Anda di halaman 1dari 4

Pelajaran 2

Sastra hikmat
Sastra hikmat adalah suatu aliran sastra yang lazim di Asia Barat Kuno. Dalam sastra
hikmat diberikan ajaran untuk hidup berhasil, atau perenungan tentang hal-hal yg
membingungkan berkaitan dengan eksistensi manusia. Ada dua jenis sastra hikmat, yakni
Hikmat dalam bentuk amsal -- pepatah-pepatah pendek dan tajam yang mengajarkan kaidah-
kaidah untuk kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi (contohnya Kitab Amsal), dan Hikmat
spekulatif, dalam bentuk monolog (seperti Kitab Pengkhotbah) atau dialog (misalnya Kitab
Ayub) yang menyelidiki masalah-masalah seperti makna eksistensi dan hubungan antara Allah
dan manusia. Hikmat spekulatif itu praktis dan empiris, bukan teoritis. Masalah-masalah
mengenai eksistensi manusia dibicarakan dengan contoh-contoh kongkret: 'Ada seorang laki-
laki... namanya Ayub.'
Barangkali akar Sastra Hikmat dapat ditemukan dalam pepatah-pepatah rakyat, pepatah
pendek yang menyatakan kaidah-kaidah untuk hidup berhasil atau menyatakan hasil pengamatan
umum mengenai hidup. Contoh-contoh dalam PL antara lain 1 Raja-raja 20:11; Yeremia 23:28;
31:29. Peralihan dari lisan ke sastra terjadi di Mesir kira-kira 2500 tahun Sebelum Masehi dan di
Sumer tidak lama sesudah itu. Di seluruh Asia Barat muncul suatu golongan, yang tugasnya
menciptakan atau mengumpulkan dan menghaluskan pepatah-pepatah hikmat
(Pengkhotbah 12:9), biasanya di bawah arahan istana atau bait suci. Dua dari raja Israel memberi
sumbangan penting dalam bidang ini: Salomo (1 Raja-raja 4:29-34) dan Hizkia (Amsal 25:1).
Pada abad 17 orang bijaksana (khakham) memperoleh kedudukan tinggi di Yehuda dan
digolongkan setingkat dengan nabi atau imam (Yer 8:8, 9; 18:18). Setelah nubuat mulai jarang
dalam periode-periode Persia dan Yunani, kedudukan orang bijaksana menjulang seperti nampak
pada karya-karya apokrifa yang penting, Yesus bin Sirakh dan Kebijaksanaan Salomo, dan
traktat Misyna Pirqe Aboth (Pepatah-pepatah nenek moyang).

Bentuk-Bentuk Sastra Hikmat


1. Amsal
Bentuk hikmat yang paling mendasar dan paling menonjol adalah amsal (Ibrani – masal). Amsal
adalah pernyataan singkat mengenai kebenaran yang diterima secara universal yang
diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat diingat. Amsal dapat dijumpai dalam bagian
kitab suci lain, bukan hanya di dalam kitab Amsal (contoh Kejadi 10:9, I Sam 24:14). Ada
banyak tipe ucapan, dan sebagaian dari genre itu disebut meshallim di dalam PL, seperti alegori
(Yeh 17:1-10), aforisme (Pkh 9:17-10:20), ucapan-ucapan popular(Yer23:28), wacana(Bil
23:7,18) atau simile (kemiripan) (I Sam 10:11). Secara intrinsic ada beberapa tipe amsal seperti
perintah (Ams 22:17-24:22), penuturan atau ucapan hikmat (Ams 22:28), Amsal bilangan (Ams
6:16-19), sinonimi (Ams 22:22-27) atau amsal antithesis (Ams 11:1-31) dan
pernyataanpernyataan yang berdasarkan fakta atau pengalaman (Ams 17:27).
2. Ucapan
Ucapan terhubung pada suatu latar khusus di dalam kehidupan umat (Kej 35:17 dan I sam 4:20)
dan tujuannya dalah didaktik.
Terdiri dari 2 tipe:
a. ucapan berdasarkan pengalaman – melukiskan situasi-situasi actual namun tetap terbuka untuk
penjelasan. Ini merupakan pengamatan namun bukan merupakan aturan-aturan yang baku contoh
Amsal 11:24, tidak memberikan nasehat namun hanya menyatakan apa yang adakalanya terjadi,
Amsal 17:28, melukiskan apa yang kadangkala memang terjadi namun bukanlah suatu aturan
umum
b. ucapan didaktik – ucapan ini kurang lazim dan bertujuan untuk memastikan suatu nilai khusus,
seperti Amsal 14:31. Perilaku yang diharpkan jelas. Tipe ucapan ini lebih dekat kepada Amsal
karena lbih memiliki sentuhan sastra.
3. Teka-teki
Teka-teki dalam bentuk murni hanya dalam Hakim-hakim 14:10-18 (teka-teki yang diberikan
Simson kepada orang filistin). Penggunaan teka-teki yang kaut di dunia Timur dekat kuno, telah
mendorong para ahli mengajukan suatu bentuk teka-teki di balik amsal-amsal bilangan seperti
Ams 6:16-19 (enam perkara yang Tuhan benci), Amsal 30:15-31 (empath al yang tidak pernah
puas, empath al yang tidak dimengerti, empath al yang menggemparkan dunia, empat binatang
kecil namun pandai, empath al yang gagah jalannya)
4. Imbauan
Imbauan merupakan salah satu bentuk dasar dari tulisan hikmat. Dalam polanya yang lazim,
suatu imbauan diikuti oleh satu klausa motivasi yang memberi tahu para pendengar mengapa
mereka harus memegang perintah itu, seperti dalam perintah sejajar dari Amsal 9:9
Imbauan Motivasi
Berilah orang bijak nasihat maka ia akan menjadi lebih bijak
Ajarilah orang benar maka pengetahuannya akan bertambah

Imbauan bisa positif (suatu perintah) atau negative (suatu larangan, contoh Amsal 22:24,25),
sementara klausa motivasi dalam contoh itu menghubungkan akibat-akibat praktis yang
dilibatkan oleh tindakan itu. Tujuan pernyataan itu adalah untuk meyakinkan pendengar hikmat
mengenai larangan yang menyususl. Adakalanya klausa motivasi tidak dinyatakan (Ams 20:18)
atau boleh jadi tersirat (Ams 24:17-18; 25:21-22), namun umumnya perintah-perintah itu
dimaksudkan untuk memicu tanggapan dan ketaatan.
5. Alegori
Walau alegori sering dijumpai dalam tulisan hikmat di Mesopotamia dan Mesir, alegori dapat
ditunjukkan secara eksplisit hanya dua kali di dalam PL yaitu Amsal 5:15-23 tentang pernyataan
figurative tentang kejahatan dari perzinahan dan berkat pernikahan, Pengkhotbah 12:1-7 tentang
hari tua dan kematian.
6. Hymne-hymne dan doa
Hymne dan doa sangat banyak terdapat dalam sastra hkmat kuno. Dua tema utama dalam hymne
hikmat adalah pemuliaan atas hikmat dan ucapan syukur kepada Allah sebagai Pencipta dan
Penebus
7. Dialog
Dapat ditemukan dalam Kitab Ayub (seperti ratapan, drama di ruang pengadilan dan pengakuan),
bentuk dialog menrupakan sub genre utama dalam kitab Ayub. Kitab ini disusun diseputar
rangkaian dialog antara Ayub, teman-temannya dan Allah.
8. Pengakuan
Pengakuan bersifat otobiografi dan memakai masalah yang telah dialami oleh para patriakh
sebagai contoh bagi orang lain. Pengkhotbah dapat ditempatkan sebagai contoh yang dengan
gamblang mengakui pergumulannya dengan kehadiran Allah dan makna di dalam dunia yang
sia-sia dan sekuler. Contohnya Pkh 1:12-2:26 memperlihatkan kekosongan yang dirasakan
dalam hidup yang sering dialami orang berkuasa. Ayub 29-31, 39:37-38, 42:1-6 – merupakan
curahan hati Ayub di depan teman-temannya dan Allah
9. Onomastika
Daftar-daftar hikmat atau onomastika merupakan genre yang lazim bagi budaya Mesir dan
Mesopotamia. Contohnya Maz 148, Ayub 28, 38:27-37, 39:2-3
10. Ucapan-ucapan berkat
Ucapan berkat sering dijumpai dan menambahkan suatu nada yang khas teologis, contoh Maz
1:1, Maz 112:1, Ams 28:14. Berisi janji mengenai kehidupan yang Bahagia dan Makmur dan
janji-janji yang akan datang dari berkat-berkat Allah.
Dalam PB Yesus dianggap sebagai guru Hikmat dan Kitab Ibrani dan Yakobus sebagai
sastra hikmat.

Prinsip-prinsip hermeneutic sastra hikmat


1. Perhatikanlah bentuk dari suatu ucapan hikmat. Apakah bentunya amsal atau ucapan didaktik
yang lebih Panjang, atau alegeori atai dialog. Tiap subgenre memiliki aturan sendiri untuk
penafsiran dan memperhatikan tipe ucapan itu sangatlah perlu bagi pemahaman.
2. Bertanyalah apakah konteksnya penting. Meskipun konteks penting, kita perlu mengumpulkan
berbagi amsal ke dalam daftar-daftar topical atau subyek, dan kemudian memperhatikan
pengaruh rujukan silang dari ucapan-ucapan yang mirip satu sama lain
3. Pastikan apakah ada hiperbola. Banyak pernyataan secara sengaja dibesar-besarkan dan kita
harus mendeteksi situasi-situasi seperti ini. Ucapan hikmat ditulis untuk diingat, jadi mereka
lebih merupakan pernyataan-pernyataan yang ringkas dan penuh makna yan glebih menyukai
keahlian retorika ketimbang ketepatan.
4. Perikop-perikop yang sulit harus diterapkan secara lintas budaya kepada situasi yang analogis
hari ini. Banyak dari ucapan hikmat itu bergantung pada kebiasaan kuno dan tidak dapat
dipahami dari sudut pandang modern. Prinsip universal yang dikandung dalam ucapan-ucapan
seperti ini harus disarikan dan diterapkan Kembali pada situasi masa kini.

Meskipun merupakan gejala internasional, seperti diakui oleh PL (Edom - dalam 1 Raja-
raja 4:31; Obaja 8; Yeremia 49:7; dan Mesir - dalam Kej 41:8; 1 Raj 4:30; Yes 19:11-15 yang
paling terkenal), Sastra Hikmat memperlihatkan ciri khas Israel. Orang bijaksana Israel
mengakui bahwa hikmat yang sesungguhnya berasal dari Allah (bandingkan Ayub 28).
Pengaruh nabi-nabi Israel atas hikmat Israel tidak dapat diabaikan. H Wheeler Robinson
(Inspiration and Revelation in the Old Testament, 1946, hlm 241) mendefinisikan gerakan
hikmat sebagai 'pengajar penerapan kebenaran nabi-nabi pada hidup pribadi dalam terang
pengalaman'. Nabi-nabi seperti Amos, Yesaya dan Yeremia kadang-kadang memakai bentuk,
teknik dan ajaran Hikmat guna memperkaya dan memperkuat amanat-amanatnya..
Sastra hikmat dapat memiliki arti denotative (makna dalam alam wajar secara eksplisit.
makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya) ataupun konotatif (makna
asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual), selain itu gaya sastra ini sangat kaya akan gaya
bahasa. Yang terkategori sastra hikmat adalah kitab-kitab syair dan beberapa puisi dalam kitab-
kitab lainnya. Misalnya saja, pada saat kita membaca Mazmur 1, kita akan menemukan beberapa
istilah yang berarti denotatif (misalnya pada istilah berbahagia, merenungkan, taurat Tuhan)
namun dalam bagian lainnya kita akan menemukan kata-kata yang memiliki makna konotatif
(misalnya siang-malam, berjalan, duduk).
Salah satu kesalahan penafsiran yang cukup serius dalam membaca kitab hikmat adalah
kita menafsirkan yang denotative secara konotatif dan yang konotatif secara denotative. Hal ini
dapat terjadi, misalnya saja pada saat kita membaca tradisi kejatuhan iblis dalam Yehezkiel 28:1-
12, walaupun istilah raja Tirus memang dapat saja mensimbolkan iblis, tetapi jika kita membaca
Yehezkiel 28:1 yang mengatakan padahal engkau adalah manusia, maka kalimat ini menjadi
persoalan yang serius, bila kita menafsirkan ayat ini untuk iblis. Sebab kalimat dalam ayat 1
tidak dapat tidak harus diartikan secara denotative.
Dalam Alkitab, beberapa tulisan yang dapat dikategorikan sebagai sastra hikmat adalah
Ayub, Amsal dan Pengkhotbah.

Anda mungkin juga menyukai