Anda di halaman 1dari 1

Bencana Banjir Akibat Kerusakan Lingkungan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai bencana banjir dan longsor yang
melanda sejumlah daerah di Indonesia akibat rusaknya lingkungan karena kesalahan
manusia dalam pengelolaan alam dan lingkungan. "Bencana tersebut tidak semata
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sebab bencana timbul akibat lingkungan yang
rusak, curah hujan hanya menjadi pemicu," kata Direktur Eksekutif Walhi, Chalid
Muhammad, Selasa (31/1).

Menurut Chalid, berdasarkan laporan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), curah
hujan yang terjadi tahun ini cenderung sama dengan curah hujan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga curah hujan bukan merupakan penyebab utama. Namun, ada faktor
lain sebagai penyebab utama tejadi bencana, yakni kerusakan alam.

Walhi menilai telah terjadi perubahan peruntukan besar-besaran pada lahan dengan
kemiringan 40 persen. Kawasan tersebut telah dikonservasi menjadi hutan monokultur
yang kurang mampu menyerap air, di samping juga dampak dari penebangan liar di
kawasan hutan lindung.

Chalid mencontohkan, lokasi banjir di Kabupaten Jember yang memiliki kemiringan


lebih dari 40 persen telah dikonversi menjadi perkebunan teh dan kopi. Sementara
bencana di Banjarnegara terjadi karena lokasi longsor merupakan perkebunan pisang
kerja sama masyarakat dengan Perhutani dalam skema pengelolaan hutan bersama
masyarakat (PHBM).

Selain itu, lanjut Chalid, tingginya angka pencurian kayu, konflik lahan, banjir dan
longsor di Indonesia, sekarang dan sebelumnya menunjukkan ketidakmampuan Dephut
dalam menjaga kawasan dan dalam menerapkan kaidah-kaidah ekologi sosial dalam
pengelolaan kawasannya.

Ia mengatakan, salah satu langkah jangka pendek yang harus segera diambil pemerintah
untuk mengatasi bencana alam yang terjadi di berbagai daerah adalah kebijakan presiden
yang memperhatikan kelestarian lingkungan, agar kondisi lingkungan tidak semakin
rusak.

Presiden harus sesegera mungkin menginstruksikan kepada seluruh gubernur, bupati dan
wali kota untuk mengonsolidasikan penyusunan tata ruang yang mengintegrasikan
perspektif bencana, pengelolaan lingkungan hidup dan kesejahteraan rakayat.
"Pemerintah harus sesegera mungkin mengambil langkah-langkah antisipatif. Namun,
sayangnya pemerintah daerah sendiri tidak menaruh perhatian terhadap kondisi
lingkungannya yang semakin rusak," tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai