Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas No 20

Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). Selain itu, pendidikan merupakan proses

budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang

diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang

kehidupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yaitu:

‫هللا‬ ِ ‫هللا اذَّل ِ ْي َن آ َمنُ ْوا ِم ْنمُك ْ َواذَّل ِ ْي َن ُأ ْوت ُْوا الْ ِعمْل َ د ََر َج‬
ُ ‫ات َو‬ ُ ِ ‫يَ ْرفَع‬
‫ِب َما تَ ْع َملُ ْو َن خبري‬
Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan. (QS. Mujadalah: 11).

Kemampuan keluarga dalam mendidik anak terbatas, oleh

karena itu diperlukan lembaga Pendidikan yang memberikan

pendidikan yang intensif kepada anak dan menumbuhkembangkan

potensi yang dimiliki anak (Ihsan 1996:38). Di lembaga pendidikan

1
2

anak memperoleh bimbingan dan pembinaan yang teratur dan sistematis

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.Di lembaga

pendidikan diajarkan pengetahuan dan keterampilan yang tidak didapat

anak di lingkungan keluarganya. Sekolah masih menjadi lingkungan

ideal yang diandalkan masyarakat untuk mendidik individu-

individunya.Sekolahan menjadi tempat dan periode yang sangat

strategis untuk membina anak dalam menghadapi masa

depannya.Meskipun demikian,bukanlah satu-satunya tempat untuk

belajar,masih ada lingkungan yang juga turut berperan yaitu

masyarakat.

Masyarakat menjadi lingkungan pendidikan bagi anak yang

membekali penalaran, keterampilan, dan upaya untuk mengoptimalkan

perkembangan diri anak (Ihsan 1996: 39). Pendidikan yang diberikan di

lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah

seseorang akan meneruskan kehidupannya sampai akhir hayat. Semua

yang telah diperoleh seseorang di lingkungan keluarga dan sekolah

akan berkembang dan dapat dirasakan manfaatnya setelah seseorang

tersebut berada dalam masyarakat. Masyarakatlah tempat seseorang

untuk mengaplikasikan semua pengetahuan yang telah diperolehnya di

lingkungan keluarga dan Sekolah.Oleh karena itu, diperlukan lembaga

pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia

berkualitas dan bermanfaat dalam kehidupan.Salah satu lembaga

pendidikan yang diharapkan mampu memenuhi tuntutan masyarakat


3

adalah madrasah dan pondok pesantren.Madrasah merupakan lembaga

pendidikan yang berciri khas Islam banyak menarik perhatian

berkenaan dengan cita-cita pendidikan nasional (Suwito dan Fauzan

2005: 223).Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan yang

berciri khas Islam mempunyai kultur tersendiri, baik madrasah yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun madrasah yang

diselenggarakan oleh masyarakat secara mandiri.

Madrasah diharapkan mampu menjawab tantangan dalam

mewujudkan tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan sumber

daya manusia yang berakhlak mulia.Madrasah dengan segala kelebihan

dan kekurangannya memiliki karakteristik tersendiri baik segi input,

proses, maupun output yang membedakannya dengan sekolah.

Madrasah memberikan porsi lebih untuk Pendidikan Agama Islam

dibanding dengan sekolah, baik secara kelembagaan maupun

kurikulumnya.Secara kelembagaan, madrasah jelas berada di bawah

binaan Kementerian Agama bagi yang berstatus negeri, sedangkan yang

berstatus swasta biasanya didirikan oleh lembaga atau yayasan yang

bercorak Islam, seperti pondok pesantren.Pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam yang mempunyai kekhasan tersendiri, di

mana kiai sebagai figur pemimpin, santri sebagai objek yang dikasih

ilmu agama, dan asrama sebagai tempat tinggal para santri (Suwito dan

Fauzan 2005: 313).


4

Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda merupakan lembaga

pendidikan yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Assalafi

Al BaihaqiNunggunungBangkalan Madura.Salah satu mata

pelajarannya adalah kitab SafinatunNajah.Dan Kegiatan belajar

mengajarnya dilaksanakan mulai dari jam satu sampai jam lima sore,

dengan kurikulum yang saling mendukung dan melengkapi, akhirnya

bisa melaksanakan pembelajaran kitab seperti halnya pembelajaran

kitab safinatunNaja.

Pembelajaran kitab Safinatun Naja ini, merupakan penunjang

untuk bekal para siswa dalam kehidupan sehari-harinya, karena belajar

ilmu fiqih merupakan penuntun yang paling utama untuk berbuat

kebaikan, Takwa dan tujuan yang lurus (Syekh Al-Zarnuji, 1999).

Pembelajaran kitab SafinatunNaja dilaksanakan di madrasah

Tsanawiyah pada siang hari, di Madrasah Diniyah pada pagi hari, dan

di asrama pada malam harinya. Pembelajaran Kitab SafinatunNaja

sangat penting untuk dipelajari karena sifatnya yang aplikatif dalam

kehidupan sehari-hari tentang tata cara ibadah, baik ibadah yang

langsung kepada Allah (hablum minallah) maupun ibadah yang

berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).Madrasah

Tsanawiyah Miftahul Huda Sungai Jawi Rantau Panjang merupakan

madrasah yang menyelenggarakan pembelajaran kitab SafinatunNaja

sebagai salahsatu mata pelajaran di madrasah tersebut.Oleh karena itu,

untuk melihat dan memberikan masukan terhadap pelaksanaan


5

pembelajaran kitab SafinatunNaja tersebut perlu dilakukan penelitian

yang bersifat evaluatif agar dapat dilakukan usaha perbaikan dan

penyempurnaan program pendidikan yang lebih berdaya guna dan

berhasil guna.

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah pembelajaran fiqih melalui kitab

SafinatunNajapada siswa MTs Miftahul Huda Sungai Jawi Kecamatan

Sebangki Kabupaten Landak. Dari fokus masalah tersebut maka

dirumuskan pertanyan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Materi apa saja yang terkandung dalam kitab Safinatun Naja yang

diajarkan pada siswa MTs Miftahul Huda Sungai Jawi Kecamatan

Sebangki Kabupaten Landak 2016-2017?

2. Metode apa saja yang digunakan oleh ustadz dalam pembelajaran

fiqih melalui kitab Safinatun Naja pada siswa MTs Miftahul Huda

Sungai Jawi Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak 2016-2017?

3. Bagaimana evaluasi dalam pembelajaran fiqih melalui kitab

Safinatun Najapada siswa MTs Miftahul Huda Sungai Jawi

Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak 2016-2017?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

1. Untuk mengetahui materi apa saja yang terkandung dalam kitab

Safinatun Najayang diajarkan pada siswa MTs Miftahul Huda

Sungai Jawi Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak 2016-2017.

2. Untuk mengetahui metodeapa saja yang digunakan oleh ustadz

dalam pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja pada

siswaMTs Miftahul Huda Sungai Jawi Kecamatan Sebangki

Kabupaten Landak 2016-2017.

3. Untuk mengetahui evaluasi dalam pembelajaran fiqih melalui kitab

Safinatun Najapada siswa MTs Miftahul Huda Sungai Jawi

Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak 2016-2017.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilakukan diharapakan hasilnya

memiliki manfaat yang berarti, baik secara teoritis maupun

praktis.Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan bacaan, dan kajian atau perbandingan serta menjadi referensi

ilmiah tambahan sehingga diharapkan dapat memunculkan inspirasi

baru untuk mengembangkan penelitian dalam penelitian lanjutan.

Sedangkan manfaat secara praktis meliputi:

1. Bagi lembaga yang diteliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan

bahan bacaan yang sangat bermanfaat, yaitu sebagai bahan evaluasi

terhadap apa yang telah dilaksanakan, sehingga hal-hal yang di

anggap baik dapat dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan hal-


7

hal yang kurang berhasil dapat dicari jalan pemecahannya agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

2. Bagi peneliti, membuka wawasan berfikir dan memberikan wacana

baru dalam pemikiran serta meningkatkan kualitas dalam

melakukan penelitian.
8

BAB II

PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI KITAB


SAFINATUN NAJA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sejauh penelusuran, peneliti belum menemukan penelitian

yang sama persis dengan judul penelitian ini, namun ada beberapa

skripsi yang dijadikan objek peneliti oleh peneliti yang berkaitan juga

dengan pembelajaran Fiqih di antarnya:

Asbatu Laila (2013) yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran Fiqih di Kelas V MIN Sungai Bakau Besar Laut Tahun

Ajaran 2013-2014 menyimpulkan bahwa:

Pengembangan materi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran

Fiqih di kelas V Sungai Bakau Besar Laut dikembangkan secara

tekstual dan kontekstual.Media yang digunakan guru dalam

pembelajaran Fiqih dari hasil wawancara dan observasi adalah media

visual dan media cetak.Media yang digunakan guru dalam

pembelajaran Fiqih dari hasil wawancara dan observasi adalah

interactiveLecturing, Reading Aloud, Poster Comen, Cooperative

Learning, CTL dan Inquiry.

Muhammad Yahya (2010) yang berjudul Pembelajaran Fiqih

Berdasarkan KTSP di Kelas V11 F MTs Negeri 2 Pontianak Tahun

Ajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa:

8
9

Dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan KTSP guru diberi

kebebasan untuk mengatur waktu dalam pembelajaran tidak harus

sesuai aturan Persiapan pembelajaran fiqih yaitu menyusun RPP, dan

persiapan mengajar Evaluasi yang digunakan adalah penilaian.

Hidayatullah (2015) yang berjudul Keterampilan Menjelaskan

Guru Mata Pelajaran Fiqih MAN Mempawah tahun Pelajaran

2014/2015 menyimpulkan bahwa:

Kemampuan guru dalam merencanakan penjelasan materi

pelajaran fiqih MAN Mempawah sudah baik karena guru merencanakan

isi atau materi pelajaran dan karakteristik siswa.Keterampilan guru

dalam menyajikan penjelasan materi pelajaran Fiqih sudah baik karena

guru menyajikan penjelasan materi secara jelas, menggunakan ilustrasi,

penekanan dan umpan balik.

B. Pengertian Pembelajaran

Pengertian Pembelajaran dalam kamus besar bahasa Indonesia

(Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, 2013)mendefinisikan kata

pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang

diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan

pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan

pengertian belajar dan mengajar.Belajar, mengajar dan pembelajaran

terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa


10

kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar

meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

Menurut Sadiman (2008:85) pembelajaran (instruction) adalah

suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan

untuk membelajarkan peserta didik.Dengan kata lainupaya untuk

menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Sebagaimana

disebutkan juga dalam Sisdiknas Tahun 2003 bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan sumber atau bahan

ajar. Kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik kalau tidak

tersedia sumber dan bahan ajar, untuk dapat membelajarkan siswa maka

mutlak diperlukan bahan ajar, sehingga memungkinkan siswa dapat

belajar dimana dan kapan saja melalui sumber dan bahan ajar yang

disiapkan (Kementerian Agama,2011:10).Sedangkan menurut Oemar

Hamalik (2010:239) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam pembelajaran terdiri

dari siswa, guru dan tenaga lainnya seperti tenaga laboratorium,

material meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slide dan film, audio

dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas,

perlengkapan audio visual dan juga komputer.Prosedur-prosedur

meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar,

ujian dan sebagainya.


11

Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran

adalah suatu aktivitas atau proses perubahan status siswa (pengetahuan,

sikap dan perilaku) yang menuntut keaktifan guru untuk memodifikasi

berbagai kondisi, melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas

dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

1. Proses Pembelajaran

Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif, bila proses

tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi

pengukuran suksesnya mengajar syarat utamanya adalah hasilnya,

tetapi harus diingat bahwa dalam menilai itu pun secara cermat dan

tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya.(Winarno

Surahmad, 2004)memaparkan bahwa proses pembelajaran adalah

proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan

inti dari kegiatan di pendidikan.

Suryosubroto (2009:29) dalam bukunya Proses Belajar

Mengajar di Sekolah memaparkan beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuka

pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode

mengajar, menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, dan

menutup pelajaran.

Langkah lain yang tidak dapat dilewatkan dalam proses

pembelajaran adalah proses monitoring dan evaluasi sebagai


12

langkah untuk memperoleh kejelasan tentang output yang akan

dicapai. Monitoring dilakukan sebagai upaya sekolah untuk

mengetahui pelaksanaan proses, apakah berjalan sesuai dengan

rencana atau telah menyimpang sebagai bahan evaluasi atau

penilaian terhadap aspek-aspek yang terjadi dalam pelaksanaan

program.

Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam tidak jauh

beda dengan proses pembelajaran pada umumnya, cuma dalam

pendidikan Islam proses maupun hasil belajar selalu berhubungan

erat dengan keislaman, nilai-nilai islami selalu melandasi aktifitas

belajar, memberi nafas perubahan-perubahan yang terjadi serta

menjiwai aktifitas berikutnya.

2. Tujuan Pembelajaran

Menurut (Fahrul Razi, 2010)Tujuan pembelajaran

merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus

dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar, karena dengan

perencanaan itu akan ditunjukkan tujuan yng harus dicapai (visi,

misi dan sasaran). Sedangkan menurut Ralph W. Tyler (Fahrul

Razi, 2010)tujuan pembelajaran adalah suatu yang ingin dicapai

dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perilaku siswa ke

arah yang lebih positif, baik dari segi pengetahuan, keterampilan

dan sikap.
13

Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat

mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan

merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan

melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga

dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar

siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar.

C. Pengertian Fiqih

Pengertia FiqihBelajarlah ilmu fiqih,karena Fiqih itu merupakan

penuntun yang paling utama untuk berbuat kebaikan,takwa dan tujuan

yang lurus.

Menurut(Amir Syarifuddin, 1999)mengatakan kata Fiqih(

‫)فقه‬,secara etimulogis berarti” paham yang mendalam”.Bila paham

dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriyah,maka Fiqih

berarti paham yang menyampaikan ilmu dzahir kepada ilmu

batin.Karena itulah al tirmidzi menyebutkan,”Fiqih tentang

sesuatu”berarti mengthui batinnya sampai kedalamnya.Secara definitif

Fiqih berarti ilmu tentang hukum-hukum sya`i yang bersifat amaliya

yang digali dan di temukan dari dali-dalail yang tafsili.

Fiqih secara istilah mengandung dua arti:Pengetahuan tentang

hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan

mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama),

yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-

nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang


14

berupa ijma’ dan ijtihat hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi

perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di

gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin

mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau

makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan

yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (yaitu

hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan

lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau

sunnah-sunnahnya).

Al-Amadi memberikan definisi Fiqh yang berbeda yaitu:Ilmu

tentang seperangkat huku-hukum syar`i yang bersifat furu`iyah yang

berhasil didapatka melalui penalaran ataua ijtihad.Dengan demikian

fiqih adalah dugaan kuat yang dicapai mujtahid dalam usahanya

menemukan hukum Allah(Amir Syarifuddin, 2011).Definisi fiqih

secara istilah adalah mengetahui hukum-hukum agama Islam dengan

cara atau jalannya ijtihad(Nazar Bakry, 2003).

Menurut pengertian fuqaha (fakih) fiqih merupakan pengertian

zhanni/ sangkaan/ dugaan tentang hukum syariat yang berhubungan

dengan tingkah laku manusia. (Muhammad Idris

Ramulyo :2004 :11)Orang yang ahli fiqih disebut Faqih jamaknya

fuqaha (Ahmad Syafi'i Karim, 2001). Fiqih sebagai aktivitas penalaran

manusia didalam mencoba memahami syariah tentu sangat dipengaruhi

oleh kapabalitas, sosial-kultural, dan sosio-politik faqih yang


15

bersangkutan (Ahmad Rofiq :2001 :19).Oleh karena itu didalam ajaran

Islam kita diperintah untuk mempelajari Fiqih seperti dijelaskan dalam

kitab Ta’limul Muta’alim yang di karang Syekh Al-zarnuji halaman 13

yaitu:

‫تفقه فان الفقه افضل قاءد *اىل الرب والتقوى واعدل قاصد‬
Belajarlah Ilmu Fiqih karena Fiqih itu merupakan penuntun

yang paling utama, untuk berbuat kebaikan, takwa dan tujuan yang

lurus.Ia merupakan (rambu-rambu) jalan petunjuk, dialah sebagai

benteng yang dapat menyelamatkan dari segala martabatnya. Karena

sesungguhnya pakar Fiqih yang perwira lebih sulit lagi syetan (untuk

mengganggu) daripada seribu orang ahli ibadah (yang tidak alim fiqih).

Kata Fiqih dan tafqqahu, keduanya berarti” pemahaman yang

dalam”,(al-Munjid:591). Sering juga dalam ai-Quran dan al-

hsdits.sebagaimana dlam surah At-Taubah ayat 122:

‫وما اكن املون لينفروا اكفة فلوال نفرمن لك فرقةمهنم طئفة ليتفقهوا ىف ادلين‬
‫ولينذروا قوهمم اذارجعو الهيم لعلهم حيذرون‬.
(122: ‫)اتوبه‬
Artinya; “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi
(kemsedanperang). Mengapa dar setiap golongan diantara
mereka yang tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila apabila mereka telah kembali,agar mereka
dapat menjaga dirinya.”(al-Qu`ran dan terjemahannya).

Dalam hadits yang diriwayatkan imam bukhori dan muslim

terdapat lafadz‫ يفهه‬yang maksudnya cerdas atau faham dalam masalah

agama,haditsnya adalah:
16

‫من يرداهلل به خريا يفقه ىف الدين‬


Artinya: “Barang siapa di kehendaki Allah kebaikan,Allah menjadikan

nya mengerti (paham) tentang agamnya.” (HR.Bukhari dan

muslim)

Hadits ini memperkuat makna lapadz ‫ فقه‬,yakni pemahaman.


Dengan demikian,Fiqih lebih dari sekedar mengerti, karena pemahaman

lebih sifat mendalam dari pada mengerti. Oleh sebab itu orang yang

sudah memahami hokum islam secara mendalam di sebut dengan

fuqaha.

Menuryt abdul Hamid dan Bani Ahmad Saebani (2009:14-15)

yang dikutip Abdul wahab khalaf, secara istilah fiqih adalah:

‫مجمو عه الاحمك ا لرشعية العلية الكتسبة من اداهتا التفصلية‬

Artinya.” kumpulan hokum syara` yang bersifat alami yang diambil

dari dalil-dalil terperinci.”

Selanjutnya menurut (Nazar Bakry, 2003)fiqih adalah salah satu

ilmu yang mempelajari bermacam-macam ilmu syari`at atau huku Islam

dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia baik yang bersifat

individu maupun berbentuk masyarakat sosial.

Selanjutnya menurut Muhammad Daud Ali (2006:48) ilmu fiqih

adalah ilmu yang mempelajari atau memahami syariat dengan

memusatkan perhatiannya pada perbuatan (hukum) manusia mukallaf,


17

yaitu manisia yang berkewajiban melakukan hukum islam karena telah

dewasa dan berakal sehat.

Dari definisi diatas,jika yang dimksud adalah fiqih ibadah, maka

sederhananya adalah pemahaman terhadap segala hal yang berkaitan

dengan peribadatan manusia kepada Allah Swt,yakni antara makhluk

yang tercipta kepada sang penciptanya yang sudah di tentukan dan di

terima dan di temukan dalam dali-dalil al-Quran dan hadits Nabi

Muhammad Saw.

Maka dapat di simpulkan pembelajaran fiqih adalah bagaimana

guru mengajarkan ilmu syri`at islam kepada peserta didik yang

berkaitan dengan pribadatan manusia kepada Allah Swt,yakni antara

makhlik yang tercipta kepda sang pencipta nya,sehingga menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa.

D. KitabSafinatunNaja

1. Pengertian Safinatun Naja

Pengertian safinatunNajamenurut Syekh Salim bin Abdullah

bin Saad bin Sumair Al hadhrami. Dalam kitab (Kasyifatus Saja: 03)

Kitab Safinah memiliki namalengkap "Safinatunnaja Fiima Yajibu

`ala Abdi Ii Maulah" (perahu keselamatan di dalam mempelajari

kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya). Kitab

SafinatunNajaini walaupun kecil bentuknya akan tetapi sangatlah

besar manfaatnya.
18

Di setiap kampung, kota dan negara hampir semua orang

mempelajari dan bahkan menghafalkannya, baik secara individu

maupun kolektif. Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh

dengan mudah di berbagai lembaga pendidikan.Karena baik para

santri maupun para ulama sangatlah gemar mempelajarinya dengan

teliti dan seksama.

Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya: Kitab ini

mencakup pokok-pokok agama secara terpadu, lengkap dan utuh,

dimulai dengan bab dasardasar syari'at, kemudian bab bersuci, bab

shalat, bab zakat, bab puasa dan bab haji yang ditambahkan oleh

para ulama

lainnya(http://miraraudhotuljannahpelajaran.blogspot.co.id/2012/12/

kitab safinah.html diakses pada 20-10-2016)

Kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah, susunan yang

ringan dan redaksi yang gampang untuk dipahami serta dihafal.

Seseorang yang serius dan memiliki kemauan tinggi akan mampu

menghafalkan seluruh isinya hanya dalam masa dua atau tiga bulan

atau mungkin lebih cepat.

Kitab ini ditulis oleh seorang ulama yang terkemuka dalam

berbagai bidang ilmu keagamaan, terutama fiqh dan tasawwuf. Yang

sangat menarik, orang lebih mengenal nama kitabnya dari pada nama

penulisnya. Hal yang demikian itu mungkin saja berkat keikhlasan


19

dan ketulusan penulis Kitab ini menjadi acuan para ulama dalam

memberikan pengetahuan dasar agama bagi para pemula.

Di Hadramaut Yaman, Madinah, Mekkah dan kota lainnya,

Para ulama Kitab ini membicarakan hal-hal yang selalu menjadi ke-

butuhan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

semua orang merasa perlu untuk mempelajarinya.

Kitab Safinatun Naja ini dengan izin Allah SWT.Dan atas

kehendak-Nya telah tersebar secara luas di kalangan para pecinta

ilmu fiqih terutama yang menganut Madzhab Imam Syafi'i ra. Kitab

ini dikenal di berbagai negara baik Arab maupun Ajam seperti

Yaman, Mekkah, Madinah, Jeddah, Somalia, Ethiopia, Tanzania,

Kenya, Zanjibar, dan di berbagai belahan negara-negara

Afrika.Namun demikian perhatian yang paling besar terhadap kitab

ini telah diberikan oleh para ulama dan pecinta ilmu, yang hidup di

semenanjung Melayu termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan

negara-negara lainnya.

Kitab ini juga telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa

asing seperti Indonesia,Melayu,Madura, Sunda, India, Cina, dan

lainnya. Dengan perhatian khusus dan antusias tinggi para ulama

telah berkhidmah (mengabdi) kepada kitab Safinah sesuai dengan

kemampuan dan keahlian mereka masing-masing. Banyak di antara

mereka yang menulis syarah (buku penjelasan) kitab Safinah, di

antara nama-nama kitab tersebut adalah:


20

Kitab Kasyifatus Saja(Salim Ibnu Samir)ala Safinatin Naja

(menyingkap tabir kegelapan dengan syarah kitab safinah).Kitab

syarah ini adalah yang terbesar dan terluas dari yang lainnya,

Dipenuhi dengan masalah-masalah fiqih yang pokok dan

mendasar.Kitab ini ditulis oleh seorang ulama dari Jawa Barat yaitu

Syekh Nawawi Banten.Beliau dilahirkan pada tahun 1230 H

(1815M) dan berangkat ke Mekkah untuk mencari ilmu ketika masih

kecil. Setelah mendalami ilmu agama, di kota suci Mekkah, beliau

juga belajar dari para ulama di kota suci Madinah, Syiria, dan Mesir.

Beliau mengajar di Masjidil Haram Mekkah selama puluhan tahun

sampai meninggal dunia pada tahun 1314 H (1897 M)

Kitab Durrotu TsaminahHasyiyah ala Safinah (Permata yang

mahal dalam keterangan safinah). Kitab ini sangat penting untuk

dimiliki oleh para pecinta ilmu, karena dilengkapi dengan dalil-dalil

yang bersumber dari AlQur'an dan Hadis Nabi saw. Kitab ini ditulis

oleh Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Hadrawi, seorang ulama dari

Mekkah. Kitab ini ditulis pada awalnya di kota Musowwi' Ethiopia,

atas petunjuk gurunya yaitu Syekh Muhammad Asy-Syadzili

Maroko dan diselesaikan di kota Thaif. Penulis syarah ini dilahirkan

di Iskandariah Mesir pada tahun 1252 H (1837 M) dan meninggal

dunia di Mekkah pada tahun 1327 H (1909 M). Kitab Nailur Raja

Syarah Safinah Naja (Meraih harapan dengan syarah safinah),


21

Syarah ini sangat dipenuhi dengan ilmu, hampir menjadi kebutuhan

setiap pengajar yang akan menerangkan kitab Safinah.

Kitab ini ditulis oleh seorang ulama besar dari Hadramaut

Yaman, yaitu Sayyid Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syatiri. Beliali

dilahirkan di kota Tarim Hadramaut pada tahun 1312 H (1895 M),

dan di sana pula beliau mempelajari ilmu agama sehingga tumbuh

berkembang menjadi ulama yang terkemuka. Beliau sangat dicintai

gurunya yaitu Syaikhul Islam, Sayyid Abdullah bin Umar Asy-

Syatiri, ulama besar di zamannya. Penulis syarah ini meninggal

dunia pada usia yang masih muda, yaitu sebelum beliau berumur 50

tahun.

Kitab Nasiimul Hayah Syarah Safinatun Naja. Syarah ini

hampir sama dengan syarah yang ditulis oleh Syekh Nawawi Banten,

tetapi memiliki tambahan dengan banyaknya dalil dan perincian

yang teliti. Kitab ini ditulis oleh Syekh Al-Faqih Al-Qodhi Abdullah

bin Awad bin Mubarok Bukair, seorang ulama kenamaan yang ahli

dalam bidang fiqih di Hadramaut Yaman. Beliau dilahirkan di desa

Ghail Bawazir tahun 1314 H (1897 M). Sejak kecil beliau sangat

gemar mendalami ilmu syari'at dari berbagai ulama di antaranya

adalah Al-Imam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Syekh Umar

bin Mubarok Badubbah, Syekh Umar bin Salim Bawazir dan lain-

lain. Setelah tersebar keilmuannya, beliau menjadi qodhi di Mukalla

sejak tahun 1351 H (1933 M) sampai tahun 1386 H (1967 M). Syekh
22

Abdullah meninggal dunia pada tahun 1399 H (1979 M) di kota

Mukalla setelah memberikan pengabdiannya yang tulus kepada umat

Islam

Kitab InnarotutDuja Bitanwiril Hija Syarah Safinah Naja.

Salah satu syarah yang sangat otentik dan terpercaya karena dipenuhi

dengan argumentasi dari Al-Qur'an dan hadits. Yang unik, syarah ini

ditulis oleh salah satu ulama dari Madzhab Maliki yaitu Syekh

Muhammad bin Ali bin Husein Al-Maliki, seorang ulama yang

sangat ahli dalam berbagai ilmu agama, Beliau juga sangat ter-

pandang dalam bidang ilmu bahasa dan sastra Arab. Beliau

dilahirkan di Mekkah tahun 1287 H ( 870 M) dan meninggal dunia

tahun 1368 H (1949 M).

Puncak kemasyhurannya adalah ketika beliau diangkat

sebagai Mufti Madzhab Maliki di kota suci Mekkah A1-Mu-

karromah. Tokoh kita ini juga sangat produktif, koleksi karyanya

lebih dari 30 kitab, di antaranya adalah syarah safinah tersebut.Dari

kalangan para ulama ada pula yang tertarik menjadikan kitab safinah

ini dalam bentuk syair-syair yang digubah dengan mudah dan indah,

tercatat di antara nama-nama mereka adalah:

1. Sayyid Habib Abdullah bin Ali bin Hasan Al-Haddad.

2. Sayyid Habib Muhammad bin Ahmad bin Alawy Ba'agil.

3. Kyai Syekh Shiddiq bin Abdullah, Lasem.

4. Syekh Muharnrnad bin All Zakin Bahanan.


23

5. Sayyid Habib Ahmad Masyhur bin Thoha Al-Haddad.

2. Isi Kitab Safinatun Naja

Adapun kitab Safinatun Naja yang digunakan sebagai bahan

sumber belajar pada kegiatan pendidikan fiqih di MTs Fiftahul Huda

Desa Rantau Panjang.kitabsafinatun Najah ini adalah merupakan

sebuah kitab berbahasa Arab, yang terdiri dari satu juz (jilid) yang

ditulis oleh Syekh salim bin Abdullah.

Melihat karakteristik kitab Safinatun naja di atas, maka

dalam literatur lembaga miftahul huda, kitab tersebut termasuk

dalam kategori kitab fiqih bagi pemula yang berisi dasar-dasar tata

cara beribadah. Adapun berdasarkan klasifikasi yang dirumuskan

oleh Maksum (2003: 54) kitab Safinatun Naja ini termasuk dalam

bagian kitab kuning yang menjadi referensi pertama bidang fiqih di

kalangan pondok pesantren khusunya pada tingkat awal.

Sedangkan sistematika penguraian setiap materi dalam kitab

Safinatun Najaini.dibagi berdasarkan tema-tema (al-maudhu`)

tertentu.Setiap tema/ al-maudhu` rata-rata terdiri dari 3 sampai 4

pargraf. Secara berurutan materi-materi yang dipelajari adalah

dimulai dari tema:

01 Pendahuluan Kitab
‫‪24‬‬

‫‪02 Rukun Islam‬‬ ‫فصل فى اركا ن االسال‬


‫‪03 Rukun Iman‬‬ ‫فصل فى اركان االيمان‬

‫فصل ‪04 Arti Syahadat‬‬ ‫في معنى كلمه التوحيد]‬

‫فصل‪05 Tanda Baligh‬‬ ‫في عال مات البلوغ‬


‫‪06 Syarat Istinja‬‬ ‫فصل فى شرط اجزاءالحجر فى اسثنجاء‬

‫‪07 Fardhu Wudh‬‬ ‫فى فرائض الوضوء فصل‬

‫‪08 Niat‬‬ ‫فصل فى النية والترتب‬

‫م ‪09 Air‬‬ ‫فصل فى احكا‬ ‫الماء‬


‫فى‪10 Mandi Wajib‬‬ ‫فصل‬ ‫موجيباث الغسل‬
‫‪11 Fardhu Mandi‬‬ ‫فصل فى فرض الغسل‬

‫شراء‪12 Syarat Wudhu‬‬ ‫فصل فى‬ ‫ط الوضوء‬


‫‪13 Batal Wudh‬‬ ‫فى نوا قض الوضوء فصل‬
‫فصل‪14. Larangan Bagi Batal Wudhu Junb‬‬ ‫فيما يحرم على المحد ث‬
‫فصل ‪15. Sebab Tayamum‬‬ ‫فى اسباب التيمم‬
‫فصل‪16 Syarat Tayamum‬‬ ‫فى شروط اتيمم‬
‫فصل‪17. Fardhu Tayamum‬‬ ‫فى فرائض التيمم‬
‫فصل‪18. Pembatal Tayamum‬‬ ‫فى مبطال ت التيمم‬
‫فصل‪19. Najis Yang Bisa Suci‬‬ ‫فما يطهر من النجاسات‬
‫‪25‬‬

‫فصل‪20. Macam-Macam Najis‬‬ ‫فى اقسا م النجا سة‬


‫‪21. Penyucian Najis‬‬ ‫فصل‬ ‫فى ازالة النجا سة‬
‫والنفاس ‪22. HukumHaidh‬‬ ‫فصل الحيض‬
‫فصل‪23. Udzur Shalat‬‬ ‫فى اعذا ر الصالة‬
‫فصل‪24. Syarat Sholat‬‬ ‫فى شروط الصالة‬
‫ث ‪25. Jenis Hadast dan Batas aurat -‬‬ ‫– االحد‬ ‫االعورة‬
‫فصل‪25. Rukun Sholat‬‬ ‫فى اركان الصالة‬
‫فصل‪27. Niat Shalat‬‬ ‫فى نية الصالة‬
‫فصل‪28. Syarat Takbiratul Ihrom‬‬ ‫في شروط التكبرة االحرام‬
‫‪29. Tasydid Pada al-Fatihah‬‬ ‫في تشد دات فصل‬ ‫الفاتحه‬
‫فصل‪30. Syarat al-Fatihah‬‬ ‫شروط الفا تحه‬
‫‪31. Sunnah Takbi‬‬ ‫رفع البد بن عند التكبرة فصل‬ ‫االحرام‬
‫فصل‪32. Syarat Sujud‬‬ ‫شروط السجود‬
‫فصل‪33. Anggota Sujud‬‬ ‫في اعضاء السجود‬
‫‪34. Tasydid Tasyahud‬‬ ‫في تشديدات التشهد فصل‬
‫فصل‪35. Tasydid Salam‬‬ ‫في تشديداث الصالة على النبى و اقل االسالم‬
‫فصل‪36. Waktu Shalat‬‬ ‫فى اوقات الصالة‬
‫فصل‪37. Diharamkan Shalat‬‬ ‫فى اوقات الصالة التى تحرم فيها الصاله‬
‫فصل‪38. Diamnya Shalat‬‬ ‫سكتات ت الصالة‬
‫‪39. Wajib Tuma'ninah‬‬ ‫فى االركان التى تلزم فيها التماءننا فصل‬
‫فصل‪40. Sujud Sahwi‬‬ ‫اسباب سجود السهو‬
‫‪26‬‬

‫فصل‪41. Ab'adus shalat‬‬ ‫ابعاد الصالة‬


‫فصل‪42. Pembatal Shalat‬‬ ‫مبطالة الصالة‬
‫فصل‪43. Niat Imam‬‬ ‫فيما تلزم فيه النية االامامه‬
‫فصل‪44. Makmum dan Imam‬‬ ‫فى شروط القدوة‬
‫القدوة ‪45. Yang Sah berjamaah‬‬ ‫فصل صور‬

‫فصل‪46. Syarat Jamak Takdim‬‬ ‫فى شروط جمع التقديم‬


‫فصل‪47. Syarat Jamak Takhir‬‬ ‫فى شروط جمع التكحر‬
‫فصل‪48. Syarat Qashar‬‬ ‫فى شروط القصر‬
‫فصل‪49. Syarat Shalat Jumat‬‬ ‫شروط الصالة الجمعة‬
‫فصل‪50. Rukun Khutbah Jum'at‬‬ ‫فى اركان خطبتين‬
‫فصل‪51. Syarat Sah Khutbah Jum'at‬‬ ‫شروط خطبتين‬
‫فصل‪52. Kewajiban Pada Jenazah‬‬ ‫فيما يلزم مية‬
‫فصل‪53. Memandikan Jenazah‬‬ ‫فى غسل المية‬
‫فصل‪54. Mengkafani Jenazah‬‬ ‫فى تكفن المية‬
‫فصل‪55. Rukun Shalat Jenazah‬‬ ‫اركان الصالة المية‬
‫فصل‪56. Mengubur Jenazah‬‬ ‫فى دفن المية‬
‫فصل‪57. Menggali Kuburan‬‬ ‫ينبش له المية‬
‫فصل‪58. Isti'ana‬‬ ‫فى حكم االستعانات‬
‫فصل‪59. Harta Wajib Zakat‬‬ ‫فيما تجب فيه الزكا ة‬
‫فصل‪60. Wajibnya Puasa Romadhon‬‬ ‫فى ثبوت رماضان‬
27

61. Syarat Sah Puasa ‫فصل‬ ‫شروط صحة الصوم‬


62. Syarat Wajib Puasa Romadhon‫فصل‬ ‫شروط وجوب الصوم‬
63. Rukun Puasa Romadhon‫فصل‬ ‫فى اركان الصوم‬
64. Qadha Puasa ‫فصل‬ ‫يوجب القضاء والكفارة‬
65. Batal Puasa Romadhlon ‫مفيما يبطل الصوم فصل‬
66. Hukum Membatalkan Puasa ‫فصل‬ ‫فى حكم االفطر فى رمضان‬
67. Yang Tidak Membatal Puasa‫فصل‬ ‫يتر تب على االفطار فى رمضان‬
E. Metode Pembelajaran

Pengertian Metode PembelajaranMetode berarti carakerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang ditentukan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

MSetode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang

ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan(Aina

Mulyana, 2012).

Adapun yang dimaksud pembelajaran Menurut Gagne, Briggs,

dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) adalah serangkaian

kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar

pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Aina


28

Mulyana: 2012).(Syaiful Bahri Jamarah dan Azwan Zain, 1997)metode

adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh

pendidik dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sedangkan Umi Zulfa

(2010:65) mengemukakakn metode adalah ibarat sebagai kendaraan

yang akan mengantar siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh

oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru

sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode

yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan

baik oleh peserta didik. Mengajar secara efektif sangat bergantung

pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.

1. Metode Pembelajaran kitab Safinah

Dalam hal ini metode pembelajaran Safinatun Najah minimal

ada 6 (enam) metode pembelajaran safinah dalam perspektif Islam:

metode yang diambil dari al-Qur’an dan hadits, serta pendapat

pakar pendidikan Islam oleh Aprianto (dalam http:

//apri76,wordpress.com diakses pada tanggal 25 maret 2016) yaitu:


29

a) Metode Uswah (teladan)

Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti,

karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia

teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah

SAW, sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab

ayat 21

‫َوالْ َي ْو َم‬ َ ‫لَ َقدْ اَك َن لَمُك ْ يِف َر ُسولِ اهَّلل ِ ُأ ْس َو ٌة َح َسنَ ٌة ِل َم ْن اَك َن يَ ْر ُجو اهَّلل‬

‫َك ِث ًريا‬ َ ‫اآل ِخ َر َو َذ َك َر اهَّلل‬

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab: 21)

Jadi, sikap perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan

perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh

Allah Swt. Aplikasi metode taladan, diantaranya adalah, tidak

menjelek-jelekan seseorang, menghormati orang lain,

membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan,

berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji

mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain. Yang

paling pentingorang yang diteladani harus berusaha berprestasi

dalam bidang tugasnya.

b) Metode Ta’widiyah (pembiasaan)


30

Secara etimologi pembiasaan, asal katanya adalah

biasa.Dalam kamus umum bahasa Indonesia, biasa artinya

lazim atau umum.Seperti sedia kala, sudah merupakan hal

yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.Dalam

ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana

pribadi dapat dibentuk ileh lingkungannya, dengan

mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu

cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi

dasar tersebut, adlah melalui kebiasaan yang baik. Oleh

karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang

berakhlak mulia.

c) Metode Mau’izhah (nasehat)

Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu yang berarti

nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksakannya

dengan perkataan yang lembut.

Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah nasehat

demgan argument logika, nasehat tentang keuniversalan

islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari apek hukum,

nasehat tentang “amar ma’ruf nahi munkar”, nasehat tentang

amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si

pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa

yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka

nasehat hanya akan menjadi lips-service.


31

d) Metode Qishshah (cerita)

Qishshah dalam pendidikan mengandung arti cerita,

suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan

menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya

sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya

rekaan saja.Dalam pendidikan islam, cerita yang bersumber

dari Al-Quran dan Hadits merupakan metode pendidikan

yang sangat penting, cerita dlam Al-Quran dan Hadits, selalu

memikat menyentuh perasaan dan mendidik perasaan

keimanan, contoh: surah yusuf, surah bani israil dan lain-lain.

e) Metode Amtsal (perumpamaan)

Metode perumpamaan adlah metode yang banyak

dipergunakan dalam Al-Quran dan Hadits untuk

mewujudkan akhlak mulia. Allah Swt berfirman dalam surah

al-baqarah ayat 17: “perumpamaan mereka adalah seperti

orang yang menyalakan api”. Dalam beberapa literature

islam, ditentukan banyak sekali perumpamaan, seperti

mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu kupu,

orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti

singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti

tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain.

Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik,

ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu


32

akan melekat pada pikirannya dan sulit untuk dilupakan.

Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman

yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh

perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah

peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh

kesadaran.

f)Metode Tsawab (ganjaran)

Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah,

diantaranya adalah memanggil dengan panggilan

kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas

kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik,

bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah,

meneleponnya kalau perlu dan lain sebagainya.

2. Metode Pembelajaran Fiqih melalui kitab Safinatun Naja

Kitab Safinatun Naja ini merupakan kitab kuning

berbahasa Arab. Kitab yang terdiri dari satu juz (jilid) yang

ditulis oleh Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al

hadhrami’ pada tahun 1372 H. Untuk memudahkan para Siwa

dalam memahami materi kitab tersebut, maka dalam

pengajarannya ustadz menterjemahkan terlebih dahulu ke

bahasa indonisia.Cara seperti ini dikenal dengan istilah

dima`nai.Kemudian ustadz menguraikan isi dan maksud dari


33

kitab yang telah dima`nai tersebut dengan menggunakan bahasa

Indonesia.

Dalam pembelajaran kitab kuning seperti ini adalah

memang pelajaran yang diajarkan di Sekolah.(Abd. Gofur,

2009)mengemukakan, dalam mengajarkan kitab kuning (klasik),

lazimnya memakai metode khas, yaitu:

a. Metode Sorogan

Metode Sorogan yaitu bentuk belajar mengajar

dimana ustadz hanya menghadapi seorang siswa atau

sekelompok kecil siswa dengan cara menyodorkan kitab

kepada ustadz, kemudian kyai membacakan beberapa bagian

dari kitab tersebut, lalu siswa mengulangi bacaannya.

b. Metode Wetonan dan Bendongan

Metode Wetonan dan Bendongan, yaitu metode

mengajar dengan system ceramah, kiai membacakan kitab,

menerjemahkan dan menjelaskan kalimat-kalimat yang sulit

dari suatu kitab, sedangkan siswa menyimak dan membuat

catatan dipinggiran kitab.

c. Metode Musawarah

Metode Musawarah ialah system belajar dalam

bentuk dalam seminar untuk membahas setiap masalah yang

berhubungan dengan pelajaran santri.

E. Evaluasi Pembelajaran
34

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Kata evalauasi berasal dari bahasa ingris, yaitu bersalal dari

kata Evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan

menurut pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang

terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan

menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan factor

tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan ( Supardi dkk, 2009 :

23).Menurut M. Ngalim Purwanto, (1991:3) dalam arti luas,

evaluasi adalah proses merencanakan, memperoleh dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat

alternatif-alternatif keputusan. Ada beberapa istilah yang sering

digunakan untuk pengertian yang serupa dengan evaluasi, yaitu

measurement atau pengukuran, serta penilaian. Ketiga istilah itu

kadang-kadang digunakan secara bergantian dan dianggap

memiliki pengertian yang sama, padahal ketiganya memiliki

perbedaan.

Measurement adalah pengukuran, pengukuran diartikan

sebagai proses menentukan luas kulitas dan kuantitas. Dengan kata

lain pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan

sesuatu seperti adanya yang dapat dikuantitaskan, hal mana dapat

diperoleh dengan cara test atau cara lain. Pengukuran merupakan

proses pengumpulan data melalui pengmatan empiris. Dan


35

merupakan penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari obyek yang

hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu.

Penilaian adalah mengambil suatu keputusan, terhadap

sesuatu dengan mengacu kepada ukuran tertentu seperti baik dan

buruk, pandai atau bodoh, tinggi atau rendah, dan lain

sebagainya.Penilaian bersifat kualitatif dan merupakan hasil dari

evaluasi.

2. Model-Model Evaluasi

Dalam model evaluasi terdapat empat model yang

digunakan dalam pelaksanaan evaluasi yaitu: model pengukuran,

persesuian, evaluasi sistem pendidikan dan iluminas

(Darmawansyah dkk 2007:25). Keempat model tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Model Pengukuran

Model pengukuran menitik beratkan evaluasi pada

pengukuran. Obyek penilaian adalah perilaku siswa seperti:

kemampuan hasil belajar, kemampuan bawaan, minat, sikap dan

keperibadian. Pelaksanaannya umumya menggunakan tes

tertulis, dan tes yang digunakan adalah tes standar yang

penilaian akhir menggunakan penilaian acuan norma yang

didasarkan pada kelompok.

b. Model Persesuian
36

Model persesuian memandang evaluasi sebagai upaya

mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pendidikan melalui

hasil belajar yang dicapai peserta didik diakhir program.Dengan

evaluasi yang dilaksanakan dapat diketahui persesuaian antara

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dengan hasil belajara

yang dicapai siswa.Obyek yang dinilai dalam evalauasi adalah

perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor) yang

ditunjukan oleh siswa pada akhir program.Pendekatan yang

digunakan lebih konfrehensip tidak hanay menggunakan tes

tulis, tetapi juga menggunakan tes sikap, perbuatan malalui

observasi.

d. Model Evaluasi System Pendidikan

Model sistem evaluasi pendidikan memandang upaya

membandingkan kinerja berbagai dimensi program yang sedang

dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu untuk akhirnya

sampai pada suatu deskripsi mengenai program yang dinilai itu.

Dimensi yang menjadi sasaran penilaian beragam bisa

meliputi kontek, masukan mentah, proses dan hasil yang

dicapai. Dalam pelaksanaannya pendekatan yang digunakan

adalah dengan membandingkan kinerja setiap dimensi program

dengan program itu sendiri menggunakan kriteria internal, atau

membandingkan setiap dimensi program dengan kriteria

eksternal di luar program yang bersangkutan.


37

e. Model Iluminatif

Model iluminatif sering digunakan dalam bidang

antropologi yang pada hakikatnya merupakan studi terhadap

program inovasi, pelaksanaan program serta factor-faktor

lingkungan yang mempengaruhi.Penilaian pada evaluasi

illuminatif lebih menekankan pada aspek kualitatif.Obyek yang

dinilai mencakup kurikulum, yang terlihat dan

tersembunyi.Pendekatan yang digunakan bersifat fleksibel dan

eklektif yang tahapannya menempuh tahapan obeservasi,

pancaran lebih lanjut, mencari penjelasan termasuk interpretasi.

Teknik pelaksanaan evaluasi yang dapat digunakan diantaranya

wawancara, observasi, angket dan analisis dokumen.

3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Klasik

Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran kitab klasik /

kitab kuning ada kalanya mengalami perbedaan denga evaluasi

pembelajaran di sekolah pada umumnya, menurut Nahrawi

(2008:30), ia mengemukakan bahwa Evaluasi Kemampuan siswa

biasanya, dievaluasi dengan keberhasilannya mengajarkan kitab

kepada orang lain. Jika audensi merasa puas, maka hal itu siswa

yang bersangkutan dinilai telah lulus.

Legalisasi kelulusannya adalah restu ustadz bahwa siswa

tersebut diizinkkan pindah mempelajari kitab lain yang lebih tinggi

tingkatannya dan boleh mengajarkan kitab lain yang lebih tinggi


38

tingkatannya dan boleh mengajarkan kitab yang dikuasainya

kepada orang lain (Saeul Millah, 2013).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode tertentu yang

tepat dan sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Metode yang

digunakan harus sesuai dengan masalah, sifat dan tujuan

penelitian.Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Hal ini karena penelitian ini

dimaksudkan untuk mengungkap keadaan subjek penelitian

sebagaimana adanya berdasarkan data yang dikumpulkan pada saat

penelitian dilakukan.

M. Subana dan Sudrajat (2009: 89) mengartikan bahwa metode

deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan

dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat

penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya.


39

Sedangkan kualitatif menurut Bodgam dan Taylor adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang sedang

diamati.Pendapat senada sampaikan oleh Kirk dan Miller yang

mendifinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung kepada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristiwanya (Margono, 2004: 39


36).

Sedangkan menurut Mahmud (2011: 11), penelitian deskriptif

adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau

mengamati permasalahan secara sistematis secara akurat mengenai fakta

dan sifat objek tertentu.[

Adapun penelitian kualitatif menurut Saifuddin Azwar dalam

Mahmud (2011: 81) adalah penelitian yang lebih menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada

analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,

dengan menggunakan logika ilmiah.

Menurut Djam’an Satori (2011: 22) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari

sifat suatu barang atau jasa.Hal terpenting dari suatu barang atau jasa

berupa kejadian atau fenomena atau gejala sosial adalah makna di balik

kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu


40

pengembangan konsep teori.Jangan sampai sesuatu yang berharga

tersebut berlalu bersama waktu tanpa meninggalkan manfaat.

Dengan menggunakan pendekatan dan metode

penelitiantersebut, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan

menggambarkan pembelajaran Fiqih melalui kitab safinatun Najapada

siswaMTs Miftahul huda.

B. Penentuan Sumber Data Penelitian

Guna mendapatkan informasi serta data yang diperlukan oleh

peneliti, maka perlu ditentukan informan yang dapat dijadikan sebagai

sumber data penelitian.Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 89)

menjelaskan bahwa sumber data adalah orang yang sengaja dipilih oleh

peneliti, guna dijadikan sebagai informan.

Menurut Dadang Kahmad (2000: 89) informan adalah orang

dalam yang tahu banyak dan mengalami sendiri peristiwa atau keadaan

tempat penelitian yangakan dilakukan.Adapun sumber data dalam

penelitian ini adalah 1 orang ustadz yang mengajar kitab Safinatun

Najadi MTs Miftahul Huda, sekaligus dijadikan sebagai sumber data

utama atau data primer.

Sedangkan sumber data pelengkap atau data sekunder dalam

penelitian ini adalah beberapa siswa di MTs tersebut. Serta untuk

melengkapi data dalam penelitian ini, peneliti juga akan melakukan


41

pengamatan langsung pada pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui

kitab Safinatunn Najadi MTs Miftahul Huda.

C. Pemilihan Setting Data Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berada di

MTs Fiftahul Huda yang terdapat di Sungai Jawi Desa Rantau Panjang

Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak.

Alasan peneliti memilih MTs ini dikarenakan dari fakta yang

ada di lapangan tidak semua sekolahan bisa menyelenggaran

pembelajaran kitab. Dan kitab yang dijadikan pembelajaran di MTs

tersebut adalah pelajaran fiqihmelalui kitab (Safinatun Naja) sebagai

dasar-dasar penanaman keagamaan kepada siswa Fiftahul Huda ini.

Selain itu alasan peneliti adalah karena peneliti telah mengenal lokasi ini

sebelumnya sehingga dapat memudahkan peneliti untuk memperoleh

informasi dan memasuki setting serta karena jarak lokasi penelitian tidak

terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti.

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti mendatangi informan

yaitu kepala sekolah dan ustadz yang mengajar kitab Safinatun Naja dan

siswadi Miftahul Huda untuk diwawancarai serta melakukan observasi

non partisipan.

Dalam hal ini peneliti berusaha berperan tidak tampak sebagai

peneliti.Jika terpaksa harus mengemukakan posisinya sebagai peneliti

maka diusahakan tidak menggurui dan tidak bersifat mengevaluasi

informan.Peneliti berusaha netral, tidak memihak jawaban informan dan


42

tidak menyangkalnya, serta selalu bersifat terbuka dan akrab tetapi

bersifat direktif dan personal terhadap informan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan untuk keperluan penelitian.

Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang baik dan benar akan

membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Teknik yang

peneliti yang di gunakandalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi tentang

pembelajaran Fiqih melalui kitab Safinatunnaja pada siswa MTs

Miftahul Huda. Menurut Dadang Kahmad (2000: 93) bahwa

wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si

penanya (pewawancara) dengan si penjawab (informan) dengan

menggunakan alat yang dinamakan pedoman wawancara. Sedangkan

wawancara mendalam menurut(Burhan Bugin, 2001)adalah

wawancara yang dilakukan secara informal.

Adapun tujuan peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data ini adalah untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan

objektif tentang pertanyaan penelitian dari semua informan, dan


43

karena keterbatasan daya ingat, maka peneliti dalam penelitian ini

menggunakan pedoman wawancara dan tape recorder

2. Observasi

Observasi yang peneliti gunakan disini adalah obeservasi non

partisipan.Sugiono (2004: 130) menyatakan bahwa observasi non

partisipan adalah penelitian yang dilakukan melalui pengamatan dan

pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek peneltian, namun

peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat

independen.Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang

berlatar belakang pertanyaan penelitian. Sedangkan alat bantu yang

digunakan adalah catatan lapangan.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 107) teknik dokumentasi

adalah mencari data mengenai hal-hal berupa catatan,

transkrip,buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda

dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini terutama digunakan untuk

mendapatkan data-data yang berkaitan dengan isi materi kitab

Safinatun Najah,gambaran umum lokasi penelitian, dan berbagai

sumber tertulis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.


44

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Profil Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda

1. Sejarah Singkat MTs Miftahul Huda


MTs Miftahul Huda secara resmi berdiri pada tanggal 14 juni

2007. Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda berlokasi di Kampung

Sungai Jawi Desa Rantau Panjang Kecamatan Sebangki Kabupaten

Landak.

MTs ini berdiri atas prakarsa dari H.Lende S.Pd.I. Beliau

adalah seorang guru Agama di SD setempat yang merantau datang

dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Setelah beberapa tahun beliau

menjadi guru Agama di daerah ini, beliau melihat betapa banyaknya

anak-anak tamatan SD yang tidak dapat melanjutkan ke Sekolah

Menengah Atas dikarenakan keterbatasan biaya orang tua dan juga

jarak sekolah menengah dari desa ini cukup jauh.

Kondisi demikian tentu mengundang keperhatinan Bapak

H.Lende. Maka beliau mencoba mengajak tokoh-tokoh masyarakat

dan tokoh Agama setempat untuk membicarakan rencana pendirian

sekolah menengah (MTs). Niat beliau untuk mendirikan Madrasah

Tsanawiyah agar dapat mengakomudir anak-anak tamatan SD

setempat melanjutkannya pendidikannya, ternyata mendapatkan

sambutan dan dukungan dari tokoh setempat.

45
45

Tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama, tahun pelajaran

2007/2008 MTs ini mulai menerima pendaftaran murid sekalipun

untuk tempat proses belajar mengajar masih harus menumpang di

gedung SD setempat. Namun tidak berlangsung lama, karena pada

tahun itu juga proses pembangunan gedung MTs Miftahul Huda

mulai dikerjakan.

Kini MTs Miftahul Huda telah berdiri dengan No Statistik

Madrasah (NSM): 212620102216 dan H.Lende menjadi Kepala

Sekolah Madrasah Miftahul Huda yang pertama hingga sekarang.

2. Visi MTs Miftahul Huda


“Terwujudnya siswa madaris Miftahul Huda yang berkualitas dalam

imtaq dan iptek serta memenuhi standar pendidikan nasional.”

3. Misi MTs Miftahul Huda


a. Mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan

zaman dengan memadukan kurikulum Nasional.

b. Meningkatkan ketajaman IQ, EQ, SQ Guru dan siswa dalam

Proses belajar mengajar.

c. Meningkatkan manajemen mutu, sarana, prasarana dan

akuntabilitas Madrasah.

d. Meningkatkan kultur pendidikan yang berdisiplin tinggi,

bertanggung jawab dan berdaya saing tinggi.

e. Mengembangkan potensi akademik secara optimal sesuai

dengan bakat dan minat melalui proses pembelajaran.


46

Secara umum profil Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda

bisa digambarkan melalui tabel berikut:

Tabel l

Bagan MTs M iftahul Huda

1. Nama MTs Miftahul Huda

2. NISM 212620102216

3. NPSN 69725629

4. Akreditasi Madrasah C

Desa : Rantau panjang Kecamatan :

Sebangki Kabupaten : Landak


5. Alamat Lengkap Madrasah Provinsi : Kalimantan Barat

No.Tlp : 085750818606

6. No.NPWP Madrasah 31-646-507-9705-000

7. Nama kepala madrasah H.Lende,SPd.I

8. No.Telfon 085750818606

9. Nama Lembaga LPI AL-FATH THIYAFIY

10. Alamat Lembaga Desa Rantau Panjang

11. No.Telp Lembaga -

12. No. Akte Pendidik 2(dua)

13. Kepemilikan Tanah Lembaga

14. Luas Tanah 2.025 m 2

15. Status Bangunan Lembaga

16. Luas bangunan 270 m 2


47

Struktur Bagan TU MTs Miftahul Huda

Tabel 2

Keadaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Mts Miftahul Huda

PNS Non-PNS
No. Uraian
Pr. Lk. Pr.
Lk
.
1. Jumlah kepala madarasah 1
2. Jumlah Wakil Kepala Madrasah
3. Jumlah Pendidik (di luar Kepala & Wakil) 6 3
4. Jumlah Pendidik Sudah Sertifikasi 1
5. Jumlah Pendidik Berprestasi Tk. Nasional
6. Jumlah Pendidik Sudah Ikut Bimtek K-13
7. Jumlah Tenaga Kependidikan
Sumber : Bagan TU MTs Miftahul Huda

Tabel 3

Keadaan Siswa MTs Mitahul Huda tahun ajaran 2016/2017

Tingkat Tingkat Tingkat


7 8 9
No. Uraian Siswa & Rombel
L Pr L Pr L P
k. . k. . k. r.
Siswa Baru Tingkat 7 (Awal
1. 25 28
TP)
Siswa Naik dari Tingkat
2. 20 37 15 23
Sebelumnya
3. Siswa Pengulang
4. Siswa Pindah Masuk
5. Siswa Pindah Keluar
6. Siswa Drop-out Keluar
7. Siswa Drop-out Kembali
8. Jumlah Siswa Total Saat Ini 25 28 15 23 15 23
9. Jumlah Rombel 2 2 2
48

BAGAN I
Struktur Organisasi MTs Miftahul Huda

LEMBAGA AL-FATIAPI

KEPALA SEKOLAH
Wakil
I H.LENDE.SPd.I

S Tata Usaha/Sekretaris
UMAR, S.Pd.I

Wakses kesiswaan KAKA SARANA


Abdul Manaf.SPd.I Syaifullah,SPd.I

Pembinaan osis Koor perpus

Marsikun
sadikin
GURU

Siswa

B. Paparan Data Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan data yang berhubungan dengan

pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja di MTs Miftahul

Huda yang meliputi tujuan yang ingin dicapai, metode pembelajaran,

dan evaluasi pembelajaran.

1. Tujuan Pembelajaran Kitab Safinatun Naja

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran

fiqih melalui kitab Safinatun Naja. Menurut Ustadz Syaiful sebagai


49

salah seorang ustadz yang mengajar fiqih dengan menggunakan

kitab Safinatun Naja, mengatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai

dalam pembelajran fiqih melalui kitab Safinatun Naja adalah sebagai

berikut;

a. Meningkatkan kemampuan siswa pada ranah kognitif, afektif

dan psikomotoriknya.

b. Sebagai pendidikan fiqih pada siswa dalam melanjutkan

kehidupan di masa yang akan datang.

c. Dapat memahami kandungan dari isi kitab Safinatun Naja.

d. Merealisasikan aspirasi masyarakat yang menginginkan adanya

pembelajaran kitab kuning di lembaga ini, Karena pembelajaran

kitab sangat penting untuk menyeimbankan pendidikan yang ada

pada zaman sekarang ini.

Dengan adanya pembelajaran kitab tersebut, MTs Miftahul

Huda mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat. Banyak

masyarakat yang mengatakan bahwa murid yang berasal dari MTs

Miftahul Huda ini jika melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren

sudah tidak bingung, karena sudah dibekali sejak dari MTs tersebut

Kitab.

Hal ini sependapat dengan Bapak H.Lende yang juga mengajar

fiqih melalui kitab Safinatun Naja, juga memaparkan bahwa tujuan

pembelajaran fiqih tersebut adalah :


50

a. Meningkatkan kemampuan sisawa pada ranah kognitif, afektif

dan psikomotoriknya.

b. Sebagai pendidikan fiqih pada anak-anak dalam melanjutkan

kehidupan di masa yang akan datang.

c. Dapat memahami kandungan dari isi kitab Safinatun Naja.

d. Merealisasikan aspirasi masyarakat yang menginginkan adanya

pembelajaran kitab kuning di lembaga ini,Karena pembelajaran

kitab sangat penting untuk menyeimbankan pendidikan yang ada pada

zaman sekarang ini.

Dengan adanya pembelajaran kitab tersebut MTs Miftahul Huda

mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat, Banyak masyarakat

yang mengatakan bahwa murid yang berasal dari MTs Miftahul Huda

ini jika melanjutkan ke pondok pesantren sudah tidak bingung,

karena sudah dibekali dari MTs tersebut Kitab.

Terkait beberapa unsur yang ingin dicapai dalam pembelajaran

fiqih melalui kitab Safinatun Naja sebagai sumber materi pendidikan

fiqih, menurut Ust. Murtado beliau sebagai salah seorang ustadz

tugasan dari Madura yang mengabdi di MTs Miftahul Huda

mengatakan bahwa pembelajaran tersebut tidak terlepas dari

beberapa kendala yang dihadapi untuk merealisasikan tujuan

pembelajaran tersebut diantaranya: Sulitnya bagi siswa yang kurang

memahami bahasa arab dalam menerjemah kedalam bahasa

indonesia (sasa’) dengan menggunakan tulisan arab, sehingga bagi

sebagian dari mereka tidak dapat belajar sendiri (membacanya).


51

Selain kendala, juga ada beberapa faktor pendukung yang membantu

terlaksananya tujuan pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun

Naja di MTs Miftahul Huda, yaitu: Minat para siswa yang ingin

mengetahui dan mereka aktif dalam mengikuti pembelajaran fiqih

melalui kitab Safinatun Naja sehingga setelah berjalan beberapa

pertemuan, siswa sudah mulai mengerti bagaimana memaknai dan

memahami isi kitab tersebut dengan baik.

Selain dari tujuan kitab yang telah di uraikan di atas, Bapak

H.Lende disampig sebagai pengajar juga sebagai kepala sekolah

MTs Miftahul Huda, mengatakan bahwa tujuan pembelajaran fiqih

melalui kitab Safinatun Naja yang ditetapkan oleh pengurus

Yayasan MTs Miftahul Huda dan penggurus lembaga yang

berlangsung sampai saat ini telah menghasilkan perubahan yang

sangat baik dari sebelumnya sehingga bisa mempunyai bekal untuk

melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren. Banyak yang

mengatakan santri yang berada di pondok pesantren yang berasal

dari MTs Miftahul Huda tinggal melanjutkan saja, karena pelajaran

yang ada di pondok pesantren sebelumnya sudah pernah dipelajari

di sekolah.

Ketika peneliti melakukan observasi, peneliti juga melihat

adanya penekanan terhadap tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Ust.Murtado tidak henti-hentinya menekankan dan mengingatkan


52

kepada para siswanya agar selalu semangat dalam mencari ilmu

keagamaan dan ilmu keduniaan.

2. Metode Pembelajaran Safinatun Naja.

Berdasarkan observasi yang peneliti dapat bahwa pelaksanaan

pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja pada siswa MTs

Miftahul Huda ini. Dimulai pada saat ustadz dan siswa MTs

Miftahul Huda selesai sholat asyar berjama’ah. Setelah shalat asyar

langsung bel berbunyi dan seluruh siswa segera masuk kelas dan

segera mengambil kitab untuk mengikuti pembelajaran kitab yang

akan disampaikan oleh ustadz. Setelah semuanya telah duduk rapi

dan tenang maka dengan suara yang khas ustadz mengucapkan

salam ِ ‫ ُة‬jَ ‫" َا َّلس َال ُم عَلَ ْيمُك ْ َو َرمْح‬


"ْ‫ه‬jُ‫هللا َوبَ َراَك ت‬ kepada semua siswa yang

hadir dan dijawab " ‫هللا َوبَ َراَك تُ ْه‬ َّ ُ ‫َ"وعَلَ ْيمُك‬
ِ ‫الس َال ُم َو َرمْح َ ُة‬

Pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja segera

dimulai dengan membaca surah al-Fatihah yang dihadiahkan kepada

Nabi Muhammad dan pengarang kitab Safinatun Naja, setelah itu

ustadz membaca do’a:

ِ ‫ال ُم َعلَى َر ُس ْو ِل اَ ْش َر‬


‫ف‬ َ ‫الس‬ َ ‫الص‬
َّ ‫ال ُة َو‬ ْ ‫اَْل َح ْم ُد لِلِهّ َر ِّب ْالعالَم‬
َّ ‫ِين َو‬

.ُ‫ اَ َّما َب ْعد‬.‫ِين‬


ْ ‫ص ْح ِب ِه اَ ْج َمع‬ َ ‫ْا‬
َ ‫ال ْن ِب َياء والمرسلين َسيِّ ِد نَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬

َ ‫ه اهلل َت َعلى َو َن َف َعنَا ِب ُعلُ ْو ِم ِه فِى الد‬,


ْ ‫َّار ْي ِن اَم‬
‫ِين‬ َ ‫ال ْال ُم‬
ُ ِّ‫صن‬
ُ ‫ف َر ِح َم‬ َ ‫َق‬
53

Selanjutnya dengan suara yang nyaring kemudian ustadz

membaca materi pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja,

dan selanjutnya secara satu persatu ustadz membacakan lafadz

tersebut dengan artinya kedalam bahasa indonesia atau dengan

istilah populer dalam ilmu kitab kuning disebut disasa’ yaitu lafadz

dari materi yang dipelajari diberi arti satu persatu perlafadz, sambil

menjelaskan pengertian dan maksud dari kitab tersebut. Dan dengan

detailnya ustadz tersebut menjelaskan pengertian materi yang

disampaikan kepada siswa MTs Miftahul Huda.

Setelah penjelasan sudah dianggap cukup, ustadz kemudian

melanjutkan proses pembelajaran dengan menunjuk salah satu dari

siswa yang hadir pada saat itu untuk membacakan hasil catatan dari

kitab mereka masing-masing. Kemudian ustadz mengoreksi catatan

mereka yang keliru, dan setelah itu barulah siswa diberi kesempatan

untuk bertanya tentang materi pembelajaran yang kurang dipahami,

setelah ustadz merasa cukup, kemudian sang ustadzpun segera

menutup pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja pada

pertemuan itu sambil menutup kitabnya beliau mengucapkan “(‫َوهللا‬

ْ‫” ُ)اَعْ لَ ُم ِباالص ََّواب‬, dan kemudian ustadz mengucapkan salam " ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬

ِ ‫""و َرحْ َم ُة‬


ْ‫هللا َو َب َر َكا ُته‬ َ dan dijawab oleh siswa MTs Miftahul Huda yang

ِ ‫"و َعلَ ْي ُك ُم ال َّسالَ ُم َو َرحْ َم ُة‬


hadir " ْ‫هللا َو َب َر َكا ُته‬ َ

Menurut Abd. Roman dia sebagai siswa MTS Miftahul Huda,

menjelaskan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui


54

kitab Safinatun Naja dilaksanakan dengan terlebih dahulu ustadz

menyampaikan isi dari kitab Sfinatun Naja dengan mengertikan

kedalam bahasa Indonesia. Kemudian menjelaskan materi tersebut.

Sedangkan Menurut Bapak H. Lende, beliau sebagai kepala sekolah

sekaligus mengajar pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja

juga mengatakan proses pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui

kitab Safinatun Naja dilaksanakan seperti pembelajaran kitab kuning

pada umumnya, yakni terlebih dahulu mengertikan kitab Safinatun

Naja dan kemudian menjelaskan maksud dari isi kitab tersebut.

Sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqih

melalui kitab Safinatun Naja adalah metode bandongan, ceramah

dan tanya jawab. Namun, selain metode tersebut untuk menanamkan

keagamaan yag baik pada siswa, kami juga menggunakan metode

Uswah, metode Ta’widiyah, dan metode Mau’izhah.

Kemudian dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti

dapat mengamati bahwa penerapan metode pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja

pada siswa MTs Miftahul Huda.

a. metode yang digunakan adalah metode bandongan, yakni ustadz

membaca kalimat-kalimat dalam kitab Safinatun Naja, kemudian

mengertikannya kedalam bahasa indonesia (sasa’), kemudian

siswa mencatat yang ustadz sampaikan pada kitab tersebut.


55

b. metode ceramah bervariasi dilaksanakan pada saat ustadz

menjelaskan mengenai materi kitab Safinatun Naja, dan

kemudian metode tanya jawab dilakukan pada saat ustadz

memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa-siswa

tersebut.

Menurut Santi dia sebagai siswi MTs Miftahul Huda kelas IX

mengatakan bahwa posisi ustadz yang mengajar kitab Safinatun

Naja duduk diatas kursi seperti sekolah umum biasanya dan di

depan siswa MTs Miftahul Huda dan tak henti-hentinya ustadz

mengingatkan pada semua siswa untuk membiasakan disiplin dan

akhlak yang baik pada orang lain. Kemudian mengatakan bahwa

terkadang sering juga ustadz yang mengajar meminta dari sebagian

siswa untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari, dan posisi

duduk siswa dalam mengikuti pembelajaran fiqih melalui kitab

Safinatun Naja adalah dengan duduk diatas kursi juga dengan

membentuk barisan berbanjar kebelakang sesuai tempat duduk

masing-masing.

Dari observasi yang peneliti lakukan dapat dijelaskan bahwa

posisi siswa MTs Miftahul Huda dalam mengikuti pembelajaran

fiqih melalui kitab Safinatun Naja dalam keadaan duduk diatas

kursi, dan siswa yang duduk diats kursi juga dengan membentuk

barisan berbanjar kebelakang sesuai dengan tempat duduk masing-

masing, serta ustadz berada di depan mereka duduk diatas kursi juga.
56

Kemudian, Bapak Syaiful menerangkan bahawa metode yang

disebutkan di atas pengurus MTs Miftahul Huda juga menggunakan

sistem kerja sama langsung pada wali murid, dimana untuk hal ini

ialah dilakukan pada saat ada dirumah dan liburan siswa,yang

ditekankan pada wali murid ialah untuk mengingatkan pada anak-

anaknya tentang ibadahnya harus di ingatkan dan etika murid pada

saat dirumah masing-masing, baik itu etika pada orang tua, keluarga,

dan masyarakat.

3. Evaluasi Pembelajaran Safinatun Naja

Dalam suatu proses pembelajaran tentu memrlukan adanya

evaluasi pembelajaran, guna mengetahui hasil kelebihan atau

kekurangan dari suatu aktivitas pembelajaran tersebut. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta

didik dalam kegiatan belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar.

Adapun berkenaan dengan evaluasi pembelajarn kitab Safinatun

Naja di MTs Miftahul Huda ini, ada beberapa jenis penelitian yang

dilakukan.

a. Dilaksanakan pada setiap awal pembelajaran, menurut Bapak H.

Lende bentuk evaluasinya adalah dengan cara beberapa siswa

diminta maju ke depan untuk membaca materi pembelajaran

yang telah dicatat dan dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Menurut Ust. Murtado sebagai salah seorang pengajar, cara ini

selain untuk melatih siswa membaca teks arab, juga


57

dimaksudkan guna mengevaluasi dan megetahui sejauh mana

keberhasilan siswa dalam belajar, khususnya dalam membaca

teks berbahasa arab dan memahami pada materi yang telah

dipelajari, khususnya pada sebagian siswa yang memang kurang

dalam membaca teks arab dan memahami pada materi tersebut.

b. Dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran dalam bentuk teks

lisan dan tulisan. Tes lisan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan

yang dilontarkan oleh ustadz yang mengajar kepada siswa

berkenaan seputar materi yang baru saja dipelajari, sedangkan

tes tulisan berupa penugasan kepada siswa, yang terkadang

harus dikerjakan diluar jam atau waktu pembelajaran. Materi

evaluasi ini juga seputar materi pelajaran yang baru saja

dipelajari. Menurut Ustadz selaku pengajar kitab Safinatun

Naja, tes semacam ini sering disebut dengan istilah ‫التدريب على‬

‫القراة‬.

c. Dilakukan pada setiap akhir tahun pembelajaran atau disebut

dengan ulangan akhir semester. Menurut salah seorang pengajar

yaitu ustadz. Syaiful bahwa evaluasi pembelajaran Safinatun

Naja dilaksanakan dengan cara meminta siswa untuk membaca

materi dan meminta siswa untuk menjelaskan materi yang telah

dibacanya. Bapak H. Lende memaparkan adapun materi yang

dibacanya, ialah materi yang telah ditentukan oleh ustadz yang

telah mengajar kitab Safinatun Naja. Namun, selain evaluasi


58

yang disebutkan di atas pengurus MTs Miftahul Huda juga

menggunakan sistem menanyakan langsung pada wali murid,

dimana untuk hal ini ialah dilakukan pada saat liburan siswa,

yang ditanyakan ialah tentang etika murid dan ibadahnya pada

saat dirumah, baik itu etika kepada orang tua, keluarga, teman,

dan masyarakat.

C. Pembahasan

Setelah melihat data-data tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih

melalui kitab Safinatun Naja pada siswa MTs Miftahul Huda di sungai

jawi Desa Rantau Panjang. Khususnya yang berkenaan dengan tujuan

pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja, metode, dan evaluasi

pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja, maka peneliti

berusaha membahasnya dengan menggunakan teori-teori yang relevan

dengan data-data dan permasalahan penelitian tersebut.

Agar pembahasan ini menjadi lebih sistematik, maka peneliti

akan membahasnya sesuai dengan sub-sub sebagai berikut:

1. Tujuan Pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 16) menyebutkan

bahwa tujuan merupakan salah satu unsur dari pembelajaran yang

tidak dapat dihilangkan. Beliau mengartikan tujuan sebagai arahan

yang jelas dan pasti kemana arah kegiatan pembelajaran akan dibawa

oleh guru. Adapun tujuan yang dirumuskan oleh pihak yayasan MTs

Miftahul Huda dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui kitab


59

Safinatun Naja pada siswa MTs Mifthul Huda adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai pendidikan fiqih siswa MTs Miftahul Huda untuk bekal

kehidupannya di masa yang akan datang, agar mereka dapat

mengetahui tentang agama secara detail, serta dapat memfilter diri

mereka dalam menghadapi kehidupan dunia pada era modern ini

karena, fiqih sebagai aktivitas penalaran manusia didalam mencoba

memahami syariah tentu sangat dipengaruhi oleh kapabalitas, sosial-

kultural, dan sosio-politik faqih yang bersangkutan (Ahmad

Rofiq :2001 :19). Oleh karena itu didalam ajaran Islam kita

diperintah untuk mempelajari Fiqih seperti dijelaskan dalam kitab

Ta’limul Muta’alim yang di karang Syekh Al-zarnuji halaman 13

yaitu:

‫تفقه فان الفقه افضل قاءد *اىل الرب والتقوى واعدل قاصد‬
Belajarlah Ilmu Fiqih karena Fiqih itu merupakan penuntun

yang paling utama, untuk berbuat kebaikan, takwa dan tujuan yang

lurus. Ia merupakan (rambu-rambu) jalan petunjuk, dialah sebagai

benteng yang dapat menyelamatkan dari segala martabatnya. Karena

sesungguhnya pakar Fiqih yang perwira lebih sulit lagi syetan (untuk

mengganggu) daripada seribu orang ahli ibadah (yang tidak alim

fiqih).

2. meningkatkan kemampuan siswa MTs Miftahul Huda pada ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif diantaranya


60

berupa kemampuan yang meliputi kemampuan menulis dan

membaca teks berbahasa Arab serta memahami materi kitab fiqih

tersebut, pengetahuan tentang syariah, beribadah kepada Allah Swt,

seperti yang tertuang dalam kitab Safinatun Naja. Aspek afektif

dapat berupa sikap dan minat para siswa pada saat belajar,

sedangkan aspek psikomotorik adalah tujuan yang diarahkan pada

perubahan tingkat kefahaman terhadap ilmu keagamaan.dan

kepahaman tersebut bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari-

harinya.

Menurut Hariansyah, dkk (2009: 5) mengatakan bahwa Ranah

kognitif merupakan tujuan yang sifatnya menambah pengetahuan/

hasil belajar yang berupa pengetahuan. Selanjutnya ranah afektif

merupakan hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan

sikap seseorang, dan ranah psikomotorik merupakan hasil belajar

yang berhubungan dengan keterampilan atau keaktifan fisik.

Pada hakekatnya setiap pembelajaran yang dilakukan harus

mengarah kepada pencapaian pada seluruh ranah tersebut, karena

hasil dari sebuah pembelajaran, bukan hanya terletak pada sejauh

mana dia dapat memahami, akan tetapi yang lebih penting adalah

perubahan dari untuk menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti beranggapan

bahwa tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam

pembelajaran fiqih melalui kitab safinatun Naja pada MTs Miftahul


61

Huda siswa paralel dengan tujuan pendidikan fiqih itu sendiri yakni

agar anak melakukan hal-hal yang baik dan telah sesuai dengan

syari`at agama Islam.

3. Metode Pembelajaran Safinatun Naja

Mengenai metode pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun

Naja pada siswa MTs Miftahul Huda sungai jawi Desa Rantau

Panjang. Maka selanjutnya peneliti akan membahas secara rinci

mengenai pelaksanaan pembelajaran dan metode pembelajaran yang

digunakan.

a. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun

Naja pada siswa MTs Miftahul Huda dilaksanakan sebagaimana

proses pembelajaran kitab kuning pada umumnya, yakni dengan

terlebih dahulu ustadz yang mengajar kitab Safinatun Naja

mengartikan kitab tersebut kedalam bahasa indonesia dan

kemudian ustadz menjelaskan isi dari maksud materi yang

terdapat di dalam kitab tersebut dan dilanjutkan dengan meyuruh

beberapa siswa untuk membaca kitab Safinatun Naja dengan

bacaan yang nyaring dan kemudian ustadz mengoreksi bacaan

tersebut.

Setelah selesai menyampaikan materi dan latihan, ustadz

kemudian memberikan kesimpulan dan setelah itu beliau

mempersilahkan siswa untuk bertanya mengenai materi yang baru


62

saja disampaikan. Kemudian setelah sesi tanya jawab berakhir,

ustadz meminta sebagian dari siswa untuk memperagakan dari

materi yang telah diajarkan, dan setelah itu ustadz segera

mengakhiri pembelajaran pada saat itu dengan mengucap salam

dan membaca doa.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka

dapat diuraikan bahwa proses pembelajaran fiqih melalui kitab

Safinatun Naja pada siswa MTs Miftahul Huda sudah cukup baik,

hal ini dikarenakan ustadz yang mengajar kitab Safinatun Naja

merupakan lulusan Pondok Pesantren terkemukan di Indonesia

yaitu Pondok Pesantren Assalafi Al Baihaqi Nunggunung Bates

Balega Bangkalan Madura. Selanjutnya metode yang digunakan

dalam pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja ini adalah

metode Mau’izhah, Uswah, danTa’widiyah.

1) Metode Mau’izhah (Nasehat)

Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu yang berarti

nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksakannya dengan

perkataan yang lembut.

Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah nasehat

demgan argument logika, nasehat tentang keuniversalan islam,

nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat

tentang “amar ma’ruf nahi munkar”, nasehat tentang amal

ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi


63

nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang

dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat

hanya akan menjadi lips-service (Aprianto dalam http:

//apri76,wordpress.com diakses pada tanggal 25 desember

2016).

2) Metode Uswah (Teladan)

Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena

mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang

harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW,

sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab ayat 21 :

َ ‫ُول هَّللا ِ ُأسْ َوةٌ َح َس َن ٌة لِ َمنْ َك‬


‫ان َيرْ جُو هَّللا َ َو ْال َي ْو َم‬ ِ ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس‬
َ ‫لَ َق ْد َك‬

‫ر هَّللا َ َك ِثيرً ا‬+َ ‫اآلخ َِر َو َذ َك‬

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu


suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah”.(Al-Ahzab : 21)

Jadi, sikap perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap

dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui

oleh Allah Swt. Aplikasi metode taladan, diantaranya adalah,

tidak menjelek-jelekan seseorang, menghormati orang lain,

membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan,

berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji

mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain. Yang


64

paling penting orang yang diteladani harus berusaha

berprestasi dalam bidang tugasnya.

3) Metode Ta’widiyah (Pembiasaan)

Secara etimologi pembiasaan, asal katanya adalah biasa.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, biasa artinya lazim

atau umum. Seperti sedia kala, sudah merupakan hal yang

tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu

jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi

dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan

potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut,

adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan

yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.

b. Evaluasi Pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran fiqih melalui kitab

Safinatun Naja pada siswa MTs Miftahul Huda dilaksanakan

sebagaimana penilaian dari hasil pembelajaran kitab kuning pada

umumnya. Hal ini dilakukan guna mengetahui sejauh mana

keberhasilan dari pembelajaran kitab tersebut dan dimana letak

kekurangan dari kegiatan belajar mengajar.

Berkenaan dengan evaluasi, Suharsini Arikunto (1996:3)

menyebutkan bahwa evaluasi pada dasarnya merupakan penilaian

yang berarti mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan


65

ukuran baik buruk atau penilaian bersifat kualitatif. Lebih lanjut,

Tayler seperti yang dikutip E.mulyasa (2007:226) menguraikan

bahwa evaluasi pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui

tercapai atau tidaknya pembelajaran yang telah dilaksanakan, yang

mencakup semua komponen pembelajaran, baik proses maupun

hasilnya.

Sumarna Surapranata (2014:3) berpendapat bahwa penilaian

pada dasarnya merupakan proses menyimpulkan data dan

menafsirkan fakta-fakta serta membuat pertimbangan dasar yang

professional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan infornasi,

yaitu informasi mengenai peserta didik.

Berangkat dari pengertian diatas maka yang dimaksud

evaluasi atau penilaian pembelajaran adalah perbuatan pemberian

nilai terhadap hasil belajar dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan baik dalam sifat kualitatif maupun kuantatif.


66

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari fokus masalah yang peneliti

peroleh di lapangan, maka penelitian ini dapat peneliti simpulkan

sebagai berikut ini:

1. Tujuan Pembelajaran Kitab Safinatun Naja

Ada beberapa hal yang ingin dicapai dalam tujuan

pembelajaran fiqih melalui kitab Safinatun Naja sebagai sumber

belajar pendidikan fiqih pada siswa MTs Miftahul Huda, yaitu:

Pertama, untuk lebih mudah faham ilmu syariat, karena di kitab

tersebut sangat di rincikan. Kedua, agar supaya siswa mempunyai

bekal untuk melanjutkan kepondok.

2. Metode Pembelajaran Kitab Safinatun Naja

Mengenai metode pembelajaran kitab Safinatun Naja pada

siswa MTs Miftahul Huda Sungai Jawi Desa Rantau Panjang, maka

selanjutnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode

pembelajaran yang digunakan adalah Metode Uswah (Teladan),


67

Metode Ta’widiyah (Pembiasaan), dan Metode Mau’izhah

(Nasehat).

3. Evaluasi Pembelajaran Kitab Safinatun Naja

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran


67 kitab Safinatun Naja pada

siswa MTs Miftahul Huda dilaksanakan sebagaimana penilaian dari

hasil pembelajaran kitab kuning seperti halnya pembelajaran kitab-

kitab yang lain pada umumnya di pondok. Hal ini dilakukan guna

mengetahui sejauh mana keberhasilan dari pembelajaran kitab

tersebut dan dimana letak kekurangan dari kegiatan belajar

mengajar.

Dari hasil penelitian, mengenai pembelajaran kitab Safinatun

Naja pada siswa MTs Miftahul Huda, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa sistem evaluasi yang dilaksanakan setiap kali pertemuan,

evaluasi ini dilakukan setiap awal dan akhir proses pembelajaran.

Selain itu, evaluasi yang dilakukan yaitu pada akhir tahun ajaran,

evaluasi ini dilakukan setiap tahun sekali, yaitu pada saat menjelang

ujian akhir semester.

B. Saran

Setelah peneliti memaparkan hasil penelitian di atas dan

menyimpulkannya, mak ada beberapa saran yang peneliti uraikan,

sebagai berikut :
68

1. Bagi ustadz yang mengajar kitab Safinatun Naja, hendaknya dalam

pelaksanaan pembelajaran kitab tersebut lebih memvariasikan

metode pembelajarannya, supaya ustadz dapat meningkatkan

perkembangan kemampuan siswa dalam memahami materi dan

materi yang telah diajarakan dapat terserap oleh mereka.

2. Untuk semua unsur Yayasan dan pengasuh di MTs hendaknya

melakukan monitoring terhadap perkembangan kognitif, afektif dan

psikomotorik para siswa, agar pemahamannya terhadap materi yang

telah dipelajari bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi anggota masyarakat maka agar lebih meningkatkan

bekerjasama dalam melihat perkembangan kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa dengan melaporkan hal-hal yang negatif

ataupun positif kepada pihak Yayasan MTs, agar bisa menjadi acuan

untuk tindakan selanjutnya dari apa yang dilaperoleh siswa pada saat

mengikuti proses pembelajaran.

4. Bagi lembaga MTs Miftahul Huda, hendaknya terus

mempertahankan kegiatan pembelajaran kitab Safinatun Naja

sebagai ciri khas tersendiri bagi lembaga yang tentunya

mempertahankan hal-hal yang dianggap baik dan terus berupaya

untuk memperbaiki terhadap hal-hal yang dianggap kurang baik,

terlebih-lebih hal-hal yang berkenaan dengan beribadah atau ilmu

syariat.
69
70

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Gofur. 2009. Pendidikan Anak Pengungsi. Malang: UIN Malang Press.

Ahmad Syafi'i Karim. (2001). Fiqih Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia.

Amir Syarifuddin. (1999). Ushul Fiqh. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Amir Syarifuddin. (2011). Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.

Burhan Bugin. (2001). Metodologi Penelitian Sosial (Format-Format


Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: PT Airlangga.
Fahrul Razi. (2010). Strategi Pembelajaran. Pontianak: STAIN Press.

Fahrul Razi. (2015). Strategi Pembelajaran. Pontianak: IAIN Press.

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa. (2013). Belajar dan Pembelajaran


Pengembangan wacana dan Praktik Pembelajaran dalam
Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nazar Bakry. (2003). Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Salim Ibnu Samir. (n.d.). Terjemah Kitab Kasyifatus Saja.

Syaiful Bahri Jamarah dan Azwan Zain. (1997). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Syekh Al-Zarnuji. (1999). TerjemSah Taklimulmutaallim: Etika Menuntut Ilmu.


Bandung: Husaini.s

Winarno Surahmad. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tersindo.

Aina Mulyana. (2012, Januari 1). Retrieved Desember 4, 2015, from


http://ainamulyana.blogspot.co.id
Aina Mulyana. (2012, Januari 1).Retrieved Desember 4, 2015, from
http://ainamulyana.blogspot.co.id.
Saeful Millah. (2013, Mei 30). Retrieved Maret 30, 2016, from
http://pesantrenkalangsari.wordpress.com
71

DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Fokus Penelitian......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................6
E. Tinjauan pustaka....................................................................................8
BAB II....................................................................Error! Bookmark not defined.
PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI KITAB SAFINATUN
NAJAHError! Bookmark not defined.
A. Pengertian Pembelajaran.......................................................................9
B. Pengertian Fiqih....................................................................................13
C. Pengertian Safintun Naja.....................................................................17
D. Metode Pembelajaran...........................................................................28
E. Evaluasi Pembelajaran.........................................................................34
BAB III..............................................................................................................39
METODE PENELITIAN................................................................................39
A. Pendekatan dan jenis Penelitian..........................................................39
B. Penentuan Sumber Data Penelitian.....................................................41
C. Pemilihan Setting Data Penelitian.......................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................42

Anda mungkin juga menyukai