Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. PSIKOLOGI PENDIDIKAN


PRODI S1 PSPF D - FMIPA

“JIKA AKU ADALAH MENTERI PENDIDIKAN”

NAMA MAHASISWA :ERMILA SARI SIREGAR

NIM : 4212121001

DOSEN PENGAMPU : GITA NOVERI EZA S.PD., M.PD

MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menyelesaikan rekayasa ide ini semaksimal
mungkin.
Adapun maksud penulis menyusun ini adalah untuk memenuhi tugas profesi
kependidikan yang telah di amanahkan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada ibu Gita Noveri Eza S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata kuliah
profesi kependidikan yang sudah membimbing penulis untuk membantu terbentuknya rekayasa
ide ini.
Penulis menyadari bahwa rekayasa ide ini tentu saja tidak lepas dari banyaknya
kekurangan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu,
penulis membutuhkan masukan dan kritik yang bersifat membangun yang berasal dari semua
pihak, demi perbaikan untuk tugas penulis selanjutnya. Harapan saya semoga rekayasa ide ini
bermanfaat terlebih bagi penulis dan para pembaca.

Medan, Mei 2022

Penulis
JIKA AKU ADALAH MENTERI PENDIDIKAN

Oleh: Ermila Sari Siregar

Pendidikan adalah hal pokok yang akan menopang kemajuan suatu bangsa. Kemajuan
suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang ada. Tanpa pendidikan,
suatu negara akan jauh tertinggal dari negara lain. Kualitas pendidikan di Indonesia pada
dewasa ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan di antaranya oleh data UNESCO (2000)
tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang
menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174
negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada 1996, ke-99 pada 1997, ke- 105
pada 1998, dan ke-109 pada 1999. Selain itu, bukti nyata dari kemerosotan pendidikan di
Indonesia adalah terjadinya tawuran, tingkat pelajar maupun mahasiswa. Aksi tawuran yang
biasanya dipicu masalah sepele, dampaknya sangatlah besar. Masyarakat di seluruh dunia akan
menyaksikan lewat media cetak maupun elektronik amburadulnya pendidikan di Indonesia.

Pelaksanaan pendidikan di Negara Indonesia tentu tidak mungkin terlepas dari tujuan
pendidikan itu sendiri, sebab pendidikan yang ada ialah pendidikan yang dilakukan demi
kepentingan bangsa dan Negara. Namun, saat ini standar dan kompetensi yang ada seolah
hanya keranjingan pada standar dan kompetensi yang ada, sehingga banyaknya kesenjangan
antara yang cerdas dan tidak cerdas hanya karena kurangnya pemenuhan teori dengan praktek
atau pengaplikasikan dilapangan sehingga banyaknya yang cerdas namun tidak memiliki
pengalaman sehingga banyaknya pengangguran.Pendidikan yang bermutu dan memiliki daya
saing tinggi di dunia kerja adalah sasaran utama. Meski kenyataan di lapangan penyerapan
tenaga kerja dari lulusan SMA dan yang sederajat masih rendah.

Jika aku adalah menteri pendidikan, maka target utamaku adalah melanjutkan program kerja
menteri terdahulu dan menyelesaikan kasus-kasus pendidikan yang sedang marak di Indonesia.
Contohnya adalah kasus kekerasan seksual yang terjadi dilingkungan pendidikan/ institusi
pendidikan. Suatu institusi pendidikan yang sejatinya merupakan tempat untuk tumbuh dan
berkembangnya peserta didik dalam urusan literasi dan juga pengembangan soft skill harusnya
menjadi suatu tempat atau ruang yang aman dan nyaman bagi mereka. Akan tetapi, nampaknya
hal tersebut tidak berlaku bagi para penyintas kasus kekerasan terhadap perempuan. Khususnya
dalam kasus kekerasan seksual. Kasus seperti ini benar-benar nyata dan banyak terjadi, baik itu
disekolah maupun Universitas dan sudah menjadi rahasia umum yang sengaja dilupakan oleh
sebagian besar pihak didalamnya. Tidak banyak korban yang berani melapor ataupun speak up
karena stigma masyarakat terhadap korban kekerasan masih sangat kuat, belum lagi jika
kekerasan seksual ini dilakukan oleh pihak yang mempunyai kuasa lebih dalam suatu institusi
pendidikan. Selain itu, tidak adanya kebijakan serta kurangnya penanganan bahkan sanksi yang
diberikan pada pelaku kekerasan yang tidak sesuai membuat minimnya tindak lanjut dari
pelaporan jika ada yang masuk

Komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi, mengatakan pada periode tahun
2015-2021 ada 67 kasus kekerasan terhadap perempuan di lingkungan pendidikan. Kekerasan
yang terjadi di lingkungan pendidikan yakni kekerasan seksual 87,91 persen, psikis dan
diskriminasi 8,8 persen. Lalu, kekerasan fisik 1,1 persen.Perguruan tinggi menempati urutan
pertama untuk kekerasan seksual di lingkungan pendidikan dengan 35 kasus pada tahun 2015
hingga 2021. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, pelaku kekerasan berbasis gender
terhadap perempuan di lembaga pendidikan bervariasi. Data dari Komnas Perempuan dari tahun
2015-2021 ada 67 pelaku – yaitu guru 28 orang, dosen 15 orang, peserta didik 10 orang, kepala
sekolah 9 orang, pelatih 2 orang, dan lain-lain 3 orang.

Jika saya adalah menteri pendidikan maka langkah yang akan saya ambil untuk menyelesaikan
kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan adalah dengan memberikan hukum pidana
bagi pelaku kekerasan seksual,dan mengeluarkan undang-undang atau peraturan yang mengatur
tentang sanksi untuk pelaku kekerasan seksual. Selain itu saya akan membuat lembaga
pengaduan dan pendampingan disetiap daerah serta rehabilitasi sosial yang mendukung secara
penuh korban kecerdasan seksual.saya juga akan sering melakukan weinar-webina pencegahan
dan perlindungan kekerasan seksual.

Selain kasus diatas aku juga akan berusaha meningktkan mutu atau kualitas pendidikan di
Indonesia. Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor
penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Hadis dan
Nurhayati (2010:3) menjelaskan dalam persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi
mutu pendidikan, diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan,
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
kegiatan proses belajar mengajar, aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang
mutakhir dan modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan yang
memadai, manajement pendidikan yang dilaksanakan secara profesional, sumberdaya
manusia para pelaku pendidikan yang terlatih, berpengetahuan, berpengalaman dan
professional.

Adapun langkah- langkah/ kebijakan yang akan aku lakukan jika aku menjadi menteri
pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melengkapi sarana dan
pasarana pendidikan, saya akan menyediakan fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang
pendidikan di Indonesia secara lengkap. Dan akan melakukan pemerataan sarana dan prasarana
di sekolah-sekolah yang ada di pelosok desa. Saya juga perlu penyempurnaan kurikulum dan
system penilaian pendidikan, meningkatkan akses dan kualitas pendidik dan tenaga
kependidikan, Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk
memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Untuk mencegah
adanya guru yang diremehkan oleh para siswa, saya sangat mengharapkan setiap guru yang akan
mengajar harus benar-benar menguasai bidang yang akan diajarkan kepada murid-murid dan
juga meningkatkan penyediaan guru yang berkualitas, peningkatan kompetensi, peningkatan
kinerja, pemberian tunjangan atau insentif bagi guru non-PNS, dan peningkatan kualifikasi
pendidikan.

Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah jika saya adalah meneteri pendidikan maka
saya akan berusaha untuk menuntaskan atau menyelesaikan kasus-kasus pendidikan di
Indonesia. Saya akan beusaha untuk meminimalkan kasus pendidikan. Dan saya akan
meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia dengan berbagai program yang saya
jalankan. Saya akan meratakan sarana dan prasarana di sekolah-sekolah baik di kota maupun
didaerah pelosok. Saya juga tidak akan membiarkan anak-anak putus sekolah karena sesuai
dengan isi undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam alinea keempat,
yaitu pemerintah negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.
saya akan memberikan beasiswa kepada anak yang benar-benar butuh. Selain itu saya juga akan
mengadakan tes kepada guru untuk melihat atau meningkatkan kualitas guru sebagai tenaga
pendidik agar nantinya menghasilkan murid yang cerdas sehingga berguna bagi nusa dan bangsa.

Daftar pustaka

Alpian, R. (2022). Perlindungan Hukum Bagi Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Di
Perguruan Tinggi. LEXRenaissance , 69-83.

Dita Anggraini Br.Siregar, D. P. (2022). PENANGGULANGAN KEKERASAN SEKSUAL


PADA ANAK DALAM DUNIA PENDIDIKAN SEXUAL VIOLENCE ON
CHILDREN IN EDUCATION. SANKSI2022: seminar nasional hukum,sosial dan
ekonomi , 212-221.

Fadly, M. (2017). Manajemen peningkatan mutu pendidikan. TADBIR: jurnal studi manajemen
pendidikan , 2016-214.

PELUNCURAN CATAHU KOMNAS PEREMPUAN 2022. (2021, september rabu). Retrieved


mei selasa, 2022, from komnas perempuan: https://komnasperempuan.go.id/kabar-
perempuan-detail/peluncuran-catahu-komnas-perempuan-2022

Anda mungkin juga menyukai