Pekerjaan PDKB pada Perbaikan Hotspot pada Kontak Utama PMS Fasa T
Bus-1 Bay Penghantar Mabar-1 di PT PLN (Persero) Gardu Induk Paya
Pasir
Disusun oleh:
Nama : Ruth Theresia Silitonga
NIM : 5193530015
Kelas : TE A 2019
Mata kuliah : Standarisasi K3
Dosen pengampu : Dr. Agus Junaidi, S.T., M.T.
Muhammad Dani Solihin, S.Pd., M.T.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini dimasa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................. 3
2.1 Hotspot ................................................................................................................. 3
2.2 Thermovisi ........................................................................................................... 3
2.3 K3 Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan ......................................................... 5
2.4 Prosedur Pekerjaan Perbaikan .............................................................................. 7
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 10
3.1 Prosedur Pengukuran Thermovisi ........................................................................ 10
3.2 Prosedur Pekerjaan PDKB ................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 21
4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 21
4.2 Saran ..................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagian-Bagian Layar Flir E5-XT ................................................................... 10
Gambar 3.2 Flir E5-XT ....................................................................................................... 11
Gambar 3.3 Thermovisi di Kontak Utama PMS Bay Mabar-1 Fasa T ............................... 12
Gambar 3.4 Thermovisi di Kontak Utama Bay Mabar-1 Fasa S ........................................ 12
Gambar 3.5 Kegiatan Briefing/Instruksi Kerja ................................................................... 16
Gambar 3.6 Hot End Man di atas Insulating Scaffold ........................................................ 17
Gambar 3.7 Pemasangan Temporary Jumper ..................................................................... 17
Gambar 3.8 Proses Melepas Kontak Utama dari Contact Finger ...................................... 18
Gambar 3.9 Pembersihan Kontak Utama menggunakan Gerinda ...................................... 18
Gambar 3.10 Pembersihan Contact Finger menggunakan Kertas Pasir ............................. 18
Gambar 3.11 Kontak Utama PMS Sebelum Perbaikan ...................................................... 19
Gambar 3.12 Kontak Utama PMS Setelah Perbaikan ........................................................ 19
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Kondisi Thermovisi dan Rekomendasi Perbaikan ............................... 5
Tabel 2.2 Jarak Aman Minimum Pekerjaan PDKB ............................................................ 6
Tabel 3.1 Spesifikasi Flir E5-XT ........................................................................................ 10
Tabel 3.2 Thermovisi di PMS Bay Mabar-1 pada Januari Minggu 1-3.............................. 11
Tabel 3.3 Urutan Manuver Skema Pekerjaan PDKB.......................................................... 13
Tabel 3.4 Peralatan Pekerjaan Perbaikan Hotspot Kontak Utama PMS ............................. 13
Tabel 3.5 Peralatan K3 untuk PDKB .................................................................................. 14
Tabel 3.6 Urutan Manuver Penormalan Pola Operasi ........................................................ 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyebab menurunnya keandalan pada sistem penyaluran tenaga listrik
adalah rugi-rugi daya berupa hotspot yang terjadi pada konduktor dan klem. Hotspot
merupakan suatu kondisi ketidaknormalan peralatan sistem jaringan transmisi yang
mengalami rugi-rugi panas karena arus tidak dapat teraliri dengan baik. Apabila suatu
peralatan tidak segera tidak ditangani, maka akan menyebabkan kerusakan pada peralatan
penyaluran tenaga listrik.
Pada suatu gardu induk, terjadinya hotspot akan diketahui dengan cara thermovisi
yang dilakukan oleh para operator gardu induk. Ini merupakan tugas pihak PLN dalam
menjalankan fungsi pelaksanaan pemeliharaan (maintenance), yang meliputi pengukuran,
pengawasan, serta pengaturan pengamanan sistem penyaluran tenaga listrik. Hal ini
dilakukan agar dapat meningkatkan hasil kerja peralatan, mendeteksi kerusakan, ataupun
kondisi tidak normal secepat mungkin, serta mencegah gangguan sebanyak dan seluas
mungkin.
Berdasarkan hal ini, para operator Gardu Induk Paya Pasir melaksanakan pengukuran
thermovisi pada setiap peralatan gardu induk, yang bertujuan untuk mengetahui suhu pada
setiap peralatan. Pada 19 Januari 2022, telah ditemukan kondisi tidak normal, yakni suhu
yang cukup tinggi pada peralatan kontak utama PMS Bus-1 fasa T Bay Mabar-1 dengan jenis
kontak siku, dan direkomendasikan untuk dilakukan perbaikan. Perbaikan dilaksanakan
dalam keadaan bertegangan oleh tim PDKB Medan untuk mencegah kerusakan pada
peralatan listrik dan menjaga suplai daya ke konsumen tetap kontinu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan case method ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prosedur pemeliharaan (maintenance) thermovisi di gardu induk.
2. Mengetahui prosedur pekerjaan PDKB pada perbaikan hotspot kontak utama PMS
fasa T Bus-1 Bay Mabar-1.
3. Mengetahui alat pelindung diri (APD) pekerjaan PDKB pada perbaikan hotspot
kontak utama PMS fasa T Bus-1 Bay Mabar-1.
1
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari laporan case method ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang prosedur pemeliharaan (maintenance) thermovisi di
gardu induk
2. Menambah pengetahuan tentang prosedur pekerjaan PDKB pada perbaikan hotspot
kontak utama PMS fasa T Bus-1 Bay Mabar-1.
3. Menambah wawasan alat pelindung diri (APD) pekerjaan PDKB pada perbaikan
hotspot kontak utama PMS fasa T Bus-1 Bay Mabar-1.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hotspot
Hotspot merupakan kondisi dimana peralatan sistem jaringan transmisi baik di SUTT
(Saluran Udara Tegangan tinggi) maupun SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstrak Tinggi)
mengalami panas yang terpusat pada satu titik yang disebabkan akibat rugi-rugi tembaga
karena besarnya arus beban yang mengalir pada suatu peralatan.
Ada beberapa penyebab terjadinya besarnya arus yang mengalir, yaitu:
1. Kotor, karena sebelum pemasangan tidak dilakukan pembersihan terlebih dahulu atau
disebabkan oleh polusi yang menempel pada peralatan.
2. Longgar, karena terjadi susut muai pada konduktor dan pengencangan clamp tidak
sesuai standar.
3. Material tidak sesuai, karena nilai tahanan material klem yang tinggi.
4. Overload, disebabkan oleh beban melebihi kemampuan hantar arus (KHA).
5. Korosi, disebabkan oleh material tidak tahan korosi.
Disamping meningkatkan rugi-rugi, hotspot dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan saluran tegangan tinggi apabila terjadi secara terus menerus. karena bila panas
meningkat, kekuatan mekanis dari konduktor melemah, konduktor bertambah panjang,
penampang mengecil, panas bertambah besar, demikian seterusnya, sehingga konduktor
putus. Hal ini akan mengganggu keandalan sistem penyaluran tenaga listrik.
2.2 Thermovisi
Pengukuran panas secara langsung pada peralatan listrik yang sedang beroperasi tidak
mungkin dilakukan terutama untuk SUTT dan SUTET, karena tegangannya yang tinggi.
Deteksi panas secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan teknik sinar infra
merah (infrared/IR). IR sebenarnya adalah bagian dari spektrum radiasi gelombang
elektromagnetik dan mempunyai panjang gelombang antara 750 nm hingga 100 µm.
Thermovisi adalah instrumen untuk memvisualisasikan dan mendeteksi suhu pada
suatu objek yang ditangkap dan ditampilkan ke sebuah display dengan teknologi inframerah,
untuk mengetahui suhu panas pada sambungan dan konduktor. Sehingga thermovisi dapat
mendeteksi keadaan peralatan switchyard pada keadaan normal atau tidak normal.
Pengukuran thermovisi bertujuan untuk memantau kondisi peralatan penghantar saat
berbeban. Di sini akan dilihat pola temperatur pada setiap bagian peralatan yang akan diukur.
Dari pola temperatur tersebut, akan dilihat bagian mana pada PMS yang diukur tersebut
3
terdapat ketidaknormalan. Dari hasil pengukuran tersebut akan dievaluasi kembali apa
permasalahan yang terjadi pada bagian yang terindentifikasi mengalami ketidaknormalan
tersebut, sehingga kerusakan yang fatal dapat dihindarkan. Pengujian thermovisi ini disebut
in service measurement, yaitu pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur thermovision
thermal imager dengan pelaksanaan periode bulanan yang dilakukan oleh petugas
pemeliharaan/Supervisor Gardu Induk dalam keadaan peralatan bertegangan.
Pengukuran suhu dengan thermovisi akan selalu memberikan nilai absolut dari objek
terukur. Untuk menentukan dengan benar apakah suhu objek terlalu panas (overheating).
Terdapat dua macam standar pelaksanaan thermovisi, yaitu:
1. Pemeriksaan pada terminal utama, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat
perbedaan/selisih suhu pada dua titik dengan komponen/material yang berbeda.
Contohnya selisih suhu antara klem dan konduktor.
2. Pemeriksaan pada pisau pemisah, yaitu pemeriksaan dilakukan dengan
membandingkan suhu pisau pemisah antara fasa dengan fasa lainnya.
Berdasarkan standar dari International Electrical Testing Association (NETA)
Maintenance Testing Spesification, terdapat 2 dua macam T yang dapat dipakai sebagai
acuan justifikasi kondisi, yaitu:
1. T1: merupakan perbedaan/selisih suhu antara fasa dengan fasa lainnya.
Kondisi I : 1 <T 3
Kondisi II: 4 <T 15
Kondisi III: T>15
2. T2: merupakan perbedaan/selisih suhu di atas suhu lingkungan (over ambient
temperature).
Kondisi I: 1 <T 3
Kondisi II: 11 <T 20
Kondisi III: 21 <T 40
Kondisi IV: T>40
Rekomendasi hasil pengukuran merupakan tindakan pemeliharaan rutin yang
dilakukan dalam periode tertentu, dalam hal ini dilakukan rutin dalam periode triwulanan.
Tindak lanjut dilakukan sebagai tindakan pencegahan terjadinya kelainan atau unjuk kerja
rendah pada peralatan PMS.
4
Tabel 2.1 Kategori Kondisi Thermovisi dan Rekomendasi Perbaikan
Peralatan yang Hasil Ukur
Rekomendasi
Diperiksa T1 T2
Dimungkinkan ada
Kondisi I Kondisi I ketidaknormalan, peril
investigasi lanjut
Selisih suhu antara: Mengindikasikan adanya
1. Klem dan Kondisi II Kondisi II defesiensi, perlu
konduktor dijadwalkan perbaikan
2. Antarfasa pisau Perlu dilakukan monitoring
PMS - Kondisi III secara kontinyu sampai
dilakukan perbaikan
Ketidaknormalan Mayor,
Kondisi III Kondisi IV perlu dilakukan perbaikan
segera
(Sumber: Buku Pedoman Pemeliharaan Pemisah, 2014:28)
5
c. Badai Petir
Cuaca dianggap berbadai petir apabila cahaya kilat dapat dilihat dan guruh dapat
didengar.
d. Angin Kencang
Cuaca dianggap berangin kencang apabila kekuatan anginnya disekitar tempat
pekerjaan melebihi ketetapan atau mengakibatkan peralatan yang digunakan
terpengaruh oleh kekuatan angin tersebut. Berdasarkan Beaufort Scale, maksimum
kecepatan angin yang diijinkan saat pelaksanaan pekerjaan adalah 38 km/jam atau 21
knots.
e. Kelembaban Udara
Kelembaban udara melebihi dari angka 80%.
3. Kondisi Teknis
a. Jarak Aman Minimum
Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan peralatan
dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana PDKB harus tetap
menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak melanggar jarak aman minimum
dan jarak minimum peralatan dari bagian yang bertegangan.
Tabel 2.2 Jarak Aman Minimum Pekerjaan PDKB
Tegangan Fasa ke Bumi Fasa ke Fasa
70 kV 900 mm 1200 mm
150 kV 1200 mm 1500 mm
275 kV 2100 mm 2500 mm
500 kV 3400 mm 5500 mm
(Sumber: Prosedur: Pelaksanaan Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan Tegangan
Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi, 2018:21)
b. Perlengkapan K3
Perlengkapan K3 meliputi perlengkapan yang mengamankan personil PDKB selama
melaksanakan pekerjaan. Perlengkapan K3 antara lain:
i. Conductive Suits Complete, merupakan pakaian konduktif yang digunakan oleh
Hot End Man dalam bekerja di sisi bertegangan.
ii. Wearpack, pakaian yang digunakan oleh personil PDKB di luar sisi
bertegangan, seperti Pengawas K3, Pengawas Pekerjaan, serta Pelaksana PDKB
lainnya.
6
iii. Full Body Harness, alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian.
iv. Lanyard, merupakan tali pendek pengikat yang umumnya berfungsi untuk
menahan guncangan bila pekerja terjatuh bebas.
v. Rope Fall Adjuster, merupakan alat penyetel tali pengaman saat bekerja di
ketinggian.
vi. Sepatu Pengaman
vii. Sarung Tangan Pengaman
viii. Helm Pengaman
ix. Kacamata Pengaman
x. Perlengkapan P3K
xi. Rompi Pengawas
xii. Alat Pemadam Api Ringan
xiii. Tabung Oksigen
7
h. Doa
7. Manuver pembebasan tegangan
8. Pernyataan bebas tegangan (dari Pengawas Manuver ke Pengawas K3)
9. Pemeriksaan tegangan
a. Metering pada Control Panel
b. Menggunakan Voltage Detector (menggunakan APD; sarung tangan 150 KV,
sepatu tahan tegangan, helm)
10. Isolasi daerah kerja aman
a. Pemasangan rantai pengaman
b. Pemasangan tagging dan bendera
c. MCB pada setiap Local Control PMS posisi Off
d. Pemasangan LOTO panel Local Control PMS
e. Blocking autoreclose (AR)
f. Perubahan pola operasi (sesuai SOP)
g. Perubahan konfigurasi setting
11. Pemasangan Grounding Local (menggunakan APD; sarung tangan 150 KV, sepatu
tahan tegangan, helm)
12. Pernyataan aman untuk bekerja (dari Pengawas K3 ke Pengawas Pekerjaan)
13. Pernyataan pekerjaan selesai (dari Pengawas Pekerjaan ke Pengawas K3)
14. Pemeriksaan untuk memastikan pekerjaan selesai pada seluruh peralatan oleh
pengawas K3 dan Pengawas Pekerjaan
15. Pelepasan Grounding Local (menggunakan APD; sarung tangan 150 KV, sepatu tahan
tegangan, helm)
16. Pelepasan pengaman area kerja
a. Pelepasan LOTO pada Panel Local Control PMS
b. Penormalan MCB pada Local Control PMS
c. Pelepasan tagging dan bendera
d. Pelepasan rantai pengaman
e. Deblocing autoreclose (AR)
f. Pengembalian setting sesuai konfigurasi
g. Penormalan pola operasi (sesuai SOP)
17. Pernyataaan instalasi aman untuk penormalan (dari Pengawas K3 ke Pengawas
Pekerjaan)
8
18. Pemeriksaan untuk memastikan peralatan aman dan bebas dari grounding local oleh
Pengawas K3 dan Pengawas Manuver
19. Proses pemberian tegangan
a. Pelepasan grounding PMS line
b. Proses pemasukan PMS line dan PMS Bus
c. Proses pemasukan PMT
20. Pemeriksaan parameter (Tegangan, Arus, dan Sudut Fasa) pada rele
21. Briefing
a. Pendataan APD
b. Pendataan peralatan K3
c. Kondisi personil
d. Doa
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Prosedur Pengukuran Thermovisi
Pelaksanaan perbaikan hotspot di kontak utama PMS Bus-1 fasa T Bay Mabar-1 GI
Paya Pasir dimulai dari pelaksanaan periode bulanan pengukuran thermovisi. Thermovisi
bertujuan untuk memantau kondisi PMS saat berbeban. Di sini akan dilihat pola temperatur
pada bagian-bagian PMS yang akan diukur. Dari pola temperatur tersebut, akan dilihat bagian
mana pada PMS yang diukur tersebut terdapat ketidaknormalan.
Alat thermovisi yang digunakan pada pengukuran ini adalah Flir E5-XT, dengan
spesifikasi ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Spesifikasi Flir E5-XT
Spesifikasi
Nama Kamera Flir E5-XT
Resolusi Detector 160 × 120 pixel
Field of view (FOV) 45° × 34°
Sensitivitas Termal (NETD) <0.10°C (0.27°F) / <100 Mk
Display 3.0 in. 320 × 240 color LCD
Thermal MSX, Thermal, Picture-in-Picture,
Mode gambar
Thermal blending, Digital camera
Pengukuran
10°C ~ 35°C / 50°F to 95°F (suhu sekitar)
Kisaran Suhu
dan di atas 0°C / 32°F (suhu objek)
Ketepatan 2°C ( 3.6°F) atau 2% dari pembacaan
Adapun bagian-bagian layar Flir E5-XT diperlihatkan pada Gambar 3.1 berikut.
1
Keterangan:
1. Hasil pengukuran
3 2. Titik pengukuran
2
(spotmeter)
3. Skala pengukuran
Gambar 3.2 di bawah ini adalah gambar Flir E5-XT yang digunakan untuk kegiatan
pengukuran thermovisi.
10
Gambar 3.2 Flir E5-XT
Adapun prosedur pengukuran thermovisi pada kontak utama PMS Bus-1 fasa T
adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan perlengkapan K3 dan mengikuti prosedur yang ada
2. Menyiapkan alat ukur thermovisi
3. Menyalakan tombol power pada alat ukur
4. Mengarahkan alat ukur pada kontak utama PMS Bus-1 fasa T
5. Menekan tombol penangkapan gambar pada alat ukur
6. Melihat hasil pengukuran
Di bawah ini adalah tabel hasil pengukuran thermovisi selama minggu pertama
sampai minggu ketiga di bulan Januari.
Tabel 3.2 Thermovisi di PMS Bay Mabar-1 pada Januari Minggu 1-3
T Point T Point Rekomendasi
I Shot
Peralatan Fasa Minggu Clamp Konduktor
(A) Klem Konduktor
( ) ( )
4 0 - - Normal Normal
Perlu
2 132 56 30 direncanakan Normal
T
perbaikan
4 0 - - Normal Normal
11
Gambar 3.3 Thermovisi di Kontak Utama PMS Bay Mabar-1 Fasa T
(Sumber: Data Gardu Induk Paya Pasir, 2022)
12
Bus-1 akan dipindah ke Bus-2, kecuali bay penghantar Mabar-1. Pelepasan dan pembukaan
PMS dilakukan secara manual menggunakan tuas penggerak PMS.
Urutan manuver pembebasan tegangan atau urutan manuver skema pekerjaan PDKB
diperlihatkan pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.3 Urutan Manuver Skema Pekerjaan PDKB
No. Pukul (WIB) Nama Peralatan Status
1 10:17 PMS Bus-1 TM-7 Masuk
2 10:20 PMS Bus-2 TD-1 Masuk
3 10:24 PMS Bus-2 PGELI-1 Masuk
4 10:28 PMS Bus-2 BLWCC-1 Masuk
5 10:31 PMS Bus-2 SROTN-1 Masuk
6 10:33 PMS Bus-2 GSUT-1 Masuk
7 10:34 PMS Bus-1 GSUT-1 Lepas
8 10:35 PMS Bus-1 SROTN-1 Lepas
9 10:37 PMS Bus-1 BLWCC-1 Lepas
10 10:38 PMS Bus-1 PGELI-1 Lepas
11 10:40 PMS Bus-1 TD-1 Lepas
12 10:41 PMS Bus-1 TM-7 Lepas
13 10:43 AR MABAR-1 OFF
(Sumber: DP3 Gardu Induk Paya Pasir, 2022)
2. Peralatan Pekerjaan
Tabel 3.4 Peralatan Pekerjaan Perbaikan Hotspot Kontak Utama PMS
No. Peralatan Fungsi
Jumper CTC Jumper CTC (Copper Temporary Cable)
adalah jumper yang terbuat dari bahan
tembaga, yang dapat menghantarkan
1 tegangan sampai 500 kV dan berfungsi
sebagai penghubung antar-contact finger
PMS saat dilakukannya pembukaan manual
kontak utama PMS.
Live line Rope
13
Tool set
Berisi peralatan-peralatan untuk membuka
4 baut penghubung antara kontak utama dan
contact finger PMS
Kunci moment
Berfungsi untuk membantu pembukaan
5
kontak utama PMS dari contact finger
Pigging String
Tali untuk menaikkan toolbag ke atas
6
Insulating Scaffold
Toolbag
Sebagai tempat alat menaruh peralatan
7
kerja perbaikan
Wearpack
Pakaian yang digunakan oleh personil
PDKB di luar sisi bertegangan, seperti
2
Pengawas K3, Pengawas Pekerjaan, serta
Pelaksana PDKB lainnya.
Full Body Harness
Alat pelindung jatuh saat bekerja di
3
ketinggian
Lanyard
Tali pendek pengikat yang umumnya
4 berfungsi untuk menahan guncangan
bila pekerja terjatuh bebas
Sepatu Pengaman
Sepatu pelindung yang digunakan oleh
5
personil PDKB di luar sisi bertegangan
14
Rope Fall Adjuster
Alat penyetel tali pengaman saat bekerja di
6
ketinggian
Rompi Pengawas
Rompi yang dipakai sebagai penanda
10
pengawas pekerjaan dan pengawas K3
Tabung Oksigen
(Sumber: Instruksi Kerja Perbaikan Hotspot pada Peralatan Gardu Induk, 2018)
3. Briefing/Instruksi Kerja
Tim PDKB dan pihak gardu induk melakukan briefing/instruksi terkait keamanan
kerja yang dijelaskan oleh Pengawas K3 dan prosedur kerja dan pembagian tugas personil
pekerjaan oleh Pengawas Pekerjaan.
15
Gambar 3.5 Kegiatan Briefing/Instruksi Kerja
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Berikut adalah briefing yang dilakukan oleh Pengawas Pekerjaan sebelum
melaksanakan pekerjaan:
a. Melakukan komunikasi dengan petugas GI/GITET untuk memastikan bahwa
sistem/skema relay proteksi sudah disesuaikan dan dibuatkan formulir Berita Acara
b. Pembagian tugas ke pelaksana PDKB
c. Bersama dengan Pengawas K3 memimpin pertemuan singkat untuk menjelaskan
kembali dokumen-dokumen yang telah disiapkan dan menjelaskan langkah-langkah
pekerjaan serta menyatakan pekerjaan PDKB siap untuk dimulai
Briefing yang dilakukan oleh Pengawas K3 sebelum melaksanakan pekerjaan adalah
sebagai berikut:
a. Memastikan kesiapan dan kondisi pelaksana PDKB
b. Memastikan potensi bahaya dan menginstruksikan pemasangan rambu-rambu/tanda
peringatan area kerja
c. Memastikan bahwa semua alat K3 yang digunakan oleh pelaksana sudah lengkap dan
aman
d. Memimpin doa sebelum pekerjaan dimulai
16
c. Hot End Man naik ke insulating scaffold untuk memulai pekerjaan dan telah
menggunakan perlengkapan APD, seperti Conductive Suits Complete, Full Body
Harness, dan lain-lain..
17
Gambar 3.8 Proses Melepas Kontak Utama dari Contact Finger
(Sumber: Dokumen Pribadi)
h. Membersihkan kontak utama dengan menggunakan gerinda dan contact finger di
kedua sisi dengan menggunakan kertas pasir.
18
5. Hasil Perbaikan
Gambar 3.15 menunjukkan kontak utama sebelum perbaikan yang kotor karena polusi
yang menempel pada peralatan. Gambar 3.16 merupakan kondisi kontak utama yang sudah
bersih setelah di gerinda.
19
dipindah aliran bebannya ke Bus-1.Urutan manuver pemberian diperlihatkan pada Tabel 3.7
berikut ini.
Tabel 3.6 Urutan Manuver Penormalan Pola Operasi
No. Pukul (WIB) Nama Peralatan Status
1 14:28 PMS Bus-1 TM-7 Masuk
2 14:28 PMS Bus-1 TD-1 Masuk
3 14:32 PMS Bus-1 PGELI-1 Masuk
4 14:34 PMS Bus-1 BLWCC-1 Masuk
5 14:35 PMS Bus-1 SROTN-1 Masuk
6 14:39 PMS Bus-1 GSUT-1 Masuk
7 14:40 PMS Bus-2 GSUT-1 Lepas
8 14:41 PMS Bus-2 SROTN-1 Lepas
9 14:44 PMS Bus-2 BLWCC-1 Lepas
10 14:45 PMS Bus-2 PGELI-1 Lepas
11 14:46 PMS Bus-2 TD-1 Lepas
12 14:47 PMS Bus-1 TM-7 Lepas
13 14:50 AR MABAR-1 ON
(Sumber: DP3 Gardu Induk Paya Pasir, 2022)
7. Melengkapi Dokumen Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Adapun prosedur melakukan thermovis adalah menggunakan perlengkapan K3 dan
mengikuti prosedur yang ada, menyiapkan alat ukur thermovisi, menyalakan tombol
power pada alat ukur, mengarahkan alat ukur pada kontak utama PMS Bus-1 fasa T,
menekan tombol penangkapan gambar pada alat ukur, dan melihat hasil pengukuran.
2. Pekerjaan perbaikan pada kontak utama PMS fasa T Bus-1 Bay Mabar-1 dilakukan
dalam keadaan bertegangan oleh Tim PDKB UPT Medan pada 27 Januari 2022.
Prosedur pelaksanaan perbaikan meliputi manuver pembebasan tegangan, persiapan
peralatan pekerjaan, melakukan briefing/instruksi kerja, pelaksanaan pekerjaan
perbaikan, dan yang terakhir kembali melakukan manuver pemberian tegangan.
3. Peralatan Pekerjaan Perbaikan Hotspot Kontak Utama PMS meliputi Jumper CTC,
Live Line Rope, Insulating Scaffold Set, Pigging String, Tool Set, Kunci Moment,
Toolbag, dan Platform. Peralatan K3 untuk PDKB meliputi Conductive suits
Complete, Wearpack, Full Body Harness, Lanyard, Sepatu Pengaman, Rope Fall
Adjuster, Helm Pengaman, Kacamata Pengaman, Perlengkapan P3K, Alat Pemadam
Api Ringan (APAR), Rompi Pengawas, dan Tabung Oksigen.
4.2 Saran
Dari pelaksanaan perbaikan hotspot di kontak utama PMS Bus-1 Fasa T Bay
Penghantar Mabar-1 GI Paya Pasir, adapun saran konstruktif yang diberikan adalah dalam
manajemen prosedur pekerjaan perbaikan yang telah diatur dan dilaksanakan oleh tim PDKB
dan para pegawai gardu induk, sebaiknya ditingkatkan dan tetap terjaga, agar mengurangi
potensi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor. Sehingga dapat memperbaiki
atau bahkan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi pekerjaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ismara, Ketut Ima. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan (Electrical
Safety). Jakarta: Adi Media Grafika.
PT PLN (Persero). 2018. Instruksi Kerja: Perbaikan Hotspot pada Peralatan Gardu Induk.
8.003/IK/TRS.00.003/KOMISI-PDKB PUSAT/2018. Jakarta: PT PLN (Persero).
PT PLN (Persero). 2018. Prosedur: Pelaksanaan Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan
Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi. 7.001/PROS/TRS.00.003/KOMISI-
PDKB PUSAT/2018. Jakarta: PT PLN (Persero).
22