DISUSUN OLEH :
1. Marsya Aprilia Wilyanti
2. Tiara Sari Oktavia
3. M. Farid Afrodi
4. Hazwan Azfar Husain
5. M. Willy Ar Rasyid
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT karena atas kehendakNyalah makalah
ini dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan tugas makalah mata kuliah Keperawatan
Jiwa. Makalah yang penulis buat ini mudah mudahan dapat menambah wawasan penulis dan
pembaca, serta dapat memenuhi tugas makalah metode penelitian yang diberikan dosen.
Penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan dan belum sempurna serta belum
memuaskan, namun demikian penulis berharap sekali kritik dan saran untuk kesempurnaan di
masa mendatang.
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia memberikan makna
berbeda-beda tetapi tetap satu. 1 Makna yang demikian sesungguhnya mengarahkan
pada pemahaman bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beraneka ragam
agama suku dan budayanya. Berdasar pada perbedaan inilah maka muncul semangat
untuk mampu hidup berdampingan dan menjunjung toleransi yang menjadi amalan
sila ketiga Pancasila "Persatuan Indonesia".2 Pada praktiknya, nilai ideal tak
berbanding lurus dengan fenomena sosiologis. Keanekaragaman yang pada
hakikatnya menjadi pijakan semangat terbentuknya kesatuan justru berpotensi
menjadi salah satu adanya konflik antar agama, suku maupun budaya. Menyikapi
permasalahan yang mengandung unsur SARA ini kemudian negara hadir melalui
Undang-Undang PNPS No. 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan dan/atau Penodaan
Agama. Sebagaimana nomenklatur, undang-undang maka undang-undang tersebut
hanya mengatur mengenai salah satu sektor kenaekaragaman, yaitu perlindungan
agama. Dipilihnya pengaturan mengenai agama lantaran banyaknya intensitas konflik
yang berkaitan dengan agama pada masa demokrasi terpimpin saat undang-undang
dibentuk. Selain untuk meredam adanya konflik antaragama di masyarakat, undang-
undang ini juga sekaligus untuk memberikan perlindungan hukum bagi pemeluk
agama. Sepanjang era reformasi Indonesia menampilkan banyak peristiwa yang
menunjukkan perubahan kehidupan warga sekolah, baik secara individu atau
kelompok, Faktor utama mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah
pemahaman nilai-nilai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, baik oleh warga sekolah maupun
diluar sekolah mengindikasikan gejala memudar. Kondisi ini dapat dilihat dari
kecenderungan terjadinya konflik antar individu, kelompok siswa yang berbeda
agama, ras, suku/etnik, budaya, dan berbeda kepentingan, serta rendahnya moral
akibat rendahnya pemahaman mengenai nilai-nilai ke-Bhinneka Tungal Ika-an yang
syarat dengan integrasi nasional dalam masyarakat multikultural, nilai-nilai budaya
bangsa sebagai keutuhan, kesatuan, dan persatuan negara bangsa harus tetap
dipelihara sebagai pilar nasionalisme. Maka Kami merasa sangat perlu mengangkat
Tema Bhineka Tunggal Ika dalam Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
dalam "Harmoni Keberagaman Menuju Prestasi Gemilang".
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu harmoni dalam keberagamaan di masyarakat?
2. Apa itu harmoni dalam keberagamab ekonomi?
3. Apa itu harmoni dalam keberagaman gender?
4. Faktor apa saja yg ada dalam keberagaman masyarakat?
5. Apa saja permasalahan dalam keberagaman masyarakat di indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dari harmoni dalam keberagaman yang ada di
indonesia
2. Untuk Mengetahui permasalahn dalam keberagaman masyarakat
3. Untuk mengetahui apa saja dampak dari keberagaman masyarakat
BAB II
TINJAUAN TEORI
c. Etnosentrisme diartikan sebagai fanatisme suku bangsa, yaitu suatu persepsi yang dimilai
oleh setiap individu yang menganggap bahwa kebudayaan yang mereka miliki lebih baik dari
kebudayaan lainnya juga menganggap cara hidup bangsanya merupakan cara hidup yang
paling baik. Faktor yang memengaruhi etnosentrisme antara lain prasangka sosial stereotip,
dan jarak sosial.
d. Anomie adalah suatu kondisi yang mana tidak ada pegangan terhadap yang baik dan yang
buruk bagi masyarakat Akibatnya adalah masyarakat tidak mampu lagi untuk mengukur
tindakan tindakannya karena tidak mengenal batas-batasnya Bisa dikatakan anomie adalah
kondisi masyarakat yang tidak dapat menentukan hal-hal baik dan hal-hal buruk yang
diakibatkan oleh tidak dimilikinya pegangan akibat hilangnya nilai-nilai atau norma-norma
yang ada di masyarakat tersebut.
e. Mestizo culture disebut percampuran budaya, yaitu suatu proses percampuran unsur
kebudayaan yang satu dengan unsur kebudayaan yang lainnya yang memiliki warna dan sifat
yang berbeda. Ciri dari perubahan sosial ini ialah bersifat formalisme, yaitu hanya meninu
bentuknya saja tetapi tidak mengerti akan esensi sesungguhnya.
b. Masalah di bidang ekonomi
Permasalahan di bidang ekonomi yang muncul adalah kesenjangan ekonomi, Kesenjangan
ekonomi adalah sebuah keadaan terjadinya ketimpangan penghasilan antara masyarakat kelas
atas dan kelas bawah yang sangat tinggi Kesenjangan ekonomi merupakan masalah besar
bagi negara Indonesia. Akar permasalahan dari kesenjangan ini, antara lain tidak meratanya
pendapatan dari setiap warga negara Indonesia di setiap daerah. Kemudian, pembangunan
yang tidak merata di setiap wilayah Indonesia dan pendidikan masyarakat yang masih rendah
Adapun faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi, sebagai benkut
1) Faktor penyebab kesenjangan ekonomi
a) Menurunnya pendapatan per kapita
b) Ketidakmerataan pembangunan antardaerah
c) Rendahnya mobilitas sosial
d) Pencemaran lingkungan alam
e) Biaya pendidikan mahal.
f) Tingginya pengangguran
g) Lahirnya ideologi kapitalis
h) Hilangnya asas gotong royong
C. Masalah gender
Ketidakadilan gender (gender inequalities) merupakan sistem dan struktur yang antara kaum
laki-laki atau perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender menurut
beberapa pakar timbul dalam bentuk sebagai berikut
1. Stereotip
Stereotip merupakan pelabelan atau penandaan yang sering kali bersifat negatif secara umum
dan melahirkan ketidakadilan. Sebagai contoh, perempuan sering digambarkan emosional,
lemah, tidak rasional dan sebagainya. Stereotip tersebut yang kemudian menjadikan
perempuan selama ini ditempatkan pada posisi domestik.
2. Kekerasan (violence)
Kekerasan berbasis gender, kekerasan tersebut terjadi akibat dari ketidakseimbangan posisi
tawar atau kekuasaan antara perempuan dan laki-laki. Contohnya eksploitasi terhadap
perempuan yaitu perlakuan kasar dan tidak menyenangkan terhadap perempuan.
3. Marginalisasi (peminggiran)
Salah satu bentuk dari marginalisasi adalah lemahnya peluang perempuan terhadap sumber-
sumber ekonomi. Proses tersebut mengakibatkan perempuan menjadi kelompok miskin
karena peminggiran terjadi secara sistematis dalam masyarakat.
4. Subordinasi
Penomorduaan (subordinasi) ini pada dasamya merupakan keyakinan bahwa jenis kelamin
tertentu dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Hal ini
berakibat pada kurang diakuinya potensi perempuan sehingga sulit mengakses posisi-posisi
strategis dalam komunitasnya terutama terkait dengan pengambilan kebijakan.
5. Beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden)
Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok
untuk menjadi kepala keluarga berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga
menjadi tanggung jawab perempuan. Untuk keluarga miskin perempuan selain bertanggung
jawab terhadap pekerjaan domestik, mereka juga mencari nafkah sebagai sumber mata
pencarian tambahan keluarga. Hal ini menjadikan perempuan harus bekerja ekstra untuk
mengerjakan kedua bebannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan