BAB V
SAMBUNGAN DAN HUBUNGAN KAYU
5.1 Pendahuluan
Sambungan (connection) pada konstruksi kayu dibutuhkan untuk
memenuhi dua aspek penting yaitu kecukupan ukuran dan tuntutan bentuk.
Ukuran kayu yang terbatas baik penampang maupun panjangnya seringkali
tidak mencukupi kebutuhan konstruksi sehingga diperlukan penyambungan
baik dalam arah memanjang maupun melebar. Sebagai contoh kebutuhan
panjang kayu konstruksi yang lebih dari empat meter harus dibuat dengan
menyambung dua batang kayu kearah memanjang, mengingat di perdagangan
umumnya panjang kayu adalah empat meter. Bentuk-bentuk konstruksi kayu
untuk memenuhi persyaratan arsitektur maupun struktur menuntut adanya
sambungan-sambungan menyudut atau menyilang. Sebagai contoh tuntutan
persyaratan arsitektur bentuk atap dan tuntutan kestabilan struktur kuda-
kuda membutuhkan sambungan-sambungan kayu menyudut antara balok
tarik dan kaki kuda-kuda.
Kekuatan dan kekakuan desain sambungan sangat menentukan
performance dari keseluruhan konstruksi kayu. Berbagai penelitian kerusakan
bangunan kayu akibat gempa bumi (earthquakes) dan angin topan (hurricanes)
menunjukkan terjadinya kerusakan pada sambungan yang dibuat secara tidak
sempurna (Breyer, et.al., 2007). Itulah sebabnya peraturan konstruksi
bangunan kayu dari berbagai negara memberikan porsi yang memadai untuk
membahas masalah sambungan.
Terdapat beberapa bahan bacaan yang membedakan antara kata
“sambungan” dengan kata “hubungan” untuk konstruksi kayu, meskipun
1
untuk bahan bacaan berbahasa inggris kedua istilah tersebut dicakup dalam
satu kata yaitu “connections”. Kata sambungan merujuk pada penambahan
panjang yaitu untuk sambungan memanjang sedangkan kata hubungan
merujuk pada penambahan lebar yaitu hubungan arah melebar atau merujuk
pada hubungan menyudut dan menyilang. Dalam bahan bacaan ini akan
digunakan istilah sambungan untuk kedua istilah hubungan dan sambungan.
Tergantung pada beban yang dipikul, terdapat dua macam
sambungan yaitu sambungan struktural dan sambungan non struktural.
Sambungan struktural digunakan untuk meneruskan beban bangunan dari
satu bagian ke bagian yang lain, misalnya beban dari kaki kuda-kuda ke balok
tarik. Sambungan non-struktural hanya menerima berat sendiri dari bagian
tersebut, misalnya sambungan melebar untuk dinding kayu. Sambungan
struktural memerlukan desain yang melibatkan berbagai gaya pada bangunan
sehingga terdapat sambungan untuk menerima gaya aksial, gaya lintang,
momen lentur, dan momen puntir.
2
Gambar A
Gambar B
Gambar C
3
Gambar D
Gambar E
Gambar F
Gambar 5.1 Sambunagn Memanjang
(Sumber: Anonim, 2002)
4
Gambar 5.2 Hubungan Kayu Melebar
(Sumber: Anonim, 2002)
Sambungan Menyudut
5
Gambar A
Gambar B
Gambar 5.3 Hubungan Kayu menyudut
(Sumber: Anonim, 2002)
Sambungan Menyilang
6
Gambar 5.4 Hubungan Kayu Menyilang
(Sumber: Anonim, 2002)
http://psbtik.smkn1cms.net/bangunan/teknik_bangunan_gedung/teknik_batu_beto
n/penyambungan_konstruksi_kayu_arah_memanjang.pdf
Berikut adalah link ke buku “Anonim, 1985, Teknologi Kayu Bergambar 13,
Sambungan Kayu, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.”
http://www.mediafire.com/download/dcnri11immqisk6/1831_Sambungan+Kayu.pd
f
7
Berikut adalah link ke buku “Anonim, 2002, Melaksanakan Pembuatan
Sambungan Arah Melebar, Departemen Pendidikan Nasional.”
http://psbtik.smkn1cms.net/bangunan/teknik_bangunan_gedung/teknik_konstruksi
_kayu/melaksanakan_pembuatan_sambungan_arah_melebar.pdf
http://psbtik.smkn1cms.net/bangunan/teknik_bangunan_gedung/teknik_konstruksil
_baja_dan_alumunium/menggambar_sambungan_kayu.pdf