NAMA KELOMPOK :
FIKRI RAMADHANA
REINA PUTI FADILA
TORIQ AFRITO
FEBRI EKA SAPUTRA
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga
dapat menyelesaikan tugas kuliah ini dengan baik. Adapun tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat nilai mata
kuliah UNDANG-UNDANG DAN KESELAMATAN KERJA.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung terselesainya makalah ini. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Semoga materi ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut
America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan
yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan
dan situasi kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di
Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (”K3 Masih Dianggap
Remeh,” Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat
kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting
perusahaan.
Minimnya hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa
program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Di samping itu, yang masih
perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika
dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya,
yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat
fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di Bangladesh 11.768
kasus.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi dan
bangunan. Sektor jasa konstruksi dan bangunan adalah salah satu sektor yang paling berisiko
terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan,
perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar
4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah
Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan
formal apapun. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya
dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3
yang diterapkan pada perusahaan konstruksi dan bangunan.
B. RUMUSAN MASALAH
5. Pengendalian bahaya
PEMBAHASAN
MENYUSUN LAPORAN K3
Disebut kriteria legging (ketertinggalan) karena data yang disajikan adalah data
jumlah atau statistic kecelakaan yang berarti program K3 yang berjalan belum maksimal
apabila masih terdapat rekaman atau record kecelakaan kerja yang tinggi.
Sedangkan disebut kriteria leading (kemajuan) karena berisi rekaman atau record
program dan aktivitas implementasi usaha manajemen untuk mengurangi tingkat
kecelakaan kerja ditempat kerja.
1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal 11; pengurus
diwajibkan melapor tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya kepada pejabat yang ditunjuk oleh menteri tenaga kerja
Perusahaan mendelegasikan tugas pemantauan dan pengukuran kinerja K3 kepada Ahli K3 Umum
Perusahaan atau Sekretaris panitia Pembina keselamatkan dan kesehatan kerja termasuk anggota-
anggota di bawah kewenangan Ahli K3 Umum Perusahaan.
Hasil dari pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dianalisa dan digunakan untuk mengidentifikasi
tingkat keberhasilan kinerja K3 ataupun kebutuhan perlunya tindakan perbaikan ataupun tindakan-
tindakan peningkatan kinerja K3 lainnya.
Pengukuran kinerja K3 menggunakan metode pengukuran proaktif dan metode pengukuran reaktif
di tempat kerja. Prioritas pengukuran kinerja K3 menggunakan metode pengukuran proaktif
dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kinerja K3 dan mengurangi kejadian kecelakaan
kerja di tempat kerja.
Termasuk dalam pengukuran proaktif kinerja K3 antara lain :
1. Penilaian kesesuaian dengan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
2. Keektifitasan hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya ditempat kerja.
3. Penilaian keekfektivan pelatihan K3
4. Pemantauan Budaya K3 seluruh personil di bawah kendali Perusahaan.
5. Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
6. Keefektivan hasil audit internal dan audit eksternal sistem manajemen K3
7. Jadwal penyelesaian rekomendasi-rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja
8. Penerapan program-program K3
9. Tingkat keefektivan partisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di
tempat kerja.
10. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja.
11. Penilaian aktivitas kerja yang berkaitan dengan resiko K3 perusahaan
2. Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
3. Tingkat hilangnya jam kerja akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
Pada jenis usaha kontraktor memiliki pengaturan kontrak perjanjian kerja mengenai
keselamatan kerja dengan klien yang pada umumnya disebut Contractor Safety Management
System (CSMS). Pada CSMS diatur kriteria-kriteria laporan keselamatan kerja yang diharapkan
terdokumentasi dari kontraktor kepada klien.
Segala perlengkapan yang di gunakan pada saat pekerja melakukan pekerjaan agar
memberikan perlindungan pada dirinya dari ancaman bahaya dari kecelakaan kerja yang
tiap saat bisa terjadi pada waktu melaksanakan pekerjaannya di tempat kerja .
Alat pelindung diri (APD) telah di atur dalam peraturan Menteri tenaga kerja dan
transmigrasi RI no.08/men/VII/2010 (depnakertrans RI, Dewan K3 Nasional ,2005,
kemenakertrans 2010, yaitu:
Alat ini berguna untuk melindungi kepala dari terpukul benda tajam atau benda
keras atau kejatuhan/melayang di udara .adapun macam macam pelindung
kepala yakni topi atau tudung kepala,penutup atau pengaman rambut (safety
helmet)
Alat ini mempunyai fungsi untuk melindungi mata dan muka dari percikan
benda kecil ,panas,uap panas,dan paparan bahan kimia lainya .
Adapun alat pelindung mata dan muka yang umum di gunakan adalah kacamata
Alat ini memiliki fungsi untuk melindungi telinga terhadap tekanan dan
kebisingan .
Ada 3 macam alat pelindung telinga yakni ear plug,semi insert, dan ear muff
Alat ini memiliki fungsi unk memberikan perlindungan pada tangan dari bahan
kimia ,suhu panas,pejanan api ,radiasi dan lainya ,alat ini memliki banyak jenis
karena bahan dasarnya terbuat dari kulit dan kain kanvas
Alat pelindung ini memiliki fungsi untuk melindungi atau menutupi kaki dari
tertimpanya benda benda verat ,terkena cairan panas ,atau dingin,
7. Pakaian pelindung
Pakaian ini memiliki fungsi untuk melindungi seluruh bagian badan dari bahaya
tempetatur panas/dingin
Jenis pakaian ini ada beberapa macam yaitu rompi,vest , dan jaket.