Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Era digital dan informasi ini banyak menimbulkan media sosial baru salah
satunya, media sosial yang membawa perubahan dalam komunikasi. Hal ini, awalnya
mengandalkan tatap muka, kini menjadi komunikasi kelompok dangan adanya media
sosial memudahkan pengunanya untuk menjangkau khalayak luas tampa harus
bertemu, tampa dibatisi dengan letak giografis. Kemudahan ini, menjadi sebuah
wadah aktualisasi diri bagi setiap orang. Tentu untuk mengekspresikan diri dengan
berbagai kegiatan yang dilakukan dengan cara mengauploadnya.

Fenomena perkembangan media baru ini, dibuktikan dengan muculnya seperti


Tiktok, instagram, fecebook, watshap,twitter dan lain-lain. Hal ini, merupakan
aplikasi yang kini paling banyak diminati diseluruh dunia termasuk salah satunya
Indonesia. Dengan menawarkan berbagai fitur menarik dan mengmanjakan para
pengunanya, seperti ada fitur camera berfilter lengkap dengan musik untuk sekedar
merekam ekspresi krestivitas serta mengabadikan momen berharga seseorang.
Tentunya, hal ini banyak membuat orang ingin tampil menarik dan sempurna agar
dapat memberikan nilai lebih (value added) bagi kalangan remaja. Dengan
menjadikan Indonesia sebagai negara kedua penguna media sosial khusus Tiktok
terbanyak di dunia (Databoks 2023).

Sehingga, dengan mengekspresikan diri pada media sosial membuat orang


merasa diterima oleh lingkungannya, tampa harus berkomuniksi langsung. Hal itu
muncul karena ingin mengaktualisasikan diri, dan menjadikan Tiktok aplikasi hist
yang banyak digemari diberbagai kalangan terutama kalangan remaja, sebagai mana
telah disebut satu dari lima pilar teori kebutuhan Abraham Maslow adalah aktualisasi
diri.
Artinya aktualisasi diri adalah wujud nyata dalam mengekspresikan diri, dan
mengaktualisasikan diri adalah hak semua orang tak terkecuali anak-anak special
needs (ABK).Pada dasarnya, anak special needs adalah sama dengan anak lainnya
namun pada kenyataan anak special needs mendapat pandangan negatif dari
masyarakat yang menganggap anak special needs tidak dapat melakukan aktivitas
anak pada umumnya. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pemerintah yang
mendefinisikan bahwa anak special needs adalah anak- anak yang spesial, spesial
dalam bakat dan kemampuan yang ia miliki. Artinya, bahwa anak special needs
adalah anak yang luar biasa yang juga dapat melakukan kegiatan namun dalam batas
kemampuan anak tersebut.
Hingga kini, tidak ada angka pasti tentang jumlah anak special needs (ABK)
di Indonesia. Namun pemerintah memberikan fokusnya terhadap anak tersebut, untuk
mendapatkan hak yang sama dengan anak lainnya. Sebagaimana telah diamanatkan
undang-undang No 23 Tahun 2002 bahwa pemerintah berhak menjamin kebebasan
anak baik dalam berpendapat dan berpartisipasi. Lebih dalam dikatakan undang-
undang tersebut bahwa setiap anak wajib mendapatkan hak untuk hidup, tumbuh
kembang, perlindungan dan partisipas
Namun seringkali yang terjadi di masyarakat bahwa anak special needs
mendapat perlakuan yang berbeda akibat perbedaan yang dimilikinya. Kebebasan
anak special needs dalam berpendapat dan berpartisipasi penting sekali untuk
diaplikasikan dan diapresiasi, pemberian rasa penghargaan pada anak special needs
memberikan motivasi tersendiri bagi anak tersebut. Begitu pula bagi anak special
needs yang menggunakan media sosial tiktok yang mengekspresikan diri sebagai
bentuk keterbukaan pada khalayak luas. Melihat keterbukaan anak special needs
dalam mengekspresikan diri perlu diapresiasi oleh masyarakat dengan harapan agar
anak special needs lainnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan terbuka serta
diterima di masyarakat.
Pengaruh tiktok memberikan dampak tersendiri bagi anak special needs
dimana anak special needs dapat membagikan setiap kegiatannya maupun karya
dalam bentuk foto dan vidio yang diupload di tiktok. Keterbukaan anak special needs
dalam menggunakan media sosial tiktok memberikan ruang yang besar bagi anak
special needs lainnya untuk tidak takut dalam membuka diri. keterbukaan tersebut
didukung pemerintah dengan ditetapkannya UU ITE Pasal 27 ayat 3 Juncto pasal 45
ayat 3 tentang body shaming.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang “Pengaruh Media Sosial Tiktok terhadap Aktualisisasi Diri Anak Special
Needs”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas peneliti merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Bagaimana interaksi anak special needs dalam aktualisasi diri
menggunakan media sosial tiktok?
2. Apakah intensitas penggunaan media sosial tiktok berpengaruh pada
aktualisasi diri anak special needs?
3. Seberapa besar pengaruh media sosial tiktok terhadap aktualisasi diri
anak special needs?
1.3. Tujuan
Tujuan yang kami harapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana interaksi anak special needs dalam
menggunakan media sosial tiktok.
2. Untuk mengetahui pengaruh intensitas anak special needs dalam menggunakan
tiktok
3. Untuk mengetahui pengaruh media sosial tiktok terhadap aktualisasi diri anak
special needs

Anda mungkin juga menyukai