melepaskan
korban dari pembawa arus listrik.
 Tindakan selanjutnya, kalau korban tidak bernapas, buatlah
pernapasan buatan. Pernapasan buatan harus dilakukan sampai
korban dapat bernapas kembali. Setelah korban dapat bernapas
kembali, balutlah lukanya.
Pingsan

Pingsan adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang mendadak, dan


biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak. Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya hanya
beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen.

96
Gambar 5.3. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

a. Penyebab Pingsan
 Postural hipotensi adalah suatu kondisi umum. Hal ini terjadi
ketika seseorang telah duduk selama beberapa saat dan
kemudian tiba-tiba mengalami perasaan pusing ketika berdiri.
 Dehidrasi parah juga menyebabkan pingsan. Hal ini terutama
terlihat pada anak-anak yang banyak olahraga di luar ruangan
selama musim panas. Hilangnya cairan diterjemahkan kurangnya
darah tersedia di otak dan otot. Penurunan volume darah adalah
yang menyebabkan pingsan pada anak-anak.
 Anemia adalah suatu kondisi kurangnya salah satu sel darah
merah atau hemoglobin. Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah
oksigen mencapai otak yang menyebabkan pingsan.
 Setiap jenis perubahan irama jantung dapat mengakibatkan
fluktuasi dalam jumlah darah yang dipompa ke berbagai bagian
tubuh atau yang disebut arrhythmia. Kondisi katup jantung juga
dapat menyebabkan arrhythmia, sekali lagi yang dapat
menyebabkan perubahan dalam fungsi hati. Ketersediaan oksigen
dalam tubuh yang tiba-tiba menurun dapat menyebabkan pingsan.
 Serangan jantung ringan atau segala jenis kematian jantung
mendadak juga dapat menyebabkan seseorang pingsan.

97
 Vasovagal syncope atau neurocardiogenic syncope adalah suatu
kondisi di mana penurunan tekanan darah akibat tindakan saraf
vagus dan membuat orang pingsan. Hal ini biasanya terlihat ketika
seseorang tibatiba mendengar berita buruk atau melihat gambar
berdarah, dan lainnya.
 Pingsan selama kehamilan juga umumnya terjadi. Ada banyak
faktor yang menyebabkan pingsan selama kehamilan. Kurang gizi,
anemia, telentang untuk waktu lama, bisa menyebabkan pingsan
selama kehamilan.
 Penurunan gula darah tiba-tiba menyebabkan penurunan glukosa
yang tersedia untuk fungsi otak. Hal ini dapat dilihat pada
penderita diabetes yang cenderung overdosis insulin. Jika orang
kehilangan dosis, mungkin tergoda mengambil dosis insulin
tambahan untuk menebus dosis yang terabaikan. Dalam kasus
tersebut, gula darah cenderung tibatiba jatuh, dan membuat orang
menjadi shock insulin.
 Occupational syncope merupakan orang yang pingsan karena
pemicu yang merupakan fungsi tubuh normal, seperti batuk,
bersin, jatuh dari bangku, mengejan pada saat buang air besar,
atau lainnya.
 Ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh dapat juga membuat
seseorang merasa pusing. Ini karena perubahan konsentrasi
cairan dalam tubuh dan juga secara langsung mempengaruhi
tekanan darah dalam tubuh.
 Kadang-kadang, seseorang pingsan sebagai akibat dari reaksi
alergi terhadap beberapa obat atau pengobatan.

b. Gejala-gejala Pingsan

Gejala-gejala pingsan dapat diketahui ketika seseorang mengalami


pusing ketika duduk atau berdiri, mual, badan panas, dingin,
berkeringat, dan kulit pucat sebelum mereka akan pingsan.

c. Pertolongan

98
Langkah pertama yang harus diambil ada yang pingsan adalah seperti
berikut.

 Mengembalikan kesadarannya dengan memberikan bau-bauan


yang menyengat seperti parfum atau minyak kayu putih.
 Buat kepalanya lebih rendah dari kaki agar darah bisa mengalir ke
otak.
 Jika korban pingsan muntah miringkan kepalanya agar jalur
pernapasannya bisa lancar kembali.
 Jika sudah sadar beri air minum.

D. Aktivitas Pembelajaran

1. Perhatikan tempat kerja anda (Agribisnis Perbenihan dan


kultur jaringan tanaman). Amatilah secara berkelompok (5 orang)
fasilitas laboratorium/bengkel/lahan/kandang kemudian lakukan
pengumpulan data dan informasi tentang kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan pencegahannya dengan menggunakan tabel berikut:

Aspek Penerapan/ Pelaksanaan


a. Sarana laboratorium (listrik, air,
gas, ventilasi, fume hood,
pembuangan limbah kimia)
b. Tata tertib selama bekerja di
laboratorium/bengkel/lahan/kand
ang
c. Lemari/kotak P3K
d. Alat pemadam kebakaran beserta
petunjuk dan cara penggunaannya
e. Jalur evakuasi jika terjadi
kecelakaan
a. Alat pelindung diri

2. Perhatikan tempat kerja Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan


Tanaman di sekolah anda. Analisis oleh anda secara berkelompok
(@ 5 orang) kemudian diskusikan penugasan di bawah ini :

99
a. Resiko kerja apa saja yang mungkin terjadi terkait
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup?
b. Prosedur menghadapi keadaan darurat dan insiden apa aja
yang harus di siapkan oleh pengelola Agribisnis Perbenihan
dan kultur jaringan tanaman disekolah anda ?
3. Buatlah laporan hasil simpulan, dalam bentuk „hard copy‟ sebagai
laporan tertulis, dan „power point‟ sebagai bahan presentasi.

Lembar Kerja

Lembar Kerja 1 :

Menyelamatkan Orang Terkena Gigitan Ular di Lokasi Agribisnis Perbenihan dan


Kultur Jar ngan Tanaman disekolah anda

A. Tujuan Praktik
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik ini, diharapkan anda dapat
menyelamatkan orang yang terkena gigitan ular di lokasi budidaya ikan
sesuai prosedur.
B. Prasyarat
Untuk melaksanakan praktik meninggalkan kapal, sebaiknya anda sudah
mempelajari materi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) atau
Pelayanan Medis Darurat (PMD).
C. Petunjuk Praktik
Petunjuk kegiatan praktik penyelamatan menyelamatkan orang yang terkena
gigitan ular di lokasi budidaya ikan adalah sebagai berikut :
1. Baca dan pahami terlebih dahulu penugasan yang diberikan dalam
bentuk simulasi
2. Sebaiknya dibentuk kelompok dengan jumlah @ 3 orang (1 korban dan
2 Penolong),
3. Lakukan bergantian sehingga semua bisa mengikuti praktik dengan
peran yang berbeda.
4. Lakukan kegiatan praktik dengan baik dan benar.
D. Keselamatan Kerja

100
1. Pergunakan alat keselamatan yang standar
2. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Sawyer Extractor dan perlengkapan P3K.
2. Bahan
Obat anti bisa
F. Langkah Kerja
1. Di dapati seorang pekerja mengeluhkan dirinya telah digigit oleh
seekor ular yang terinjak olehnya di bagian kaki pada saat berjalan
dilingkungan sekitar lahan. Lakukan upaya penyelamatan bagi
korban!
2. Lakukan kegiatan praktik dengan baik dan benar.

Lembar Kerja 2 :

Perbenihan dan Kultur Jaringan Tanaman di sekolah anda Menyelamatkan


Orang Terkena Sengatan Listrik di lokasi Agribisnis

A. Tujuan Praktik
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik ini, diharapkan anda dapat
menyelamatkan orang yang terkena sengatan listrik di lokasi sekolah
anda sesuai prosedur.
B. Prasyarat
Untuk melaksanakan praktik meninggalkan kapal, sebaiknya anda sudah
mempelajari materi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) atau
Pelayanan Medis Darurat (PMD).
C. Petunjuk Praktik
Petunjuk kegiatan praktik penyelamatan menyelamatkan orang yang
terkena gigitan ular di lokasi sekolah adalah sebagai berikut :
1. Baca dan pahami terlebih dahulu penugasan yang diberikan dalam
bentuk simulasi
2. Sebaiknya dibentuk kelompok dengan jumlah @ 3 orang (1 korban
dan 2 Penolong),

101
3. Lakukan bergantian sehingga semua bisa mengikuti praktik dengan
peran yang berbeda.
D. Keselamatan Kerja
1. Pergunakan alat keselamatan yang standar
2. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Galah atau kayu kering dan perlengkapan P3K.
2. Bahan
-
F. Langkah Kerja
1. Didapati seorang pekerja dalam kondisi pingsan ketika memperbaiki
kabel listrik yang terhubung dengan alat-alat listrik di area
laboratorium misalnya. Lakukan penyelamatan terhadap korban !
2. Lakukan kegiatan praktik dengan baik dan benar.

Lembar Kerja 3 :

Memadamkan Kebakaran di lokasi

A. Tujuan Praktik
Setelah menyelesaikan kegiatan praktik ini, diharapkan anda dapat
memadamkan kebakaran di lokasi kebakaran sesuai prosedur.
B. Petunjuk Praktik
Petunjuk kegiatan praktik memadamkan kebakaran di lokasi adalah
sebagai berikut :
1. Baca dan pahami terlebih dahulu penugasan yang diberikan dalam
bentuk simulasi
2. Sebaiknya dibentuk kelompok dengan jumlah @ 3 orang (1 korban
dan 2 Penolong),
3. Lakukan bergantian sehingga semua bisa mengikuti praktik dengan
peran yang berbeda.
C. Keselamatan Kerja
1. Pergunakan alat keselamatan yang standar
2. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

102
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) berbahan Non. Co2
2. Bahan
-
E. Langkah Kerja
1. Lokasi Agribisnis ruangan laboratorim terbakar. Sumber api belum
diketahui. Di laboratorium bertugas 5 orang pekerja. Ada seorang
pekerja yang pingsan dan cedera. Lakukan upaya penyelamatan diri
dan penyelamatan korban pingsan.
2. Selamatkan korban
3. Siapkan alat bantu keselamatan
4. Padamkan api
5. Lakukan kegiatan praktik dengan baik dan benar.

E. Latihan/ Kasus/ Tugas

Jawablah pertanyaan-pertanyan berikut ini dengan singkat dan jelas!


1. Jelaskan pengertian Penyelamatan Pertama Pada Kecelakaan!
2. Jelaskan dasar-dasar Pertolongan Pertama pada Kecelakaan ( First aids)!
3. Jelaskan cara memberikan pertolongan pertama pada penderita pusing !
4. Jelaskan prinsip mengevakuasi korban!
5. Bagaimana sistematika Pertolongan Pertama pada suatu accident?

E. Rangkuman

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) merupakan pertolongan


pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan
kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum
korban dibawa ke tempat rujukan atau Rumah sakit. P3K yang dimaksud
yaitu memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan
pertama yang lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan
lainnya. P3K diberikan untuk menyelamatkan korban, meringankan
penderitaan korban, mencegah cidera atau penyakit yang lebih parah,

103
mempertahankan daya tahan korban, dan mencarikan pertolongan yang
lebih lanjut.
Ada pun prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban serta beberapa
peralatan yang diperlukan terhadap korban namun tidak semua ada, akan
tetapi kita dituntut kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

 Apakah prosedur P3K laboratorium kultur jaringan dan pengujian mutu


benih tanaman sudah sesuai? Beri penjelasan!
 Umpan balik : Apakah ada P3K di laboratorium kultur jaringan dan
pengujian mutu benih tanaman yang masih perlu diperbaiki?. Kalau ada
jelaskan alasannya!

G. Kunci Jawaban

1. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah perawatan


pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan
atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan
dari tenaga medis, dengan tujuan mencegah keadaan bertambah
buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis
resmi.
2. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Pakailah metode
atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Biasakan
membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda
lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian
3. Pusing/nyeri kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh
kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan. Gejala yang biasanya
menyertai: kepala terasa nyeri/berdenyut, kehilangan keseimbangan
tubuh, dan lemas. Cara penanganan yang dapat dilakukan adalah
istirahatkan korban, beri minuman hangat, beri obat bila perlu dan
tangani sesuai penyebab.
4. Prinsip mengevakuasi korban adalah dilakukan jika mutlak perlu.
Menggunakan teknik yang baik dan benar. Penolong harus memiliki

104
kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk
menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan
kematian
5. Sistematika Pertolongan Pertama pada suatu kecelakaan (accident):
a. Jangan panik saat memberikan Pertolongan Pertama
b. Jauhkan korban dari kecelakaan berikutnya
c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban
d. Perhatikan tanda-tanda shock
e. Jangan memindahkan korban dengan tergesa- gesa
f. Transportasikan korban ke pusat pengobatan

105
Kegiatan Pembelajaran 5.
Mengolah Limbah Agribisnis Perbenihan dan Kultur
Jaringan Tanaman
A. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu mengolah limbah agribisnis


perbenihan dan kultur jaringan tanaman

B. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat mampu


1. Menjelaskan pengertian dan macam-macam limbah laboratorium dan
persemaian
2. Menjelaskan cara pengeloaan limbah

C. Uraian Materi

A. Pengertian Limbah Limbah


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Menurut Recycling and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai
benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau
pembuangannya dengan cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan
umum dan untuk melindungi lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah
yang berasal dari kegiatan laboratorium.

Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :


1. Bahan baku yang telah kadaluarsa
2. Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak terpakai)
3. Produk proses
4. di laboratorium (misal sisa spesimen)
5. Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali pakai)

106
B. Macam-macam Limbah Laboratorium

1. Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium


kultur jaringan dan persemaian adalah:
Kelas Jenis

Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam


A larutan

Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik


B dalam larutan

C Residu padatan bahan kimia laboratorium organik

Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan


D kemasan pada pH 6 -8

Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan


E larutannya

F Senyawa beracun mudah terbakar

G Residu air raksa dan garam anorganik raksa

H Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah

I Padatan anorganik

J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik

2. Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi:

a. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung
maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan
hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah beracun dibagi
menjadi:

107
1) Limbah mudah meledak
2) Limbah mudah terbakar.
3) Limbah reaktif
4) Limbah beracun
5) Limbah yang menyebabkan infeksi
6) Limbah yang bersifat korosif

Sifat & Simbol Limbah B3


Menurut Penjelasan PP 18 Tahun 1999 Pasal 8 Ayat 1 sifat-sifat limbah
B3 adalah sebagai berikut:

1) Mudah Meledak
Pada suhu dan tekanan standar (25
derajat Celcius, 760 mmHg) dapat
meledak atau melalui reaksi kimia
dan atau fisika dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitarnya.

2) Mudah Terbakar
Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :

a) Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%


volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat
Celcius akan menyala apabila terjadi kontak dengan api,
percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg
b) Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.
c) Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar

108
d) Merupakan limbah pengoksidasi

3) Reaktif

Yang dimaksud dengan reaktif adalah:


a) Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab
perubahan tanpa peledakan.
b) Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air
berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap
atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
c) Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi
pH antara 2 dan 12.5 dapat menghasilkan gas, uap atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
d) Yang Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan
tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg).
e) Menyebabkan kebakaran karena
melepas atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam
suhu tinggi

4) Beracun

109
Limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang
dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius apabila masuk kedalam tubuh melalui
pernapasan, kulit, atau mulut.

5) Infeksius

Limbah laboratorium medis, atau limbah


lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular

.
6) Korosif

Limbah yang memiliki dari salah satu sifat berupa :

a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit


b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
c) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah
bersifat asam dan dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk
yang bersifat basa

110
b. Limbah infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang
perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.

c. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.

3. Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan menjadi:

a. Limbah padat
Limbah padat di laboratorium relatif kecil, biasanya berupa endapan atau
kertas saring terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Limbah padat
dibedakan menjadi:
1) Limbah padat infeksius
2) Limbah padat non infeksius

b. Limbah gas
Limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif
masih aman untuk dibuang langsung di udara, contohnya limbah yang
dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida
atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

c. Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair (PP No.82 Thn 2001). Umumnya laboratorium berlokasi di
sekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah cair yang meresap
ke dalam air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar. Limbah cair
terbagi atas:
1) Limbah cair infeksius
2) Limbah cair domestic
3) Limbah cair kimia

111
4. Berdasarkan atas dasar asalnya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Limbah organik
Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari
kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan
mudah diuraikan melalui proses yang alami.

b. Limbah anorganik
Limbah anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di
uraikan dan tidak dapat diperbaharui.

5. Limbah Pertanian
Limbah pertanian adalah bagian tanaman pertanian diatas tanah atau
bagian pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil
utamanya. Berdasarkan artinya pengertian limbah pertanian dapat diartikan
sebagai bahan yang dibuang di sector pertanian.

a. Klasifikasi Limbah Pertanian


Limbah pertanian pra panen adalah materi-materi biologi yang terkumpul
sebelum atau sementara hasil utamanya diambil, contohnya antara
lain :

Klasifikasi Limbah
Nama
Senyawa Wujud Asal Toksisitas

112
Daun Organik Padat Pertanian Non B3
Ranting Organik Padat Pertanian Non B3
Buah yang
gugur sengaja Organik Padat Pertanian Non B3
atau tidak

Limbah pertanian panen adalah limbah yang muncul pada saat


panen dilakukan, contohnya antara lain :
Nama Klasifikasi Limbah
Senyawa Wujud Asal Toksisitas
Batang Padi Organik Padat Pertanian Non B3
Jerami Organik Padat Pertanian Non B3
Sekam Padi Organik Padat Pertanian Non B3

Limbah pertanian pasca panen, contohnya :

Klasifikasi Limbah
Nama
Senyawa Wujud Asal Toksisitas
Kulit ternak
Organik Padat Pertanian Non B3
potong
Jeroan ternak
Organik Padat Pertanian Non B3
potong

Limbah industri pertanian contoh molases pada pabrik gula


tebu. Pengaruh limbah industri pertanian terhadap lingkungan dapat
berupa :
1) Membahayakan Kesehatan masyarakat karena dapat
merupakan pembawa suatu penyakit.
2) Dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada dalam
air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya.
3) Dapat merusak keindahan, karena bau busuk dan
pemandangan yang tidak sedap dipandang.

113
b. Jenis dan wujud limbah pertanian

1) Limbah Padat
Bahan-bahan buangan baik dari limbah pra panen, limbah
panen, limbah pasca panen dan limbah industri pertanian yang
wujudnya padat dikelompokkan pada limbah padat. Limbah-
limbah tersebut di atas kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa
penanganan tertentu akan menyebabkan/menimbulkan
keadaan tidak higienis. Limbah padat dapat diolah menjadi
pupuk dan makanan ternak.

2) Limbah cair
Limbah cair industri pertanian sangat banyak karena air
digunakan untuk :
a) Membersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan.
b) Menghanyutkan bahan-bahan yang tidak dikehendaki
(kotoran).
Limbah cair yang berasal dari industri pertanian banyak
mengandung bahan-bahan organik (karbohidrat, lemak dan
protein) karena itu mudah sekali busuk dengan menimbulkan
masalah polusi udara (bau) dan polusi air.

3) Limbah gas
Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada
saat pengolahan hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang
timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air
selama proses pelayuan teh dan proses pengeringannya.
Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan bahaya harus
disalurkan lewat cerobong.

c. Penyebab Terjadinya Limbah Pertanian

114
Limbah pertanian dapat berasal dari limbah hewan, pupuk, maupun
pestisida. Pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat
mencemari air.

d. Dampak Limbah Pertanian

1) Dampak terhadap lingkungan


a) Gangguan terhadap Kehidupan Biotik
b) Gangguan terhadap Keindahan
c) Gangguan terhadap Kesehatan

2) Cara Penanganan Limbah Pertanian

Limbah jika dikelola dengan tepat, akan menjadi sumber


pendapatan baru bagi petani, limbah dapat dibuat berbagai
macam produk seperti
a) Biofull adalah jenis bahan bakar terbaru biasanya ditemukan
dalam bentuk cair yang telah disuling dan diproduksi dari
berbagai bentuk biji-bijian dan lemak nabati, biasanya
jagung yang digunakan.
b) Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobic
atau fermentasi dari bahan-bahan organic seperti kotoran
manusia dan hewan atau sisa-sisa limbah pertanian
c) Briket adalah sumber energy alternative pengganti minyak
tanah dan LPG dari bahan-bahan bekas atau bahan yang
sudah tidak terpakai lagi.
d) Asap cair adalah campuran larutan dari disperse asapkayu
dalam air yang dibuat dengan mengkondensasi asap cair
hasil pirolisis
e) Media tumbuh
f) Pupuk organic, Kompos kaya akan keanekaragaman
mikroorganisme dengan komposisi bakteri 106-1010 cfu,
aktinomycetes 104-108 dan cendawan 104-106 cfu/gram.

115
Kompos berfungsi sebagai soil conditioner yang dapat
memperbaiki struktur, sifat kimia, fisik dan biologi tanah dan
sebagai soil ameliorator yang dapat meningkatkan
kemampuan pertukaran kation baik dladang maupun
ditanah sawah.
g) Biopestisida adalah agen biologi atau produk-produk alam
yang digunakan untuk mengkontrol hama pada tanaman.
h) Bioremediasi adalah proses penguraian limbah
organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali.

Sangat disayangkan dewasa ini masih sangat minim


pemanfaatan limbah pertanian, hal ini terbukti dari sebuah
penelitian hanya sekitar 30% peternak di Indonesia yang
memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan dan juga pupuk.
Limbah pertanian juga memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
6. Limbah Peternakan

a. Pengertian Limbah Peternakan

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha


peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah
tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine,
sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin
berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin
meningkat.
Menurut Pariera (2009), limbah peternakan adalah semua buangan
yang meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
usaha peternakan yang bersifat padat, cair, gas dan sisa pakan.

b. Jenis Limbah Usaha Peternakan

116
Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua
kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik
berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan.

c. Dampak Limbah Peternakan

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang


potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat
menimbulkan pencemaran. Selain melalui air, limbah peternakan
sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media
untuk berkembang biaknya lalat.
1) Ancaman Limbah peternakan Bagi Kesehatan
2) Ancaman Bagi Lingkungan

d. Teknik Penanganan Limbah Peternakan

1) Teknik pengumpulan (collections)

Ada 3 cara mendasar pengumpulan limbah :

a) Scraping, yaitu membersihkan dan mengumpulkan limbah


dengan cara menyapu atau mendorong/menarik (dengan
sekop atau alat lain) limbah. Diduga merupakan cara
pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan oleh para
peternak. Scrapingdapat dilakukan dengan cara manual
ataupun mekanik.
(1) Cara manual, biasa dipakai pada kandang panggung
(stanchions), yaitu untuk membersihkan limbah yang
melekat di jeruji lantai kandang atau di tempat-tempat
fasilitas kandang yang lain. Cara ini digunakan
terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga
kerja banyak dan sebagai penyempurnaan sistem
pengelolaan limbah peternakan.
(2) Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan
sistem manual, hanya saja pada sistem ini

117
menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan
yang tetap.
b) Free-fall, yaitu pengumpulan limbah dengan cara
membiarkan limbah tersebut jatuh bebas melewati
penyaring atau penyekat lantai ke dalam lubang
pengumpul di bawah lantai kandang. Pengumpulan limbah
peternakan dengan system free-fall dilakukan dengan
membiarkan limbah melewati penyaring atau penyekat
lantai dan masuk ke dalam lubang penampung.
c) Flushing, yaitu pengumpulan limbah menggunakan air
untuk mengangkut limbah tersebut dalam bentuk cair.

2) Pengangkutan (transport)

Cara pengangkutan limbah dari tempat pengumpulan


bergantung pada karakteristik aliran limbah. Karakteristik aliran
limbah bergantung pada umur dan jenis ternak dan juga pada
sistem pengumpulan limbah yang digunakan.

3) Pemisahan (separation)
4) Penyimpanan (storage) atau Pembuangan (disposal).

e. Cara Penanganan Limbah Peternakan

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang


potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient
(zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain
(unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai
tujuan (Sihombing, 2002).

1) Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah

118
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah,
telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan
campuran feces yang ditambah bahan organik lain.

2) Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik

Kadar N, P dan K dalam Pupuk Kandang dari Beberapa Jenis


Ternak
Kandungan (%)
Jenis Pupuk Kandang
N P2O5 K2O
Kotoran Sapi 0.6 0.3 0.1
Kotoran Kuda 0.4 0.3 0.3
Kotoran Kambing 0.5 0.3 0.2
Kotoran Ayam 1.6 0.5 0.2
Kotoran Itik 1.0 1.4 0.6
Sumber : Nurhasanah, Widodo, Asari, dan Rahmarestia, 2006

3) Pemanfaatan Untuk Gasbio


Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar
gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam
kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan
(CH4) dan gas karbondioksida (CO2).

C. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium

Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan


limbah terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang
mungkin berada dalam limbah tersebut. Penanganan limbah antara lain
ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

1. Pengelolaan limbah berbahaya dan beracun, dengan cara


:
a. Netralisasi

119
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur
tohor, CaO atau Ca(OH)2Sebaliknya, limbah yang bersifat basa
dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.
b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan
tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn
dan Hg.
c. Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi
reduksi oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak
toksik.
d. Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion
beracun dapat diserap oleh resin anion.

2. Pengelolaan limbah infeksius

Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat


infeksius, yaitu;

a. Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara
penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau
membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.

b. Metode Pengenceran (Dilution)


Cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air
masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai
dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.

c. Metode Proses Biologis

120
Menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut
akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat
dalam limbah.

d. Metode Ditanam (Landfill)


Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

e. Metode Insinerasi (Pembakaran)


Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator.
Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke
atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti mineral, logam
dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan,
darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa
dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya
(tergantung dari jenis limbah).

3. Pengelolaan limbah radioaktif

Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan


memakai radioaktif sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang
ketat dan menggunakan alat yang mudah didekontaminasi. Penanganan
limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
a. Bentuk : cair, padat dan gas,
b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
c. Tinggi-rendahnya aktifitas
d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :


a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai
proses peluruhan, peguburan dan pembuangan.
b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah
radioaktif, seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).

121
4. Pengelolaan limbah umum

Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong


plastik diikat kuat dan dibakar di insinerator

D. Langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di


laboratorium dan persemaian/perbenihan

1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang


telah digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai.
Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah
digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil
eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan
destilasi.
2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-
reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan
residu berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada,
hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
3. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan
langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat
larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang
langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan
kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan
penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa
yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd,
dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu.
Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
4. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat
dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah
dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar
ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
5. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam
insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika

122
dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
bersifat toksik.
6. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak
merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat
padat yang reaktif dan beracun

Prinsip-prinsip mengurangi limbah bahan kimia

Ada beberapa prinsip sederhana yang dapat dilakukan dengan


tujuan sedapat mungkin menghindari membuang limbah, atau setidaknya
mengurangi terjadinya limbah kimia. Prinsip-prinsip yang dapat dilakukan
adalah:

a. Hindari membeli bahan kimia dalam jumlah besar


Meskipun membeli dalam jumlah yang lebih besar sering kali lebih murah,
namun bahan kimia harus disimpan dan mungkin
terjadi perubahan kualitas dan berakhir dengan
pembuangan. Membeli tidak lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk
1 sampai 2 tahun ajaran.
b. Hindari menggunakan terlalu banyak
Murid yang belum terbiasa dalam praktikum Kimia sering
menggunakan bahan kimia lebih banyak dari yang
diperlukannya. Misalnya, ketika membuat tembaga (II) sulfat kristal
dari tembaga (II) oksida, mereka akan terus menambah lebih banyak
tembaga (II) oksida daripada diperlukan.
c. Petunjuk harus jelas
Petunjuk pada lembar kerja atau buku praktikum harus jelas. Hindari
pertanyaan yang tidak jelas misalnya, "menambahkan satu spatula
penuh oksida tembaga". Apa ukuran spatula sebenarnya?
d. Meminimalkan konsentrasi larutan
e. Membuat hasil suatu produk satu bereksperimen, sebagai
awal eksperimen yang lain
f. Timbal (II) klorida, bromida atau iodida dari reaksi presipitasi dapat
disaring, dicuci, dikeringkan dan kemudian digunakan dalam elektrolisis.

123
g. Mendaur ulang bahan kimia (recycle)
h. Kristal tembaga sulfat hasil dari suatu eksperimen, dapat digunakan
kembali untuk membuat larutan tembaga sulfat.
i. Menghindari atau menurunkan kontaminasi
j. Siapkan bahan kimia hanya sejumlah (berat atau volume) yang
dibutuhkan untuk pelajaran, bukan keseluruhan botol.
k. Mengelola akhir pelajaran
Membersihkan pada akhir pelajaran sering dilakukan terburu-buru.
Murid mungkin hanya menuangkan segala macam bahan kimia
bersama-sama menjadi 'koktail' kimia yang bisa terus bereaksi dan
mengeluarkan asap berbahaya. Gelas bisa menjadi begitu bernoda dan
sulit dibersihkan. Menghindari hal tersebut harus dimasukkan
dalam perencanaan pelajaran.

Pencegahan dan pengurangan sampah dari dari sumbernya. Kegiatan ini di


mulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan Organik dan
anorganik, dengan menyediakan tempat sampah Organik dan Anorganik di
setiap kawasan sekolah.

Sumber; http://renathakalinda.blogspot.co.id/2015/10/

Gambar 6.1. Penanganan-limbah-bahan-kimia

Pengolahan dengan menerapkan konsep 4R yaitu:

124
1. REPLACE
(Mengganti barang dengan barang yang ramah lingkungan)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang
hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga
telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang
bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua
bahan ini tidak bisa di degradasi secara alami.

2. REDUCE (Mengurangi Sampah!)


a. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong
plastik pembungkus barang belanja
b. Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada
membeli botol baru setiap kali habis
c. Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain-lain dalam
paket yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk
volume yang sama.

3. REUSE (Menggunakan kembali)


a. Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah
b. Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk
pembungkus
c. Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan
tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan
lainnya

4. RECYCLE (Mendaur ulang)


Daur ulang sendiri memang tidak mudah, karena kadang dibutuhkan
teknologi dan penanganan khusus.Tapi bisa membantu dengan cara-
cara ini :
a. Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar bekas untuk di
daur ulang
b. Mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk di daur
ulang

125
c. Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya
hasil daur ulang.
Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah,
dikumpulkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
telah disediakan untuk selanjutnya diangkut oleh petugas
kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah yang dibuang ke TPS ditempatkan berdasarkan
pemilahan sampah yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan karena
sampah organik cepat membusuk sementara sampah anorganik
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk sehingga
memerlukan perlakuan khusus. Untuk TPS yang sengaja
disediakan oleh pihak sekolah sebaiknya TPS tersebut berupa
lubang yang dilengkapi dengan sistem penutup sehingga tikus,
serangga, dan hewan-hewan tertentu tidak masuk ke dalamnya
dan juga untuk menghindari bau dari sampah yang bisa
mengganggu.

1. Pembuatan Pupuk Kompos secara alami


Cara ini di lakukan dengan cara menimbun sampah tumbuhan secara
bertahap ke dalam lubang berukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter. Kemudian di
lapisi dengan kotoran hewan serta di taburi sedikit abu dan kapur.
Kemudian di atasnya tambah lagi lapisan sampah tumbuhan lalu di tutup
dengan kotoran hewan dan seterusnya sehingga menjadi rata dengan
tanah. Timbunan sampah tersebut harus lembab tetapi tidak boleh terlalu
basah dalam jangka waktu 2-3 bulan. Apabila sampah tersebut sudah
menyusut hingga sepersepuluh dari ukuran semula, maka sampah
tersebut sudah menjadi pupuk kompos.

126
Gambar 6.2. Pupuk Kompos

2. Pembuatan pupuk kompos dengan bantuan Mikroba :

Pembuatan pupuk kompos dengan bantuan Mikroba sangat mudah yaitu


dengan cara memfermentasikan sampah Organik seperti kotoran
hewan/manusia, jerami, sekam padi, dedak/katul halus, rumput-rumputan,
daun-daunan, sampah rumah tangga dan lain sebagainya. Dan biasa di sebut
Pupuk Kandang.

Gambar 6.3. Pupuk Kandang

E. Pemanfaatan sampah Anorganik.

Sampah atau limbah yang kita hasilkan setiap hari, biasanya kita buang begitu
saja tanpa kita pilah-pilah. Hal ini mungkin karena tidak tahu atau mungkin
tidak mau tahu bahwa sampah tersebut dapat kita pilah-pilah menjadi limbah
Organik dan Anorganik yang dapat kita manfaatkan menjadi barang yang
berguna.
Limbah Anorganik adalah limbah yang bukan berasal dari makhluk hidup.

127
Limbah Anorganik ini memerlukan waktu yang lama bahkan tidak dapat
terdegadrasi secara alami. Beberapa limbah Anorganik diantaranya kaleng,
plastik , styrofoam dan bahan pecah belah lainya. Salah satu yang dapat kita
lakukan dalam sampah Anorganik adalah mendaur ulang( Recycle ).
Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah
tidak di pakai agar dapat di manfaatkan kembali.
Langsung saja pada proses Pengolahan Sampah atau limbah Anorganik,
disini Sampah Anorganik saya jabarkan menjadi 4 bagian :

1. Limbah Plastik
Limbah plastik biasa di gunakan sebagai pembungkus barang. Plastik juga
biasa digunakan sebagai perabotan rumah tangga. Keunggulan barang-
barang yang terbuat dari plastik yaitu tidak berkarat dan tahan lama.
Sebagai contoh teman-teman coba kubur sampah plastik selama beberapa
bulan, kemudian gali lagi penutup tanahnya dan lihat dapat di pastikan
sampah tersebut akan tetap utuh.
Salah satu cara yaitu dengan cara mendaur ulang menjadi barang yang
bermanfaat lagi pastinya.
Seperti contoh misalnya ember plastik bekas yang dapat di daur ulang
kembali menjadi sendok plastik, tempat sampah, gayung dan pot bunga.
Plastik dari bekas bungkus makanan dapat kita olah lagi menjadi kerajinan
yaitu dompet, tas laptop, sandal, payung dan tas belanja. Sampah botol
bisa kita manfaatkan juga menjadi mainan anak-anak seperti contohnya
kapal-kapalan, mobil-mobilan dan sebagainya.

Gambar 6.4. Hasil Daur Ulang

2. Limbah Logam

128
Sampah atau limbah dari Logam seperti besi, kaleng, alumunium dan lain
sebagainya dapat di temukan dengan mudah di sekitar lingkungan kita.
Sampah dari bahan kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan
yang paling mudah di manfaatkan dan menjadi barang kerajinan yang
bermanfaat. Sebagai contoh sederhana saja yaitu dengan pengolahan
menjadi tempat sampah drum , vas bunga , gantungan kunci, celengan dan
gift box.

Gambar 6.5. Drum Tempat Pas Bunga

3. Limbah Gelas atau Kaca

Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat di daur ulang kembali
menjadi barang-barang semula atau menjadi barang lain seperti botol yang
baru, Vas bunga, Cendera mata dan hiasan-hiasan lainya yang memiliki
nilai artistik dan ekonomis.

Gambar 6.6. Hasil Daur Ulang

4. Limbah kertas

129
Sampah kertas kelihatanya memang mudah hancur dan tidak berbahaya
seperti plastik. Namun yang namanya sampah pasti menimbulkan
masalah jika di biarkan begitu saja. Seperti contohnya kertas yang
berserakan di dalam kelas pasti akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan
dalam proses pembelajaran. Sebagai pengolahannya limbah kertas dapat
di manfaatkan menjadi kotak hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat
pensil dan lain sebagainya.

Gambar 6.7. Hasil Daur Ulang

D. Aktivitas Pembelajaran

Mencari informasi tentang pengelolaan limbah didaerah anda/ di agribisnis


perbenihan dan kultur jaringan tanaman.
a. Alat dan Bahan :
1) Kertas dan alat tulis,
2) Buku petunjuk teknis pengelolaan limbah
3) Buku/informasi materi pendukung lainnya.

b. Persiapan Kerja
1) Setelah mempelajari uraian materi di atas dan sebelum Anda
melaksanakan tugas ini; lakukan eksplorasi/penggalian informasi
yang terkait dengan thema tugas, guna memperkaya wawasan
(dengan cara: melihat, mengamati, membaca, mendengar, dan
menyimak melalui sumber informasi langsung maupun data sekunder
atau melalui jejaring sosial/internet).

130
2) Berdasar kumpulan informasi yang telah Anda peroleh tersebut,
selanjutnya lakukan konsultasi dan koordinasikan dengan guru untuk
memperoleh kejelasan tahapan kerja dan kebenaran materi dalam
menyelesaikan tugas ini.

Lembar Kerja Menangani Limbah di Laboratorium Sekolah

Lembar Kerja 1. Mengidentifikasi Berbagai jenis Limbah

Alat dan Bahan

Berbagai jenis limbah padat, papan tulis atau kertas besar, kardus, kantong
plastik besar (misalnya kantong pupuk tua), kompos sampah, kompos
enhancer (cairan yang mempercepat proses pengomposan alami), hadiah
kecil, misalnya manis.

Langkah kerja 1.
1) Kumpulkan salah satu contoh berbagai jenis limbah padat
2) Tampilkan contoh-contoh di meja.
3) Tulis di kertas tulis satu kelompok sampah organik dan satu kelompok
sampah non-organik. Buat daftar produk untuk masing-masing limbah
tersebut
4) Tentukan cara penanganan masing-masing contoh limbah menurut
metode 3R (mengurangi, menggunakan kembali, daur ulang).

Lembar Kerja 2. Penanggulangan Sampah Di Lingkungan Sekolah

Alat dan Bahan :


1) Kantong sampah
2) Kotak/bak sampah organik dan anorganik
3) Limbah di sekolah

131
Langkah kerja:
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Lakukan pemilahan sampah organik dan anorganik
3) Lakukan daur ulang sampah yang masih dapat di olah menjadi barang
yang berguna
4) Buat TPS (tempat pembuangan sementara) di sekolah
5) Usahakan tidak membawa sampah ke lingkungan kelas
6) Buat peringatan bagi siswa yang membawa sampah ke lingkungan untuk
di hukum dengan cara membersihkan sampah selama satu bulan

Lembar kerja 3. Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Sekolah Menjadi Pupuk


Kompos

Alat dan Bahan :


1) Kantong sampah
2) Kotak/bak sampah organik dan anorganik
3) Limbah di sekolah

Langkah kerja:
1) Potong daun-daun / sisa tanaman menjadi potongan kecil-kecil
2) Keringkan potongan-potongan sampah
3) Masukan tanah yang sudah dicampur kompos dan belerang dalam tong
besar yang sisi dalamnya sudah dilapisi karung goni atau busa
4) Letakan sampah yang sudah kering diatasnya, lalu ditutup dengan
campuran tanah tadi sampai ¾ penuh dan ditutup
5) Jangan lupa aduk adonan kompos dengan sedikit air setiap seminggu
sekali supaya adonan kompos tetap lembab

E. Latihan/ Kasus/ Tugas


Kerjakan soal latihan di bawah ini dengan memilih dan memberikan tanda
silang X) pada salah satu jawaban yang tepat dan benar

132
F. Rangkuman
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis
Ada beberapa prinsip sederhana yang dapat dilakukan dengan tujuan sedapat
mungkin menghindari membuang limbah, atau setidaknya mengurangi terjadinya
limbah kimia. Pengolahan dengan menerapkan konsep 4R yaitu:
1. REPLACE
(Mengganti barang dengan barang yang ramah lingkungan)
2. REDUCE (Mengurangi Sampah!)
3. REUSE (Menggunakan kembali)
4. RECYCLE (Mendaur ulang)

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

1. Apa yang terjadi apabila Anda melakukan pembuangan sisa bahan kimia
yang digunakan dilaboratorium kedalam saluran pembuangan yang
berhubungan langsung dengan saluran pembuangan yang menuju
keperairan umum seperti sungai.
2. Apa yang terjadi apabila Anda melakukan pembuangan sisa bahan kimia
laboratorium pada tempat pembuangan yang dapat meresap pada sumur.
3. Apa yang terjadi jika sisa bahan kimia dilaboratorium tidak diberikan
pelakukan pendahuluan dibuang kedalam septiktank beton yang
disalurkan dengan resapan.

133
PENUTUP

Modul Guru Pembelajar bagi Guru dan Tenaga Kependidikan ini disusun sebagai
acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan penyusunan modul
guru pembelajar bagi guru dan tenaga kependidikan (GTK). Modul Pembelajar
ini merupakan salah satu bahan ajar berbentuk buku sebagai acuan atau
referensi dalam pelaksanaan pembelajaran guru Program Keahlian Agribisnis
Tanaman, khususnya Paket Keahlian Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan
Tanaman.
Modul Guru Pembelajar bagi Guru Agribisnis Perbenihan dan Kultur Jaringan
Tanaman berjudul “”Keselamatan dan Kesehatan Kerja” ini mengacu pada
Kegiatan PKB yang dilaksanakan oleh guru dan tenaga kependidikan didasarkan
profil kinerja guru dan tenaga kependidikan sebagai hasil dari pelaksanaan uji
kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Hasil uji kompetensi ini menentukan
kegiatan PKB guru yang harus dilaksanakan dan didukung dengan modul-modul
sesuai dengan kebutuhan pelatihan guru
Akhirnya Modul Guru Pembelajar ini diharapkan akan semakin reliable dan
applicable untuk kegiatan pembelajaran sejenis di masa yang akan datang.

134
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Pedoman Penyusunan Modul Diklat Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan bagi guru dan Tenaga Kependidikan. Direktorat
Jenderal guru dan Tenaga Kependidikan. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia

Anonim. 2011. Hazard, Risk, unsafe act, Unsafe condition, Accident, Incident,
Near miss, Keselamatan kerja. (definisi,contoh dan
action).http://oshforum.blogspot.com/2011/03/hazard-risk-unsafe-act-
unsafe-condition.htmldiunduh pada tanggal 18 Maret 2013, pukul
16.00

Brian. 2012. Istilah – Istilah dalam Keselamatan


Kerja.http://briandanyindra.wordpress.com/2012/10/05/istilah-istilah-
keselamatan-kerja/

Bambang, S (1994), Pengelolaan K3 Diperusahaan, Diklat Pengendalian Limbah


Industri, Semarang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982. Keselamatan Kerja


dalam Tatalaksana Bengkel 1, Jakarta: Direkturat Pendidikan
Menengah Kejuruan

Eka. 2012. Keselamatan kerja dan


Lingkungan.http://k3danlingkungan.blogspot.com/2012/09/istilah-
dalam-k3l-dan-pengertiannya.html

Imam. 2012. Kesehatan dan Keselamatn


Kerja.http://imambudionosake.blogspot.com/2012/04/kesehatan-
keselamatan-kerja-k3.htmldiunduh pada tanggal 18 Maret 2013, pukul
16.00

Marington. 2005. Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


Tjandra, dkk. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Universitas Indonesia

Manahara R. Siahaan, 2006. K3 dan Lingkungan, Jakarta: Asosiasi


Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia.

135
GLOSARIUM

Accident : Suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera


pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap
pekerjaan dan pencemaran lingkungan.
Aman/ selamat (safe Suatu kondisi di mana atau kapan munculnya sumber
condition) : bahaya telah dapat dikendalikan ke tingkat yang
memadai
Danger (bahaya) : Merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi di mana
atau kapan muncul sumber bahaya. Danger adalah
lawan dari aman atau selamat
Harm : Kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian,
. cidera, sakit fisik atau mental, kerusakan properti,
kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau
kombinasi dari kerugian-kerugian tadi.
Hazard Sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan
(potensi/sumber kerusakan (harm). Hazard dapat berupa bahan-bahan
bahaya) : kimia, bagian bagian mesin, bentuk energi, metode
kerja atau situasi kerja.

Health (kesehatan) : Derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the


degree of physiological and psychological well being of
the individual)

Incident : Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada


saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya accident. Contohnya
sebagai berikut; Seseorang sedang duduk di suatu
ruangan, setelah itu dia berdiri beberapa saat dengan
maksud hendak berjalan ke depan. Saat dia sedang
berdiri untuk siap-siap melangkah, tiba-tiba sebuah
benda jatuh dari lantai atas tepat sejengkal di depan
badannya. Seandainya orang itu lebih cepat saja dia

136
untuk melangkah, tentu dia akan mendapat
kecelakaan.
K3 : Kepanjangan (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat kerja, dll.
Risk(resiko) : Ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari
sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Untuk
menentukan resiko membutuhkan perhitungan antara
konsekuensi / dampak yang mungkin timbul dan
probabilitas, yang biasanya disebut sebagai Tingkat
Resiko (level of risk).

Penilaian resiko : Pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa


tingkat resiko, mempertimbangkan resiko tersebut
dalam tingkat bahaya (danger) dan mengevaluasi
apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara
memadai serta mengambil langkah-langkah yang tepat

Safety (keselamatan) :  Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of


accident loss)
 Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak
bisa diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks).

137
138

Anda mungkin juga menyukai