Anda di halaman 1dari 3

Nama: Dio Rizki Tando

Npm: 187110190

Jurusan : administrasi publik

Retorika

Retorika adalah cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat
argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika.Retorika (berasal dari bahasa Yunani:
ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi
untuk menghasilkan bujukan baik terhadap karakter pembicara, emosional, atau argumen.
Berbicara ataupun berbahasa merupakan kunci utama dari retorika. Dari sisi historis, retorika
dimaksudkan dengan apa yang ingin dicapai didasarkan bakat dan keterampilan sebagai kesenian
berbicara dengan baik, hal inilah yang disebut retorika. Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam
sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias,
secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan
menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato,
persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam
merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.Ini yang dikatakan Kenneth Burke
(1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun,
definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di
universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah
disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis
dan visual. Misalnya, ketika seseorang menjadi pandai menggunakan retorika terhadap orang
lain, orang itu akhirnya tanpa sadar menggunakannya pada diri sendiri

Sejarah Retorika

Dari sejarah klasik, hingga modern retorika dengan perkembangan yang dinamis pernah
kehilangan dasar dan tujuannya.

Sebab intervensi kaum intelektual dan politik hanya ingin secara eksklusif mengajarkan retorika
kepada sesama masyarakat sipil.

Retorika Klasik

Sejarahnya retorika pertama tercetuskan di Romawi, dalam babak klasik sebagai pokok penting
lahirnya konflik, spekulasi, hukum berpihak, dan sistem yuridis peradaban barat.

Dalam buku Jalaluddin Rakhmat “retorika modern, pendekatan praktis”. Mulanya seorang
cendekiawan bernama Cicero berhasil memikat hati Caesar Romawi yang terpukau, ketika
bahasa rumit menjadi sangat mudah meski dalam bahasa yang sederhana.

Penuturan cicero bukan hanya memukau tapi memanggil banyak pemuda untuk ikut mempelajari
dan berkumpul untuk sekedar mendengarkan pidato Cicero.
Di tahun 334SM sokrates termasuk penutur retoris yang mampu menarik minat pemuda di
zamannya agar tidak menerima begitu saja pihak penguasa.

Dan itu secara dramatis terkisahkan ketika dia menghadapi masa-masa dipenjara dan akhirnya
bunuh diri.

Pada zaman klasik, Plato melalui karya berjudul georgias 380 SM menghadirkan nuansa retorika
dalam teknik lanjutan dari plato.

Sebagaimana dalam buku Edward Schiappa “the beginning of rethorical theory in classical
Greece” tahun 1999. 

Tidak sampai situ, aristoteles membuka sekolah logika ikut serta membangun teori baru dari
retorika agar tidak kehilangan dasar ilmunya.

Awal sejarah klasik berjalan sebagai ruang demokratis. Yang dikuasai oleh bangsawan namun
perkembangan retorika dalam 3 teknik dan 5 canon mengubah banyak persoalan termasuk
kebiasaaan berselisih.

Meski bermula di prasokrates (sebelum Sokrates) tapi konsep berpikir idealis telah berlawanan
diantara Athena-Sparta.

Perselisihan apik terjadi ketika Yunani selalu mencintai prajurut spartanya meski mengangkat
budaya intelektual pemuda athena.

Athena sangat memajukan retorika dalam falsafah dan sajak-sajak melankoli penuh makna,
sementara para sparta melakukan retorika dalam puisi-puisi militant.

Orasi lantang politis kenegaraan. Ada banyak tokoh berpengaruh dalam retorika klasik di yunani,
Protagoras, hippias, Isocrates dan beberapa dari kaum sophis.

Kaum Klasik Yunani

Sejarah klasik yunani,oleh K Bartens dalam buku sejarah peradaban filsafat barat.

Sebab kebesaran filsafat bermula dari 3 pola retorika yakni deliberative, forensic, dan
demokratif.

Dari pola ketiganya melahirkan pula 5 canon (baca Five Canon), kelima teknik ini juga membuat
teknik retorika. Semakin sulit dipelajari. Tapi jika telah dikuasai genggaman kepercayaan begitu
mudah teradopsi.

5 canon bukanlah hal baru dalam tradisi berpikir romawi. Kelimanya adalah aturan yang sama
dilakukan pada teknik logika silogisme.
Penemuan, pengaturan, gaya, ingatan, dan penyampaian, adalah skema yang dibuat agar retorika
punya dasar dan layak keabsahaannya.

Untuk rekor retorika klasik yang berkembang saat abad 13-14, budaya spekulasi dalam politik
dan persidangan sangat kental sehingga pada peradabannya selalu mengalami perkembangan.

Deliberative adalah adalah menyampaikan sebuah gagasan yang berfokus pada kondisi kesinian
sebagai patokan, efek yang teradi sebuah kebiakan akan berpengaruh pada kondisi saat itu.

Forensik adalah gagasan yang lahir dari pengalaman masa lalu sebagai bahan dasar
pertimbangan untuk membuat kebijakan saat ini.

Sementara demonstrative adalah gagasan dari nilai positive dan negative, untuk menjatuhkan
satu posisi dengan menuukkan kelebihan kondisi yang satunya. Ini kita kenal dengan epideiktik
yakni memuji dan menista.

Anda mungkin juga menyukai