Subjective
Sulit untuk memulai tidur
Sulit berkonsentrasi dalam pekerjaan
Sering merasa khawatir
Nyeri kepala
Berdebar-debar
Menghindari beberapa aktivitas sosial
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : ibu pasien menderita gangguan jiwa
Riwayat pekerjaan : mahasiswa
Objective
A. Tanda-tanda Vital :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran Umum : Compos Mentis
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 162 cm
B. Status Generalis :
Tidak dilakukan.
D. Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan.
Assessment
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental.
Dari anamnesis, didapatkan pasien merasa sulit untuk memulai tidur, sulit berkonsentrasi,
dan skripsi pasien menjadi terbengkalai. Keluhan ini dirasakan sejak 6 bulan yang lalu setelah
pasien mendengar ibunya dirawat di RS Jiwa. Pasien juga menghindari untuk bertemu dengan
teman-teman kuliahnya karena merasa khawatir akan di-bully karena kondisi ibunya, walaupun
sebenarnya teman-teman pasien tidak mengetahui kondisi ibu pasien. Pasien makin sering
mengeluhkan pusing dan berdebar-debar terutama saat memikirkan kondisi ibunya.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan sikap normoaktif, perilaku kooperatif, mood
eutimik, afek appropiate, isi pikir preokupasi, progresi pikir talkative dan relevan, orientasi
waktu/tempat/orang/situasi baik, dan didapatkan hendaya sosial dan kognitif.
Plan
Diagnosis : Gangguan Cemas Menyeluruh
Pengobatan :
Alprazolam 0,5mg 1x½
Psikoterapi:
- Terapi kognitif
- Terapi teknik relaksasi
Pendidikan : memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarganya tentang
kondisi pasien serta menjelaskan pentingnya untuk meminum obat secara rutin. Pasien juga
diberikan penjelasan mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi keluhan. Sebaiknya pasien
juga semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apabila pada saat keluhan datang
kembali dan pasien merasa terganggu, pasien dapat meminta keluarga untuk didampingi atau jika
masih menganggu bisa segera kontrol ke dokter.
Konsultasi : menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa kasus ini perlu dikonsultasikan
lebih lanjut dengan dokter spesialis jiwa untuk pengobatan lebih lanjut.