Anda di halaman 1dari 60

Basic Principle of

Coal Sampling
Internal Training for Carsurin
by
Nico R Raya
Head Office:
Neo Soho Capital Lt. 28, Jl. Letjen S. Parman Kav. 28
Grogol Petamburan - Jakarta Barat 11470 | +62 21-50226868 www.carsurin.com
Test Awal Pengertian Dasar

1. Sample
2. Sampling
3. Sampler
4. Lot
5. Sublot
6. Increment
7. Gross sample
8. Penanganan sample
9. Homogen
10. Heterogen
4000 MT batubara dengan top size 150mm dimuat kedalam tongkang dengan kecepatan
belt conveyor 400 MT/H.
a. Hitung jumlah increment jika pengambilan sample dengan menggunakan metoda
ASTM dan berapa increment jika mengunakan metoda SO
b. Berapa menit interval waktu pengambilan 1 increment jika menggunakan metoda
ASTM dan berapa menit intervalnya jika menggunakan metoda ISO
c. Berapa berat 1 increment dengan metoda ASTM. Berapa berat 1 increment dengan
metoda ISO
d. Berapa berat total sample dengan metoda ASTM? Berapa berat total sample dengan
metoda ISO?
2
Pendahuluan

Tujuan:
untuk memahami pentingnya metode pengambilan
sampel batubara yang tepat dan bagaimana tugas ini
berdampak pada kualitas pengujian.

Pokok Bahasan
I. Pengenalan Geologi Batubara dan Parameter Kualitasnya
II. Prinsip Dasar Sampling
III. Metoda Standar Sampling

3
I. GEOLOGI BATUBARA
DAN PARAMETER
KUALITAS

4
Pembetukan Batubara

• Batuan sedimen organik yang terbentuk dari


akumulasi sisa tumbuhan (biokimia) dalam
proses pembusukan melalui berbagai proses
fisika dan geokimia selama berjuta-juta
tahun
• Merupakan senyawa yang heterogen secara
fisik maupun kimiawi
• Komponen:
1. Air (moisture)
2. Zat anorganik (inorganic matter)
3. Zat organik (organic matter)

5
1. Moisture

1. Inherent moisture
Air yang secara fisik terikat dalam rongga
kapiler serta pori-pori batubara yang relatif
kecil

2. Adherent moisture/Surface moisture


Air yang terdapat pada permukaan
batubara atau dalam pori-pori batubara
yang relatif besar. Air ini akan menguap
pada suhu ruangan

3. Air kristal
Air yang terikat secara kimiawi dengan
mineral yang terdapat dalam batubara.
Umumnya mulai menguap diatas suhu
4500C

6
2. Zat Anorganik

Element dari zat anorganik disebut mineral (mineral matter)

Batubara tidak mengandung abu, tetapi mineral.


Abu adalah residu sisa pembakaran batubara

Perhitungan kandungan mineral menggunakan


formula Parr
MM = 1.08A + 0.55S
MM= mineral matter (%)
A= ash (%)
S= sulphur (%)

7
Mineral Utama Pada Batubara

• Silicates: • Sulphides
- Clay minerals - Pyrite FeS2
Kaolinite Al2Si2O5(OH)4 - Marcasite FeS2
Illite - Sphalerite ZnS
Montmorilonite - Galena PbS
Chlorite
Mixed-layer clays • Sulphates
- Others - Gypsum CaSO4.2H2O
Quartz SiO2 - Barite BaSO4
Chalcedony SiO2 - Anhydrite CaSO4
Feldspar KAlSi3O8 - Coquimbite Fe2(SO4)3.9H2O
Tourmaline NaMg3Al6B3Si6O27(OH)4 - Szomolnokite FeSO4H2O
- Natrojarosite NaFe3(SO4)2(OH)6
• Carbonates - Thenardite Na2SO4
- Calcite CaCO3 - Bassanite 2CaSO4.H2O
- Dolomite (CaMg)CO3
- Siderite FeCO3 • Other minerals
- Aragonite CaCO3 - Apatite Ca5F(PO4)3
- Ankerite (FeMgCa)CO3 - Goyazite SrAl3(PO4)2(OH)5H2O
- Dawsonite NaAlCO3(OH)2 - Anatase TiO2
- Strontianite SrCO3 - Rutile TiO2
- Haematite Fe2O3
- Goethite Fe(OH)3
- Zircon ZrSiO4 8
3. Zat Organik

Organic matter merupakan satu-satunya komponen batubara yang menghasilkan


kalori pada proses pembakaran

Komponen batubara berdasarkan bagian dan jenis tanaman awal yang membentuknya
9
Komposisi Batubara

10
Tahapan Pembetukan Batubara

Rank menyatakan tahap yang telah dicapai oleh bahan organik dalam proses
pembatubaraan, bukan besaran yang dapat diukur (berdasar pada beberapa
parameter)
11
Klasifikasi Rank Batubara (ASTM)

1 BTU/lb=0.555927 kcal/kg
12
Peta Cadangan Batubara Indonesia

Source : Center for Geology, Geology Agency, 2006

13
Kualitas Rata-Rata Batubara Indonesia

14
Flow Chart Penambangan Batubara-Shipment

15
II. PRINSIP DASAR SAMPLING

16
Pengertian Dasar

Populasi
Kumpulan objek/material yang dianggap
sejenis dan dijadikan sumber pengambilan
sample
Sample
Sebagian anggota yang dianggap
mewakili populasi

Sampling
“Suatu proses kegiatan pengumpulan
sejumlah kecil material (sample) yang dari
sejumlah material yang lebih besar/total
material dengan tujuan mengestimasi
sifat sifat/properties atau komposisi dari
sejumlah material yang lebih besar
tersebut “(ASTM Terminology)

17
Prinsip Dasar Sample

Prosedur yang harus diikuti saat sampling untuk mendapatkan hasil yang akurat
dan presisi yang baik:
• Seluruh material yang akan disampling harus mempunyai peluang yang sama
untuk diambil dan menjadi bagian dari sampel akhir yang akan dianalisis.
• Pastikan bahwa sample yang diambil merupakan representative (mewakili)
seluruh material.
• Pastikan bahwa sample tidak akan mengalami perubahan fisika dan kimiawi
setelah kegiatan sampling dan selama penyimpanan sebelum dianalisis

Sample?

18
Pendahuluan

Jika setiap partikel batubara dalam 1 lot identic (homogen), maka cukup
mengambil sample 1 partikel

Batubara terdiri dari partikel-partikel dengan berbagai bentuk dan ukuran


yang masing-masing memiliki property karakteristik fisik (size, kekerasan),
sifat kimia (kadar abu, nilai kalori, kadar sulfur, dll) yang berbeda
(heterogen)

19
Homogenitas

Homogenitas adalah properti yang mendefinisikan himpunan yang unit


konstitutifnya (ion, molekul, fragment) sangat identik satu sama lain.

Sebaran property/karakter (varian) ditentukan baik oleh perbedaan nilai property


antar obyeknya (varian komposisi), maupun sebaran obyeknya dalam populasi
(varian distribusi)

Jika sebaran propertinya sempit, dapat dikatakan populasi tersebut homogen.

Pada populasi yang homogen,


berapapun dan dimanapun diambil
contohnya, tetap akan mendapatkan %
Ash yang sama, dan itu merupakan
nilai % Ash sesungguhnya

20
Heterogenitas

Heterogenitas populasi: menjelaskan bagaimana fragmen bervariasi secara internal.

Heterogenitas ini meningkat ketika perbedaan komposisi antara setiap partikel fragmen
meningkat
1. Heterogenitas Konstitusi atau Variasi Komposisi
atau Variasi Intrinsik
• Perbedaan masing-masing partikel dalam satu
lot/sublot
• Raw Coal memiliki heterogenitas lebih tinggi
daripada washed coal
2. Heterogenitas Distribusi atau
Heterogenitas Segregasi
• Partikel menyebar dalam satu lot/sublot
• Pengelompokan partikel (grouping) akan
meningkatkan heterogenitas distribusi
• Material memisah ke luar dari tumpukan
karna pengaruh ukuran, bentuk, desitas
(segregasi) dll.
21
Segregasi

• Segregasi adalah proses terpisah


dan mengumpulnya partikel
besar dari partikel kecil.
Biasanya terjadi pada saat
batubara dipindahkan atau
ditumpukkan, seperti pada
stockpile, belt conveyor.
• Derajat segregasi ditentukan
oleh proses pengadukan
(mixing) karena pengadukan
akan memperkecil varian
distribusi.

22
Segregasi

Transfer belt di sebelah kiri receiving belt Transfer belt searah dengan receiving belt

23
Representative

Sampel representatif dikumpulkan dengan mengambil increment,


secara berkala (mass base atau time base) di seluruh lot batubara.

Jumlah dan berat increment yang diperlukan pada tingkat presisi yang
diinginkan tergantung pada variabilitas batubara yang meningkat
dengan meningkatnya pengotor.

24
Pengemasan

Penggunaan inner plastic dan ikatan yang rapat dan kuat (dengan seal
Carsurin) mencegah terjadinya perubahan moisture dan kemungkinan
kontaminasi sebelum sample dianalisis

VIDEO SAMPLE HANDLING

25
Lokasi Sample Batubara

Sampling
Batubara

Sampling batubara Sampling batubara


eksplorasi (Insitu) produksi (Bulk)

KONDISI
Inti bor hasil Channel sample,
pe-ngeboran trench sample
Moving Stream Stationary

26
Core Sampling

Sample diambil dari seam batubara dengan melakukan kegiatan pengeboran.


Core batubara dibersihkan dari lumpur pengeboran, dideskripsi dengan benar, dan
dikemas sehingga kehilangan moisture diminimalkan

Berat Rata-Rata Inti Bor


Diameter Inti (kg/m)
Bor (mm) Hard Dirt Brown
Coal Band Coal
45 (NQ) 2.3 3.5 1.7
53 (NMLC) 3.1 4.9 2.4
61 (HQ) 4.1 6.4 3.2
83 (PQ) 7.7 11.9 6
100 11.1 17.3 8.6
150 25 38.9 19.4
200 44.5 69.1 34.6
225 56.3 87.5 43.7
27
Channel Sampling

Sample diambil dari seam batubara dengan menggali puritan pada keseluruhan seam
batubara dari roof sampai floor

• Dimensi channel minimal


sedalam 8 cm dengan lebar 10
cm dan sampel yang diambil
seberat 10 kg setiap tebal 1 m
batubara (ASTM D 4596-99)
• Sampel diambil pada lapisan
batubara (seam) yang bersih
dan segar atau tidak lapuk
dengan membuat saluran
(channel) secara tegak lurus
terhadap dip pada lapisan
(seam) yang sama

28
Prosedur Channel Sampling

1. Di setiap lokasi pengambilan sampel, survei kondisi batubara


dan batuan di atas batu bara (jika terkena). Catat koordinatnya.
2. Bersihkan lapisan batubara yang akan disampling dari batubara
lapuk dengan menggunakan alat gali. Gali minimal sedalam 3
cm.
3. Deskripsi dan catat pengamatan karakter lapisan batubara
(ketebalan lapisan, tebal dan posisi mineral pengotor)
4. Tandai sisi channel dengan kapur tulis dan tandai bagian
mineral pengotor yang harus dibuang.
5. Bersihkan floor lalu pasang terpal plastic atau nampan di floor

29
Channel Sampling

6. Gunakan alat gali untuk mengambil sampel channel dari atas ke


bawah (atau bagian bawah ke atas) dari lapisan batubara
7. Pastikan semua material dari channel yang akan dijadikan
sampel berdasarkan rencana sampling jatuh di atas terpal
plastic/nampan dan mineral pengotor tidak mengkontaminasi
sampel batubara
8. Potong channel dengan lebar dan kedalaman yang seragam di
bagian penampang persegi panjang, untuk memastikan bahwa
volume material yang representatif diperoleh dari setiap
bagian lapisan batubara.
9. Segera masukkan sampel ke dalam plastic/karung sampel. Seal
dan beri label. Jika kelembaban permukaan terlihat pada batu
bara, atau jika ada alasan untuk mempertanyakan keakuratan
kadar air yang melekat yang ditentukan dari sampel, tuliskan
peringatan: "Kandungan moisture dipertanyakan."

VIDEO CHANEL SAMPLING


30
Kondisi Moving Stream

Sampling dilakukan saat batubara sedang dipindahkan

Pemindahan ke mother vessel Pada conveyor belt

Increment diambil per satuan jumlah berat


atau waktu tertentu
Sample yang diambil lebih mewakili seluruh
populasi

Pembongkaran/Penyusunan stockpile

31
Cara Mengumpulkan Sample

32
Kondisi Stationary

Sampling dilakukan pada batubara dalam tumpukan


Sample hanya diambil dari permukaan saja
Sample tidak mewakili populasi

Sampling di stockpile
Sampling diatas tongkang

33
Teknik Sampling

Sampling
Batubara

Mekanikal Manual

34
Pengambilan Sample Secara Mekanik

Prosedur untuk menetapkan system pengambilan sampel secara mekanis:


1. Pastikan kecepatan alir maksimal, minimal, dan rata-rata dari batu bara yang akan
diambil sampelnya
2. Tentukan nominal top size dari batu bara
3. Tentukan luas penampang pemotong (cutter aperture) primary sampler dan pilih
kecepatan pemotong yang cocok
4. Hitung berat increment primer dari aliran batu bara maksimal dan minimal untuk
menentukan apakah mass basis sampling diperlukan. Periksa apakah berat yang
diperoleh pada kecepatan minimal melampaui berat minimal suatu increment
5. Tetapkan apakah akan menggunakan mass basis sampling atau time basis sampling,
apakah diperlukan random stratified sampling
6. Dengan menggunakan berat increment primer maksimal dan interval waktu minimal
saat pengambilan increment primer pada kecepatan alir yang maksimal, tentukan
perlu tidaknya suatu pemotongan sekunder (secondary cutter) sebelum langka
penggerusan. Hal ini berkaitan dengan kapasitas muat dari penggerus yang akan
diajukan untuk system tersebut
7. Kumpulkan increment-increment primer, sekunder, dan tersier pada interval
pengambilan sampel yang diperlukan dan buatlah beberapa subsample atau satu
gross sampel bila diperlukan
35
Mekanikal Sampling

Sampling dari belt conveyor yang sedang Sampling dari sample house dengan
bergerak mempergunakan mesin auger

Sampling pada arus jatuhan dari belt


conveyor (falling stream)

36
Mekanik Cross-Belt Sampling System

37
Mekanikal Sampling

Lebih disukai karena:


1. Sample lebih mewakili populasi
2. Dapat dilakukan tanpa mengganggu jalannya operasi
3. Perkiraan presisi yang dicapai dapat diukur
4. Keamanan para sampler lebih terjamin

m : massa tiap increment


C : laju muat (flow rate), ton/jam
w : lebar mulut cutter, milimeter
Vc : kecepatan cutter, meter per detik

38
Pengambilan Sample Secara Manual

Prosedur untuk menetapkan system pengambilan sampel secara manual:


1. Tentukan nominal top size dari batubara yang akan diambil
sampelnya
2. Hitung berat minimal dari satu increment
3. Pilih peralatan pengambilan sampel secara manual yang cocok
4. Kumpulkan increment pada interval pengambilan sampel yang
diperlukan dan jika perlu bentuk beberapa subsample atau satu gros
sampel

39
Manual Sampler

Ukuran lebar minimum mulut skoop harus minimal 3 x ukuran top size batubara (ISO
18283: 2006) atau 2.5 x ukuran top size (ASTM 6883)

40
Manual Sampling

Sampling dari falling stream


Sampling stopped belt.
Sample diambil dari seluruh
populasi 1 dimensi pada belt
conveyor yang dipotong oleh
sampling frame

Sampling pada stockpile

41
Penentuan Skema Sampling

Prosedur umum untuk menetapkan skema sampling adalah sebagai berikut:


1. Tentukan tujuan pengambilan sampel, misalnya, eksplorasi, evaluasi kinerja pabrik,
pengendalian proses, atau transaksi komersial
2. Identifikasi parameter kualitas yang akan diuji seperti General Analysis (GA), Total
Moisture (TM), size analysis
3. Tentukan presisi yang dibutuhkan untuk masing-masing parameter
4. Tetapkan data awal untuk menentukan variasi increment primer dan presisi sampel
serta pengujian untuk menghitung banyaknya total increment primer
5. Tentukan lot

42
Penentuan Skema Sampling

6. Tetapkan apakah banyaknya total increment primer pada langka 4 adalah


praktis menurut system pengambilan sampel. Jika dipandang tidak praktis,
maka perlu adanya pembagian lot menjadi beberapa sampling unit.
7. Tentukan interval pengambilan sampel dalam ton untuk pengambilan sampel
secara manual dari batu bara yang diam (tidak bergerak), atau dalam ton atau
menit untuk pengambilan sampel secara mekanis atau manual dari batu bara
yang mengalir.
8. Tentukan atau perkirakan top size batubara
9. Tentukan berat minimum per increment dan berat minimum sampel total
10. Putuskan metode untuk menggabungkan berbagai increment untuk
menghasilkan sampel gross

43
Proses Penetapan Kualitas

Analisis
Sampling Preparasi

VIDEO NO SAMPLE

44
III. STANDARD METODA
SAMPLING

45
Terminologi Dalam Sampling Batubara

INCREMENT Satu bagaian kecil batubara yang terambil dari satu kali operasi
suatu alat sampling.

SAMPLING UNIT Sejumlah batubara yang terwakili oleh satu gross sample.

LOTS sejumlah batubara tertentu yang kualitasnya secara keseluruhan


akan ditentukan pada presisi tertentu

GROSS SAMPLE Sejumlah batubara yang mewakili satu lot batubara yang didapat
dari menggabungkan sejumlah Increment (catatan: reduksi dan
pembagian belum dilakukan)

Ukuran partikel yang ekivalen dengan ukuran ayakan berlubang


TOP SIZE persegi empat dimana 95% dari masa yang diayaknya akan lolos

increment diambil dari material yang sedang diambil contohnya,


INTERVAL (TIME BASIS) dengan interval waktu di antara pengambilan increment yang
berurutannya sama.

INTERVAL (MASS BASIS) increment diambil dari batubara yang melewati sampling point
pada setiap berat masa yang telah ditentukan.

46
Outline Sampling

Lot

Sublot 1 Sublot 2 Sublot 3 Sublot 4

Increment 1 Increment 1 Increment 1 Increment 1

Increment … Increment … Increment … Increment …

Gross Sample

47
Sample Shipment Batubara

1 Lot:
10.000 MT

Gross sample:
333 Kg

Lab:
50-100 gr

Analisis sample:
10 gr

48
Standar Acuan Sampling Manual

ASTM (America Society for Testing and Materials)


➢ ASTM D 2234/D 2234M-10 Standard Practice for collection of a
gross sample of coal.

➢ ASTM D 6883-04 (2012) Standard practice for Manual Sampling of


Stationary Coal from Railroad Cars, Barges, Trucks, or Stockpile

ISO (International Organisation for Standarisation)

➢ ISO 18283:2006(E) Hard Coal and Coke – Manual Sampling

➢ ISO 589:2008(E) Hard Coal – Determination of Total Moisture

GB (Guo Biao, China National Standards)

49
Prosedur Umum ASTM D6883

Prosedur umum dalam melakukan manual sampling sebagai berikut:


1. Lakukan observasi secara visual. Amati distribusi partikel dan kemungkinan adanya
segregasai pada stockpile. Estimasi top size batubara yang ada di tumpukan
2. Semua pihak yang berkepentingan harus menyetujui ukuran lot yang akan diwakili
oleh satu sampel kotor sebelum pengambilan sampel dimulai
3. Lakukan pengambilan sample dengan berat dan jumlah minimal increment seperti
pada table berikut

50
Prosedur Umum ASTM D6883

4. Ambil sample dari kedalaman sekitar 61 cm dari permukaan tumpukan stockpile atau
alat angkut dan letakkan ke dalam wadah sample (karung dengan inner plastic).
Peralatan sampling mempunyai ukuran bukaan minimal 2.5x top size. Hindari
kemungkinan kontaminasi dan perubahan moisture
5. Pola penempatan increment tergantung pada ukuran dan jumlah alat angkut atau
tinggi dan bentuk tumpukan stockpile. Setiap increment akan mewakili area yang
berukuran sama dan pola ini harus disetujui oleh semua pihak terkait
Contoh pengambilan sample untuk TM dengan cargo 1500 MT, maka jumlah
increment = 15*V1500/1000 = 18

6. Setiap sampel harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi sampel harus mencakup
inisial teknisi pengambilan sampel, tanggal, lokasi, kondisi cuaca, jumlah increment,
dan metode pengambilan sampel yang digunakan.

51
Form Sampling

52
Keterangan Penting

Mineral: Pirit

Pengotor: Lempung
53
Prosedur Umum ISO 18282

Prosedur umum dalam melakukan manual sampling sebagai berikut:


1. Tentukan parameter quality yang akan diukur dan jenis sample yang dibutuhkan
2. Tentukan ukuran lot dan sublot. Ukuran 1 sublot maksimum sebanyak 10.000 MT
3. Tentukan presisi yang dibutuhkan
4. Tentukan variability batubara, preparasi, dan analisis
5. Pastikan nilai top size batubara
6. Pilih peralatan sampling
7. Tentukan jumlah sublot dan jumlah increment per sublot untuk mencapai presisi
yang diinginkan
8. Tentukan metoda untuk menggabungkan increment menjadi sample dan metoda
preparasi
9. Tentukan lokasi pengambilan sample

54
Jumlah dan Berat Increment

Jumlah inkremen yang harus diambil tergantung dari tingkat heterogenitasnya.


Jumlah inkremen ini ditetapkan dalam metode standar untuk setiap 1000 ton batubara.
Jika batubaranya lebih dari 1000 ton, dipergunakan rumus di bawah Ini.

N1 = N * (total − tonnage ) / 1000

N1 = Jumlah inkremen yang diperlukan


N = Jumlah intial incremen (ISO = 32)

Berat minimum/incremen tergantung dari ukuran partikel terbesarnya (top size).


Rumus Umum (ISO) : P = 0.06 D
P = Berat minimum/increment, kg.
D = Ukuran partikel terbesar, mm.

55
Berat Minimum Sample (ISO)

56
Berat Sample/Increment Untuk GA dan TM (ISO)

57
Pengambilan Sample Untuk Analisis Ayak (Sizing)

ASTM D4749
Berat Minimal
Jenis Batubara Yang Diperlukan
(kg)
Run of mine 1800
Batubara yang telah
mengalami pengayakan -
100 mm 1800
Batubara -100 mm 900
Batubara -50 mm 450
Batubara -25 mm 215
Batubara -12,5 mm 45
Batubara -2,36 mm 4,5
Batubara -600um 0,5

Informasi Yang Harus Dimasukkan


1. Berat total dari sample lot
ISO 1988 dan ISO 1953 untuk size +120 2. Banyaknya increment yang dikumpulkan
m min = 7.2(D/120)3 3. Berat total sample yang dianalisis

58
Standar Acuan Sampling Mekanik

ASTM (America Society for Testing and Materials)


➢ ASTM D 2234/D 2234M-10 Standard Practice for collection of a
gross sample of coal.

➢ ASTM ASTM D7430-13. Standard Practice for mechanical sampling


of coal.

ISO (International Organisation for Standarisation)

➢ ISO 13909-1:2001(E).Hard Coal and Coke–Mechanical Sampling-General Introduction.

➢ ISO 13909-2:2001(E).Coal–Mechanical Sampling from Moving Stream.

➢ ISO 13909-3:2001(E).Coal–Mechanical Sampling from Stationary Lots.

➢ ISO 589:2008(E).Hard Coal–Determination of Total Moisture.

59
Standar China (GB)

COAL TYPE Coal Flow Train Vehicle Coal Pile Ship

Raw Coal (Ash >20 %) 60 60 60 60 60

Raw Coal (Ash ≤20 %) 30 60 60 60 60

Cleaning Coal 15 20 20 20 20

Other Washed Coals


(including the 20 20 20 20 20
middlings)
Minimum Sample
D * 0.06 , Note : D = Top Size
Weight per Increment

60

Anda mungkin juga menyukai