Anda di halaman 1dari 3

Y A K U S A

Re-TORIKA
Retorika (dari bahasa Yunani: , rhtr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi
untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles
mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias,
secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan
lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling
bekerja sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969)
sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah
berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika
klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis
atas teks tertulis dan visual.

Urain sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani dipulau
Sicilia. Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena. Negeri itu sedang tumbuh sebagai
Negara yang kaya. Kelas pedagang cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga
terbuka pada gagasan-gagasan baru. Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan
kemampuan berpikir yang jernih dan logis, serta berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias memenuhi
kebutuhan pasar ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang
puitis dan teknik berbicara impromptu. Ia meminta bayaran yang mahal, sekitar 10 Drachma ( $
10.000) untuk seorang murid saja. Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu
kota ke kota yang lain. Mereka adalah "dosen-dosen terbang".

Dalam doktrin retorika Aristoteles terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu deliberatif, forensik dan
demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan
sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada
apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran.
Retorika demonstartif memfokuskan pada epideiktik, wacana memuji atau penistaan dengan tujuan
memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.

Gorgias adalah seorang filsuf yang termasuk sebagai kaum sofis. Di antara kaum Sofis, hanya Protagoras
yang lebih terkenal darinya. Selain sebagai filsuf, ia terkenal di bidang retorika. Seperti kaum sofis
lainnya, ia juga mengajar dan mengumpulkan murid-murid.

Gorgias menulis sebuah buku berjudul "Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam" (On Not Being or
On Nature). Selain itu, ia juga menulis beberapa buku tentang retorika, yang mana hanya beberapa
fragmen yang masih tersimpan. Dua karya yang diketahui ditulis oleh Gorgias adalah Encomium of Hellen
dan Defence of Palamedes.

Erickson, Keith V. (ed.). 1974. Aristotle: The Classical Heritage of Rhetoric , Metuchen, NJ
Burnyeat, Myles. 1994. Enthymeme: The Logic of Persuasion. In DJ Furley and A. Nehamas (eds.), Aristotle's Rhetoric . Princeton:
Princeton University Press. 3-55.
Cooper, John M. 1993. Rhetoric, Dialectic, and the Passions. In Oxford Studies in Ancient Philosophy 11: 175-198

BASIC TRAINING SEJAJARAN HMI KOMISARIAT IAIN AMBON-OKTOBER 2014 1


Y A K U S A

Georgias lahir di Leontinoi, Sisilia. Ia lahir sekitar tahun 483 SM dan meninggal dunia tahun 375 SM
pada usia 108 tahun. Ia adalah murid dari filsuf Empedokles dan dipengaruhi juga oleh dialektika Zeno.
Pada tahun 427 SM, ia datang ke Athena sebagai duta dari kota asalnya untuk meminta bantuan melawan
kota Syrakusa. Ia mengelilingi kota-kota Yunani, terutama Athena. Di Athena Gorgias mengalami sukses
besar sebagai orator.

Di dalam karya "Tentang yang Tidak Ada atau tentang Alam", Gorgias menyatakan pandangannya tentang
ketidakmungkinan manusia mengetahui sesuatu. Ada tiga tesis yang menjadi dasar argumentasinya:

1. Tidak ada sesuatupun.


2. Jikalau sesuatu itu ada, maka sesuatu itu tidak dapat dikenal.
3. Seandainya sesuatu itu ada dan dapat dikenal, sesuatu itu tidak dapat dikomunikasikan dengan orang lain.
Apa yang dimaksudkan oleh Gorgias di sini bukanlah suatu skeptisisme ataupun nihilisme. Ia menggunakan metode
berargumentasi Mazhab Elea, khususnya Zeno dan Melissos, untuk memperlihatkan bahwa cara berargumentasi
mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil.

Setelah Gorgias mengarang karya "Tentang yang Tidak Ada atau tentang Alam", ia meninggalkan filsafat dan
menekuni retorika. Menurut Gorgias, ia tidak mengajarkan suatu nilai tertentu. Setiap manusia memiliki pandangan
tentang nilai secara berbeda. Misalnya, apa yang dianggap bernilai oleh laki-laki, dapat dianggap tidak bernilai bagi
perempuan. Karena itu, amatlah penting bagi seorang orator untuk dapat meyakinkan orang lain tentang suatu hal,
sehingga orang lain mengikuti pendapat orator tersebut. Inilah kekuatan terbesar yang dapat dimiliki manusia. Dengan
demikian, retorika adalah seni untuk meyakinkan orang lain. Hal itu ditunjang dengan gaya bahasa tertentu, serta
pentingnya mengemukakan alasan-alasan yang tidak hanya menyentuh akal budi, tetapi juga hati pendengarnya.
Sebagai contoh keberhasilan retorika, ia memakai tokoh Helen yang berhasil dipersuasi untuk meninggalkan Menelaus
dan ikut dengan Jason.

Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani en artinya di dalam dan thymos artinya pikiran adalah
sejenis sylogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan
keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang
lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk
selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk
pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada
demonstrasi.
Gorgias memiliki seorang murid bernama Isokrates. Isokrates adalah seorang orator ternama. Di
kemudian hari, ia membuka sekolah ilmu retorika di Athena yang menjadi saingan berat dari Akademia
Plato.
Isokrates mampu membawa pengaruh besar terhadap para pimpinan. Pada akhirnya, dari Isokrates-lah, aliran
Gorgias tersebarkan. Gorgias menjadi ternama lewat kepiawaian Isokrates. Ia mampu mempengaruhi para pemikir
besar di masa itu. Dari sinilah, kemudian ilmu Retorika menjadi trend. Para ilmuan banyak mendalami teori-teori
Gorgias lewat Isokrates. Karena, hanya Isokrates-lah yang mengetahui betul keberadaan dan posisi Gorgias.
Dimensi Retorika Dalam Ruang
Retorika Rasulullah diajarkan oleh Allah Swt.
Rasul merupakan manusia pilihan, yang membawa ajaran dari Allah Swt secara utuh, kepada seluruh umat, bukan
hanya kepada umat Islam.

Allah Swt membimbing Rasul sehingga beliau terjaga dari adanya kesalahan. Semua yang dikatakan benar adanya.

BASIC TRAINING SEJAJARAN HMI KOMISARIAT IAIN AMBON-OKTOBER 2014 2


Y A K U S A

Protokol. Istilah protokol tidak merujuk pada manusia atau orang.

Protokol bukan orang, tapi sistem atau aturan. KBBI mengartikannya sebagai peraturan upacara di
istana kepala negara atau berkenaan dengan penyambutan tamu-tamu negara dsb., dan tata cara
(upacara dsb) yang secara internasional berlaku dalam hubungan diplomatik. Menurut KBBI, protokol
dalam bahasa percakapan sehari-hari merujuk pada orang yang bertugas mengatur jalannya upacara.

Protokoler. Menurut KBBI, protokoler artinya berhubungan (berkaitan) dengan protokol atau bersifat
keprotokolan.

Sebagai tata acara, protokol bersifat internasional. Ia mengatur bagaimana seharusnya hubungan antarnegara dan
acara yang melibatkan pejabat negara yang berbeda dilakukan.

Menurut Encyclopedia Britannica (1962), protokol adalah serangkaian aturan keupacaraan dalam segala
kegiatanresmi yang diatur secara tertulis dan dipraktikkan yang meliputi bentuk-bentuk penghormatan terhadap
negara, jabatan kepala negara atau jabatan menteri yang lazim dijumpai dalam seluruh kegiatan antar bangsa.
Dalam konteks Indonesia, UU No. 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan mendefinisikan protokol atau
keprotokolan sebagai serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan atau acara
resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada
seseorang sesuai dengan jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.

Protokol dalam pengertian pengatur acara bertugas menentukan pembawa acara, mengurus soal dokumentasi,
konsumsi, penerimaan tamu, hiburan, perlengkapan, keamanan, dan hal lain yang menunjang kesuksesan acara

BASIC TRAINING SEJAJARAN HMI KOMISARIAT IAIN AMBON-OKTOBER 2014 3

Anda mungkin juga menyukai