Anda di halaman 1dari 59

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA


Lingkup Hak Cipta
Pasal 2
1. Hak cipta merupakan Hal Eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
(1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, dan menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pedana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

PENGETAHUAN LOKAL: ETNOAGRONOMI KABUPATEN LUMAJANG


Intan Sari Junnyarti, Dr. Iis Nur Asyiah, S.P., M.P., dan Dra. Pujiastuti, M.Si.

Desain Sampul Depan dan Ilustrator: Intan Sari Junnyarti


Isi dan Telaah Materi: Intan Sari Junnyarti, Dr. Iis Nur Asyiah, S.P., M.P., dan Dra. Pujiastuti, M.Si.

Copyright ©2021 oleh Universitas Jember

Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokopi, dan memperbanyak dalam bentuk apapun, baik sebagian
ataupun keseluruhan isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Universitas Jember

© HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UDANG-UNDANG

iii
PRAKATA
Indonesia merupakan salah satu negara ditanam oleh nenek moyang sebagai
yang memiliki potensi pertanian yang sangat etnoagronomi.
bagus, sehingga Indonesia dikatakan sebagai Kajian etnoagronomi merupakan
negara agraris terbesar di dunia. Namun, dasar perencanaan dan pengambilan
pembangunan Indonesia di sektor pertanian saat kebijakan pengembangan potensi pertanian
ini belum menunjukkan hasil yang maksimal dalam meningkatkan nilai produksi dengan
berdasarkan tingkat kesejahteraan petani dan mempertahankan aspek konservasi sebagai suatu
konstribusinya pada pendapatan nasional. kearifan lokal di dalamnya dengan berbasis back
Pembangunan pertanian di Indonesia to nature. Sehingga potensi pertanian yang
dianggap penting dari seluruh pembangunan dikembangkan dapat menjadi lebih baik dan
nasional, beberapa hal yang mendasari peranan dapat memberikan dampak yang efektif dan
penting dari pembangunan pertanian di efisien.
Indonesia, meliputi: potensi SDA yang besar dan Adanya pengetahuan lokal mengenai
beragam, penyuplai pendapatan nasional pengelolaan lingkungan yang termasuk ke dalam
terbesar, dan penyuplai ekspor nasional yang komponen agronomi yang meliputi: Penentuan
besar. Program-program pembangunan pertanian periode tanam, pengendalian hama dan
yang tujuannya tidak terarah menandakan penyakit, pemupukan, pergiliran tanaman,
kurangnya perhatian pemerintah secara serius. serta penanganan pasca panen, oleh
Hal ini dikarenakan selain dampak positif, masyarakat Kabupaten Lumajang akan berguna
revolusi hijau juga memberikan dampak negatif. dalam meningkatkan pengetahuan bagi para
Isu-isu terkini yang berkaitan dengan generasi baru di bidang pertanian. Buku ini
pertanian di Indonesia selalu dipertentangkan memberikan seputar informasi mengenai
dan dipermasalahkan dengan adanya pengelolaan komponen agronomi yang
modernisasi dalam pengelolaannya. Hal ini dapat berdasarkan atas kearifan lokal masyarakat
terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara Kabupaten Lumajang, dalam upaya
perkembangan teknologi dengan pengetahuan meningkatkan hasil produksi.
dalam menentukan kebijakan di sektor pertanian
berbasis nilai-nilai kearifan lokal sebagai (penulis)
pengetahuan ekologi tradisional yang telah lama Intan Sari Junnyarti

iv
PRAKATA IV

DAFTAR ISI V

BAB 1. Agronomi 1
Pengantar Kajian dan Ruang Lingkup

BAB 2. Etnoagronomi 5
Pengantar Kajian, Ruang Lingkup, dan Nilai Penting

BAB 3. Kabupaten Lumajang 11


Letak Geografis, Demografi, dan Potensi Wilayah

BAB 4. Agronomi dan Pengelolaannya Berdasarkan


Pengetahuan Masyarakat Kabupate Lumajang
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan
Lingkungan Pertanian 20

Masyarakat Kabupaten Lumajang dan


Pengetahuan Tanda-tanda Alam 21

Masyarakat Kabupaten Lumajang dan


Pengetahuan Sistem Penanaman 24

v
Sumber: pioneer.com
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan
Pengetahuan Penentuan Periode Tanam 28

Masyarakat Kabupaten Lumajang dan


Pengetahuan Mengenai Pemupukan 30

Masyarakat Kabupaten Lumajang dan


Pengetahuan Mengenai Pengendalian
Hama dan Penyakit 33

Masyarakat Kabupaten Lumajang dan


Pengetahuan Mengenai Penanganan Pasca Panen 42

DAFTAR PUSTAKA 45

GLOSARIUM 49

vi
BAB 1

AGRONOMI

Pengantar Kajian dan


Ruang Lingkup
AGRONOMI
KAJIAN DAN RUANG LINGKUP

Pertanian merupakan elemen penting dalam Kajian Agronomi


perkembangan kebudayaan manusia. Para ahli berpendapat Agronomi berasal dari bahasa
bahwa awal mula dari budaya adalah perubahan dari
Yunani, terdiri atas dua kata yaitu agros
kebiasaan hidup manusia sebagai pengumpul makanan dari
alam dan berburu menjadi kebiasaan bercocok tanam atau yang berarti lahan atau tanah produksi
tindakan menanam tanaman untuk memenuhi kebutuhan (fleld) dan nomos yang berarti pengelolaan
hidup yang diawali dengan memilih dan mendomestikasi
atau manajemen (manage). Dengan
(menjinakkan) jenis-jenis tanaman liar yang bermanfaat
bagi kehidupan. Sifat manusia yang cenderung menuju ke demikian agronomi dapat diartikan sebagai
tingkat yang lebih efisien dalam memenuhi tuntutan hidup ilmu yang mempelajari cara pengolahan
disatu sisi melahirkan kebudayaan yang semakin maju dan
tanaman pertanian atau manajemen
disisi lain membawa kemajuan dalam budidaya tanaman.
Kini, tanaman tidak hanya dipandang sebagai sumber produksi lahan/lapang produksi dan
bahan pangan, sandang, dan papan, tetapi telah bergeser lingkungan dengan tujuan memperoleh
juga sebagai sumber bahan untuk kesehatan, isnpirasi produksi yang maksimal. Dalam arti luas
keindahan atau estetika, kelestarian lingkungn, dan sarana
rekreasi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui agronomi diartikan juga sebagai segala
pengelolaan yang baik dalam budidaya tanaman. aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha
penyempurnaan budidaya tanaman.
Secara tradisional agronomi
dideskripsikan sebagai cabang ilmu
pertanian yang mengkaji tentang prinsip dan
praktek pengelolaan tanah, air, dan tanaman.
Dalam kaitannya dengan lingkungan,
agronomi merupakan suatu kegiatan
pengelolaan tanaman dengan jalan
mengkonversikan CO2 dari udara, air, dan
unsur hara dari dalam tanah dengan bantuan

2
energi surya menjadi bahan yang memberikan daya
guna dan hasil yang lebih baik bagi manusia.
Ruang Lingkup Agronomi
Agronomi juga dapat dipandang sebagai ilmu
konversi karena agronomi merupakan suatu sistem
Lingkup agronomi meliputi bidang
pengubahan energi sinar surya melalui tanaman
pemuliaan tanaman, teknologi benih, teknik
menjadi energi biokimia yang dapat dimanfaatkan
budidaya, pemberantasan hama dan penyakit,
secara maksimum oleh manusia dalam memelihar
pemanenan, pengolahan, dan penyimpanan.
kehidupannya. Sehingga dalam pengaplikasiannya,
Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk
ilmu ini memerlukan suatu teknologi yang dapat
memperbaiki sifat genetis tanaman sehingga didapat
memajukan sistem produksi tanaman dengan
jenis tanaman yang unggul. Jenis unggul memiliki
menjaga kualitas udara, tanah, dan air.
sifat yang baik, seperti tanggap terhadap pemupukan,

Obyek dan Subyek Agronomi tahan terhadap hama dan penyakit, umur produksi
lebih cepat, dan lain-lain. Hasil dari pemuliaan
tanaman misalnya berupa suatu varietas yang
Obyek agronomi adalah tanaman. Dalam
memiliki berbagai sifat unggul.
kajian ini, tanaman yang dimaksud adalah
Faktor fisiologis dalam ruang lingkup
tumbuhan yang dibudidayakan dan mempunyai
agronomi merupakan ilmu pengetahuan yang
manfaat langsung untuk kebutuhan manusia.
mempelajari proses-proses alamiah yang terjadi
Tanaman tersebut biasanya telah melalui seleksi
dalam tanaman. Aspek fisiologis mencakup segenap
alami dalam jangka waktu yang panjang atau telah
proses metabolism tanaman dari taraf benih, sampai
mengalami pemuliaan. Obyek agronomi dapat
dengan taraf panen dan pasca panen.
berkembang lebih luas dan tidak hanya sekedar
tanaman, tergantung pada sasaran produksi
maksimum agronomi di sawah bersangkutan.
Subyek agronomi antara lain petani,
agronomist, dan pelaku sarana bidang agronomi.
Agronomist adalah salah satu subyek agronomi
yang harus mampu dan ahli di bidang agronomi,
sebagai tenaga pemikir atau perencana, serta
perancang dalam pengembangan pertanian, juga
harus mampu menggerakkan, memberi penyuluhan, Ilustrasi 1.1 iiPengetahuan tentang teknik budidaya tanaman yang
baik akan berdampak pada meningkatna kualitas
dan mendidik para pelaku bidang agronomi produksi pertanian.
(Sumber: dokumentasi peneliti)
sehingga sasaran agronomi tercapai.

3
Faktor ekologis atau lingkungan Ilmu agronomi menganut sudut
merupakan salah satu aspek yang sangat pandang budi daya tanaman yang
mempengaruhi fungsi fisiologis, didasarkan atas dua aspek dari segi hasil
bentuk anatomi, dan siklus hidup dari pertaiannya, yaitu: hasil fisik dan hasil
suatu tanaman. Adaptasi tanaman non fisik. Hasil fisik terkait dengan
biasanya cenderung mengikuti ukuran kuantitatif berupa produktivitas
perubahan alam yang terjadi. Faktor atau daya hasil dari suatu produksi,
ekologi yang sangat penting pada sedangkan hasil non fisik terkait dengan
pertumbuhan tanaman adalah tanah dan pembahasan tentang mutu dari suatu
iklim. Tanah mempunyai tiga fungsi produksi. Mutu hasil sering tidak dapat
utama dalam mendukung kehidupan diukur secara langsung, tetapi secara
tanaman, antara lain memberikan unsur substansional sangat mempengaruhi
hara untuk tanaman, memberikan air dan nilai ekonomi produk. Pengelolaan
reservoir, menunjang tanaman atau kedua aspek hasil pertanian ini
sebagai tempat berpegang dan bertumpu memunculkan cabang ilmu agronomi,
untuk tetap tegak. Faktor Lingkungan yaitu panen dan pascapanen.
(iklim) yang penting adalah suhu udara,
penyinaran, hujan, dan kelembapan
udara.

4
BAB 2

ETNOAGRONOMI

Pengantar Kajian, Ruang


Lingkup, dan Nilai Penting
ETNOAGRONOMI
Kajian, Ruang Lingkup, dan Nilai Penting

Interaksi antara hewan dan tumbuhan lokal dengan suatu lingkungan fisik merupakan salah satu
pusat dari ekosistem, yang terdiri atas ketergantungan manusia terhadap kepercayaan tentang
mahluk hidup lain yang dapat mengendalikan fungsi dalam suatu tatanan ekosistem sebagai
hubungan timbal balik atas keberadaannya. Hal ini menjadikan etnoagronomi sebagai salah satu
cabang bagian dari etnobiologi dalam mempelajari pola pengaturan ekosistem berdasarkan
pemahaman kognitif manusia dengan selalu menjaga kelestarian dan kestabilan komponen
penyusunnya.

Kajian Etnoagronomi
Perkembangan ilmu etnoagronomi
akan mengalami perkembangan terus-menerus
seiring dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan dan hasil penelitian yang terus
dinamis. Munculnya pemikiran mengenai ilmu
etnoagronomi tidak bisa terlepas dari manusia
sebagai objek kajian dan para tokoh yang
menyumbangkan pemikiran mengenai
manusia, lingkungan, dan interaksi diantara
keduanya.
Etnoagronomi merupakan suatu
kajian terkait budi daya dan pengelolaan sektor
pertanian yang dilihat melalui sudut pandang
tradisi, norma, dan sosial budaya berdasarkan
dari suatu etnis tertentu, dalam bentuk
pengetahuan tradisional yang telah diperoleh
secara turun-temurun. Etnoagronomi
merupakan salah satu cabang ilmu dari
Sumber: sirigan.ngawikab.id
etnobiologi yang dapat diartikan sebagai suatu

6
studi terkait dengan pengetahuan biologi terhadap Etnoagronomi membahas mengenai cara
kelompok etnis tertentu, berdasarkan kajian spesifik yang dilakukan oleh kelompok
pengetahuan budaya tentang tumbuhan, hewan, dan masyarakat tertentu sebagai respon atas adaptasi
lingkungannya serta hubungan timbal balik dari praktik bercocok tanam atau budi daya tanaman.
diantaranya (Anderson, 2011). Kajian ini meliputi Tiap kelompok masyarakat memiliki caranya
evaluasi ilmiah terhadap pengetahuan penduduk tersendiri dalam melakukan pengelolaan lingkungan
tentang biologi, termasuk di dalamnya pengetahuan pertanian yang menjadikannya sebagai suatu ciri
tentang tumbuhan (botani), hewan (zoologi), dan khas dan kearifan local dari kelompok masyarakat
lingkungan alam (ekologi) (Iskandar, 2016). tersebut. Perilaku ini nantinya akan diturunkan
Etnoagronomi merupakan ilmu yang melibatkan kepada generasi selanjutnya secara terus-menerus
proses analisis terhadap fenomena sosial dan melalui iformasi secara turun-temurun hingga
fenomena alam yang meliputi aspek-aspek: dikenal sebagai tradisi atau budaya.
kebudayaan, social, ekonomi, politik, sejarah, Menurut Syam (2007) kebudayaan ialah
lingkungan, ekosistem, iklim, dan lain-lain. model-model yang secara selektif digunakan untuk
menginterpretasikan, mendorong, dan menciptakan
tindakan atau dalam pengertian lain sebagai
pedoman dari tindakan yang dilakukan. Sedangkan
menurut Geertz (2003), kebudayaan bukanlah
sesuatu yang terpaku di dalam isi kepala manusia,
tetapi lebih kepada sesuatu yang menyatu di dalam
simbol di masyarakat, yaitu simbol yang digunakan
oleh masyarakatnya untuk mengkomunikasikan
pandangan, orientasi, nilai, etos, dan berbagai hal
Ilustrasi 2.1 Interaksi manusia dengan alam di sekitarnya
akan melahirkan proses adaptasi
(Sumber: kompasiana.com)

7
yang terjadi diantara mereka, sehingga kebudayaan
merupakan apa yang dilakukan dan dapat dilihat oleh
manusia sehari-hari sebagai sesuatu yang nyata
adanya atau dalam pengertian lain adalah sebagai
wujud dari tindakan. Kebudayaan dapat digali atau
ENSIKLOPEDIA
ditelusuri dengan menggunakan metode Oral History MINI
(sejarah lisan).
Oral History merupakan pengetahuan sejarah ETNOSAINS berasal dari kata Yunani, yaitu
“Ethnos” yang berarti Bangsa dan “Scientia” yang berarti
yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi
pengetahuan, sehingga dapat diartikan sebagai
ke generasi secara lisan (sejarah lisan), serta pengetahuan khas yang dimiliki oleh suatu bangsa.
merupakan perihal penting dalam etnoagronomi yang Kajian ini mempelajari perilaku dari masyarakat yang
dapat menciptakan perubahan dalam lingkungan meraka.
benar-benar dijaga kelestariannya sebagai pedoman
dalam pengetahuan tradisional. Hal ini dikarenakan
penurunan pengetahuan tradisional ini dilakukan
secara lisan dari generasi ke generasi atau secara turu-
temurun. Oral History juga dapat diartikan sebagai
suatu prosedur metodologis yang diupayakan dalam
menggali sumber, data, dan dokumen, untuk dicatat
melalui: narasi, kesaksian, versi, dan interpretasi,
mengenai sejarah yang terinduksi dan terangsang,
dalam berbagai dimensi: faktual, temporal, spasial, Ilustrasi 2.2 Kekayaan budaya bangsa Indonesia
menyediakan ruang yang sangat
saling bertentangan, dan konsensual (Albuquerque,
luas untuk kajian etnosains.
2014). Albuquerque (2014) juga menerangkan bahwa (sumber: ruangguru.com)
oral history adalah seperangkat prosedur dan
didasarkan pada beberapa hal penting diantaranya: 1)
ORAL HISTORY adalah salah satu cara
desain proyek dengan melibatkan kegiatan penurunan informasi secara lisan dan tidak terekam dalam
wawancara; 2) melibatkan suatu kelompok sebuah dokumen atau arsip resmi, sehingga banyak fakta
sejarah baru yang dapat diungkap melalui pendekatan ini.
masayarakat tertentu, dengan dialog yang
ditentukan dengan sedemikian rupa, dan perangkat
elektronik (perekam digital) yang digunakan sebagai
media penting untuk melaksanakan tugas; 3)
menitikberatkan terhadap sejarah lisan yang
diperoleh berdasarkan pada ingatan suatu kelompok

8
masyarakat, dalam membangun hubungan atas makanan atau minumam yang dikonsumsi.
identitas kelompok yang diwawancarai, dan
melibatkan mode narasi langsung terhadap setiap
Ruang Lingkup Etnoagronomi
individu berdasarkan teknik observasi langsung
(participant observasion); dan 4) dimensi Pengelolaan komponen agronomi di dalam
temporal adalah kondisi teraktual atau kondisi saat ekosistem pertanian yang dimaksud didasarkan pada
ini, dengan produk akhir sebagai hasil sejarah pendeketan ekologi, yaitu pendekatan yang kajian dan
tersebut berupa dokumen tertulis. analisis sesuatu fenomena ekologis yang difokuskan
Pengelolaan komponen agronomi juga pada hubungan antara manusia sebagai mahluk hidup
melibatkan beberapa faktor-faktor yang dengan lingkungan tempat tinggalnya, meliputi: 1)
mempengaruhi adaptasi manusia (Hilmanto, 2010), Pengolahan tanah, misalnya untuk menggemburkan
yakni: 1) Relief menentukan dalam kegiatan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
transportasi; perbedaan relief yang sangat optimal, termasuk meningkatkan kebutuhan
mencolok akan menyebabkan perbedaan iklim; 2) penyerapan air dan unsur hara untuk tanaman semusim;
Sumber-sumber mineral atau sumber daya alam 2) Penanaman, dengan memperhatikan waktu tanam,
bisa menimbulkan kondisi konflik di daerah musim, jenis tanah, jarak tanam, kedalaman tanam, dan
tersebut; 3) Perbandingan luas daratan dengan luas jenis tanaman yang ditanam; 3) Pergiliran tanaman,
lautan atau sungai suatu wilayahlah yang dikhususkan untuk penanaman tanaman pertanian
menentukan apakah wilayah masyarakat tersebut semusim. Hal ini perlu diperhatikan bahwa kesuburan
merupakan wilayah agraris atau wilayah maritime tanah akan terus menurun apabila lahan hanya dikelola
yang mempengaruhi mata pencaharian dengan teknik monokultur; 4) Pemupukan, hal ini
masyarakatnya; 4) Tanah yang menentukan tingkat dilakukan untuk menambah ketersediaan unsur hara
kesuburan daerah; 5) Jenis flora dan fauna yang yang diperlukan tanaman dengan memperhatikan
mempengaruhi kegiatan ekonomi dan kondisi intensitas, waktu, dan kebutuhan; 5) Pembuatan
pangan, sandang, dan papan; 6) Air sangat sistem drainase, bertujuan untuk memperlancar
menentukan suatu wilayah dapat atau tidak untuk pemasukan dan pengeluaran air, serta untuk
dihuni dengan baik (untuk wilayah non maritim); menghindari penggenangan air; 6) Pengendalian
7) Lokasi serta unsur relasi spatial (keruangan) hama dan penyakit, dapat dilakukan secara teknik
lainnya seperti posisi, jarak dengan tempat lain: kultur dan nonteknik kultur (mekanik, kimia, dan
suatu daerah memiliki luas dan bentuk yang berarti biologi).
adanya persatuan bangsa, pertumbuhan ekonomi, Kajian etnoagronomi menjadi penting karena
serta kontak dengan daerah lain baik secara budaya sebagai dasar perencanaan dan pengambilan
maupun politik; 8) Iklim menentukan suatu jenis kebijakan agar program dapat berjalan dengan baik.

9
Praktek pertanian tradisional harus dilestarikan
sebelum hilang dari perkembangan pertanian
modern. Sistem pertanian modern sendiri bertujuan
untuk memaksimalkan hasil produksi atau output
yang dapat dipasarkan dan dapat menghubungkan
antara agroekosistem dan konsumen secara tidak
langsung (Kumar, 2014).
Adapun lingkup pengelolaan agronomi oleh
masyarakat lokal dapat berupa pembagian wilayah
Ilustrasi 2.3 Kekeringan pada lahan pertanian sebagai
pengelolaan lahan, yaitu: zona lahan inti, zona salah satu Fenomena alam yang sangat
hutan konservasi, dan perlindungan daerah diperhitungkan dalam Etnoekologi sebagai
kajian aspek fisik
aliran sungai (DAS), serta zona pemanfaatan. (Sumber: kompasiana.com)
Zona lahan inti memiliki keanekaragaman hayati
yang masih asli dan mengandung nilai budaya serta
nilai magis bagi masyarakat. Zona hutan
konservasi dan Daerah aliran sungai (DAS)
berkaitan dengan perlindungan mata air dan daerah ENSIKLOPEDIA
aliran sungai. Keterkaitan fungsi dan wilayah akan MINI
mempengaruhi fungsi tanaman yang ditanam untuk
BIOLOGI KONSERVASI merupakan
lokasi ini. Tanaman yang dapat ditanam di daerah
cabang ilmu biologi yang dikhususkan dalam
ini merupakan jenis tanaman penyerap air, seperti: bidang pelestarian mahluk hidup dan
bamboo, dan tanaman yang termasuk golongan lingkungannya.

multi purpose and shrub (MPTS), seperti: petai, Biologi konservasi menitikberatkan pada dua
durian, dan tanaman berkayu keras lainnya. Zona focus utama, yaitu: 1) memahami dasar-dasar
ekologi dari permasaahan lingkungan yang
pemanfaatan terdiri dari tanaman bertajuk tinggi,
dihadapi oleh spesies dan ekosistem, dan 2)
seperti: kelapa, durian, petai, kemiri, jengkol, dan mengembangkan solusi ekologis atas
lain sebagainya. permasalahan-permasalahan tersebut.

10
BAB 3
KABUPATEN LUMAJANG

Letak Geografis, Demografi,


dan Potensi Wilayah
PETA
KABUPATEN LUMAJANG

11
KABUPATEN LUMAJANG

Kabupaten Lumajang merupakan wilayah yang Gunung Mahameru di India ke atas Pulau Jawa,
berada di bagian selatan Provinsi Jawa Timur yang pada saat itu kondisi pulau tersebut masih
Kabpaten Lumajang diapit oleh samudra
terombang-ambing di lautan luas dan sering
Indonesia, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
Malang, dan Kabupaten Jember. Kabupaten berguncang, dan kemudian puncak Mahameru
Lumajang didiami oleh dominasi dari etnis Jawa, dikenal dengan sebutan Gunung Semeru yang
Madura, serta Tengger yang saling berakulturasi
merupakan tempat bersemayamnya para dewa.
dalam membangun peradaban di wilayah tersebut
sejak masa lampau. Pada masa kekuasaan Raja Kameswara dari
Kerajaan Kediri pada tahun 1182 M, Lumajang
Asal-Usul dan Sejarah Awal sudah dikenal dan mempunyai arti pening sebagai
Kabupaten Lumajang tempat ritual menuju Gunung Semeru, dan dalam
perkembangannya di daerah ini juga dikembangkan
Nama Lumajang berasal dari kata
sentra-sentra keagamaan. Hal ini dapat dibuktikan
“Lamajang” yang diketahui dari hasil penelusuran
dengan ditemukannya beberapa peninggalan sejarah
sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, dan bukti-
kuno di Lumajang. Beberapa peninggalan sejarah
bukti ptilasan. Pada masa Kerajaan Kediri (abad
yang ditemukan, antara lain: Arca Padha (dua arca
XII), Lamajang yang merupakan wilayah dari
yang berada di puncak gunung Semeru sebagai
Kerajaan Kediri pada masa itu sudah banyak
tempat pemujaan), Prasasti Ranu Kumbolo (yang
dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai penjuru
menjelaskan bahwa Raja Kameswara dan Kerajaan
nusantara, dan mereka yang dating itu selain untuk
Kediri merupakan raja yang pertama yang secara
melakukan ritual upacara persembahyangan juga
resmi memelopori perjalanan suci pendakian ke
untuk memperdalam agama Hindu yang pada masa itu
puncak gunung Semeru), Prasasti Tesirejo (prasasti
berkembang pesat di wilayan Kerajaan Kediri.
yang ditemukan di Desa Tesirejo pada tahun 1113
Lamajang menjadi sentra agama Hindu pada
saka atau tahun 1191 M yang menunjukkan bahwa
masa itu dikarenakan daerah ini berada di Lereng
ada hubungan erat antara Kerajaan Daha dengan
Gunung Semeru yang mana disebutkan dalam Kitab
daerah Lumajang pasca Raja Kameswara), Prasasti
Tantu Pagelaran bahwa Dewa Shiwa dengan Dewa
Pasrujambe serta situs yang tersebar di wilayah
Brahma dan Dewa Wisnu memindahkan puncak

13
Kabupaten Lumajang, seperti: Situs Kedung menjadi Kerajaan besar yang mampu
Moro, Situs Candi Gedung Putri yang mempersatukan Nusantara.
merupakan bekas pura di masa lalu. Atas jasanya dalam memenangkan
peperangan, Raden Wijaya menganugerahkan
PARA TOKOH
separuh dari luas wilayah Kerajaan Majapahit
(wilayah Majapahit sebelah timur) kepada Arya
Wiraraja yang kemudian Kerajaan ini dikenal
dengan sebutan Kerajaan Lamajang Tigang
Juru.

Prabu
Kameswara
Memerintah sekitar abad 1180-1190-an, dengan ENSIKLOPEDIA
gelar Sri Maharaja Sri Kameswara
MINI
Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita
Digjaya Uttunggadewa.

Pada masa pemerintahannya, sejak tahun 1182 hingga


1185 M, bidang seni dan sastra berkembang pesat,
contohnya Empu Dharmaja yang mampu mengarang
kitab Samarandhana yang berisi kisah kelahiran Dewa
Ganesha (dewa berkepala gajah) yang menjadi
lambing dari Kerajaan Kediri.
KERAJAAN KEDIRI merupakan Kerajaan
lanjutan dari Kerajaan Wangsa (Kerajaan Medang
Pada ahirnya Kerajaan Kediri runtuh, dan Kamulan). Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu
digantikan dengan munculnya Kerajaan berdiri antara tahun 1042-1222, yang bercorak Hindu
dan berpusat di kota Dahanapura (Daha) yang berarti
Singosari pada tahun 1177 saka (1255 M), kota api.
namun pada tahun 1292 M kerajaan ini
mengalami keruntuhan yang diakibatkan oleh
pemberontakan Jayakatwang (Adipati Gelang-
gelang). Setelah mengalami keruntuhan,
kemudian Raden Wijaya mendirikan Kerajaan
Majapahit dan mengangkat dirinya sebagai Raja
Majapahit yang pertama pada tanggal 15 bulan
kartika tahun 1215 saka atau bertepatan pada Ilustrasi 3.1 Arca Padha di puncak Gunung Semeru pada
masa kini
tanggal 12 November 1293 M, yang kemudian (Sumber: phinemo.com)

14
PARA TOKOH

Tinjauan Geografis dan Demografi


Wilayah Kabupaten Lumajang

Secara geografis, Kabupaten Lumajang


terletak antara 70 52’ s/d 80 23’ lintang selatan
dan 1120 50’ s/d 1130 22’ bujur timur dengan
Arya luas wilayah 179.090,00 km2 atau 3,74% dari luas
Wiraraja provinsi Jawa Timur. Berdasarkan batas
Arya Wiraraja (Arya Banyak Wide) dinobatkan administratif dan posisi geografisnya, Kabupaten
sebagai raja Kerajaan Lamajang Tigang Juru Lumajang memiliki batas-batas wilyah: sebelah
pada hari Kamis Legi, Wuku Lengkap, tanggal 25
bulan Bhadrapada (bulan karo) tahun 1216 saka. utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Sebelum menjadi seorang raja, Arya Wiraraja
merupakan seorang Adipati Sungenep (Sumenep), Jember; sebelah selatan berbatasan dengan
yang pada saat mudanya pernah mengabdi pada
Samudra Indonesia; dan sebelah barat berbatasan
Narasingamurti (kakek Raden Wijaya).
langsung dengan Kabupaten Malang.
Kadipaten Lamajang merupakan wilayah
yang menganut paham hinduisme di masa-masa
awal, dan masih bertahan setelah keruntuhan
Kerajaan Majapahit pada tahun 1478 M. Islam
mulai masuk ke wilayah ini ketika perebutan
wilayah oleh Kerajaan Mataram Islam, di
bawah pimpinan Ki Tumenggung Alap-Alap
yang berhasil menyatukan seluruh wilayah di
Pulau Jawa dan Pulau Madura di bawah Panji Ilustrasi 3.2 Kedudukan geografis Kabupaten Lumajang
terhadap Provinsi Jawa Timur
Islam. Kadipaten Lamajang kemudian berganti (Sumber: wikipedia.org)
nama menjadi Kabupaten Lumajang. Kata
Wilayah Kabupaten Lumajang terdiri
Lumajang merupakan gabungan dari dua kata,
atas 21 kecamatan, 195 desa, dan 7
yaitu “Luma” yang berarti rumah dan “Hyang”
kelurahan. Jumlah penduduk di Kabupaten
yang berarti dewa, sehingga “Lumajang” memiliki
Lumajang berdasarkan Proyeksi Penduduk
artian “Rumah para dewa”. Hingga saat ini
Indonesia pada tahun 2010-2035 yaitu sebesar
akulturasi budaya masih bertahan dan saling
1.039.821 jiwa pada tahun 2018. Laju
melengkapi di dalam kehidupan masyarakat,
pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 0,29%
bahkan hingga membentuk suatu kearifan lokal.

15
dan jumlah penduduk terbanyak terdapat pada hutan. Wilayah tertinggi dari Kabupaten
Kecamatan Pasirian, yaitu 86.449 jiwa, diikuti Lumajang yaitu 17.089,65 m di atas permukaan
oleh Kecamatan Lumajang dengan 82.102 jiwa, laut yang berada di Kecamatan Senduro (9,54%
dan Kecamatan Tempeh 81.544 jiwa. Presentase luas wilayah). Sedangkan wilayah terendah yaitu
jumlah laki-laki dan perempuan berturut-turut 2.788,00 m di atas permukaan laut yang berada di
adalah 48,8% dan 51,2%. Total luas wilayah Kecamatan Tekung (1,56% luas wilayah).
2
Kabupaten Lumajang sebesar 179.090 km , dan Kabupaten Lumajang terdiri dari daratan
2
kepadatan penduduk mencapai 6 orang per km . yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi
Sejumlah 21 kecamatan yang telah disebutkan yaitu Gunung Semeru (3.676 meter dari
diantaranya adalah: Kecamatan Ranuyoso, permukaan laut), Gunung Bromo (3.292 meter dari
Kecamatan Klakah, Kecamatan Kedungjajang, permukaan laut), dan Gunung Lamongan (1.651
Kecamatan Randuagung, Kecamatan Jatiroto, meter dari permukaan laut). Secara Topografi,
Kecamatan Rowokangkung, Kecamatan Kabupaten Lumajang terbagi ke dalam empat
Yosowilangun, Kecamatan Tekung, Kecamatan daerah, yaitu daerah gunung, daerah
Kunir, Kecamatan Tempeh, Kecamatan pegunungan, dataran fluvial, dan dataran
Sumbersuko, Kecamatan Lumajang, Kecamatan alluvial. Daerah yang termasuk ke dalam daerah
Sukodono, Kecamatan Padang, Kecamatan pegunungan, yaitu daerah Ranuyoso, Tempusari,
Gucialit, Kecamatan Senduro, Kecamatan daerah disekitar gunung Semeru, sekitar gunung
Pasrujambe, Kecamatan Candipuro, Kecamatan Bromo, dan sekitar gunung Lamongan. Daerah
Pasirian, Kecamatan Pronojiwo, dan Kecamatan yang termasuk ke dalam dataran fluvial, yaitu
Tempusari. kecamatan Sumbersuko, dan kecamatan
Kabupaten Lumajang berada pada Sukodono. Sedangkan daerah yang termasuk ke
kemiringan wilayah sebesar: 0-15% dengan dalam dataran alluvial, yaitu kecamatan
total luas wilayah 109.101,57 Ha merupakan Rowokangkung, kecamatan Jatiroto, kecamatan
daerah yang baik untuk pertanian semusim; 15- Yosowilangun dan sepanjang pantai mulai dari
25% dengan total luas wilayah 12.838,95 Ha Yosowilangun sampai daerah Tempusari.
merupaan daerah yang baik untuk pertanian Kabupaten Lumajang termasuk ke
tanaman perkebunan; 25-40% dengan total luas dalam iklim tropis yang tergolong kepada iklim
wilayah 23.822,87 Ha merupakan daerah yang tipe C dan sebagian dari kecamatan lainnya
baik untuk pertanian tanaman perkebunan dan beriklim tipe D. Jumlah curah hujan tertinggi di
kehutanan dengan menggunakan prinsip Kabupaten Lumajang terjadi di tahun 2018 yaitu
konservasi; >40% dengan total wilayah 33.344,51 384 mm3 di bulan Januari. Rata-rata suhu tertinggi
Ha merupakan daerah yang digunakan sebagai di Kabupaten Lumajang yaitu 32,850 di bulan
hutan. Maret

16
Maret dan rata-rata suhu terendah yaitu 24,820 di bawang daun, kacang bawang, semangka, dan
bulan Juli wortel. Produksi terbesar adalah cabe rawit
sebanyak 205.141 ton. Sektor perkebunan
didominasi oleh produksi tebu giling dengan lahan
seluas 13.293 Ha dengan hasil produksi mencapai
1.077.800 ton. Diikuti oleh produksi kelapa
dengan luas lahan 8.105 Ha dengan produksi
sebesar 8.247 ton. Potensi sektor peternakan
terbanyak ialah sapi potong. Jumlah populasi sapi
potong pada tahun 2018 sebanyak 142.681 ekor.
Kemudian diikuti oleh kambing sebanyak 111.657
ekor, domba sebanyak 49.616 ekor, sapi perah
sebanyak 5.975 ekor, kerbau sebanyak 5.312 ekor,
dan kuda 1.166 ekor. Selain hewan di atas, ada
juga berbagai hewan ungags diantaranya ayam
Ilustrasi 3.3 Kondisi geografis Kabupaten Lumajang
Yang didominasi oleh dataran tinggi dan buras sebanyak 1.754.937 ekor, ayam petelur
hutan
(Sumber: dokumentasi peneliti) sebanyak 836.380 ekor, ayam pedaging. Potensi
sektor pertambangan didominasi oleh
pertambangan pasir kwarsa, dengan kapasitas
Potensi Wilayah Kabupaten Lumajang
produksi per tahun sebesar 1.429.550.000 ton.
Potensi di wilayah Kabupaten Lumajang
didominasi oleh sektor pertanian, sektor
perkebunan, sektor peternakan, sektor
pertambangan, sektor industri manufaktur, dan
sektor pariwisata. Sektor pertanian didominasi
oleh tanaman padi, tanaman jagung, kacang tanah,
kedelai, dan ubi jalar, yang menunjukkan bahwa
produktivitas padi mencapai 101,34 ton/Ha
Ilustrasi 3.4 Pasir kwarsa yang merupakan hasil dari
sehingga dengan luas panen 81.626 Ha, pertambangan di Kabupaten Lumajang
(Sumber: dokumentasi peneliti)
produksinya mencapai 4.984.186 ton. Selain padi
adapula komoditas hortikultura andalan di Potensi sektor industri manufaktur
Kabupaten Lumajang, antara lain cabe merah, sebanyak 1.557 unit yang terdiri dari usaha
cabe rawit, kentang, kubis, sawi, tomat, ketimun, menengah, besar, dan kecil. Sedangkan potensi
sektor

17
sektor pariwisata terdiri atas wisata alam dan
wisata buatan. Objek wisata yang berada di
Kabupaten Lumajang tercatat sebanyak 36.
Wisatawan domestik yang berkunjung ke
Kabupaten Lumajang pada tahun 2018 sebanyak
3.597.890 atau mengalami peningkatan sebanyak
10,7% dibandingkan dengan tahun 2017.
Wisatawan mancanegara juga mengalami
peningkatan sebesar 33,6% dari tahun
sebelumnya.

Ilustrasi 3.5iiiJembatan Piket Nol (gamber pertama), dan


You and I Garden (gambar kedua)
mrupakan objek wisata buatan di
Kabupaten Lumajang
(Sumber: anekatempatwisata.com)

Ilustrasi 3.5iiiRanu Kumbolo (gamber pertama), Goa


Tetes (gambar kedua), dan Ranu Bedali
(gambar ketiga) mrupakan objek wisata
alam di Kabupaten Lumajang
(Sumber: anekatempatwisata.com)

18
BAB 4
AGRONOMI

DAN PENGELOLAANNYA BERDASARKAN


PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT
KABUPATEN LUMAJANG
Masyarakat Kabupaten Lumajang sejak lama
masih mempertahankan budaya nenek moyang
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan
dan sampai saat ini masih tetap diterapkan
Lingkungan Pertanian
sebagai suatu tradisi secara turun-temurun.
Kebudayaan tersebut juga merupakan
Masyarakat Kabupaten Lumajang
perkembangan dari akulturasi beberapa etnis
dan dan kebudayaan, terutama etnis Jawa dan mengangkat kepercayaan bahwa bumi merupakan
etnis Tengger, termasuk akulturasi yang terjadi “mahluk hidup” yang lebih tua dan leluhur yang
antara kebudayaan Islam dan Hindu.
sudah seharusnya dihormati dan dijaga. Pandangan
ini diangkat dari konsep kejawen yaitu “Memayu
Hayuning Bawono Ambrasta Dur Angkoro”, yang
sama-sama dimiliki dan diyakini oleh etnis Jawa,
dan Tengger. Makna dari “Memayu Hayuning
Bawono Ambrasta Dur Angkoro” sendiri yaitu
“mengusahakan keselamatan, dan kesejahteraan;
serta memberantas sifat angkara murka, seperti:
serakah, dan tamak”. Inti dari pandangan ini yaitu
menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki
kewajiban untuk melindungi keselamatan dunia dan
memelihara lingkungan fisik, sehingga pandangan
ini djadikan sebagai acuan masyarakat untuk
berbuat arif terhadap lingkungan dan tidak berbuat
semena-mena.
Sumber: indovoices.com
Masyarakat Kabupaten Lumajang juga
memiliki

20
memiliki adat istiadat yang disebut dengan memiliki kemampuan untuk mengatur iklim dan
“Menghormati Bumi”, terutama dalam kondisi atmosfer sebagai bentuk respon atau
lingkungan pertanian. Hal ini dikarenakan interaksi terhadap manusia.
lingkungan pertanian merupakan sumber dari Pengetahuan yang dimiliki dapat
kebutuhan utama (makanan) dan mata pencaharian dimanfaatkan untuk tujuan mencapai
bagi masyarakat di Kabupaten Lumajang. Nenek keseimbangan di antara proses-proses interaksi
moyang dalam hal ini juga mengajarkan suatu manusia dan lingkungan hidup. Tidak sedikit
kearifan lokal berupa salamettan (upacara pengetahuan masyarakat yang bersifat konservatif
keselamatan) pada hari-hari dilangsungkannya terhadap lingkungan, sehingga dapat dicapai
panen raya (biasanya sehari sebelum kegiatan situasi umpan balik yang berlaku dua arah.
panen), ataupun pada hari-hari pertama sebelum Keseimbangan yang dimaksud meliputi
dilangsungkannya penanaman. Dalam keseimbangan antara kinerja produktivitas
pelaksanaan upacara ini, sesajen-sesajen juga (productivity) di satu sisi, dan kinerja kestabilan
dilibatkan yang meliputi: sego (nasi) rasol, ayam (stability), kemerataan (equitability), dan
goreng, kopi, telur rebus, dan urap-urap. kemandirian (autonomy). Nilai-nilai tradisi di
Upacara ini diadakan dalam rangka dalam pengetahuan masyarakat terhadap pertaian
menghormati bumi, dan ungkapan rasa syukur dan yang berbasis ekologi tradisional merupakan ciri
terima kasih atas rezeki dan sumber daya yang agroekosistem (agroecosystem properties) yang
diberikan. Kepercayaan ini memiliki filosofi diperlukan guna mewujudkan pertanian yang
bahwa untuk mendapatkan hal-hal baik dari Bumi, berkelanjutan dan ramah lingkungan (sustainable
maka manusia harus terlebih dahulu berbuat baik agriculture).
dan menjaga Bumi selayaknya mahluk hidup pada
umumnya. Tidak hanya itu, upacara ini juga
ditujukkan untuk menghormati para leluhur dan Masyarakat Kabupaten Lumajang dan
Pengetahuan Mengenai Tanda-tanda
sebagai pemohon keselamatan dan keberkahan
Alam
rezeki yang didapatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Masyarakat lokal di kawasan Kabupaten
Kepercayaan masyarakat ini dapat menjadi Lumajang, khususnya komunitas akulturasi di
ilham terhadap apa-apa yang diutarakan para antara dua etnis, yaitu: etnis Jawa dan etnis
ilmuwan atas konsep Hipositesis Gaia. Hipotesis Tengger (Jawa Kuno), memiliki caranya tersendiri
Gaia merupakan suatu paham yang menyataan dalam mengamati tanda-tanda alam guna
bahwa Bumi dan keseluruhan komponen fisik mempelajari faktor-faktor alam yang
yang menyusunnya sesungguhnya memiliki mempengaruhi kegiatan sehari-harinya dalam
perilaku seperti layaknya mahluk hidup yang dunia pertanian, seperti: memperkirakan cuaca,
memiliki kemampuan untuk mengatur iklim dan mnm
kondisi atmosfer sebagai bentuk respon atau
interaksi terhadap manusia (Carranza, 2013). 21
ataupun musim. Pengetahuan ini kemudian di wilayah yang terletak di kawasan gunung
menjadi tradisi yang diturunkan secara turun- Semeru yang memiliki ketinggian sekitar 750 –
temurun. Biasanya masyarakat mengamati gejala 3.676 m di atas permukaan laut. Kawasan ini
alam, berupa: perubahan kondisi temperatur, memiliki suhu udara berkisar antara 30 – 200 C.
dan perilaku hewan. Pengetahuan tentang tanda- Suhu udara terendah bisa mencapai 30 – 50 C
tanda alam ini sangat penting bagi masyarakat yang terjadi di saat dini hari di musim kemarau
agraris, guna menentukan jadwal tanam paling bahkan dibeberapa tempat sering bersuhu di
ideal, jenis tanaman yang akan diproduksi, sampai bawah 00 C, dan suhu tertinggi berkisar antara 200
mengarah pada pemenuhan kebutuhan budi daya – 220 C. Kabupaten Lumajang memiliki puncak
selama perkembangan benih menjadi tanaman musim hujan pada bulan Desember – Januari,
dewasa, misal: antisipasi serangan hama, sedangkan puncak musim kemarau pada bulan
penentuan pola tanam, dll. Juli – Agustus, dan rata – rata curah hujannya
Sektor pertanian sangat rentan terhadap lebih tinggi karena terletak di dataran tinggi serta
perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola dikelilingi pegunungan. Hal ini menyebabkan
tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. proses kondensasi uap air menjadi awan hujan
Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang terjadi lebih cepat, sehingga tipe hujan yang
ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mendominasi adalah tipe hujan orografis.
mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak
menentu. Unsur-unsur cuaca yang dimaksud
adalah: curah hujan, suhu, kelembapan, dan
tekanan, udara. Perubahan iklim terjadi karena
adanya variabel iklim, seperti suhu udara dan
curah hujan yang terjadi secara terus-menerus
dalam jangka waktu yang panjang antara 50
sampai 100 tahun. Perubahan iklim juga memiliki
pengaruh negatif terhadap produksi pertanian, hal
ini dikarenakan akibat dari terjadinya penurunan Ilustrasi 4.1iiiProses terjadinya hujan tipe orografis
(Sumber: sobatmateri.com)
luas lahan panen akibat dari dampak perubahan
iklim. Selain itu, perubahan iklim juga dipengaruhi Hujan orografis merupakan hujan yang
oleh kondisi cuaca yang tidak stabil, sebagai terjadi di daerah pegunungan, dikarenakan adanya
contoh curah hujan yang tidak menentu, sering kenaikan udara yang mengandung uap air dari
terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta daerah lembah menuju ke atas karena terbawa oleh
perubahan arah angin yang drastis. angin fohn (angin kering). Naiknya uap air ini akan
Masyarakat Kabupaten Lumajang tinggal menyebabkan terjadinya penurunan suhu di atas
d gunung

22
gunung dan kemudian terkondensasi hingga mengakibatkan kerusakan tanaman hingga
menyebabkan terjadinya hujan. mencapai 60%-80%.

Ilustrasi 4.2iii Siklus angina fonh Ilustrasi 4.3iii Embun beku (Frost) pada tanaman kubis
(Sumber: sobatmateri.com) (Sumber: dokumentasi peneliti)

Penurunan suhu yang ekstrim juga akan


menyebabkan terjadinya embun beku atau lebih
dikenal oleh masyarakat sebagai bunpas.
Fenomena embun beku atau dalam istilah
metereologi dikenal dengan hoarfrost, merupakan
fenomena dimana temperatur udara turun di
bawah frost point (temperatur dimana uap akan
berubah menjadi embun beku), uap air akan
mengalami proses deposisi atau perubahan frasa Ilustrasi 4.4iiiEmbun beku (Frost) yang menyebabkan
kerusakan pada tanaman sehingga
dari gas (uap air) menjadi padat (butir es) tanpa
mengakibatkan rgagal panen
melalui frasa cair atau liquid terlebih dahulu, (Sumber: dokumentasi peneliti)

kristal es yang terbentuk di permukaan suatu Jumlah dan perilaku burung di udara
benda ini yang dikenal dengan hoarfrost, juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur petani
whitefrost, atau frost. Fenomena ini biasanya sebagai pertanda akan pergantian musim,
terjadi pada puncak kemarau pada bulan Juli – sekalipun bukan merupakan pedoman utama.
Agustus. Masyarakat pertanian lokal menyebutnya Petani mempercayai bahwa musim hujan akan
“bunpas” yang berasal dari kata “upas” yaitu segera datang apabila jumlah burung yang
racun tumbuhan, karena lahan pertanian akan mengangkasa bertambah jumlahnya dalam suatu
mengalami gagal panen akibat tanaman yang waktu tertentu. Banyak burung dari jenis yang
terselimuti embun beku tersebut sehingga berbeda berterbangan di angkasa secara individual
mengakibatkan kerusakan di waktu-waktu tersebut.

23
di waktu-waktu tersebut. Burung-burung biasanya
akan mengambil beberapa dari serpihan sabut Masyarakat Kabupaten Lumajang dan
kelapa, ijuk, rumput kering, akar kecil, ranting Pengetahuan Mengenai Sistem
kering kecil, dan daun padi, termasuk sebagian Penanaman
dari hasil pertanian. Jumlah individu dan
Sistem pertanian tradisional merupakan
keragaman burung di langit akan melimpah di
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat atau
awal musim hujan dikarenakan burung-burung di
budaya tertentu yang telah berkembang lama
wilayah tropis kebanyakan berkembangbiak di
sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik
musim hujan, bersamaan waktunya dengan
antara masyarakat dengan lingkungan Sistem
banyaknya kelimpahan makanan (Dewi, 2013),
pertanian tradisional yang selaras dengan
sehingga kebanyakan diantaranya akan
eksistensi lingkungan hidup merupakan hasil dari
mengudara di awal musim hujan untuk persiapan
penyesuaian pemahaman masyarakat terhadap
membangun sarang dengan mengumpulkan
konsep ekologi lokal, seperti: tipologi lahan
ranting-ranting kayu atau dedaunan kering
serta keadaan musim yang sangat erat
(Kamal, 2013). Pengetahuan tentang perilaku
kaitannya dengan keadaan topografi,
burung ini tidak termasuk pedoman utama dalam
kedalaman genangan, dan ketersediaan air.
menentukan pergantian musim, mengingat
Selain itu, melalui pengetahuan turun-temurun
perubahan musim yang cenderung tidak menentu
dari nenek moyang dan pengalaman praktik di
di waktu sekarang ini. Hal tersebut juga dapat
lapangan selama bertahun-tahun, petani lokal telah
memberikan dampak terhadap perubahan perilaku
banyak mempelajari banyak pola pertumbuhan
burung saat di udara. Jenis burung yang paling
tanaman antar spesies, meliputi: persebaran,
banyak dijumpai di areal persawahan adalah
tingkat toleransi, dan perilaku kompetisi.
burung perenjak Jawa (Prinia familiaris).
Pola tanam (cropping patern) merupakan
usaha penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dan urutan tanaman
dalam periode waktu tertentu termasuk masa
pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama
periode tertentu (Nuryanti, 2017). Penerapan
sistem penanaman dalam suatu lahan produksi
dapat memberikan dampak yang baik dan
menguntungkan bagi petani. Salah satu
Ilustrasi 4.5iii Burung Perenjak Jawa lebih dikenal oleh
keuntungan yang didapatkan oleh petani meliputi:
masyarakat lokal dengan sebutan Manuk
Per-per peningkatan produktivitas lahan, meningkatkan
(Sumber: wikipedia.org)
efisiensi

24
efisiensi penggunaan air pada sistem irigasi sawah. monokultur juga dapat memberikan beberapa
Sistem penanaman tertentu yang digunakan di dampak negatif terhadap petani, diantaranya
dalam suatu lahan produksi dapat meningkatkan yaitu: biaya produksi yang besar akibat dari
kesuburan tanah dan dapat meningkatkan nilai meningkatnya penyebaran hama, memerlukan
toleransi terhadap kondisi lingkungan yang buruk, tenaga, waktu yang lebih banyak untuk
seperti: kondisi air yang tidak mencukupi perawatan tanaman terhadap gulma (Sektiwi,
(kemarau), sehingga dapat menekan biaya 2013). Hal ini diakibatkan oleh luasnya ruang
produksi menjadi relatif lebih murah. tumbuh yang terdapat pada lahan produksi yang
Sistem penanaman yang diterapkan oleh menerapkan penanaman monokultur sehingga
masyarakat Kabupaten Lumajang tidak memiliki pertumbuhan gulma menjadi lebih banyak. Selain
perbedaan dengan sistem penanaman yang itu, lahan produksi yang menerapkan sistem
diterapkan oleh petani di daerah lain. Yang penanaman monokultur akan cenderung
menjadi pembeda hanya tanaman yang mengalami penurunan pada tingkat kualitas tanah,
diaplikasikan pada setiap sistem penanaman yang berikut dengan jumlah dan komposisi nutrient di
diterapkan. Sistem penanaman yang diterapkan dalamnya.
oleh masyarakat Kabupaten Lumajang terdiri Sistem penanaman monokultur meski
atas: monokultur, polikultur (tumpang sari), jarang diterapkan, namun masih ada beberapa
dan pergiliran tanam. Monokultur merupakan petani yang menerapkannya guna untuk mengejar
praktik budidaya tanaman yang dilakukan dengan permintaan industri atau permintaan pasar yang
hanya menanam satu jenis tanaman pada suatu tinggi. Biasanya tanaman yang diaplikasikan
lahan produksi (Risal, 2014). Polikultur atau untuk sistem penanaman ini di Kabupaten
tumpang sari merupakan praktik budidaya Lumajang adalah padi (Oryza sativa), salak
tanaman yang dilakukan dengan menanam dua pondok (Salacca zalacca), dan tomeo (Pisum
atau lebih jenis tanaman pada suatu lahan produksi sativum). Menurut Sukmawati (2015), untuk
yang sama (Susanti, 2017). Pergiliran tanam mengatasi dampak negatif yang didapatkan,
atau rotasi tanam merupakan praktik budidaya solusi yang diterapkan ialah dengan
tanam melalui penanaman beberapa jenis tanaman mengintegrasikan tanaman semusim dengan
secara bergiliran di suatu lahan tertentu. tanaman pohon, misal: pisang (Musa
Sistem penanaman monokultur merupakan paradisiaca); sukun (Artocarpus altilis), serta
sistem penanaman yang paling jarang diterapkan tanaman rumput, misal: rumput gajah
oleh petani, hal ini dikarenakan sistem penanaman (Pennisetum purpureum), sebagai sistem pertanian
monokultur dinilai lebih banyak memberikan hedgerow. Sistem pertanian hedgerow berfungsi
kerugian yang besar. System penanaman sebagai sumber pupuk hijau atau mulsa;
monokultu menciptakan keadaan yang baik bagi
perkembangan jasad makro dan mikro;
25mengurangi tingginya aliran permukaan, sedimen,
kehilangan hara; serta mencegah erosi.
menciptakan keadaan yang baik bagi Sistem penanaman polikultur atau
perkembangan jasad makro dan mikro; tumpang sari dianggap sebagai sistem
mengurangi tingginya aliran permukaan, sedimen, penanaman yang relatif lebih mudah, hal ini
kehilangan hara; serta mencegah erosi. dikarenakan sistem penanaman ini dinilai dapat
mengurangi penyebaran hama dan tumbuhan
pengganggu. Tumpang sari juga dinilai
meningkatkan efektifitas peningkatan produksi,
dikarenakan dalam satu kali produksi terdapat satu
ENSIKLOPEDIA atau lebih jenis tanaman dalam suatu lahan yang

MINI sama. Penanaman dengan model polikultur juga


dinilai dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
air, menjaga kesuburan tanah, dan mengurangi
resiko erosi (Mauidzotussyarifah, 2018). Namun
dengan menerapkan sistem penanaman polikultur,
perawatan yang diperlukan menjadi lebih rumit
dan lebih mahal, dengan mempertimbangkan jenis
hama yang menyerang secara spesifik dan juga
Ilustrasi 4.6 Sistem Pertanian Hedgerow pada
tanaman jagung dan sengon perilaku kompetisi interspesifik diantara tanaman
(Sumber: wordpress.com) yang diproduksi (Hakim, 2014). Faktor yang
paling dipertimbangkan oleh petani dalam
Pertanian Hedgerow atau Pertanian Alley menentukan jenis tanaman yang akan ditanam
Cropping merupakan suatu praktek usahatani
dengan memadukan tindakan konservasi sipil adalah lebar tajuk, tinggi tanaman, lebar daun,
teknik biologis, dengan pengaturan tata ruang dan jumlah daun. Beberapa parameter tersebut
tanaman musiman dan tanaman tahunan serta nantinya akan sangat berpengaruh terhadap
tanaman konservasi yang memperhatikan bentuk
serta ciri bentang lahan pertanian. intensitas cahaya yang masuk, sebagai salah
satu bagian yang penting dari faktor
Ciri teknologi hedgerow adalah rancangan
pertumbuhan. Selain itu pertimbangan lain yang
barisan tanaman legum sebagai pagar hidup
pengendali erosi, yang sekaligus berfungsi diperhitungkan yaitu jarak tanam, jumlah populasi
sebagai penghasil bomassa yang bermanfaat dalam satuan luas, dan waktu tanam.
untuk pupuk organik dan/atau makanan ternak.
Tanaman yang sering diterapkan dengan
menggunakan sistem penanaman polikultur
oleh petani Kabupaten Lumajang adalah jagung
(Zea mays) dengan ubi jalar (Ipomea batatas);
inhh

26
tomat (Solanum lycopersicum) dengan ubi jalar Rotasi tanaman merupakan bagian dari
(Ipomea batatas); kopi robusta (Coffea pola tanam yang dinilai mampu mengurangi
canephora) dengan pisang agung (Musa sp.) dan intensitas serangan hama atau penyakit,
rumput gajah (Pennisetum purpureum); kubis meningkatkan kesuburan tanah, serta mampu
(Brasicca oleracea) dengan bawang prei (Allium membantu dalam pembentukan ekosistem mikro
porrum); dan kubis (Brasicca oleracea) dengan yang lebih stabil (Suhardono, 2016). Sistem
bawang prei (Allium porrum) dan kentang penanaman pergiliran tanam atau rotasi tanam
(Solanum tuberosum). Penanaman dengan model diterapkan oleh petani Kabupaten Lumajang
ini juga perlu memperhatikan faktor – faktor berdasarkan dari pertimbangan ketersediaan air.
lingkungan, meliputi: ketersediaan air, Pengetahuan masyarakat yang diperoleh secara
kesuburan tanah, sinar matahari, dan hama turun temurun telah mampu untuk memprediksi
penyakit (Sabtaki, 2013), serta penundaan ketersediaan air dan penyebaran hama di waktu –
waktu tanam. Penundaan waktu tanam dari satu waktu tertentu. Misalnya, antara bulan November
jenis tanaman yang ditumpangsarikan – Mei adalah waktu yang tepat untuk
dimaksudkan agar pertumbuhan maksimum dari memproduksi tanaman, karena ketersediaan air
tanaman yang ditanam tidak terjadi secara yang sedang baik dan jenis – jenis hama yang
bersamaan, sehingga dapat meningkatkan menyebar masih belum banyak, sedangkan pada
pencapaian potensi produksi dan menghindari bulan Agustus – September merupakan bulan –
kompetisi yang berlebihan. bulan yang dihindari karena bertetepatan dengan
pergantian musim, sehingga ketersediaan air sulit
untuk diprediksi dan tanaman akan rentan terkena
penyakit.
Rotasi tanam yang sering diterapkan oleh
petani Kabupaten Lumajang meliputi siklus
penanaman padi (Oryza sativa) di bulan Februari,
yang dilanjutkan dengan penanaman jagung (Zea
mays) selama dua kali periode tanam, tanam, yang
kemudian kembali ke siklus awal (padi (Oryza
sativa) – jagung (Zea mays) – jagung (Zea mays)).
Petani Kabupaten Lumajang juga menerapkan
rotasi tanam yang lebih kompleks dengan tujuan
Ilustrasi 4.7i Sistem penanaman Monokultur pada
tanaman padi (Oryza sativa) pada meningkatkan hasil produksi, yaitu dengan cara
gambar pertama; Sistem penanaman
Polikultur antara tomat (Solanum penanaman diawali dengan penanaman padi padi
lycopersicum) dengan ubi jalar (Ipomea
batatas) pada gambar kedua (Oryza sativa), dilanjutkan dengan penanaman
(Sumber: dokumentasi peneliti) tumpang sari

27
tumpang sari antara ubi jalar (Ipomea batatas) dari hukum atau aturan adat, yang merupakan
dengan tomat (Solanum lycopersicum), lalu diahiri bagian dari suatu tertib yang tak terelakkan,
dengan penanaman jagung (Zea mays), yang sehingga menyuburkan kegemaran akan ramalan
nantinya diulang kembali dari siklus awal (padi dan perbuatan proyektif, sebagaimana masyarakat
(Oryza sativa) – tumpang sari antara ubi jalar Jawa pada umumnya mempunyai hitungan dan
(Ipomea batatas) dengan tomat (Solanum kalender dalam menentukan langkah dalam
lycopersicum) – jagung (Zea mays)). kehidupan sehari – hari (Huda, 2015). Ajaran
hitung – hitungan dan ramalan bisa diajarkan
apabila seseorang mempunyai akses kepada skema
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan agung yang bisa didapat dengan cara meditasi atau
Pengetahuan Mengenai Penentuan
praktik mistik, perhitungan gaib atau pengetahuan
Periode Tanam
rumus horoskop, semua peristia dipahami tidak
Periode tanam meliputi aktivitas terjadi karena kebetulan, melainkan karena
menanam dan memanen hasil tanam itu sendriri. manifestasi dari kekuatan tersembunyi yang
Dalam penentuan periode tanam, banyak aspek mampu mewujudkan tiap kebenaran, dimana
yang diperhitungkan yang berkaitan dengan bayang – bayang yang tak terhindarkan menjadi
adat – istiadat atau kepercayaan setempat yang sebuah fakta, pengertian sebab akibat ini pada saat
sudah diperoleh sejak lama secara turun – temurun yang sama bersifat pragmatis dale memberi alasan
sebagai warisan dari nenek moyang. Masyarakat aktivitas dan usaha mengungkap struktur
dengan pengetahuan yang dimiliki mempunyai peristiwa – peristiwa yang akan datang. Sistem
banyak pedoman dari leluhur mengenai jadwal penanggalan seperti ini juga dkenal oleh suku –
tanam dan panen yang tepat agar terhindar dari suku bangsa lainnya di Indonesia, seperti etnis
kerugian besar yang bisa saja diakibatkan oleh Sunda (pranata mangsa) dan etnis Bali (kerta
beberapa hal, misalnya: tanaman tidak dapat masa). Beberapa tradisi Eropa juga mengena
tumbuh atau mati, tanaman tidak dapat penanggalan yang serupa, seperti pada etnik
berbuah, serangan hama atau penyakit, Jerman yang mengenal Bauren kalender atau
bencana alam (seperti kekeringan, banjir, gunung “penanggalan untuk petani” (Badrudin, 2014).
meletus, tanah longsor, dll), serta hal – hal Petani lokal di Kabupaten Lumajang sejak
negatif lainnya yang dapat mengancam dulu dalam menentukan perhitungan waktu tidak
keselamatan. Pedoman – pedoman ini kemudian mengacu pada peanggalan Masehi, tetapi
digunakan oleh masyarakat setempat untuk berpedoman atas Penanggalan Jwaa Kuno yang
menentukan waktu terbaik dalam memulai proses masih memiliki kesamaan dengan penanggalan
tanam ataupun melaksanakan kegiatan panen. Hijriah (Tarikh Islam), sehingga lebih sering
Kehidupan masyarakat selalu tidak lepas disebut dengan Kalender Jawa – Islam, karena
dar kem

28
kemiripan diantara keduanya (perbedaannya yang memiliki lima (limo) hari dalam seminggu
hanya terletak pada penyebutan bulan, dan (kliwon, legi, pahing, pon, dan wage), untuk
selebihnya sama persis). Kalender ini kemudian mendapatkan suatu perhitungan yang
menggunakan sistem bulan (Lunar System), menghasilkan simbol tertentu di dalam suatu
artinya didasarkan atas perjalanan bulan ketika pedoman, misalnya: gunung, bulan, matahari,
mengorbit bumi (berevolusi terhadap bumi), bumi, air, bunga, dsb. Sesuai dengan rumus yang
sehingga sangat dipengaruhi oleh fase bulan berlaku berdasarkan jenis tanaman yang akan
(Rohmah, 2018). Dalam ilmu pengetahuan diproduksi. Penententuan bulan jelek ditentukan
modern kalender Jawa – Islam lebih dikenal berdasarkan siklus cuaca, dimana pengetahuan ini
dengan sebutan Kalender Aboge, yaitu kalender telah diperoleh petani secara turun temurun. Bulan
yang didasarkan pada perhitungan hari, bulan, dan jelek atau bulan yang dihindari oleh petani
tahun secara sistematis, dimana pada awalnya untuk melakukan penanaman yaitu bulan
penyusunan sistem kalender ini dilaksanakan atas Agustus, hal ini dikarenakan pada bulan Agustus
perintah Sultan Agung Hanyakrakusuma sebagai sering terjadi badai atau turun salju. Selain itu,
pemegang tertinggi Kerajaan Mataram, dimana bulan Agustus juga merupakan bulan yang berada
seiring berjalannya waktu muncul beberapa versi diantara pergantian musim, sehingga pada bulan
baru yang diakibatkan oleh adanya modifikasi dan ini apabila tetap dilakukan penanaman akan
beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh menimbulkan dampak buruk, seperti gagal panen,
masyarakat penganut sistem kalender tersebut tanaman tidak dapat tumbuh, dll.
(Sakirman, 2016). Adapula metode dengan menghindari
Pedoman yang dipakai oleh petani lokal hari yang bertepatan dengan tanggal 1 Syura’
di wilayah Kabupaten Lumajang meliputi: Dino atau 1 Muharram dalam kalender Arab, karena
Pitu Pasaran Limo, dan Bulan Jelek. 1) Dino dianggap sebagai hari keramat sehingga
Pitu Pasaran Limo adalah suatu pedoman masyarakat disarankan untuk hanya berdiam diri
penentuan waktu dalam pekan atau berlaku selama di dalam rumah untuk beribadah. Tanggal 1
seminggu; dan 2) Bulan Jelek adalah suatu Syura’ merupakan hari pertama dalam kalender
pedoman penentuan bulan yang jelek (dihindari) Jawa (termasuk di bulan syura’) yang bertepatan
untuk memulai penanaman. Dino Pitu Pasaran juga dengan tanggal 1 Muharram, dimana tanggal
Limo menggunakan metode dengan mencocokkan 1 syura’ lebih dikenal dengan sebutan satu suro.
kalender Arab yang memiliki tujuh (pitu) hari Satu suro dianggap sebagai hari keramat dalam
dalam seminggu (Ahad atau minggu, Itsnain atau pandangan masyarakat kuno, sehingga terdapat
senin, Tsulatsa’ atau selasa, Arbia’ atau rabu, pantangan untuk tidal melakukan kegiatan apapun
Khamiis atau kamis, Jumu’ah atau jumat, dan di hari tersebut, selain berdiam diri di dalam rumah
Sabtu atau sabtu), dengan kalender Jawa kuno dan melaksanakan ibadah.
yang memiliki lima (limo) hari dalam seminggu
(kliwon, legi, pahing, pon, dan wage), untuk
kemudian mendapatkan suatu perhitungan yang 29
menghasilkan simbol tertentu di dalam suatu
pedoman, misalnya: gunung, bulan, matahari,
Masyarakat lokal Kabupaten Lumajang
juga memiliki anggapan bahwa tanah pertanian
merupakan salah satu bagian terpenting dari alam
semesta, dimana manusia wajib
memperlakukannya seperti mahluk hidup yang
memiliki perasaan atau rasa lelah, sehingga perlu
dibiarkan dan diberikan aktu untuk ‘beristirahat’
Ilustrasi 4.8i Sistem bera pada lahan pertanian yang
setelah ‘bekerja’ dan digunakan selama berbulan- telah melalui satu periode tanam
(Sumber: dokumentasi peneliti)
bulan dalam produksi pertanian. Oleh karena itu
tanah pertanian perlu di badung atau
‘diistirahatkan’, tahapan ini sangat diperhatikan
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan
oleh para petani dalam pengelolaan pertanian
Pengetahuan Mengenai Pemupukan
tradisional. Jangka waktu yang diberikan untuk
melakukan badungan yaitu minimal satu minggu Pemupukan merupakan salah satu faktor
dalam satu kali periode tanam. Hal ini dilakukan yang dilakukan guna meningkatkan hasil
guna menghindari potensi tingkat kesuburan produksi, yang cukup dominan dalam produksi
tanah, biasanya dalam dunia pertanian di-badung pertanian. Pupuk dapat dikatakan baik apabila
dikenal dengan Sistem Bera. Sistem Bera (Fallo) pupuk tersebut terbuat dari bahan – bahan organik.
merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk Hal ini dikarenakan penambahan bahan organik di
mengembalikan kesuburan tanah dengan cara dalam pupuk mampu memperbaiki kualitas tanah,
membiarkan tanah tanpa ditanami melalui serta bermanfaat untuk perbaikan sifat – sifat fisik,
mekanisme secara alamiah (World Agroforestry, kimia, dan biologi dari tanah baik secara langsung
2019). Sehingga kesuburan dan produktivitas atau tidak langsung. Penambahan bahan
lahan dapat dipertahankan (Rifqi, 2017), selama organik juga dapat menekan kadar residu
masa pengembalian produktivitas lahan tidak akan sehingga tidak menimbulkan dampak negative
berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Periode terhadap lingkungan.
pemberaan dalam sistem bera merupakan periode Masyarakat Kabupaten Lumajang
recovery energi dari sistem setelah digunakan mempunyai cara tersendiri dalam melakukan
untuk memproduksi berbagai hasil yang pengolahan pupuk yang akan digunakan pada
diinginkan petani melalui pengembalian dan lahan pertanian mereka. Dimana pupuk yang
dekomposisi bahan organik. Keberhasilan masa digunakan sebagian besar berasal dari bahan
pemberaan ditentukan oleh panjangnya periode organik, seperti: kotoran atau sisa–sisa
dan jenis vegetasi yang tumbuh (volume dan metabolisme dari hewan ternak, maupun bagian
kualitas serasah yang dihasilkan) (Talouhu, 2013). dari tumbuhan yang diolah sedemikian rupa.
pengg

30
Penggunaan pupuk organik bertujuan agar pupuk terkandung di dalam pupuk kandang sangat
nantinya tidak akan memberikan dampak negatif bervariasi, tergantung pada jenis pakan yang
terhadap lingkungan atau organisme lain yang diberikan terhadap hewan ternak dan bagaimana
tidak mengganggu. Pemberian atau penggunaan cara pengolahan dan penyimpanan pupuk kandang
pupuk di dalam praktik pertanian tradisional tidak tersebut dilakukan. Umumnya, pupuk kandang
dilakukan secara intensif, misalnya dilakukan mengandung nitrogen 0,97%, fosfor (P2O5)
dalam waktu berkala atau dalam jumlah besar. 0,69%, potasium (K2O) 1,66%, magnesium
Selain penggunaan pupuk, petani lokal juga (Mg) 1,0 – 1,5%, dan unsur hara mikro
melakukan pengelolaan lahan secara tradisional, (Pradana, 2016). Pupuk kandang juga mudah
seperti: pengadaan sisten bera; pelaksanaan rotasi untuk didapatkan dan pembuatannya tidak
tanam; pengaplikasian sistem penanaman memakan biaya yang besar, sehingga banyak
tumpang sari; penanaman tanaman refugia; dll, petani lokal yang memelihara hewan ternak,
merupakan salah satu upaya petani dalam seperti: sapi, kambing, dan ayam.
meningkatkan kesuburan tanah, sehingga petani Komposisi hara yang bervariasi dari
lokal biasanya cenderung tidak memiliki pupuk kandang dipengaruhi oleh beberapa
ketergantungan yang berlebihan terhadap faktor, seperti jenis, umur hewan, jenis
penggunaan pupuk. makanan, dan penyimpanan pupuk. Selama
Jenis pupuk organik yang digunakan oleh waktu penyimpanan berlangsung terjadi berbagai
petani lokal di wilayah Kabupaten Lumajang ada proses transformasi dalam pupuk. Transformasi
tiga macam, yaitu: pupuk kandang, abu tumang, yang terjadi di dalam pupuk mengakibatkan
dan pupuk kompos. Pupuk–pupuk tersebut hilangnya bahan organik dan hilangnya
dibuat dari bahan organik berdasarkan nitrogen bersama dengan amoniak (NH3),
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, untuk sehingga lama fermentasi pupuk atau
mengontrol kualitas tanah di lahan produksi penyimpanan pupuk akan mempengaruhi
sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas rasio C/N (indikasi kematangan kompos),
panen. Pupuk biasanya diaplikasikan pada saat kandungan nitrogen (N) dan fosfor (P), namun hal
masa persiapan lahan (sebelum pembajakan lahan) ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap
atau ketika tanaman telah mencapai paruh waktu kandungan kalium (K). Pupuk kandang
budi daya. Pupuk kandang merupakan salah satu kambing umumnya mengandung kalium (K)
jenis pupuk yang paling banyak digunakan dan yang relatif lebih tinggi serta kandungan air
dikenal oleh sebagian besar petani. Pupuk kandang yang lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk
berasal dari hasil dekomposisi sisa metabolisme kandang lainnya sementara kadar nitrogen (N)
atau kotoran (feses) dari hewan ternak, baik itu dan fosfor (P) relatif sama (Wijaksono et all,
berbentuk padat atau cair. Unsur hara yang 2016).
terkandung di

31
sabut kelapa, jerami, sekam, dan pelepah
pisang kering, atau daun salak kering. Abu
yang berasal dari pembakaran tanaman, dapat
menyediakan nutrisi esensial untuk tanaman yang
ditanam pada tanah yang kekurangan unsur hara.
Namun penggunaan abu pembakaran tanaman
juga dapat memberikan efek negatif berupa
Ilustrasi 4.9i Pupuk kandang fermentasi bermanfaat untuk
phytotoxicity akibat akumulasi unsur As, Mo, dan
meningkatkan hasil produksi serta data
dijadikan sebagai upaya pencemaran dan Se dalam jaringan tanaman yang berpotensi
peningkatan kualitas lahan
(Sumber: dokumentasi peneliti) menjadi racun terhadap organisme
Pupuk hijau merupakan jenis pupuk pengganggu tanaman, yang artinya pemberian
organik yang terbuat dari bagian tertentu dari abu sisa pembakaran tanaman juga dapat
tumbuhan (daun dan batang). Pupuk hijau bertindak sebagai pestisida nabati (Sukmawati,
biasanya digunakan bersama secara langsung atau 2016).
dapat juga digunakan secara bersamaan dengan Abu tumang juga memiliki pengaruh
penggunaan pupuk kandang. Penggunaan pupuk perlakuan terhadap pupuk kandang, dimana
hijau dengan pupuk kandang mampu pupuk ini biasanya dimanfaatkan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada menaikkan pH tanah yang mungkin saja terjadi
tanaman, sekaligus menjadi pelengkap unsur hara akibat adanya aktivitas penguraian yang
yang dibutuhkan oleh tanaman (Magdalena, berlebihan dari mikroorganisme (tanah terlalu
2013), dan dalam hal ini keduanya bertindak asam) yang bisa saja berawal dari penggunaan
sebagai amelioran. Amelioran merupakan bahan pupuk kandang dalam dosis yang terlalu tinggi.
yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui Hal tersebut dapat dimungkinkan untuk dilakukan
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah (Nisaa’, mengingat abu sisa pembakaran tumbuhan
2016). Pengaplikasian pupuk ini cukup disebarkan memiliki kandungan mineral yang sangat
atau dilektakkan di sekitar tanaman, dan tinggi. Abu sendiri berasal dari berbagai
pemberiannya dilakukan pada saat waktu terahir mineral yang diendapkan dalam dinding sel
pemberaan atau sebelum tanah dibajak. dan lumen. Endapan yang khas berasal dari
Abu tumang merupakan salah satu jenis berbagai macam mineral, seperti: karbonat,
pupuk yang digunakan oleh petani lokal. Pupuk silikat, oksalat, dan fosfat. Dimana komponen
jenis memiliki komposisi berupa abu dari sisa mineral yang paling banyak jumlahnya adalah
pembakaran rumah tangga atau limbah dapur dari kalsium, diikuti oleh kalium, dan juga
bahan kayu. Limbah pembakaran juga dapat diam magnesium (Santosa, 2014).

32
penyakit, gejala, dan pengendaliannya dalam
menjaga nilai produksi. Pengendalian hama dan
penyakit perlu didasarkan atas kesadaran terhadap
azas ekologi dan ekonomi atau dalam pertanian
berkelanjutan dapat bersifat perlindungan tanaman
(Marpaung, 2014), sehingga diperlukannya
strategi pengendalian hama dan penyakit yang
ramah lingkungan dibandingkan dengan
penggunaan insektisida kimia sintetis, seperti
penggunaan musuh alami (agen hayati). Musuh
alami yang bisa digunakan adalah predator,
parasitoid, dan patogen.
Pengendalian hama yang dilakukan oleh

Ilustrasi 4.10i Abu tumang yang berasal dari sisa tungku masyarakat pertanian tradisional di Kabupaten
pembakaran kayu untuk aktivitas rumah Lumajang bertujuan untuk mencegah atau
tangga yang digunakan sebagai pupuk
organic penyubur tanaman mengurangi intensitas serangan daripada
(Sumber: dokumentasi peneliti)
organisme pengganggu tanaman yang muncul
selama proses pertumbuhan dan perkembangan
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan tanaman berlangsung (dari persemaian benih
Pengetahuan Mengenai Pengendalian Hama
hingga menjadi tanaman deasa yang siap panen).
dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan
Hama merupakan organisme perusak biasanya melibatkan kegiatan: 1) pengadaan
tanaman, baik pada bagian akar, batang, daun, ritual penyambutan periode tanam atau
buah, atau bagian lainnya sehingga tanaman tidak wiwitan, dengan mempersembahkan sesaji atau
dapat tumbuh dengan baik atau mati. Sedangkan sesajen yang ditunjukkan untuk tanah dan alam
penyakit merupakan sesuatu yang dapat semesta yang bertujuan untuk memohon
menyebabkan gangguan pada tanamann sehingga kesuburan dan keberhasilan produksi; 2)
tanaman tidak dapat bereproduksi atau mati secara pengadaan ritual sebelum proses panen
perlahan (Hariyanto, 2018). Hama dan penyakit dilangsungkan atau ritual pari meteng, dengan
tanaman adalah agen biologi yang dapat mempersembahkan sesaji berupa hasil bumi dan
menyebabkan kualitas maupun kuantitas produksi sesaji lainnya yang ditujukkan kepada Dewi Sri
mengalami penurunan (Siregar, 2016). yang dipercaya sebagai penguasa metafisik
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting kesejahteraan, kesuburan, dan keberhasilan panen
untuk memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis sebagai wujud dari terima kasih masyarakat atas
ke

33
keberhasilan produksi; 3) pengadaan upacara
adat karo dan sedekah desa, dengan memberikan
sesajen yang ditujukkan untuk arah para leluhur
Ethnic!
dan alam semesta sebagai wujud syukur dan Sesajen atau Sajian-Sajian Dalam
memohon perlindungan dan keselamatan dari Ritual Adat
marabahaya serta memohon rezeki yang
melimpah, 4) penanaman tanaman refugia atau
tanduran pager, disepanjang jalan yang
berdekatan dengan pematang sawah; 5)
pengadaan ritual atau selamatan pengganti
hama, pemberian sesaji dan pembacaan doa – doa
yang bertujuan agar hama yang merusak tanaman
hilang dan hasil panen yang diperoleh melimpah;
dan 6) melakukan ngompres atau pemberian
insektisida menggunakan alat penyemprot.
Ritual – ritual yang dilakukan pertama kali
dengan tujuan menyambut periode tanam disebut
dengan ritual wiwitan. Ritual wiwitan dilakukan
dilakukan dengan memberikan sesajen di tiap
sudut lahan yang akan diselamati, yang dilakukan
setidaknya satu hari sebelum memulai penanaman
dilangsungkan. Sesajen yang dipersembahkan
biasanya berupa: lonthong, sego’, urap–urap,
ayam goreng, tajin, sere penang, pisang, kopi, dan
rokok. Bersamaan dengan persembahan sesajen
Lonthong Ketupat (gambar pertama) dibuat dari
juga dilakukan pembacaan doa–doa dan beras yang dibungkus oleh daun kelapa muda yang
pembakaran kemenyan yang berasal dari getah dianyam.

pohon gaharu (Aquillaria malaccensis). Urap-Urap (gambar tengah) dibuat dari aneka
macam sayur rebus (seperti keniker, daun singkong,
Tumbuhan dan hewan yang digunakan di dalam kacang panjang, dll) dan kelapa parut yang sudah
bahan pangannya, meliputi: padi (Oryza sativa), dibumbuhi.

pisang (Musa paradisiaca), kelapa (Cocos Jenang (gambar bawah) dibuat dari nasi atau beras
yang dimasak hingga memiliki tekstur yang lembek
nucifera), tomat (Solanum lycopersicum), ketimun dan halus yang kemudian diberi pewarna makanan.
(Cucumis sativus), kopi (Coffea sp.), keniker
(Cosmos saudatus), ketumbar (Coriandrum
sativum), kunyit (Curcuma longa), dan ayam
(Gall.
34
(Cosmos saudatus), ketumbar (Coriandrum dengan ritual wiwitan atau pari meteng,
sativum), kunyit (Curcuma longa), dan ayam dikarenakan upacara adat ini melibatkan seluruh
(Gallus sp.). Masyarakat Kabupaten Lumajang warga desa. Sesajen yang dipersembahkan juga
meyakini bahwa niat yang baik kepada alam lebih beragam, berupa makanan masak (sudah
semesta akan dibalaskan dengan pemberian yang diolah) dan bahan segar. Sesajen yang
setimpal (hasil panen yang melimpah). Dalam dipersembahkan meliputi: sego urap, ayam goreng
pelaksanaannya masyarakat akan saling gotong atau ayam panggang, gulai kambing, sayuran
royong, sehingga sangat memungkinkan menjadi mentah hasil panen (seperti sawi, kentang, kacang
alasan kehidupan masyarakat yang harmonis. panjang, kubis, dll), kemenyan atau getah pohon
Ritual penyambutan periode panen, atau gaharu (Aquillaria malaccensis), kopi, air putih,
yang biasa disebut dengan pari meteng, dan kembang tuju’ rupa. Tumbuhan dan hewan
dilaksanakan sebelum proses panen dilaksanakan. yang digunakan di dalam bahan pangannya,
Sistematika dari ritual ini sama dengan ritual meliputi: padi (Oryza sativa), pisang (Musa
wiwitan. Sesajen yang diberikan juga sama persis. paradisiaca), kelapa (Cocos nucifera), tomat
Perbedaannya hanya terletak pada aktu (Solanum lycopersicum), ketimun (Cucumis
pelaksanaannya saja. Ritual ini dilakukan sebagai sativus), kopi (Coffea sp.), keniker (Cosmos
ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan saudatus), ketumbar (Coriandrum sativum),
keselamatan (dari bencana atau hama penyakit) kunyit (Curcuma longa), buncis (Phaseolus
hingga masa panen. Masyarakat Kabupaten vulgaris), jagung (Zea mays), sawi (Brasicca
Lumajang percaya pada filosofi yang mengatakan chinensis), wortel (Daucus carota), singkong
bahwa untuk mendapatkan hal – hal baik dari (Manihot esculenta), kambing (Capra aegagrus
Bumi, maka manusia juga harus terlebih dahulu hircus) dan ayam (Gallus sp.). Sesajen yang telah
berbuat baik terhadap Bumi, layaknya disiapkan kemudian ditata membentuk jolen atau
memperlakukan Bumi sebagai mahluk hidup pada gunungan, yang nantinya akan diarak keliling desa
umumnya. dan berahir di rumah kepala desa atau tetua adat
Upacara adat karo dan sedekah desa untuk dibacakan doa–doa. Ahir dari upaca adat ini
memiliki tujuan dan konsep yang sama, yang yaitu pembagian jolen kepada seluruh warga.
diadakan atau dilaksanakan sekali dalam setahun. Sesajen yang dipersembahkan dalam
Pengadaan upacara adat ini bertujuan untuk seluruh ritual disarankan berasal dari bahan hasil
memohon perlindungan dari musibah (gagal produksi pertanian. Hal ini dipercaya dapat
panen, terhindar dari penyakit, terhindar dari mengundang keberkahan jika dibandingkan
bencana alam, dll), memohon keselamatan, dan dengan penggunaan bahan yang bukan hasil
kelimpahan rezeki. Upacara adat karo dan sedekah produksi. Konsep ini menganut filosofi
desa memiliki skala yang lebih besar dibandingkan behasannya apa yang didapat dari alam semesta
dengan ritual akan selalu kembali kepada pemiliknya, yaitu
alam semesta
35
itu sendiri. Kearifan lokal ini telah mengajarkan
kepada masyarakat bahwa segala sesuatu di dunia
ini hanyalah titipan dari Sang Pemilik dan suatu
saat akan kembali kepada-Nya. Selain itu, apabila
dikaji secara biologis pemilihan bahan–bahan
sesajen benar dapat digunakan dalam
pengendalian hama.

Ethnic! Ilustrasi 4.11 Arak-arakan jolen dalam upacara adat


sedekah desa
(Sumber: ilmubudaya.com)

Upacara Adat Karo


Ethnic!
Jolen atau Gunungan
Jolen atau gunungan merupakan salah satu syarat
utama dalam pelaksanaan upacara adat sedekah desa.
Jolen memiliki bentuk kerucut yang melambangkan
gunung. Bentuk gunung memiliki makna kedudukan
yang paling tinggi, yaitu Maha Pencipta Alam
Semesta. Jolen diisi oleh berbagai macam hasil bumi
sebagai persembahan, seperti: sayur-mayur, buah-
buahan, umbi-umbian, dan lain sebagainya.

Tandaan (tarian tradisional) (gambar pertama)


merupakan acara pembukaan sebelum arak-arakan
sesajen dimulai. Tarian yang dtampilkan dinamakan
Tari Sodoran.

Pembacaan doa-doa (gambar bawah) dilakukan


oleh tetua adat setempat, dilaksanakan di rumah tetua
adat atau rumah adat (pendopo) yang dikhususkan
untuk menggelar upacara-upacara adat.

36
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat ekologi, dimana peran dari tanaman refugia yaitu
Kabupaten Lumajang dalam pengendalian hama sebagai mikrohabitat agen hayati dari organisme
dan penyakit selain dengan melakukan ritual juga pengganggu tanaman utama. Refugia juga dapat
berupa penanaman tanaman refugia menyediakan tempat berlindung secara spasial
disepanjang pematang sawah. Sekumpulan dan/atau temporal bagi musuh alami hama, seperti
tanaman ini biasanya disebut dengan tanduran predator dan parasitoid, serta mendukung
pager (tumbuhan pemagar), dikarenakan komponen interaksi biotik pada ekosistem, seperti
sekumpulan tanaman ini bertindak sebagai polinator (Amanda, 2017). Selain berfungsi
tanaman yang mengitari setiap satu petak sawah. sebagai sumber makanan bagi imago, baik
Tanaman yang dipilih diantaranya keniker (Comos parasitoid maupun predator dan tempat berlindung
caudatus), pacar air (Impatiens balsamina), dan sementara, tanaman refugia juga berfungsi untuk
kembang kertas (Zinnia elegans). Penanaman mendapatkan hasil produksi sampingan
tanaman refugia merupakan salah satu rekayasa (Pujiastuti, 2015).

Ilustrasi 4.12 Praktik penanaman tanaman refugia (tanduran pager), dengan menggunakan tanaman hias, seperti kembang
kertas (Zinnia elegans) dan keniker (Comos caudatus)
(Sumber: dokumentasi peneliti)

Masyarakat pertanian tradisional juga orgaisme tersebut akan pergi dan tidak akan
melakukan ritual pengusir atau pengganti kembali untuk mengganggu kembali.
hama. Ritual ini memiliki sistematik yang sama Ngompres merupakan istilah yang
persis dengan ritual wiwitan atau pari meteng, digunakan masyarakat pertanian tradisional di
hanya waktu pelaksanaan dan tujuan Kabupaten Lumajang untuk kegiatan
pengadaannya yang berbeda. Ritual pengganti penyemprotan insektisida, dalam upaya
hama ini hanya dilakukan apabila dalam satu pengendalian organisme pengganggu tanaman.
periode produksi, organisme pengganggu Pengompresan dilakukan sekali dalam satu sampai
menyerang tanaman produksi secara besar – dua kali dalam satu periode produksi. Insektisida
besaran. Masyarakat mempercayai apabila yang digunakan oleh masyarakat ada dua macam,
memberikan sesajen sebagai pengganti makanan yaitu buldok 25 EC dan tamacron 500 EC. Dalam
bagi organisme pengganggu tanaman maka pengaplikasiannya insektisida hanya akan
organisme tersebut akan pergi dan dilarutkan dengan air atau bisa

37
dilarutkan dengan air atau bisa juga ditambahkan dokumentasi, serta referensi yang dieroleh dari
bahan lain, seperti air perasan daun sirih (Piper reduksi data. Proses tabulasi data dilakukan untuk
betle), biji pinang (Arecha catechu), atau daun mempermudah pengolahan dan analisis data.
srikaya (Annona squamosa). Namun penambahan Perhitungan yang dilakukan dalam
bahan lain ini hanya dilakukan apabila ada analisis data adalah Use Value (UV), dan Fidelity
ketersediaan bahan yang dibutuhkan. Komponen Level (FL). Use Value (UV) adalah metode
fitokimia yang terdapat pada daun sirih (Piper consensus narasumber yang umum digunakan
betle) antara lain: tanin, steroid, flavonoid, dan karena nilai memiliki bisa yang lebih kecil dari
kuinon, telah dinilai signifikan dalam alokasi subyektif. Analisis data juga dilakukan
mempengaruhi mortalitas larva organisme dengan cara memberi rata-rata kegunaan pada
penggagu tanaman (Adibah, 2017). Ekstrak biji setiap jenis hewan atau tumbuhan, sehingga jenis
buah pinang (Arecha catechu) sendiri mempunyai tumbuhan dan hewan yang jarang dimanfaatkan
potensi sebagai racun kontak yang berspektrum namun memiliki lebih dari satu kegunaan
luas yang dapat mempengaruhi sistem saraf pada dianggap lebih penting dari jenis hewan atau
proses metabolisme, sehingga ulat yang memakan tumbuhan yang sangat populer namun hanya
racun dapat mati kelaparan karena tidak bisa memiliki satu kegunaan (Hoffman, 2007).
melakukan aktivitas makan akibat kelumpuhan Perhitungan Use Value (UV) digunakan
sistem saraf mulut (Rikardo, 2018). Daun srikaya untuk mengetahui nilai kegunaan atau nilai
(Annona squamosa) dipercaya oleh masyarakat kepentingan atas suatu spesies hewan dan
dapat mengusir belalang dan wereng, selain tumbuhan tertentu yang dimnfaatkan oleh
kangdungan senyawa saponin, flavonoid, dan masyarakat Kabupaten Lumajang dalam
tanin yang ternyata dapat menurunkan pengelolaan agronomi. Hasil perhitungan Use
pertumbuhan mikroorganisme penyakit tanaman Value (UV) ini dapat menjadi acuan untuk
(purwita, 2013). mengetahui tingkat pemanfaatan hewan dan
tumbuhan, mulai dari tumbuhan yang jarang
Analisis Nilai Guna Spesies jarang dimanfaatkan hingga tumbuhan yang
memiliki nilai pemanfaatan yang tinggi.
Analisis nilai guna spesies ditujukan untuk Perhitungan Use Value (UV) ini didasarkan atas
mengetahui nilai kepentingan dari suatu spesies di pemanfaatan hewan dan tumbuhan untuk
masyarakat. Analisis data dilakukan setelah pengendalian hama dan penyakit (organisme
melalui dua tahapan, yaitu: pengelompokan dan pengganggu tanaman) sebagai musush alami dan/
tabulasi data. Pengelompokan data ini dilakukan sesajen. Untuk mengetahui spesies hewan atau
untuk mengetahui adanya perbedaan data yang tumbuhan yang dianggap penting nilai
diambil melalui proses wawancara, observasi, dan pemanfaatannya di masyarakat dapat dianalisis
dokumentasi, serta referensi yang dieroleh dari dengan
reduksi data.
38
dengan menggunakan perhitungan use value Ip : Jumlah narasumber yang mengetahui atau
dengan menggunakan rumus: menggunakan spesies hewan atau
∑𝐔 tumbuhan tertentu dalam suatu tujuan
𝑼𝑽 =
𝐧 pemanfaatan tertentu
Keterangan rumus:
In : Jumlah narasumber yang mengetahui atau
UV : Nilai Use Value dari hewan atau tumbuha
menggunakan spesies hewan atau
yang dimaksud
tumbuhan dalam beragam pemanfaatan
∑U : Jumlah narasumber yang mengetahui atau
Adapun hasil perhitungan use value (UV)
menggunakan spesies hewan atau
dan filedity level (FL) dapat dilihat pada Tabel 4.
tumbuhan tertentu
dan 4.2.
n : Jumlah narasumber yang dilibatkan di
Tabel 4.1 Nilai UV dan FL Musuh Alami
dalam penelitian
(Anisfiani, 2014)
Perhitungan Fidelity Level (FL)
digunakan untuk mengetahui jenis tumbuhan dan
hewan yang paling banyak disukai untuk kegunaan
tertentu dalam bentuk persentase. Tumbuhan dan
hewan yang memiliki nilai Fidelity Level (FL)
yang tinggi berarti tumbuhan atau hewan tersebut
Hasil Perhitungan 4.1 Nilai use value (UV) dan filedity
termasuk banyak dimanfaatkan masyarakat lokal level (FL) dari hewan yang
dimanfaatkan masyarakat
untuk kegunaan tertentu, demikian pula
sebagai musuh alami hama.
sebaliknya. Apabila nilai Fidelity Level (FL)
Tabel 4.2 Nilai UV dan FL Tanaman
daritumbuhan atau hewan lebih rendah
Refugia
dibandingkan dengan yang lain, maka tumbuhan
atau hewan tersebut termasuk jenis yang kurang
disukai oleh masyarakat dalam konteks
pemanfaatannya atas suatu kegunaan tertentu.
Perhitungan nilai fidelity level (FL) dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus:
𝐈𝐩 Hasil Perhitungan 4.1 Nilai use value (UV) dan filedity
𝑭𝑳 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝐈𝐧 level (FL) dari tumbuhan yang
dimanfaatkan masyarakat
Keterangan rumus: sebagai tanaman refugia.
FL : Nilai Fidelity Level dari pemanfaatan
tertentu dari hewan atau tumbuhan tertentu

39
Hasil perhitungan use value (UV) dan filedity dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten
level (FL) pada pemanfaatan hewan menunjukkan Lumajang.
tertinggi berturut – turut didapatkan oleh hewan Anjing Tengger (Canis familliaris var.
burung perenjak Jawa (Prinia familiaris) sebesar tenggerana) merupakan hewan yang paling
0,69 dan 69,2%. Diikuti oleh semut ireng banyak dimanfaatkan oleh masyarakat petani lokal
(Dolichoderus sp.) dan semut abang (Solenopsis Kabupaten Lumajang sebagai hewan penjaga
sp.) sebesar 0,61 dan 61,5%. Sedangkan nilai use pertanian dari serangan hewan hutan, seperti: babi
value (UV) dan filedity level (FL) pada (Sus sp.), monyet (Macaca sp.), musang liar
pemanfaatan hewan terendah didapatkan oleh (Paradourus sp.), dls. Anjing Tengger (Canis
anjing Tengger (Canis familliaris var. tenggerana) familliaris var. tenggerana) memiliki ciri – ciri
sebesar 0,38 dan 38,4%. Nilai tersebut sebagai berikut: memiliki ukuran tubuh yang besar
menunjukkan bahwa burung perenjak Jawa dan gagah dengan panjang tubuh hampir 1 m,
(Prinia familiaris) merupakan hewan yang paling panjang ekor sekitar 30 cm, rambut tebal berwarna
banyak dimanfaatkan dan disukai oleh hampir coklat dengan kombinasi garis berarna coklat
seluruh masyarakat Kabupaten Lumajang, gelap, serta memiliki garis berwarna coklat tua
sedangkan anjing tengger (Canis familliaris var. pada leher yang merupakan ciri khasnya. Anjing
tenggerana) merupakan hewan yang paling sedikit Tengger (Canis familliaris var. tenggerana)
dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten sengaja dipelihara di lahan dan tidak pernah
Lumajang. dibawa ke rumah warga, hal ini bertujuan agar
Hasil perhitungan nilai use value (UV) anjing tersebut tidak akan meninggalkan lahan dan
dan fidelity level (FL) pada pemanfaatan selalu menjaga lahan.
tumbuhan yang menunjukkan nilai tertinggi Semut ireng (Dolichoderus sp.), dan
berturut – turut didapatkan oleh tumbuhan keniker semut abang (Solenopsis sp.) merupakan salah
(Comos caudatus) sebesar 0,76 dan 76,9%. Diikuti satu kelompok pemangsa atau musuh alami yang
oleh tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) juga memegang peran penting di dalam ekosistem
sebesar 0,61 dan 61,5%, kemudian tumbuhan pertanian, khususnya pertanian padi (Nasution,
kembang kertas (Zinnia elegans) sebesar 0,31 dan 2016). Kelompok semut dari genus
30,7%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa keniker Dolichooderus, Solenopsis, dan Anoplolopsis
(Comos caudatus) merupakan tumbuhan yang dapat dijadikan indikator adanya serangan dari
paling banyak dimanfaatkan dan disukai atas suatu Xanthomonas oryzae (bakteri penyebab hawar
tujuan tertentu oleh hampir seluruh masyarakat di daun pada padi). Kelompok semut ini juga
wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan kebanyakan memangsa dari golongan kutu,
tumbuhan tumbuhan kembang kertas (Zinnia seperti: Pseudococcidae, Aphididae, dan
elegans) merupakan tumbuhan yang paling sedikit Astrolecaniidae (Wahyudi et all, 2011).

40
Burung perenjak Jawa (Prinia jenis tanaman berbunga yang dipilih untuk
familiaris) biasanya mudah ditemukan ditempat ditanam dalam menambah nilai estetika di
terbuka atau daerah bersemak, seperti: ditepi lingkungan sekitar, selain juga dapat
sawah, pekarangan, atau hutan sekunder. Burung mendatangkan predator dengan karakteristik
ini umumnya memangsa beraneka jenis serangga polinator. Selain tanaman yang telah disebutkan di
dan ulat (Safanah, 2017). Petani lokal biasanya atas, ada juga tanaman pacar air (Impatiens
meletakkan sesajen jenang (bubur) guna balsamina) merupakan tanaman berbunga yang
mengundang kehadiran burung perenjak Jawa dapat dijadikan inang alternatif bagi sebagian
(Prinia familiaris). Pergerakan burung ini sangat hama, selain disisi lain juga dapat mengundang
berhubungan erat dengan sifat individu dan predator. Namun, apabila jumlah tanaman ini
kondisi lingkungan, seperti: ketersediaan berlebihan atau mempersempit ruang di dalam
makanan, fasilitas untuk berkembangbiak, lahan produksi, petani lokal akan menggolongkan
banyaknya pemangsa, kondisi cuaca, sumber air, keberadaan tanaman ini sebagai gulma
dan adanya perusakan lingkungan. Selain itu, dikarenakan tanaman ini dapat menjadi
keanekaragaman dan tingkat kualitas habitat pendukung bagi habitat hama belalang (Acrididae
secara umum di suatu lokasi akan semakin tinggi sp.) atau wereng coklat (Nilaparvata lugens)
keanekaragaman jenis burungnya (Oktiana, 2015). (Resti, 2016).
Pemanfaatan tumbuhan juga dilakukan
oleh petani lokal dalam upaya pengendalian
organisme pengganggu tanaman. Tanaman
keniker (Cosmos caudatus) merupakan salah satu
tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman
refugia. Keniker (Cosmos caudatus) umumnya
ditanam oleh masyarakat untuk diambil bijinya
sebagai bumbu masakan, atau daunnya sebagai
sayur selain perannya sebagai tanaman refugia.
Keniker (Cosmos caudatus) dapat berfungsi
sebagai refugia mikrohabitat bagi beberapa jenis
serangga yang merupakan musuh alami karena
mempunyai bunga yang dapat menarik perhatian
serangga – serangga tersebut, terutama dari Ilustrasi 4.13 Anjing Tengger (Canis familiaris
golongan polinator, seperti: lebah, tawon, dan var.tenggerana); Semut abang
(Solenopsis sp.) dan Semut ireng
kupu – kupu (Susanti, 2018). Tanaman lainnya (Dolichoderus sp.)
(Sumber: dokumentasi peneliti)
seperti bunga kertas (Zinnia elegans) merupakan
jih

41
Pemanenan secara umum memiliki arti
Masyarakat Kabupaten Lumajang dan sebagai tahapan pengambilan, pemungutan, atau
Pengetahuan Mengenai Penanganan
Pascapanen pemetikan hasil produksi tanaman dari suatu lahan
tanam. Contoh pemanenan padi (Oryza sativa)
Penanganan pascapanen merupakan yang dilakukan pada saat daun tanaman sudah
kegiatan yang meliputi pengolahan hasil pertanian. mulai mengering secara keseluruhan atau
Kegiatan ini biasanya segera dilangsungkan menguningnya daun sudah mencapai 90%, hanya
dengan tujuan menjaga kualitas dari hasil panen daun bendera saja yang masih terlihat berarna
itu sendiri. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan hijau (Maslaita, 2017). Proses ini dikerjakan oleh
untuk mengelompokkannya berdasarkan kualitas beberapa orang koli yang telah ditugaskan oleh
dan jeniis varietas tertentu dari suatu tanaman pemilik lahan, dengan melibatkan beberapa alat
produksi. Hal ini ditujukan untuk mempermudah bantu, seperti: sabit, keranjang, garu kecil, dan ani
pendistribusian barang yang lebih sistematis. – ani atau ketam (pisau kecil untuk memotong
Selain itu, tujuan yang lain adalah untuk batang padi), yang nantinya akan ditampung
menghindari serangan dari organisme pengganggu sementara di dalam karung. Proses pemanenan
tanaman terhadap hasil panen, menurunkan biasanya dilakukan setelah melakukan ritual
potensi kehilangan hasil, menekan tingkat wiwitan dan pemberian sesajen.
kerusakan, meningkatkan daya simpan, dan daya Perontokan merupakan tahapan
guna komoditas untuk memperoleh nilai tambah. pemisahan antara bulir dari tangkai misalnya, biji
Penanganan pasca panen terdiri atas beberapa dari kulit bijinya, maupun biji dari kulit
tahapan kegiatan, seperti: pemanenan, polongnya. Proses ini dikerjakan dengan
perontokan, pembersihan, penyortiran, menggunakan beberapa teknik, mulai dari
pengeringan, pengemasan, pengangkutan, memukul – mukulkan padi pada sebilah kayu
penyimpanan, dan pengolahan (Swastika, dengan membiarkan bulirnya jatuh pada tempat
2012). penampungan tertentu, menginjak – injak gabah
dengan menggunakan tenaga manusia,
pemanfaatan roda sepeda untuk pemisahan biji,
maupun perontokan menggunakan mesin, ada juga
dengan menggunakan pisau untuk kemudian
mengupas kulit biji seperti pada kopi. Proses
perontokan ini merupakan salah satu tahapan yang
sangat penting dilakukan, agar dapat
Ilustrasi 4.14i Proses pemanenan jagung (Zea mays)
(Sumber: dokumentasi peneliti) menghasilkan bulir atau biji dalam kondisi yang
baik sehingga dapat dikonsumsi atau untuk bahan
baku pengolahan (Iqbal, 2018). Bulir atau biji
yang dihasilkan dari proses perontokan kemudian
42dihamparkan di atas terpal, untuk kemudian
dibersihkan dari kotoran yang tercampur atau
baik sehingga dapat dikonsumsi atau untuk bahan nantinya akan dibawa menuju lumbung atau
baku pengolahan (Iqbal, 2018). Bulir atau biji gudang sebagai tempat penyimpanan sementara.
yang dihasilkan dari proses perontokan kemudian Lumbung memiliki ukuran setidaknya 8 x 8 m.
dihamparkan di atas terpal, untuk kemudian lumbung yang digunakan biasanya dibuat
dibersihkan dari kotoran yang tercampur atau sedemikian rupa agar tidak menyentuh tanah,
menempel. dengan melibatkan empat buah penyangga, dan
Tahapan selanjutnya yaitu tahap jarak antara dasar lumbung dengan tanah yaitu 1 –
pembersihan. Tahap ini dilakukan agar hasil 1,5 m. Dibagian dasar lumbung terbuat dari kayu
panen tidak tercampur dengan kotoran, seperti: yang tersusun sejajar dan tidak terlalu rapat,
pasir, kerikil, tanah, dan bagian tumbuhan yang sementara dindingnya biasanya terbuat dari
masih terikut di dalamnya. Setelah dibersihkan bambu. Pintu masuk dan pintu keluar lumbung
dari kotoran, selanjutnya akan masuk ke tahap menjadi satu bagian yang sama, dan lumbung tidak
penyortiran. Penyortiran biasanya dilakukan berjendela. Desain lumbung yang sedemikian rupa
berdasarkan kualitas dan jenis atau varietas menyerupai rumah panggung ini ditujukan untuk
tanamannya. Petani lokal di Kabupaten Lumajang mencegah pencurian terhadap hasil panen,
memiliki cara tersendiri dalam menentukan termasuk menghindarkannya dari serangan hama.
kualitas komoditas dengan membaginya ke dalam Spesies pohon bambu yang umumnya dipakai oleh
kualitas 1, kualitas 2, kualitas 3, kualitas 4, dst, masyarakat adalah Gigantochloa atter, karena
melalui parameter arna, penampilan, tingkat dikenal kuat dan tahan lama.
kerusakan, ukuran, dan ada tidaknya gejala
penyakit. Setelah disortie, selanjutnya akan masuk
ke tahap pengeringan. Pada tahap pengeringan, biji
atau bulir akan dijemur dibaah sinar matahari
langsung, dan untuk lama tidaknya aktu
penjemurannya tergantung jenis tanaman dan terik
tidaknya matahari. Proses pengeringan dilakukan
hingga kandungan air yang berada di dalam biji
atau bulir hilang agar biji atau bulir tidak mudah
Ilustrasi 4.14i Bambu jenis Gignatochloa atter atau yang
busuk dan tahan lama. Pengemasan merupakan lebih dikenal masyarakat Kabupaten
Lumajang dengan sebutan bambu ater
tahapan yang dilakukan setelah tahap pengeringan. (Sumber: dokumentasi peneliti)
Tahap ini biasanya dilakukan dengan Pengolahan atau pemanfaatan hasil panen,
memasukkan biji atau bulir ke dalam karung. dilakukan oleh konsumen atau pengelola industri
Hasil panen yang telah dikumpulkan sebagai penerima komoditas sekaligus merupakan
nantinya

43
tahap terahir dari penanganan pascapanen. yang masih membutuhkan perlakuan lebih lanjut
Konsumen yang dimaksud adalam masyarakat untuk dapat dikonsumsi dan masih dapat disimpan
umum yang membeli bahan pangan di pasar. Hsil dalam jangka aktu yang lama. Sebagian besar
paen yang telah masuk ke dalamm tahapan pemanfaatan hasil panen dilakukann untuk
pengolahan atau pemanfaatan dapat berupa bahan memenuhi pangan, sisanya digunakan untuk
jadi maupun bahan setengah jadi. Bahan jadi memenuhi kebutuhan sehari – hari, seperti:
merupakan bahan yang sudah tidak perlu diolah kebutuhan upacara atau ritual adat, bahan sandang,
kembali, sehingga dapat langsung dikonsumsi, bahan papan, dll.
sementara bahan setengah jadi merupakan bahan

Ethnic!
Pakan Ternak Dari Limbah Kulit Kopi

Limbah kulit kopi sering diolah menjadi campuran pakan ternak oleh masyarakat Kabupaten Lumajang.
Pembuatan pakan ternak ini sendriri melibatkan proses fermentasi. Hal pertama yang dilakukan dalam proses
pembuatannya yaitu mencampur limbah kulit kopi yang sudaj dikeringkan dengan tetes dan EM 4 (khusus ternak),
yang kemudian di fermentasi selama 4-7 hari. Setelah pakan “matang”, barulah diberikan pada ternak (sapi,
kambing, ayam) dengan cara dicampurkan dengan pakan utama (rumput). Keunikan dari pemberian pakan ini,
yaitu kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak yang telah diberikan pakan ini dapat digunakan sebagai pupuk
kandang secara langsung tanpa melalui proses pengolahan kembali.

44
SUMBER RUJUKAN

DAFTAR PUSTAKA

Albuquerque, U.P., L. V. F. C. da Cunha, R. F. P. de Lucena, dan R. R. N. Alves. 2014. Methods and


Techniques in Ethnobiology and Ethnoecology. New York: Humana Press
Amanda, U. D. 2017. Pemanfaatan Tanaman Refugia Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman
Padi. Buletin IKATAN. 7(2): 29-45
Anderson, E. N., D. Pearsall, E. Hunn, dan N. Turner. 2011. Ethnobiology. New Jersey: A John Wiley & Sons,
Inc. Publication
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung. 2019. Lampung Barat Dalam Angka 2018. Bandar Lampung
Badan Pusat Statistik. 2019. Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Lumajang (Pencacahan
Lengkap). Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 Kabupaten Situbondo (Pencacahan
Lengkap). Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2000. Lampung Barat Dalam Angka 1999. Bandar Lampung

Badrudin, A. 2014. Pranata Mangsa Jawa (Cermin Pengetahuan Kolektif Masyarakat Petani di Jawa).
Adabiyyat. 13(2): 229-252
Carranza, C. D. C. 2013. En Defensa de Una Teoria Gaia Organica. Ecosistemas. 22(2): 113-118
Dewi, L. K., Y. A. Mulyani, A. Mardiastuti, dan F. N. Tirtaningtyas. 2013. Penggunaan Jala Kabut Untuk
Studi Populasi Burung Gereja Erasia (Passer montanus) di Kampus IPB Dramaga: Variasi Jumlah
Tangkapan dan Bobot Tubuh Pada Musim Berbeda. Media Konservasi. 18(3):152-160

Evizal, R. 2013. Etno-agronomi Pengelolaan Perkebunan Kopi di Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat.
Agrotrop. 3(2): 1-12
Evizal, R, dan Prasmatiwi, F., E. 2019. Pertanian Spesifik Lokasi: Etnoagronomi Ragam Kopi Grafiting di
Lampung. Jurnal Agrotopika. 15: 17-22
Evizal, R., Sa’diyah, A., dan Prasmawati, F., E. 2015. Kelayakan Agroindustri Kopi Luwak Di Kabupaten
Lampung Barat. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. 16(1): 63-72

Geertz. 2003. Pengetahuan Lokal: Esai-Esai Lanjutan Antropologi Interpretatif. Yogyakarta: Yayasan
Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation

45
Hakim, L. 2014. Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah, Ketahanan pangan, Kesehatan, dan
Agroisata. Malang: Selaras

Hariyanto, R., dan K. Sa’diyah. 2018. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit dan Hama Pada Tanaman Tebu
Menggunakan Metode Certainty Factor. Journal of Imformation Technology and Computer Science
(JOINTECS). 3(1): 179-181
Hidayati, I. N., dan Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian dan Strategi
Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. 16(1): 42-52
Hilmanto, R. 2010. Etnoekologi. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Iqbal, Suhardi, dan S. A. Nirisnawati. 2018. Uji Unjuk Kerja Alat Dan Mesin Perontok Multiguna. Jurnal
Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 6(1): 12-16
Kamal, S., N. Mahdi, dan N. Senja. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Perkebunan Kopi di
Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Jurnal Biotik. 1(2): 67-136
Kapa, M. J., T. Gunawan, dan S. R. Hardoyo. 2017. Sistem Pertanian Perladangan Tebas Bakar Berbasis
Kearifan Lokal Pada Wilayah Bercurah Hujan Eratik di Timor Barat. JPG (Jurnal Pendidikan
Geografi). 4(2): 10-19
Kementrian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementrian Pertanian Republik Indonesia
Kumar, P. R. dan M. S. Francis. 2014. Etno Agricultural Practices of Kurichiyan, Mullakaruman,
Thachanaden Muppen and Wayanadan Chetti of Wayanadan District, Kerala. Meghalaya: Mahatma
Gandhi University
Magdalena, F., Sudiarso, dan T. Sumarni. 2013. Penggunaan Pupuk Kandang dan Pupuk Hijau Crotalaria
juncea L. Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Produksi Tanaman. 1(2): 61-71
Makarim, A. K., Ikhani, dan M. J. Mejaya. 2017. Rasionalisasi Pola Rotasi Tanaman Pangan Berbasis
Ketersediaan Air. Iptek Tanaman Pangan. 12(2): 83-90
Mauidzotussyarifah, N. Aini, dan N. Herlina. 2018. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Dengan Pola Tanam
Tumpangsari Pada Tanaman Buncis (Phaseolus bulgaris L.) dan Tanaman Pakcoy (Brasicca
rapachinensis). Jurnal Produksi Tanam. 6(2): 246-251
Marpaung, A. Y. A., Y. Pangestiningsih, dan M. I. Pinem. 2014. Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama
Lalat Buah Bactrocera sp. Pada Tanaman Jeruk di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo. Jurnal Online
Agroteknologi. 2(4): 1316-1323
Nisaa’, A. K., B. Guritno, dan T. Sumarni. 2016. Pengaruh Pupuk Hijau Crotalaria mucronata dan C. junecea
Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine ma L. Merril). Jurnal Produksi Tanaman. 4(8):
602-610
Pradana, A. 2018. FROST: Embun Beku Di Wilayah Daratan Tinggi Dieng Dalam Bayangan Iklim
Pegunungan Wonosobo. Jurnal Online Klimatologi. 3(2): 1-10
Pradana, R. E., N. Rahmawati, dan Mariati. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). Jurnal Agroteknologi. 4(4): 2212-2217

46
Pujiastuti, Y., H. W. S. Weni, dan A. Umayah. 2015. Peran Tanaman Refugia Terhadap Kelimpahan Serangga
Herbivora Pada Tanaman Padi Pasang Surut. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. 1-9

Purba, R. 2015. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Pada Usahatani Padi Saah di Serang Banten.
Agriekonomika. 4(1): 59-65
Raflis, M. N., dan J. D. Pratiwi. 2011. Motivasi Petani Dalam Mempertahankan Sistem Tradisional Pada
Usahatani Padi Sawah di Desa Parbaju Julu Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatra Utara.
AGRISEP. 10(1): 51-62
Rai, Nyoman I. 2016. Dasar-Dasar Agronomi. Bali: Percetakan Pelawa Sari

Resti, V. D. A. 2015. Distribusi Temporal Arthropoda Pada Tumbuhan Liar Centella asiatica L. di Kebun
Biologi Fakultasmipa Universitas Negeri Malang. Bioeksperimen. 1(2): 1-8
Riajaya, P. D. 2008. Rekomendasi Waktu Tanam Kapas di Lahan Tadah Hujan. Perspektif. 7(2): 92-101
Rifqi, M. 2017. Ladang Berpindah Dan Model Pengembangan Pangan Indonesia Studi Kasus Daerah Dengan
Teknik Ladang Berpindah Dan Pertanian Modern. Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi
Dan Industri. E22.1-E22.8

Rohmah, E. I. 2018. Kalender Cina Dalam Tinjauan Historis dan Astronomis. Al-Marsyad: Jurnal Astronomi
Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan. 4(1): 31-45
Rohmah, K. N., Desnita, dan A. H. Permana. 2016. Rancangan Buku Pengayaan Pengetahuan “Kajian Fisis
Lubang Hitam”. Prosiding Seminar Nasional Fisika. 5: 41-44
Sabtaki, D., T. D. Andalasari, dan S. Ramadiana. 2013. Pengaruh Tumpangsari Selada dan Sawi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Dua Kultivar Gladior (Gladiolus hybridus L.). Jurnal Agrotek Tropika. 1(1):
61-65
Santosa, I., dan E. Sulistiawati. 2014. Ekstraksi Abu Kayu dengan Pelarut Air Menggunakan Sistem Bertahap
Banyak Beraliran Silang. Chemica. 1(1): 33-39
Sektiwi, A. T., N. Aini, dan H. T. Sebayang. 2013. Kajian Model Tanam dan aktu Tanam Dalam Sistem
Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Benih Jagung. Jurnal Produksi Tanaman. 1(3): 59-
70
Siregar, A. Z. 2016. Literasi Inventarisasi Hama dan Penyakit Tembakau Deli di Perkebunan Sumatra Utara.
Jurnal Pertanian Tropik. 3(3): 206-213

Sukmawati. 2015. Analisis Ketersediaan C-Organik di Lahan Kering Setelah Diterapkan Berbagai Model
Sistem Penanaman Hedgrow. Jurnal Galung Tropika. 4(2): 115-120
Sukmawati, F. N., dan Z. Zein. 2016. Pemanfaatan Abu Dapur Sebagai Media Tanam Pembibitan Kakao
(Theobroma cacao). Gontor AGROTECH Science Journal. 2(2): 115-124
Susanti, R., H. Hanif, dan Lisdayani. 2018. Analisa Kadar Kuantitatif Senyawa Lutein Dari Tanaman Kenikir
(Tagetes erecta L.) Sebagai Mikrohabitat Dari Musuh Alami Hama. Agrium. 21(3): 230-233

Swastika, S., D. Pratama, T. Hidayat, dan K. B. Andri. 2017. Buku Petunjuk Teknis Teknologi Budidaya Cabai
Merah. Pekanbaru: UR Press
Syam, N. 2007. Madzhab-Madzhab Antropologi. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta

47
Talaohu, M. 2013. Perladangan Berpindah: Antara Masalah Lingkungan dan Masalah Sosial. Populis. 7(1):
59-63

Utami, J., dan S. Hardyastuti. 2011. El Nino, La Nina dan Penaaran Pangan di Jaa, Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 12(2): 257-271
Wibowo, L., Indriyati, dan Solikhin. 2008. Uji Aplikasi Ekstrak Kasar Buah Pinang, Akar Tuba, Patah Tulang,
dan Daun Mimba Terhadap Keong Mas (Pomacea sp.) di Rumah Kaca. J. HPT Tropika. 8(1): 17-22
World Agroforestry Centre. 2019. Intensifikasi Sistem Bera. Bogor: Participatory Integrated Development in
Rainfed Areas

48
z KAMUS ISTILAH

GLOSARIUM

A–E Budaya adalah pola piker dan cara pandang


suatu komunitas masyarakat tertentu berupa
pengetahuan yang diwariskan secara turun-
Abu Tumang adalah abu sisa pembakaran temurun
rumah tangga atau limbah dapur
Budi Daya adalah suatu usaha yang dilakukan
Agroekosistem adalah ekosistem buatan untuk memperoleh hasil atau manfaat tertentu
manusia yang perkembangannya ditujukan bagi manusia
untuk memenuhi produk pertanian dan
kebutuhan sehari-hari Cuaca adalah perubahan kondisi atmosfer yang
terjadi pada suatu daerah tertentu dan berlaku
Agronomi adalah cabang ilmu pertanian yang dalam jangka waktu yang pendek
mempelajari tentang teori dan praktik budi
daya tanaman berdasarkan kajian ilmiah Dimensi Temporal adalah kondisi teraktual
dengan produk ahir sebagai hasil dari sejarah
Agronomis adalah orang yang terlibat dalam berupa dokumen tertulis
penelitian pengembangan kualitas dan
kuantitas produksi tanaman Distribusi adalah kegiatan penyaluran barang
dari suatu pihak menuju ke pihak lainnya
Anatomi adalah ilmu tentang struktur dan
organisasi mahluk hidup Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
interaksi mahluk hidup terhadap lingkungan
Angin Fohn adalah angina yang bersifat hangat disekitarnya
dan kering yang bertiup menuruni lereng
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara
Badung adalah lahan yang sedang komponen biotik dan komponen abiotic
“diistirahatkan” atau melalui masa bera hingga membentuk ikatan yang saling
Bera adalah suatu upaya pengambilan tingkat mempengaruhi satu sama lain pada suatu
kesuburan tanah yang dilakukan oleh petani habitat dan dalam kurun waktu tertentu
dengan membiarkan tanah tanpa ditanami Etnis adalah komunitas atau kelompok manusia
selama beberapa waktu tertentu untuk melalui yang mengidentifikasikan dirinya ke dalam
proses alamiah persamaan garis keturunan, adat istiadat,
Biologi Konservasi adalah cabang ilmu biologi bahasa, dan cara pandang
yang dikhususkan dalam pelestarian mahluk Etnosains adalah pengetahuan khas yang
hidup dan lingkungannya dimiliki oleh suatu bangsa
Biotik adalah komponen mahluk hidup yang Etnoagronomi adalah ilmu tentang budi daya
berinteraksi dengan komponen abiotik dalam pertanian berdasarkan sudut pandang tradisi,
suatu habitat norma, dan social-budaya dari suatu etnis atau
Botani adalah ilmu yang mempelajari tentang kelompok masyarakat tertentu
tumbuhan

49
F–J asal mula kelahiran manusia yang
pelaksanaannya bertujuan untuk menghormati
para leluhur dan memohon keselamatan dan
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kelancaran rezeki
keberlangsungan system kehidupan dalam
menjalankan fungsi dan peranan sesuai Konservasi adalah suatu upaya perlindungan
dengan kedudukannya masing-masing terhadap keanekaragaman spesies melalui
aktivitas pemanfaatan spesies secara arif dan
Frost adalah lapisan tipis es yang terbentuk pada bijaksana
permukaan padat
Lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang memiliki daya dukung dalam pemenuhan
bumi dan perubahan-perubahan yang terjadi kesejahteraan dan kebutuhan manusia
terhadapnya
Leluhur adalah nenek moyang atau kelompok
Hama adalah organisme dari kelompok anmalia manusia terdahulu
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanaman akibat aktivitas biologis yang ia Lumbung adalah tempat penyimpanan
ekspresikan terhadap tanaman tersebut sementara dari hasil panen yang telah
dikumpulkan untuk menghindari serangan
Holistik adalah suatu pandangan yang bersifat hama dan media pengeringan
keseluruhan dan memandang segala sesuatu
sebagai suatu bentuk kesatuan yang utuh Monokultur adalah suatu teknik budi daya
tanaman di lahan pertanian melalui praktik
Hujan Orografis adalah hujan yang terjadi di penanaman satu jenis tanaman pada suatu
daerah oegunungan akibat adanya kenaikan areal produksi
udara yang mengandung uap air dari daerah
lembah menuju ke atas yang dibawa oleh Mulsa adalah material penutup tanaman yang
angina fohn ditujukan untuk menjaga kelembapan tanah
dan mengurangi intensitas cahaya matahari
Iklim adalah perubahan kondisi atmosfer yang
mencakup wilayah yang luas dan dalam kurun Musim adalah perubahan kondisi atmosfer yang
waktu yang panjang diakibatkan oleh adanya gerak revolusi bumi
terhadap matahari
Industri adalah kegiatan pengolahan barang
untuk mendapatkan hasil ahir yang bernilai
ekonomi tinggi P–T
K–O Parasitoid adalah organisme
menghabiskan sebagian besar riwayat
yang

hidupnya dengan bergantung pada organisme


Kalender Hijriah adalah system penanggalan inang yang ahirnya membunuh inang tersebut
yang digunakan oleh umat Islam sebagai dalam prosesnya
acuan waktu, yang didasarkan atas peristiwa
Hijrah Nabi Muhammad SAW, dari Mekah Pari Meteng adalah selametan yang dilakukan
menuju Madinah sebelum memasuki periode panen
Kalender Jawa-Islam adalah system Pasaran adalah hari yang digunakan dalam
penanggalan yang didasarkan atas kalender Jawa-Islam, terdiri atas: pon, wage,
pengembangan dan modifikasi kalender kuno kliwon, pahing, dan legi.
yang digunakan oleh masyarakat Jawa pada
masa-masa awal, dengan mengacu terhadap Patogen adalah mikroorganisme parasite yang
menyebabkan penyakit
kalender Hijriah
Karo adalah upacara adat yang melambangkan Pertanian Hedgrow adalah merupakan
asal mula pengemba

50
pengembangan dari sistem penanaman Sedekah Desa adalah upacara adat yang
lorong, yang merupakan salah satu strategi dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas
dalam pengendalian erosi rezeki yang melimpah
Polikultur adalah suatu teknik budi daya Suhu adalah perubahan kondisi panas dan dingin
tanaman di lahan pertanian melalui praktik dari lingkungan
penanaman beberapa jenis tanaman pada
suatu areal produksi Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis
Predator adalah hewan yang memburu dan
memangsa hewan lain Topografi adalah ilmu yang mempelajari tentag
keadaan permukaan bumi pada suatu daerah
Produksi adalah suatu kegiatan untuk tertentu
menciptakan atau menambah nilai guna suatu
barang dalam upaya memenuhi kebutuhan
sehari-hari
U–Z
Refugia adalah tanaman yang ditanam untuk Wiwitan adalah selametan yang dilakukan
menyediakan microhabitat bagi musuh alami sebelum memasuki periode tanam
atau hasil produksi sampingan Varietas adalah kelompok tanaman pada jenis
Residu adalah segala sesuatu yang tertinggal tertentu yang dapat dibedakan dari kelompok
atau tersisa, yang berperan sebagai lain berdasarkan karakteristik dan sifat lain
kontaminan dalam suau proses kimia tertentu yang khas

Salamettan adalah upacara yang dilakukan Vegetasi adalah tumbuhan yang mengelompok
untuk memohon keselamatan pada suatu habitat tertentu

51
Tentang Penulis

Intan Sari Junnyarti


Mahasiswa S1

Pendidikan
Penulis merupakan mahasiswa S1 di
Program Studi Pendidikan Biologi TK Bayuangga II, Probolinggo
Universitas Jember yang sedang SDN Sumber Wetan II, Probolinggo
menyusun skripsi sebagai syarat untuk SMP Negeri 6 Probolinggo, Probolinggo
menyelesaikan studi di instansi
tersebut. Penulis memiliki ketertarikan SMA Negeri 3 Probolinggo, Problinggo
dalam bidang seni rupa, tari Universitas Negeri Jember, Jember
tradisional atau moderen, seni musik,
dan desain grafis.

Kontak Saya
Saat Ini
Penulis saat ini tinggal bersama kedua orang tua
085 607589926 dan adik di Probolinggo, di Jl. Pondok Pesantren
RT 002/RW 003, Dusun Krajan, Kecamatan
Kedopok, Kota Probolinggo.
Intan6215

Intan Sari Junnyarti

intanj21@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai