Anda di halaman 1dari 9

KUALITAS TIDUR DAN FAKTOR GANGGUAN TIDUR

PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS MEDAN TELADAN

Dwi Putriana Lubis* Evi Karota Bukit**


*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
**Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Maas No. 3 Kampus USU Medan 20155, Indonesia
Phone: 085275137234
E-mail: dwiputrianarasyidah@gmail.com

Abstrak
Secara umum penderita hipertensi mengalami gangguan tidur karena beberapa kondisi fisik dan kondisi lingkungan yang
dialaminya sehingga berdampak pada kualitas tidur yang buruk dan akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah seseorang.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan
tidur pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan. Teknik pengumpulan sampel peelitian ini
menggunakan metode covinience sampling dengan sampel penelitian adalah 37 orang penderita hipertensi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuisoner data demografi, kuisoner kualitas tidur dan kuisoner
faktor-faktor gangguan tidur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak dapat tidur dengan baik yang
dapat dilihat dari total waktu tidur pada malam hari 5-6 jam (43%), frekuensi terbangun 3-4 kali pada malam hari (38%), dan
lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur 31-60 menit (35%). Mayoritas responden mengalami gangguan tidur karena
kondisi fisik seperti pusing (81%), nokturia (64%), dan rasa tidak nyaman (57%) dan mengalami gangguan tidur karena
kondisi lingkungan seperti ventilasi yang tidak baik (76%), suara bising (73%) dan ruangan yang tidak nyaman (59%).
Berdasarkan hasil penelitian diperlukan adanya rekomendasi untuk mengatasi kualitas tidur yang buruk dan fakor-faktor
gangguan tidur pada penderita hipertensi.

Kata kunci: Kualitas tidur, faktor-faktor gangguan tidur, hipertensi

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit Penderita hipertensi umumnya mengalami


dengan kondisi dan gejala klinis yang beragam berbagai kondisi klinis seperti sakit kepala, pusing,
dengan prevalesi yang masih tinggi di dunia dan nokturia, (Corwin, 2009), dispnea, palpitasi,
Indonesia. Berdasarkan data The Lancet (2000) depresi dan kelelahan (Murwani, 2009). Hasil
prevalensi penyakit hipertensi di dunia sebanyak penelitian menunjukkan bahwa umumnya
972 juta orang. Sedangkan di Indonesia prevalensi penderita hipertensi mengalami gangguan tidur
hipertensi cenderung masih meningkat. Data yang disebabkan sulit bernafas (Dart, 2003). Hal
Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan bahwa ini telah dibuktikan bahwa sekitar 91% penderita
prevalensi penyakit hipertensi mencapai 6,8% hipertensi mengalami sulit bernafas saat tidur
(Depkes, 2010). Hasil survey kesehatan (Louis, 2005). Selain itu hasil penelitian juga
Departemen Kesehatan RI (2001), menunjukkan menunjukkan bahwa sekitar 68% penderita
perbandingan orang yang menderita penyakit hipertensi mengalami nokturia, hal ini biasanya
hipertensi cukup tinggi, yaitu 56 orang dari 100 terjadi (Kuswardhani, 2006). Dan sekitar 46%
orang disurvey, mengidap penyakit hipertensi hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita
(Depkes RI, 2001). Menurut Profil Kesehatan Kota hipertensi mengalami sakit kepala. Secara umum
Medan Tahun 2011, angka kejadian hipertensi di penderita hipertensi mengalami gangguan tidur
Kota Medan menduduki peringkat kedua dari karena beberapa kondisi klinis yang dialaminya
sepuluh penyakit terbesar di Kota Medan dengan sehingga berdampak pada kualitas tidur yang
jumlah 60.628 (Hamzah, 2012). buruk (Cortelli, 2004). Sedangkan faktor
lingkungan seperti suhu ruangan yang terlalu panas
atau terlalu dingin, suara bising, cahaya yang
terlalu terang, serta ruang dan ukuran tempat tidur Medan dengan mengambil 15% dari 252 populasi
juga berdampak pada kualitas tidur (Potter & penderita hipertensi yang rawat jalan di Puskesmas
Perry, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teladan Medan (Arikunto, 2005). Pengambilan
siklus sirkadian pada tidur ternyata tidak hanya sampel menggunakan convenience sampling.
sensitif terhadap cahaya, tapi juga suhu. Suhu yang Analisa data dilakukan dengan menggunakan
terlalu dingin pun akan membuat tidur menjadi teknik komputerisasi dan hasil analisa data
tidak nyaman, sedangkan suhu yang terlalu panas ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
akan mengakibatkan sesorang terbangun dari tidur dan persentase.
karena fase REM pada saat tidur terganggu, hal ini
juga akan mengakibatkan seseorang kesulitan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk memulai tidur bahkan bisa mengubah pola
tidur. Dengan adanya kondisi fisik dan lingkungan Hasil
yang nyaman, dan tenang saat tertidur maka Karakteristik Responden
seseorang dapat terhindar dari gangguan tidur dan
kualitas tidur yang buruk (Harvard, 2007). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Data
Demografi Penderita Hipertensi di
Kualitas tidur penting bagi setiap orang Wilayah Kerja Puskesmas Teladan
terhadap tidur bersifat subjektifitas, yang hanya Medan (N=37)
dapat dinilai berdasarkan indikator kondisi tubuh
saat bangun tidur (Mukhlidah, 2011). Secara Karakteristik Responden f %
umum kualitas tidur juga berhubungan dengan
adanya gangguan homeostasis pada peningkatan Usia
tekanan darah seseorang. Hasil penelitian 40-50 tahun 12 32
menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami 51-60 tahun 15 41
tidur kurang dari 6-7 jam setiap malamnya ternyata 61-70 tahun 7 19
memiliki risiko penyakit darah tinggi yang lebih 71-75 tahun 3 8
besar (Gottlieb, 2006). Hasil penelitian lainnya
juga menunjukkan bahwa tekanan darah dan Tekanan Darah
denyut jantung seseorang akan menurun sebanyak 140/90 – 159/99 mmHg 21 57
10-20% saat tidur, dan akan meningkat kembali >160/100 mmHg 16 43
saat bangun (Gangwisch, 2006).

Hal ini tentunya juga akan mengakibatkan Suku


kondisi kesehatan pada penderita hipertensi secara Batak 11 30
umum mengalami kelemahan pada keesokan Aceh 2 5
harinya, rentan terhadap efek stress baik fisik Jawa 7 19
maupun mental, kecemasan, mudah tersinggung, Melayu 13 35
gangguan penilaian (Chopra, 2003) dan pastinya Lain-lain 4 11
akan menghambat seseorang melakukan
kegiatannya bahkan apabila hal ini berlangsung Status Perkawinan
dalam waktu yang lama tentunya akan Menikah 33 89
menyebabkan individu mengakibatkan Janda/ Duda 4 11
peningkatan risiko penyakit yang dideritanya.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil peneletian yang telah Laki-laki 26 70
dilakukan sebelumnya, penelitian ini menjadi Perempuan 11 30
penting untuk mengetahui kualitas tidur dan faktor-
faktor gangguan tidur pada penderita hipertensi di Agama
wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan. Islam 23 62
Kristen 14 38
METODE
Pendidikan Terakhir
Penelitian ini menggunakan studi SD 3 8
deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi SMP 5 14
kualitas tidur dan faktor-faktor gangguan tidur SMA 19 51
pada penderita hipertensi di Puskesmas Teladan Perguruan Tinggi 10 27
Tabel 1. (Lanjutan) Tabel 2. (Lanjutan)
Karakteristik Responden f % Karakteristik Responden f %

Pekerjaan 7 19 Obat Gangguan Tidur


PNS/TNI/POLRI 20 54 ACEI 18 49
Pegawai swasta/wiraswasta 3 8 Diuretik 7 19
Buruh 1 2 Betablocker 10 27
Bertani 6 16 Antagonis kalsium 2 5
Lain-lain
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa karakteristik
Penghasilan Perbulan responden yang mencakup, gaya hidup dan
< Rp. 1.000.000 5 14 kebiasaan tidur di rumah mayoritas tinggal di
> Rp. 1. 000.000 - Rp. 1.500.000 14 38 pemukiman rumah penduduk yang padat (54%)
> Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 11 30 dan mengkonsumsi tembakau (47%). Mayoritas
> Rp. 2.000.000 7 19 responden memiliki jumlah teman sekamar 1-2
orang (81%), mengkonsumsi obat batuk (24%)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa karakteristik dan mengkonsumsi obat golonngan ACEI (49%).
responden berdasarkan data demografi mayoritas
berusia antara 51-60 tahun dengan rata-rata 56,22 Kualitas Tidur
(SD = 7,61), tekanan darah 140/110-159/99 mmHg
(57%), telah menikah (89%), berjenis kelamin laki- Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase
laki (70%), suku Melayu (35%), beragama Islam kualitas tidur pada penderita hipertensi
(62%), latar belakang pendidikan terakhir SMA di wilayah kerja Puskesmas Teladan
(51%). Mayoritas responden bekerja sebagai Medan (N=37)
wiraswasta (54%) dan menyatakan bahwa
penghasilan perbulannya lebih dari Rp1.000.000– Parameter Tidur f %
Rp. 1.500.000 (38%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Gaya Total Jam Tidur
Hidup Dan Kebiasaan Tidur Penderita <5 jam 13 35
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 5-6 jam 16 43
Teladan Medan (N=37) 6-7 jam 5 14
>7 jam 3 8
Karakteristik f %

Lokasi Tempat Tinggal Waktu Mulai Tertidur


Pemukiman penduduk yang padat 20 54 >60 menit 10 27
Di pinggir jalan umum/ jalan raya 31-60 menit 13 35
Komplek perumahan 11 30 16-30 menit 9 24
6 16 <15 menit 5 14
Zat Stimulasi
Kopi 3 8
Tembakau 18 47 Frekuensi Terbangun
Teh 12 32 >5 kali 7 19
Tidak ada 4 11 3-4 kali 14 38
1-2 kali 10 27
Jumlah Teman Sekamar Tidak ada 6 16
Sendiri 4 11
1-2 orang 30 81 Perasaan Saat Bangun
3-4 orang 3 8 Sangat mengantuk 11 30
Mengantuk 12 32
Obat Penyebab Tidur Sedikit mengantuk 8 21
Obat tidur 3 8 Segar 6 16
Obat batuk 9 24
Tidak ada 25 68
Tabel 3. (Lanjutan) Tabel 4. (Lanjutan)
Parameter Tidur f % Faktor Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur
Gangguan Ya Tidak Ggn Ggn Ggn
Kenyenyakan Tidur 15 41 Tidur f f ringan sedang berat
Sebentar-bentar terbangun 8 22 (%) (%) f (%) f (%) f (%)
Tidur dan kemudian terbangun 12 32
Tidut tetapi tidak nyenyak 2 5 Faktor-
Tidur sangat nyenyak faktor
Fisik
Perasaan Segar Saat Bangun
Sangat segar 8 22 Sulit 15 3 3 7 2
Sedang 14 38 Bernafas (8%) (8%) (19%) (5%)
Cukup segar 12 32
Tidak sama sekali 3 8 Gelisah 21 9 4 5 3
(24%) (11%) (7%) (8%)
Perasaan Saat Beraktivitas
Sangat lemah atau sangat lelah 9 24
Lemah atau lelah 15 41 Perasaan 21 13 3 4 1
Sedikit lemah atau lelah 6 16 Lelah (35%) (8%) (11%) (3%)
Tidak lemah atau lelah 7 19
Nokturia 24 5 13 5 1
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa distribusi (7%) (35%) (7%) (3%)
frekuensi dan persentase deskripsi responden
berdasarkan kualitas tidur pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Teladan Medan mayoritas Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa faktor
mengalami total jam tidur selama 5-6 jam (43%), gangguan tidur yang diakibatkan kondisi fisik pada
membutuhkan waktu untuk mulai tidur 31-60 menit penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
(35%), dan terbangun ketika tidur di malam hari sekitar Teladan Medan, yaitu terdapat 81% responden
3-4 kali (38%). Selain itu responden merasa mengantuk mengalami pusing, 54% responden mengalami
ketika responden bangun tidur di pagi hari (32%), batuk, 41% responden mengalami sulit bernafas,
sebentar-sebentar terbangun saat tidur di malam hari 57% responden mengalami rasa tidak nyaman, 57%
(41%), perasaan segar di pagi hari hanya sedang-sedang responden mengalami perasaan lelah, dan 65%
saja (38%), dan merasa sedikit lemah atau lelah saat responden mengalami nokturia.
melakukan aktivitas di pagi hari (41%).
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase
Faktor Gangguan Tidur berdasarkan faktor gangguan tidur
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan secara lingkungan pada penderita
faktor gangguan fisik pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Teladan Teladan Medan (N=37)
Medan (N=37).
Faktor Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur
Faktor Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur Ggn Ya Tidak Ggn Ggn Ggn
Gangguan Tidur
Ya Tidak Ggn Ggn Ggn f f ringan sedang berat
Tidur
f f ringan sedang berat (%) (%) f (%) f (%) f
(%) (%) f (%) f (%) f (%) (%)
Faktor-
faktor Faktor
Fisik Lingku
-ngan
Pusing 11 12 2 5
30 (30%) (32%) (5%) (7%) Suara 27 7 10 3 7
Bising (19%) (27%) (8%) (19%)
Batuk 20 7 9 2 2
(19%) (24%) (5%) (5%)
Tabel 5. (Lanjutan)
Faktor Pengalaman Tingkat Gangguan Tidur normal tentunya akan mempengaruhi peningkatan
Ggn Ya Tidak Ggn Ggn Ggn tekanan darah pada hipertensi (Gangwisch, 2006) ,
Tidur f f ringan sedang berat bahkan apabila terjadi dalam waktu yang lama
(%) (%) f f f tentunya akan memperparah peningkatan tekanan
(%) (%) (%) darah yang diderita (Chopra, 2003). Hal tersebut
diseababkan karena saat tidur tekanan darah dan
Faktor denyut jantung akan menurun sebanyak 10-20%
Lingku (Gotlieb, 2006).
-ngan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki waktu yang lama
Ventila 28 15 13 - - untuk mulai tertidur yaitu 31-60 menit (35%).
-si (41%) (35%) Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa
Tidak penderita hipertensi memiliki kebiasaan
Baik memerlukan waktu lebih lama untuk mulai
tertidur (Mansoor, 2002) sehingga akan berdampak
Ruang 22 10 12 - - pada total jam tidur yang berkurang dan tidak
Tidur (27%) (32%) seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam
Tidak waktu 20 menit (Schachter, 2008). Hal ini juga
Nyam berkaitan dengan mayoritas responden yang
-an mengkonsumsi tembakau (47%) dan teh (32%),
adapun kandungan nikotin yang terdapat dalam
Cahaya 12 4 8 - - tembakau dan kandungan kafein yang terdapat
Lampu (11%) (22%) dalam teh akan menyebabkan seseorang sulit
untuk memulai tertidur (Mukhlidah, 2011).
Suhu 15 5 7 3 - Selain itu, kondisi klinis yang biasa dialami
Ruang (14%) (19%) (8%) penderita hipertensi dapat membangunkan
-an penderita dari tidurnya sehingga penderita tidak
mendapatkan tidur yang cukup (Potter & Perry,
Bau 12 3 7 2 - 2005). Hal tersebut dapat dilihat pada hasil
Ruang (8%) (19%) (5%) penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas
-an responden dapat terbangun 3-4 kali saat tidur di
malam hari (38%), sehingga mayoritas responden
Dari tabel 5 dapat dilihat faktor gangguan sebentar-bentar dapat terbangun saat tidur (41%).
tidur yang diakibatkan kondisi lingkungan pada Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas mayoritas responden merasa mengantuk saat
Teladan Medan, yaitu terdapat 76% responden bangun tidur (32%), lemah (41%) dan lelah saat
megalami tidur dengan ventilasi yang tidak baik, beraktivitas di pagi hari (38%). Hasil penelitian ini
saat tidur 73% responden mengalami suara bising, sesuai dengan pernyataan yang menunjukkan
59% responden mengalami tidur diruangan tidur bahwa seseorang yang tidak mendapatkan tidur
yang tidak nyaman dan kotor, 32% responden yang cukup akan merasa kelelahan saat
mengalami tidur dengan cahaya lampu yang terlalu beraktivitas keesokan harinya (Bastaman, 1988).
terang, 41% responden mengalami tidur dengan
suhu yang terlalu panas, dan 32% responden Faktor Gangguan Tidur
mengalami tidur di lingkungan rumah yang bau.
Faktor Gangguan Fisik
Pembahasan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kualitas Tidur 81% responden mengalami pusing karena
tekanan darahnya meningkat. Hal ini sesuai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pernyataan dari hasil penelitan Cortelli
mayoritas responden berusia antara 51-60 tahun
(2006) yang menunjukkan bahwa 46%
(41%) dan memiliki total waktu tidur yang tidak
normal yaitu hanya sekitar 5-6 jam (43%), penderita hipertensi sering mengalami pusing
sedangkan kebutuhan waktu tidur normal pada yang berdampak pada kualitas tidur yang
orang dewasa adalah 7-8 jam dalam sehari (Patlak, buruk, dan apabila pusing tidak diatasi dan
2005). Secara umum kebutuhan tidur yang tidak semakin parah maka akan semakin meningkat
juga tingkat gangguan tidurnya (Albertie, lainnya yang bertujuan untuk mengurangi panas
2006). Selain itu pusing pada penderita tubuh yang berlebihan (LPMP, 2012).
hipertensi dapat membangunkan penderita dari Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tidurnya sehingga penderita tidak 73% responden yang mengalami gangguan tidur
bila berada pada lingkungan yang menimbulkan
mendapatkan tidur yang cukup yang nantinya
suara bising. Hal ini sesuai dengan pernyataan
akan berdampak pada aktivitas di keesokan bahwa, kebisingan dapat menyebabkan
harinya (Potter & Perry, 2005). tertundanya tidur karena terganggunya konsentrasi
Mayoritas responden menunjukkan seserorang untuk memulai tidur (Mukhlidah, 2011)
bahwa 65% responden, dan diantaranya 35% dan juga dapat membangunkan seseorang dari tidur
responden mengalami gangguan tidur akibat (Hanning, 2009). Hasil penelitian oleh Robert
nokturia atau sering buang air kecil pada Koch (2003) menunjukkan bahwa orang yang
malam hari. Hal ini sesuai dengan hasil hidup di lingkungan pemukiman yang padat
penelitian Khuswardhani (2006) yang cenderung mengalami suara bising, yang
menujukkan bahwa 68% gejala tersering pada mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan
penderita hipertensi adalah nokturia. Selain itu berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang
penderita hipertensi.
Rains (2006) juga menambahkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan 59% mayoritas
nokturia pada penderita hipertensi dapat respoden menunjukkan bahwa responden tidak
menyebabkan seseorang terbangun berulang bisa tertidur jika berada di ruangan dan tempat
kali dari tidurnya (Mansoor, 2002) tidur yang tidak nyaman. Ruangan tidur yang tidak
Sebanyak 15% responden mengalami nyaman juga dapat memicu stres oleh
batuk sehingga menyebabkan gangguan tidur. ketidakstabilan emosi dan akan menyebabkan
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian peningkatan tekanan darah.
lain yang menunjukkan bahwa sekitar 91% Hal tersebut disebabkan karena ruang tidur
penderita hipertensi mengalami sulit bernafas merupakan tempat dimana seseorang melepaskan
saat tidur (Louis, 2005) dan mengalami pikiran-pikiran yang penat / lelah setelah seharian
gangguan tidur yang disebabkan sulit bernafas melakukan aktifitas. Apabila ruang tidur kotor
ataupun bau maka bisa dikatakan itulah faktor
(Dart, 2003).
utama dari susahnya tidur (Septiyadi, 2005).
Adapun faktor cahaya lampu pada saat tidur
Faktor Lingkungan
juga memberikan pengaruh pada kulaitas tidur
Gangguan tidur juga dapat disebabkan oleh seseorang. Cahaya lampu terlalu terang saat tidur
faktor lingkungan, di antaranya adalah suara dapat menghambat sekresi melatonin pada tubuh
bising, ventilasi yang tidak baik, dan ruang tidur yang akan menyebabkan seseorang tidak
yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2005). Dari mengantuk (Mukhlidah, 2011). Hal ini tentunya
hasil penelitian 76% mayoritas responden dapat menyebabkan terjadinya pergeseran sistem
melaporkan bahwa responden mengalami sirkadian, dimana jadwal tidur maju secara
gangguan tidur bila tidak berada diruangan yang bertahap dan mengakibatkan seseorang mengalami
memilliki ventilasi baik. Ventilasi yang baik akan total jam tidur yang kurang (Sack et al, 2007).
menghasilkan jumlah dan kualitas udara yang
segar ke seluruh ruangan yang dapat berfungsi KESIMPULAN DAN SARAN
mengurangi dan membebaskan udara dari bau
maupun udara, selain itu ventilasi juga akan Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa
memperngaruhi suhu dalam ruangan (Septi, 2011). faktor yang menyebabkan mayoritas responden
Seseorang juga akan mengalami gangguan tidur memiliki kualitas tidur buruk yang diantaranya
apabila tidur di ruangan yang terlalu panas ataupun adalah karena faktor-faktor gangguan tidur pada
terlalu dingin (Lee, 1997). Hal ini disebabkan penderita hipertensi yang terjadi karena faktor
karena saat tidur suhu ruangan akan fisik diantaranya adalah pusing, nokturi, dan
mempengaruhi suhu tubuh dan tekanan darah
lelah. Selain itu terdapat juga faktor- faktor-
seseorang saat tidur, jika suhu ruangan meningkat
maka hypothalamus akan merangsang pembesaran gangguan tidur pada penderita hipertensi yang
pori-pori kulit, percepatan peredaran darah, terjadi karena faktor lingkungan diantaranya
pengeluaran keringat, dan reaksi-reaksi tubuh adalah ventilasi yang tidak baik, suara bising,
ruang dan tempat tidur yang tidak nyaman.
Berdasarkan kesimpulan tersebut sehingga Dart, R. A. 2003. The Association of Hypertension
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi and Secondary Cardiovascular Disease With
masukan bagi pelayanan kesehatan untuk Sleep-Disordered Breathing. Available at:
memberikan pelayanan yang lebih komprehensif http://search.proquest.com/docview/200428524/
berupa promosi kesehatan dalam meningkatkan fulltextPDF/139EF1D3CCC4C97C7FA/1?
kesadaran tentang kualitas tidur dan faktor-faktor accountid=50257. Diakses: 19 Oktober. 2012
gangguan tidur pada penderita hipertensi dan
bagaimana cara mendapatkan kualitas tidur yang Davey, P. 2003. Medicine at a Glance. Jakarta:
baik terkhusus ditujukan kepada penderita Erlangga
hipertensi.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006
DAFTAR PUSTAKA Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi.
Available at:
Alberti, A. 2006. Headache and Sleep. Sleep http://ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/
Laboratory, Neurologic Clinic of Perugia, Via E. ph-care-hipertensi.pdf .Diakses: 24 September
Dal Pozzo, Perugia, Italy. 2012
http://www.clusterheadaches.com/cb/yabbfiles/Atta
chments/Headache_an d_Sleep.pdf. diakses 21 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006.
September 2012. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Available at:
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/p
Pendekatan Praktik, Ed. Rev. Jakarta: Rineka edoman-penemuan-dan-tatalaksana-
Cipta. hipertensi1.pdf . Diakses: 24 September 2012

Baradero, M. 2008. Klien Gangguan Gray, H. H. 2002. Lecture Notes on Cardiology.


Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Jakarta: EGC
Guyton, A. C. and Hall, J. E. 1997. Buku Ajar
Boynton, L. 2003. Respiratory Care. Disclaimer: Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
The material contained herein is provided for
informational purposes only, and should not be Hamzah, D. F. 2012. Gambaran Diet Jantung Dan
construed as medical or legal advice on any Status Gizi Pasien Penderita Hipertensi
subject matter. Komplikasi Penyakit Jantung Yang Rawat Inap Di
http://web.alsa.org/site/DocServer/chapter_9_web Rumah Sakit Umum Bandung Medan. Available at:
_ready.pdf?docID=182 63. diakses 21 September http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3341
2012. 0. Diakses: 17 Oktober 2012

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Hanning, C. 2009. Sleep Disturbance and Wind
Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen, Ed. Turbine Noise on Behalf of Stop Swinford
2. Jakarta: EGC Wind Farm Action Group (SSWFAG). Available
at:
Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak http://docs.wind-watch.org/Hanning-sleep-
Menular. Jakarta: Rineka Cipta. disturbance-wind-turbine-noise.pdf. Diakses 14
Juni 2011.
Choppra, D. 2003. Tidur Nyenyak, Mengapa
Tidak? Ucapkan Selamat Tinggal pada Hidayat, A. A. 2004. Pengantar Konsep Dasar
Insomnia. Yogyakarta: Ikon Teralitera. Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Ed. Hidayat, A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
3 Rev. Jakarta: EGC Manusia. Jakarta: salemba Medika

Dalimartha, Setiawan dkk. 2008. Care Your Self Hidayat, A. A. 2009. Metode Penelitian
Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+. Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Kedokteran Bagian Bedah Universitas Jakarta: Salemba.
Sumatera Utara. USU Digital Library.
http://gudangarsipadibahmadi.files.wordpress.com Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
/2007/07/gangguan-tidur.pdf. Diakses 16 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta:
September 2012. Gadjah Mada University Press.

Karota-B. 2003. Sleep Quality and Factors Potter. P. (2005). Buku Ajar Fundamental
Interfering with Sleep Among Hospitalized Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik Edisi
Elderly in Medical Units, Medan Indonesia. 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Master of Nursing Science Thesis in Adult
Nursing. Prince of Songkla University, Thailand. Priharjo, R. 1993. Perawatan Nyeri; Pemenuhan
Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta: EGC.
Khuwardhani, R.A.T. 2006. Penatalaksanaan
Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Rains, J. C. (2006). Sleep Disorders and Headache.
Dalam, Volume 7, Denpasar. Center for Sleep Evaluation at Elliot Hospital,
Manchester.
Lee, C. Y. et al. 2008. Older Patients’ Experiences http://www.americanheadachesociety.org/assets/R
of Sleep in the Hospital: Disruptions and ainsSleep.pdf. Diakses 14 Oktober 2012.
Remedies. Haven of Hope Hospital and The
Nethersole School of Nursing, The Chinese Ronny. (2010). Fisiologi Kardiovaskular: Berbasis
University of Hong Kong, Shatin, N.T., Hong Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC
Kong. The Open Sleep Journal.
http://www.benthamscience.com/open/toslpj/article Rubenstein, David. 2007. Lecture Notes on
s/V001/29TOSLPJ.pdf. Diakses 22 Oktober 2012. Clinical Medicine. Jakarta: Erlangga

Louis, G J. (2005). Sleep-Disordered Breathing Schachter, L. 2008. Sample Diagnostic Report.


and Hypertension among African Americans. Sleep Services Australia.
Avaible at: http://www.tmjtreatment.com.au/
http://search.proquest.com/docview/219967811/ful SSA_diagnostic.pdf. Diakses 3 Oktober 2012.
ltextPDF/139EF2512954473C305/1?
accountid=50257. Diakses: 19 Oktober 2012 Septiyadi, E. 2007. Terapi Alami Agar Tidur Lebih
Mudah. Jakarta: Restu Agung.
Mansoor, G. A. 2002. Sleep Actigraphy in
Hypertensive Patients with The 'Non-dipper' Blood
Shapiro, C. M. et al. 1993. Sleep Problems in
Pressure Profile. Journal of Human Hypertension.
Patients with Medical Illness. ABC of Sleep
http://www.nature.com/jhh/journal/v16/n4/full/100
Disorders Volume 306.
1383a.html. Diakses 16 September 2012.
Sheps, S. G. 2002. Mayo Clinic Hipertensi
Martin, J. 2000. Assessment and Treatment of
Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Intisari
Sleep Disturbance in Older Adults. University
Mediatama.
of California San Diego and San Diego Veterans
Affairs Healthcare System.
Siregar,M.H. 2011. Mengenal Sebab-Sebab,
Akibat-Akibat, dan Cara Terapi Insomnia.
Murwani, A. S. 2009. Perawatan Pasien Penyakit
Yogyakarta: Flashbooks.
Dalam. Yogyakarta. Mitra Cendika.
Suryani, R. 2004. Kualitas Tidur dan Faktor-
Mutaqqin, A. 2009. Buku Ajar Asuhan
Faktor Gangguan Tidur Pasien dengan Gangguan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Saluran Pencernaan yang Dirawat di Rumah
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba
Sakit. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Medan:
Medika.
Fakultas Keperawatan USU.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi Untuk
Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Keperawatan. Jakarta: EGC
Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai