Anda di halaman 1dari 9

siti zubaidah jamilah

PROGRAM TINDAK LANJUT HASIL BELAJAR


A.    Belajar Tuntas (Mastery Learning)
1.      Hakikat Belajar
Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah
laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi
karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar mengandung pengertian terjadinya
perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku.
Menurut  Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi  pengalaman belajar yang tepat
bagi siswa. Selanjutnya ditegaskan bahwa  tugas guru adalah membantu siswa menjalin
pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama.
Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar yang lama akan melekat pada struktur
kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi siswa.  Sedangkan Menurut Vygotsky 
(2001), terdapat hubungan yang erat antara pengalaman sehari-hari dengan konsep
keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan secara kualitatif antara berpikir kompleks dan
berpikir konseptual. Berpikir kompleks didasarkan atas kategorisasi objek berdasarkan suatu
situasi, sedangkan berpikir konseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.
Pengembangan kemampuan menganalisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman
sehari-hari pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak
ditentukan oleh  pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada tipe spesifik
interaksi sosial. Menurut Ausubel (1969), pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam
memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna.
Pengalaman belajar adalah interakasi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya
siswa mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala,
peristiwa,  percobaan, dan sejenisnya.   Agar pengalaman belajar yang baru menjadi
pengetahuan baru,  semua  konsep dalam matapelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di
lapangan.
2.      Kategori Belajar
Ada beberapa kategori dalam belajar, yaitu:
1.      Keterampilan sensosimotor.
2.      Belajar asosiasi.
3.      Keterampilan pengamatan motoris.
4.      Belajar konseptual.
5.      Cita-cita dan sikap.
6.      Belajar memecahkan masalah.
3.      Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip belajar yang harusdpperhatikan oleh guru, yaitu:
(1)   Belajar senantiasa bertujuan dengan pengembangan prilaku peserta didik,
(2)   Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motifasi tertentu,
(3)   Belajar dilaksanakan dengan latihan,
(4)   Belajar bersifat keseluruhan,
(5)   Belajar membutuhkan bimbingan,
(6)   Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dariluar,
(7)   Belajar sering dihadapkan dengan masalah dan cara memecahkannya,
(8)   Hasil belajar dapat ditrasferkan ke dalam situasi lain
(9)      Belajar adalah hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan            perilakunya,
(10) Belajar memerlukan proses dan bertahap serta kematangan diri peserta didik,
(11) Belajar melalui praktik akan lebih efektif,
(12) Bahan belajar yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari.
UNESCO telahh mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal dengan empat pilar dalam
kegiatan belajar. (A. Suhaena Suparno, 2000);
1.      Learning to know, memfokuskan tentang pengetahuan dasar dan umum,
2.      Learning to do, kecakapan manusia yang melengkapi berfikir, berprakarsa dan mengasah
rasa,
3.      Learning tio live togerher, seseorang ditekankan untuk mampu hidup bersama,
4.      Learning to be,ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.

4.      Hakikat Belajar Tuntas (Mastery Learning)


Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah pola
pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian
kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan siswa dalam belajar, strategi belajar
tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan
kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan
perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar
pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap
perbedaan individual masing-masing siswa.
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan individu, maka
pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang berasaskan maju
berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu pendekatan sistem, yang merupakan salah
satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran, harus benar-benar dapat diimplementasikan.
Salah satu caranya adalah, standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara
jelas, dan pembelajaran dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units), di mana
siswa belajar selangkah demi selangkah dan baru boleh beranjak mempelajari kompetensi
dasar berikutnya setelah menguasai suatu/sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan
menurut kriteria tertentu. Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang mempelajari
unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya
jika peserta didik  yang bersangkutan misalnya telah menguasai sekurang-kurangnya 75 %
dari kompetensi dasar yang  ditetapkan.
Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran
dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga
pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perbedaan antara
pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas
dilakukan melalui azas-azas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada
umumnya tidak/kurang  memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta
didik secara individual.
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas terutama dalam
hal-hal berikut ini:
a.       Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan
sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan peserta didik
b.      Peserta didik baru dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar
menguasai materi tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
c.       Pemberian bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik yang belum mencapai taraf
penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, pengajaran tutorial sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan masing-masing peserta didik.

Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan Pembelajaran


Konvensional
Pembelajaran Pembelajaran
Langkah Aspek Pembeda
Tuntas Konvensional
A.  Persiapan 1.     Tingkat ×    Diukur dari Diukur dari
ketuntasan performance siswa performance peserta
dalam setiap unit didik yang dilakukan
(satuan kompetensi secara acak
atau kompetensi das
ar)
×    Setiap peserta
didik harus
mencapai nilai 75
2.    Satuan  Acara Dibuat untuk satu Dibuat untuk satu
Pembelajaran minggu minggu pembelajaran,
pembelajaran, dan dan hanya dipakai
dipakai sebagai sebagai pedoman guru
pedoman guru serta
diberikan
kepada peserta didik
3.    Pandangan Kemampuan hampir Kemampuan peserta
terhadap sama, namun tetap didik dianggap sama
kemampuan peser ada variasi
ta didik saat
memasuki satuan
pembelajaran
tertentu

B.  Pelaksanaan 4.    Bentuk Dilaksanakan Dilaksanakan


pembelajaran pembelajaran melalui pendekatan sepenuhnya melalui
dalam satu unit klasikal, kelompok pendekatan klasikal
kompetensi atau dan individual
kemampuan dasar

5.    Cara Pembelajaran Dilakukan melalui


pembelajaran dilakukan melalui mendengarkan (lecture),
dalam setiap penjelasan tanya jawab, dan
standar guru (lecture), membaca (tidak
kompetensi atau membaca secara terkontrol)
kompetensi dasar mandiri dan
terkontrol,
berdiskusi, dan
belajar secara
individual

6.    Orientasi Pada terminal Pada bahan


pembelajaran performance peserta pembelajaran
didik (kompetensi
atau
kompetensi dasar)
secara individual
7.    Peranan guru Sebagai pengelola Sebagai pengelola
pembelajaran untuk pembelajaran untuk
memenuhi memenuhi kebutuhan
kebutuhan peserta seluruh peserta
didik secara didik dalam kelas
individual
8.    Fokus kegiatan Ditujukan kepada Ditujukan
pembelajaran masing-masing peser kepada peserta
ta didik secara didik dengan
individual kemampuan menengah
9.    Penentuan Ditentukan Ditentukan sepenuhnya
keputusan oleh peserta oleh guru
mengenai satuan didik dengan
pembelajaran bantuan guru

C.  Umpan Balik 10. Instrumen umpan Menggunakan Lebih mengandalkan


balik berbagai jenis serta pada penggunaan tes
bentuk tagihan objektif untuk
secara berkelanjutan penggalan waktu
tertentu
11. Cara membantu Menggunakan sistem Dilakukan oleh guru
siswa tutor dalam diskusi dalam bentuk tanya
kelompok dan tutor jawab secara klasikal
yang dilakukan
secara individual
5.      Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
a.    Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dalakukan dengan pendekatan diagnostik preskriptif. Strategi
pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun
kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (kelas), tetapi mengakui
dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara
optimal. Langkah-langkahnya adalah: mengidentifikasi prerequisite, membuat tes untuk
mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah
pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan
bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai metode (multi metode) pembelajaran harus
digunakan untuk kelas atau kelompok. Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada
pendekatan tutorial dengan kelompok kecil, tutorial orang per orang, pembelajaran
terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter,
1996 dalam Direktorat PLP Depdiknas, 2003).
b.   Peran Guru dalam Pembelajaran Tuntas
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam
mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan
mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller,
yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi atau objek belajar.
Peran guru dalam pembelajaran tuntas adalah:
(1)     Menjabarkan atau memecah KD ke dalam satuan-satuan (unit) yang lebih kecil dengan
memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
(2)     Mengembangkan indikator berdasarkan cakupan dan urutan unit
(3)     Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
(4)     Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
(5)     Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor,
dan afektif)
(6)     Menggunakan teknik diagnostik
(7)    Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang mengalami
kesulitan peserta didik.
c.       Peran Peserta Didik dalam Pembelajaran Tuntas
Kurikulum 2013 sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai
subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya
melainkan peserta didik dan yang akan dikerjakannya. Oleh karena itu, yang menganut
pendekatan pembelajaran tuntas, peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu
belajar yang diperlukan. Artinya peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan
pencapaian kompetensi. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta
ketekunan peserta didik secara individual.
d.      Evaluasi dalam Pembelajaran Tuntas
Ketuntasan belajar dalam Kurikulum 2013 ditetapkan dengan penilaian acuan patokan
(criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar.
Asumsi dasarnya adalah:
(1)     bahwa semua peserta didik bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda
(2)     standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus.
Sedangkan Sistem evaluasinya menggunakan ujian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
(1)     ujian dengan sistim blok,
(2)     Tiap blok terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD),
(3)     Hasil ujian dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan program
pengayaan,
(4)     Ujian mencakup aspek kognitif dan psikomotor,
(5)     Aspek afektif diukur melalui pengamatan dan kuesioner.
Sistem penilaian dalam Kurikulum 2013 mencakup: jenis tagihan dan bentuk
instrument  atau soal. Dalam pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan dikemas dalam sub-sub
KD sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Peserta didik dimungkinkan dapat
menilai sendiri hasil tes-nya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan
segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan, meskipun umumnya disepakati
pada skor 75, namun batas ketuntasan yang paling realistik adalah ditetapkan oleh sekolah
atau daerah.
B.     Pengembangan Remedial
1.    Pengertian
Remidial berasal dari kata remidy artinya : obat, memperbaiki, menolong. Pemebelajaran
remidial adalah suatu pembelajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkandan
membuatnya lebih baik bagi peserta didik yang hasil belajarnya masih dibawah standar yang
telah ditetapka oleh guru atau sekolah. Latar belakang pembelajaran remidial adalah :
a.    Adanya perbedaan peserta didik dalam menangkap dan menyerap materi pembelajaran;
b.    Adanya tuntutan belajar tuntas yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan peserta didik mengusai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun
kompetensi dasar mata pelajaran. Sedangkan asumsi belajar tuntas adalah :
1)        penyebaran tingkat penguasaan belajar peserta didik mengikuti distribusi atau kurva
normal,
2)        bakat, pembawaan, minat,IQ, EQ dan SQ menentukan keberhasilan belajar peserta didik
3)        semua peserta didik akan dapat menguasai secara tuntas bahan pelajaran  yang diberikan,
asalkankepada mereka diberiikan waktu yang cukup dan pelayanan yang sesuai dan tepat.
2.      Tujuan Dan Prinsip Pembelajaran Remidial
Tujuan pembelajaran remidial adalah : peserta didik bisa lebih memahami dirinya, peserta
didik dapat memperbaiki cara belajar keaarah yang lebih baik, peserta didik dapat memilih
fasilitas dan materi belajar secara tepat, peserta didik dapat melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan padanya. Setelah itu ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi
penyebab kesulitan belajarnya.
Sedangkan prinsip-prinsip yang harus diperhaikan dalam pembelajaran tuntas adalah:
penyiapan pembelajaran, merancang pembealajran secara tepat, merancang belajar bermakna,
memberikan arahan yang jelas, rumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yang
dialami peserta didik, meningkatkan motivasi belajar, mendorong peserta didik berpartisipasi
aktif dalam kelas, fokus dalam proses pembelajaran, memperlihatkan kepedulian terhadap
individu peserta didik.
3.      Fungsi pembelajaran remidial
Fungsi korektif, Fungsi pemahaman, Fungsi pengayaan, Fungsi penyesuaian, Fungsi
akselerasi, Fungsi tereufautik.
4.      Sasaran Pengembangan Remedial
Kelompok peserta didik yang masuk dalam sasaran pengembangan remedial adalah:
a.       Kemampuan mengingat relatif kurang
b.      Kurang memperhatikan
c.       Kemampuan memahaminya lemah
d.      Kurang memotifasi diri
e.       Kurang percaya diri
f.       Lemah dalam memecahkan masalah
g.      Sering gagal dalam menyimak
h.      Sulit memahami konsep yang abstrak
i.        Gagal menghubungkan konsep yang relevan
j.        Memerlukan waktu lama
5.      Metode Pengembangan Remedial
Kegiatan remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau
kelompok peserta didik. Dalam melaksanankan pembelajaran remedial dapat menerapkan
berbagai metode dan media sesuai kesulitan serta menekankan pada segi kekuatan yang
dimiliki peserta didik.
6.      Prosedur Pelaksanaan Pengembangan Remedial
Pengajaran remedial dilaksanakan setelah pengajaran biasa (klasikal), pengajaran remedial
berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi:
a.       Tujuan,
b.      Strategi
c.       Bahan
7.      Langkah-langkah Pengembangan Remedial
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan remedial,adalah:
a.       Mengidentifikasi kesulitan peserta didik
b.      Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar
c.       Menentukan sebab ketulisan
d.      Menyusun rencana kegiatan
e.       Melakukan kegiatan remedial
f.       Menilai kegiatan remedial
C.    Pengembangan Pengayaan
1.      Hakikat Pengembangan Pengayaan
Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik
yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua
peserta didik dapat melakukannya. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk mengetahui
kemampuan peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum
pembelajaran dimulai. Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
strategi seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri,
dan lain sebagainya. Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga berbagai media
seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio,
slide, video, komputer multimedia, dan lain sebagainya.
Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung, diadakan penilaian proses dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen
dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Penilaian proses juga digunakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai hambatan-hambatan.
Program pengayaan adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik
yang belajar lebih cepat. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta
didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk
membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
2.      Jenis Pengembangan Pengayaan
Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
a.       Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta
didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara
regular tidak tercakup dalam kurikulum.
b.      Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan
pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran
mandiri.
c.       Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan
belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah. Pemecahan masalah
ditandai dengan:
(a)    Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;
(b)   Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan;
(c)    Penggunaan berbagai sumber;
(d)   Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
(e)    Analisis data;
(f)    Penyimpulan hasil investigasi.
3.      Pelaksanaan Pengembangan Pengayaan
Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun kualitas
belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah
sistematis, yaitu:
1.      Mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik,
2.      Memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
a.      Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
1)   Tujuan
Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta
tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi:
a)    Belajar lebih cepat. Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai dengan
cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
b)   Menyimpan informasi lebih mudah Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan
informasi lebih mudah, akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam memori/
ingatannya dan mudah diakses untuk digunakan.
c)    Keingintahuan yang tinggi Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa
seorang peserta didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.
d)   Berpikir mandiri. Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih
menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
e)    Superior dalam berpikir abstrak. Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak
umumnya menyukai kegiatan pemecahan masalah.
f)    Memiliki banyak minat. Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi
dalam banyak kegiatan.
2)     Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik
dapat dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes inventori, wawancara, pengamatan, dan
sebagainya.
a)      Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan spasial,
interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dan
lain sebagainya.
b)      Tes inventori. Tes inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data
mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar, dan lain sebagainya.
c)      Wawancara. Wanwancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta
didik untuk menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
d)     Pengamatan (observasi). Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku
belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun
tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
b.   Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan antara lain melalui:
1)      Belajar Kelompok.
2)      Belajar mandiri.
3)      Pembelajaran berbasis tema.
4)      Pemadatan kurikulum.
Perlu dijelaskan bahwa panduan penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini terutama
terkait dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah biasa. Namun demikian
kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan tugas terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur.
D.    Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
1.      Cakupan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik sebagai pertanggungjawaban lembaga
sekolah kepada orang tua/wali peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait
lainya. Pelaporn hasil belajar hendaknya memuat:
A.    Rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
B.     Informasi yang jelas, komprehensif dan akurat tentang perkembangan peserta didik.
C.     Bahan informasi kepada orang tua tentang perkembangan hasil be\elajar anaknya.
2.      Bentuk Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
Laporan kemajuan belajar peserta didik disajikan dalam data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), dan data kualitatif disajikan dalam bentuk
deskripsi. Laporan hasil belajar peserta didik yang dibuat oleh guru dan wali kelas. Bentuk
laporran dapat berupa lembaran, buku, dan buku yang disertai lembaran.
3.      Isi Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
Laporan hasil belajar memuat informasi sebagai berikut:
a.       Identitas peserta didik
b.      Perkembangan peserta didik
c.       Potensi peserta didik yang perlu dikembangkan
d.      Partisipasi peserta didik dalam kegiatan di sekolah
e.       Rekomendasi bagi peserta didik dan orang tua/wali
f.       Tanda tangan wali kelas, Kepala Sekolah dan orang tua/wali peserta didik.
4.      Rekap Nilai
Rekapitulasi nilai merupakan rekap kemajuan peserta didik oleh guru, yang berisi
informasi pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD dalam kurun waktu 1
semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil
belajar peserta didik.
5.      Rapor
Rapor dalah laporankemajuan peserta didik dalam kurun waktu satu semester. Rapot
berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah di tetapkan dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Nilai rapot adalah nilai pelajaran yang menggambarkan
kemampuan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai