Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUBUNGAN KERJASAMA INDONESIA-KOREA SELATAN


DALAM MENYONGSONG ERA PASAR BEBAS

Disusun oleh:
 Dalbert 12 IPS 2/08
 Jessica 12 IPS 2/15
 Jesslynn 12 IPS 2/16

SMK 2 PENABUR JAKARTA


Tahun ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya yang
melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu tugas pembuatan Makalah mengenai Pasar
Bebas (Free Trade).

Sebelumnya kami sampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada bapak/ibu


pengajar selaku pedoman dan pemandu kami dalam, dan yang memberikan arahan dan
bimbingannya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, kami sangat berharap dukungan serta
sumbangsih pikiran baik berupa kritik maupun saran yang membangun.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya selalu. Akhir
kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi kami (penulis) pada
khususnya, maupun bagi yang memerlukan.

Jakarta, 20 Februari 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi merupakan suatu permasalahan penting bagi suatu bangsa, dan dengab melakukan
kerjasama dengan negara lain dapat meningkatkan kualitas negara. Setiap negara pasti memiliki
keinginan untuk mencapai kepentingan nasionalnya baik dalam wilayah negaranya sendiri
maupun diluar wilayah negara tersebut. Salah satu instrument penting yang digunakan suatu
negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya dengan negara lain yaitu dengan adanya
kerjasama antarnegara.
Indonesia merupakan negara yang menganut landasan kebijakan politik luar negeri bebas-aktif.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa politik luar negeri bebas aktif ini bermakna menjalin
hubungan persahabatan dengan Blok Barat dan Blok Timur demi kepentingan nasional (Arista,
2016). Dengan keterkaitan tersebut, Indonesia juga melakukan hubungan kerja sama bilateral
maupun multiteral dengan negara-negara di dunia untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Hubungan bilateral merupakan hubungan kerjasama dengan satu negara dengan negara lain
sedangkan hubungan multiteral merupakan hubungan kerjasama suatu negara dengan beberapa
negara lainnya. Sehubungan dengan itu, saya mencoba memahami bagaimana kebijakan politik
luar negeri Indonesia dalam hubungan bilateral dengan Korea Selatan.
Diketahui bahwa Indonesia dan Korea Selatan memiliki hubungan yang cukup erat, baik secara
ekonomi maupun bidang lainnya. Hubungan diplomatik kedua negara tersebut secara resmi
dimulai sejak 17 September 1973. Eratnya hubungan antara Indonesia-Korea Selatan ini
didukung oleh faktor adanyabkeunggulan yang dimiliki masing-masing negara yang dapat
digunakan untuk membuka peluang kerja sama baru seperti peluang membuka lapangan
pekerjaan, peningkatan ekonomi bagi masing-masing negara, dan peningkatan pembangunan
diberbai sektor lainnya. Dengan demikian, kami mencoba memahami bagaimana hubungan
antara kedua negara tersebut melalui pemahaman kebijakan politik luar negeri Indonesia-Korea
Selatan khususnya dalam bidang ekonomi, yakni Pasar Bebas, yang dikeluarkan oleh kedua
negara tersebut dalam mencapai kepentingan nasionalnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas pada makalah ini di antaranya:
1. Apa itu Pasar Bebas/Perdagangan Bebas?
2. Bagaimana Bentuk Kerjasama Indonesia-Korea Selatan?
3. Bagaimana Bentuk Hubungan Indonesia-Korea dalam Pasar Bebas?
C. Tujuan Penelitian
Sementara, tujuan-tujuan yang ingin kami capai dalam membuat makalah ini, di antaranya:
1. Mengetahui apa itu pasar global
2. Mengetahui bentuk kerjasama Indonesia-Korea Selatan
3. Mengetahui upaya apa yang dilakukan Indonesia-Korea Selatan dalam penyongsongan Pasar
Bebas

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pasar Bebas/Perdagangan Bebas
1. Definisi Pasar Bebas/Perdagangan Bebas
Pasar Bebas atau Perdagangan bebas (Free Trade) merupakan suatu kegiatan jual beli produk
antar negara tanpa adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu
di dalam suatu negara. Sehingga, suatu negara, perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat
menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lain pun dapat
menjual produknya di dalam negeri sehingga konsumen dapat mendapatkan barang-barang
kualitas internasional dengan mudah dan dengan harga yang relatif terjangkau.
2. Ciri-ciri Pasar Bebas/Perdagangan Bebas
 Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan perdagangan yang lain
(seperti kuota impor atau subsidi untuk produsen), maksudnya adalah jual beli tersebut
dilakukan tanpa dikenai pajak pada pemerintah.
 Perdagangan layanan tanpa pajak atau pembatasan perdagangan yang lain, hal ini pun
hampir sama dengan poin pertama, tidak adanya ketentuan pajak yang khusus yang
dikenakan kepada produsen, juga tidak adanya pembatasan oleh perdagangan yang lain.
 Ketiadaan dasar-dasar “pemutar belit perdagangan" (seperti pajak, subsidi, peraturan atau
hukum) yang memberikan kelebihan kepada sejumlah kecil perusahaan, isi rumah, atau
faktor-faktor produksi.
 Akses bebas ke pasar, tidak adanya batasan atau kemudahan akses yang dapat langsung
pada pasarnya, langsung pada konsumen dalam proses penjualannya.
 Akses bebas kepada informasi pasar, konsumen dalam proses membeli produk dapat
meraih informasi secara terbuka dan bebas.
 Ketidakupayaan mengacaukan pasar melalui kekuatan monopoli atau oligopoly
pemberian pemerintah
 Pergerakan bebas tenaga kerja antara luar dan dalam Negara
 Pergerakan bebas modal antara luar dan dalam Negara
3. Pola Kegiatan Pasar Bebas/Perdagangan Bebas
Dalam analisis ekonomi yang didapati pada masa ini, system ekonomi seperti yang diterangakan
oleh adam smith dinamakan ekonomi pasar bebas. Dalam system l ekeonomi ini kegiatan-
kegiatan dalam perekonomian sepenuhnya diatur oleh mekanisme pasar yang invisible hand.
Interaksi diantara penjual dan pembeli di pasar (pasar barang dan produksi) akan menentukan
corak produksi nasional yang akan diwujudkan dan caranya produksi nasional tersebut akan
dihasilkan. Invisible hand atau tangan gaib, merupakan suatu istilah yang diungkapkan oleh
Adam Smith. Di dalam istilah tersebut, Adam Smith berpendapat bahwa kegiatan dalam
perekonomian tidak perlu diatur oleh pemerintah dan apabila setiap individu dalam masyarakat
diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi yang mereka inginkan maka akan
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang teguh.
Menurut Adam Smith, pemerintah mempunyai peranan yang terbatas pada penyediaan dan
pengembangan infrastruktur dan menjalankan administrasi pemerintahan. Apabila pemerintah
terlalu ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi maka akan semakin mengurangi efisiensi
kegiatan ekonomi. Tetapi apabila pemerintah tidak secara aktif terlibat dalam kegiatan ekonomi,
maka akan tecipta pengaturan dan penyesuaian perekonomian yang bebas campur tangan
pemerintah dan mewujudkan kegiatan ekonomiyang efisien.
4. Kelebihan/Kebaikan Pasar Bebas
Semenjak lama ahli-ahli ekonomi berkeyakinan bahwa sistem ekonomi pasar bebas mempunyai
beberapa kelebihan dan keistimewaan jika dibandingkan dengan sistem-sistem ekonomi yang
lain. Kebaikan-kebaikan utama dari sistem pasar bebas adalah:
 Faktor produksi digunakan dengan efisien
Efisiensi Alokatif, efisiensi ini dicapai apabila perusahaan beroperasi sedemikian rupa
sehingga tingkat harga sama dengan biaya marjinal. Efisiensi produktif, dicapai jika
perusahaan beroperasi dengan biaya yang paling minimum yaitu bagian terendah dari AC
Kedua efisiensi ini dicapai hanya pada pasar persaingan sempurna (pasar bebas).
 Kegiatan ekonomi dalam pasaran diatur dan diselaraskan dengan efisien
Dalam persaingan sempurna setiap terjadi ketidakselarasan (misal kelebihan output)
maka tanpa menunggu perintah dari pemerintah para pelaku pasar akan menyesuaikan
posisinya. Misal produsen akan meninggalkan industri ini untuk berusahaan pada bidang
lain yang tidak terjadi ketidakselarasan.
 Pertumbuhan ekonomi yang kuat
Kebebabasan berusaha mengakibatkan produsen bekerja dengan efesien dan lebih
giat.Produktifitas dipacu karena diantara mereka bersaing dengan sangat ketat (timbul
inovasi dalam banayak aspek).
 Kebebasan pelaku ekonomi memilih bidang usahanya
Kebebasan yang luas juga wujud di dalam menentukan kegiatan yang akan dilakukan
oleh seseorang. Apakah seseorang itu ingin tetap hidup secara sederhana dan lebih
menikmati masa lapang atau bekerja keras agar dapat menikmati lebih banyak barang dan
memberi kebahagiaan kepada keluarganya? Sepenuhnya tergantung kepada individu yang
bersangkutan, perusahaan-perusahaan juga mendapat kebebasan yang luas dalam
menjalankan kegiatan mereka terdapat kebebasan kepada setiap perusahaan untuk
menentukan jenis barang yang akan diproduksi nya kapasitas produksi yang akan
digunakan dan tingkat produksi yang akan dicapai dalam perekonomian pasar tidak
terdapat sesuatu badan tertentu yang akan mengatur perusahaan-perusahaan melakukan
berbagai aspek dari operasi produksi mereka.
5. Kekurangan/Kelemahan Pasar Bebas
Beberapa kelemahan dari sistem pasar bebas bersumber dari ketidakmampuan sistem pasar untuk
mengatur kegiatan ekonomi seefisien seperti yang diharapkan. Dalam kegiatan ekonomi yang
sebenarnya terdapat beberapa bentuk kegagalan dari sistem pasar untuk mewujudkan kegiatan
ekonomi yang teguh dan efisien. Kegagalan tersebut terutama bersumber dari faktor-faktor
berikut:
 Akibat ekstern (eksternalitas) yang merugikan.
a. Biaya pribadi, yaitu biaya yang dikeluarkan produsen untuk membeli factor produksi
berkaitan dengan proses produksinya.
b. Biaya sosial, yaitu yaitu biaya pribadi ditambah biaya yang ditanggung masyarakat
akibat proses produksi yang dilakukan suatu perusahaan.
c. Eksternalitas yang merugikan muncul jika biaya sosial melebihi biaya pribadi.
d. Manfaat sosial bersih (social net benefit) muncul jika eksternalitas yang
menguntungkan melebihi eksternalitas biaya.
 Kekurangan barang publik dan barang merit.
a. Barang publik, yaitu barang yang penggunaannya dilakukan bersama (misal jalan
raya, jasa keamanan umum/polisi, pengamatan cuaca dll.).
b. Barang merit, yaitu suatu barang yang karena alasan tertentu perlu dikontrol (merit
bad, misal rokok) atau digalakan produksinya (merit goods, misal pendidikan).
 Mewujudkan kekuasaan monopoli dalam pasar
Kondisi persaingan sempurna (efisiensi alokatif dan efisiensi produktif) tidak pernah
benar-benar terjadi. Terdapat perbedaan kemampuan antar perusahaan dalam mencapai
efisiensi sehingga yang paling efisien berpotensi menjadi monopolis.
 Kegagalan membuat penyesuaian dengan efisien
Kekurangan informasi, kekurangan modal, perbedaan kualitas faktor produk.
Perkembangan ekonomi yang tidak seimbang pada berbagai kegiatan dan wilayah.
Terdapat berbagai jenis kekakuan (rigditas) yang menyebabkan proses penyesuaian
berjalan lambat (misal pengangguran, sangat sulit dihilangkan padahal secara teori
mudah hilang dengan diturunkannya upah).
 Distribusi pendapatan tidak merata
Perekonomian pasar memberikan pendapatan yang lebih besar kepada perusahaan yang
lebih efesien, lebih tinggi keterampilan dan keahliannya, dan lebih kreatif.

B. Kerjasama Indonesia-Korea Selatan

Setelah mengetahui apa itu pasar global, kami akan menjelaskan secara padat dan jelas mengenai
hubungan kerjasama Indonesia-Korea Selatan. Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan
Korea Selatan sebenernya sudah terjadi sejak tahun 1966 namun hubungan tersebut baru terjalin
hanya setingkat Konsulat Jenderal. Sehingga, hubungan resmi diplomatik antara Indonesia-
Korea Selatan baru diresmikan pada tanggal 7 September 1973.
Sejak hubungan diplomatik kedua negara tersebut resmi pada tahun 1973, kedua negara baik
Indonesia maupun Korea Selatan selalu berusaha untuk meningkatkan hubungan kerjasama
bilateralnya. Hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut, yang awalnya hanya berfokus
pada bidang industry dan teknologi saat ini menjadi semakin luas. Kerja sama yang dilakukan
kedua negara tersebut saat ini yaitu, seperti pada bidang energi, lingkungan hidup, kelautan dan
perikanan, kehutanan, pertanian, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Hubungan bilateral kedua
negara meningkat tajam sejak ditandatanganinya Joint Declaration on Strategic Partnership to
promote Friendship and Cooperation in the 21st Century oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Ro Moo-Hyun pada tanggal 4 Desember 2006. Deklarasi tersebut memuat 32
item kerjasama dalam bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta hukum.
Pada tahun 2018, dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, hubungan antara Indonesia
dan Korea Selatan semakin menuju kearah yang positif. Pada pelaksanaan The 3rd Indonesia-
Korea Consular Consultation di Seoul, Korea Selatan membahas agenda terkait dengan
kekonsuleran, perlindunganWNI, dan sebagainya. Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo
tersebut, beliau berhasil meningkatkan hubungan kerja sama bilateral antar kedua negara.
Semenjak kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan Kemitraan Strategis menjadi
Kemitraan Strategis Khusus yang langsung ditangani oleh presiden Korea Selatan Moon Jae In,
hubungan kedua negara tersebut menjadi hubungan teraktif dibandingkan dengan hubungan
bilateral Indonesia dengan negara lainnya.

Hubungan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan

Indonesia dan Korea Selatan merupakan mitra dagang yang kuat bagi masing-masing negara.
Korea Selatan merupakan salah satu sumber investasi terbesar bagi Indonesia. Hal tersebut
didukung dengan fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu tujuan utama investasi di luar
negeri bagi Korea Selatan, dengan nilai investasi sebesar USD 8,5 milyar. Seiring berjalannya
waktu, hubungan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan mengalami pasang surut dalam
sektor ekspor dan impor. Kementerian Perdagangan Indonesia mencatat bahwa pada periode
Januari 2016, nilai ekspor dan impor Indonesia dan Korea Selatan menurun dibanding periode
yang sama pada 2015 (Rompas, 2019). Dalam meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi,
perdagangan dan investasi. pemerintah Indonesia dan Korea Selatan secara nyata membentuk
Indonesia-Korea Join Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC)
pada 2007, yang kemudian di revitalisasikan menjadi Working Level Task Force Meeting
(WLTFM) pada 2011. Dalam kerjasama tersebut, kedua negara rajin melakukan pertemuan
dalam rangka membahas dan mengontrol proses kerjaproyek-proyek dalam Sembilan working
group yang ada. Tiga dari Sembilan working group tersebut telah terelealisasi dan berjalan
dengan baik (Rompas, 2019).
Setelah pergantian pemimpin di kedua negara tersebut, pada bulan Mei 2017, Presiden Moon Jae
In menetapkan kebijakan New Southern Policy yang mengarah pada peningkatan hubungan
Korea Selatan dengan negara-negara ASEAN dan India. Dalam konteks implementasi kebijakan
New Southern Policy, perkembangan penting yang dicatat adalah kunjungan pertama Presiden
Moon ke luar negeri pada bulan November 2017 adalah ke Indonesia. Pada pertemuan tersebut,
presiden Jokowi dan Moon Jae In sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara
tersebut dari level “strategic partnership” menjadi “special strategic partnership”. Dan sejak
adanya kesepakatan tersebut, total perdagangan Korea-Indonesia pada tahun 2018 terus
mengalami peningkatan sebesar US$ 18,57 milyar atau naik 12,58% dari periode sebelumnya.
Komposisi nilai perdagangan bilateral tersebut terdiri dari ekspor Indonesia ke Korsel sebesar
US$ 10,35 miliar, impor Indonesia dari ROK sebesar US$ 8,22 miliar, dengan surplus
perdagangan sebesar US$ 2,13 miliar untuk Indonesia.

Beberapa produk Indonesia yang permintaannya meningkat adalah produk plywood, minyak
nabati, alas kaki, dan produk setengah jadi dari besi dan baja. produk Indonesia yang meningkat
seperti produk plywood, minyak nabati, alas kaki, dan produk setengah jadi dari besi dan baja.
Produk non-migas utama ekspor Indonesia ke Korea didominasi oleh produk primer seperti
Batubara, karet alam, biji tembaga, pulp wood dan lain-lain. Di samping produk-produk tersebut,
produk yang cukup berpotensi di pasar Korea di antaranya: makanan olahan; produk perikanan;
kopi; alas kaki; furniture; plywood; produk tekstil termasuk benang; charcoal; wood pellet; dan
palm kernel shell.

C. Hubungan Kerjasama Indonesia-Korea Selatan dalam menyongsong Pasar Bebas

1. AKFTA (ASEAN-Korea Free Trade Area)


 Pengertian AKFTA
Dalam hubungan kerjasama di Pasar Bebas/Perdagangan Bebas (Free Trade) dengan
Korea Selatan, Indonesia dinaungi oleh sebuah perjanjian yang bernama AKFTA. Apa itu
AKFTA? Kami akan menjelaskannya.
ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) adalah kesepakatan antara negara- negara
anggota ASEAN dengan Korea untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan
menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif
ataupun non tarif, peningkatan akses pasar, sekaligus peningkatan kerjasama ekonomi
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Korea.Seperti
kerjasama ekonomi lainnya yang berusaha mewujudkan perdagangan bebas, kerjasama
AKFTA ini juga bertujuan untuk memperlancar arus barang dan modal. Kerjasama ini
menjalankan prinsip-prinsip perdagangan internasional yang dipromosikan oleh rezim
perdagangan global World Trade Organization (WTO).Dalam Memorandum of
Understanding (MoU) dapat diketahui bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam
kerjasama ini. Secara umum, aktor utamanya dapat diklasifikasikan menjadi dua pihak
saja yaitu ASEAN dan Pemerintah Korea Selatan. Perjanjian ini juga menaungi Indonesia
dalam kerjasama dengan Korea Selatan.
Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk membentuk ASEAN-Korea Free Trade
Area (AKFTA) untuk memperkuat dan meningkatkan ekonomi, perdagangan dan
kerjasama investasi antara negara anggota ASEAN dan Korea dengan semakin
liberalisasi dan mempromosikan perdagangan barang dan jasa serta menciptakan
transparan, liberal dan rezim investasi. Perjanjian ini juga bertujuan untuk menjelajahi
area baru dan mengembangkan langkah-langkah yang tepat untuk kerjasama ekonomi
dan integrasi memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari negara-negara
anggota ASEAN yang baru dan menjembatani kesenjangan pembangunan dan
membangun kerangka koperasi untuk lebih memperkuat hubungan ekonomi antara
negara-negara.
Perjanjian tentang Mekanisme Penyelesaian Sengketa antara ASEAN dan Korea juga
ditandatangani pada 13 Desember 2005 untuk menyediakan mekanisme untuk setiap
sengketa yang mungkin timbul antara Pihak dari interpretasi, implementasi atau
penerapan semua berdiri Perjanjian sendiri dari ASEAN-Korea Free Trade Area
(AKFTA).

 Tujuan terbentuknya AKFTA


a. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi" perdagangan dan investasi di
antara para pihak.
b. Secara progresif meliberalisasi dan mempromosikan perdagangan barang dan jasajasa
maupun menciptakan rezim investasi yang transparan liberal dan asilitati.
c. Menggali bidang-bidang baru dan mengembangkan langkah-langkah yang tepat bagi
kerjasama dan integrasi ekonomi yang erat.
d. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari negara-negara anggota
ASEAN yang baru serta menjembatani kesenjanganpembangunan diantara para
pihak.
e. Menetapkan kerangka kerjasama bagi penguatan hubungan ekonomi lebih lanjut di
antara para pihak.

2. Peran Indonesia dalam AKFTA


Indonesia dan ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA). Ini termasuk:
 Tarif tarif yang lebih rendah dan pasar yang lebih luas telah meningkatkan akses pasar
produk ekspor nasional ke Korea.
 Memperluas kerja sama antara pengusaha kedua negara.
 Meningkatkan ekspor produk unggulan Indonesia untuk meraih peluang pasar di Korea.
Dalam hal ini, beberapa ekspor utama Indonesia ke Korea adalah bahan bakar mineral,
karet dan produk karet, mesin atau peralatan listrik, bijih, skal dan abu logam, bahan
kimia organik, pulp kayu atau selulosa, serat buatan untuk tenaga kerja, logam, kayu.
produk yang dibuat. Sampah atau limbah dari kayu, besi dan baja, industri makanan dan
lainnya.
 Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, dan Korea adalah negara
dengan teknologi canggih untuk menghasilkan produk dengan mengolah bahan
baku. Perjanjian ini akan memfasilitasi kerjasama antara pengusaha kedua negara dan
transfer teknologi antara kedua negara. Indonesia yang menandatangani Perjanjian
Perdagangan Bebas ASEAN-Korea (AKFTA), menghadapi tantangan sebagai berikut:
a. Indonesia perlu meningkatkan efisiensi, yaitu kemampuannya dalam
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan efisien, atau mencapai target produksi
yang tepat agar mampu bersaing dengan produk Korea.
b. Membuat lingkungan bisnis yang bersahabat untuk bertambah daya saing para pihak
dalam Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN - Korea (AKFTA).
c. Memperluas akses pasar.
d. Tingkatkan kemampuan Anda untuk memperoleh keterampilan informasi dan
komunikasi, termasuk promosi pemasaran.

3. Bentuk-Bentuk Campur Tangan Pemerintah dalam Sistem Pasar


Beberapa kegagalan mekanisme pasar seperti yang baru dijelaskan pada bab ini menimbulkan
kebutuhan campur tangan pemerintah dalam memperbaiki pengaturan kegiatan ekonomi. Dari
kelemahan-kelemahan mekanisme pasar yang telah diuraikan di bagian sebelum ini dapat
disimpulkan bahwa campur tangan pemerintah mempunyai beberapa tujuan penting seperti yang
dinyatakan di bawah ini:
 Mengawasi agar eksternaliti kegiatan ekonomi yang merugikan dapat dihindari atau
akibat buruknya dapat dikurangi.
 Menyediakan barang publik yang cukup sehingga masyarakat dapat memperoleh barang
tersebut dengan mudah dan dengan biaya yang murah.
 Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang besar
yang dapat mempengaruhi pasar, agar mereka tidak mempunyai kekuasaan monopoli
yang merugikan khalayak ramai.
 Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan penindasan dan
ketidaksetaraan di dalam masyarakat.
 Memastikan agar pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan dengan efisien.
Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
 Membuat dan melaksanakan peraturan atau undang-undang.
Salah satu cara yang dapat digunakan pemerintah untuk mempertinggi efisiensi kegiatan
ekonomi dan mencapai tujuan-tujuan lainnya dalam menjalankan dan mengembangkan
kegiatan ekonomi adalah dengan membuat peraturan dan undang-undang yang mengatur
kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam negara. Peraturan dan undang-undang yang
dibuat pemerintah untuk mengatur berbagai kegiatan ekonomi dalam sesuatu negara
dapat mencapai dua tujuan utama dalam usaha untuk mempertinggi efisiensi mekanisme
pasar.
a. Yang pertama, peraturan dan undang-undang akan dapat menciptakan suasana
ekonomi dan sosial yang akan memberikan galakan ke arah terciptanya sistem
mekanisme pasar yang efisien dan lancar.
b. Yang kedua, peraturan dan undang-undang dapat digunakan untuk memastikan agar
persaingan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dilakukan sebebas mungkin
dan kekuasaan monopoli sedapat mungkin dilenyapkan.
 Secara langsung melakukan beberapa kegiatan ekonomi (membuat perusahaan)
Dalam beberapa kegiatan tertentu undang-undang saja belum dapat memberi jaminan
bahwa kegiatan-kegiatan itu dapatdilaksanakan secara efisien, atau akanmemberi
kemakmuran yang paling tinggi kepada masyarakat. Bahkan adakalanya masyarakat akan
mendapat keuntungan yang sangat besar apabila kegiatan-kegiatan tersebut diserahkan
kepada pihak pemerintah. Untuk kegiatan-kegiatan yang mempunyai sifat seperti itu
pemerintah akan melakukan campur tangan secara langsung, yaitu pemerintah akan
langsung turut serta melakukan kegiatan-kegiatan memproduksi barang tersebut.
 Melakukan kebijakan fiskal dan moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral untuk mengatur
jumlah uang dalam perekonomian. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah didalam
memungut pajak dan membelanjakan pendapatan pajak tersebut untuk membiayai
kegiatan-kegiatannya. Di dalam perekonomian kedua kebijakan ini digunakan oleh
pemerintah untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:
a. Untuk mengatasi masalah-masalah pokok makro ekonomi yang timbul, yaitu masalah
pengangguran, masalah kenaikan harga-harga dan masalah menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang memuaskan.
b. Untuk menjamin agar faktor-faktor produksi digunakan dan dialokasikan keberbagai
kegiatan ekoomi secara efisien.
c. Untuk memperbaiki keadaan distribusi pendapatan yang tidak seimbang yang selalu
tercipta di dalam masyarakat yang kegiatan-kegiatan ekonominya terutama diatur
oleh sistem pasar bebas.

4. Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA)


Setelah mengetahui AKFTA, maka selanjutnya kami akan menjelaskan tentang IK-CEPA yang
menjadi bahan pokok pembahasan di makalah ini.
 Pengertian IK-CEPA
Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (Perjanjian
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea), atau IK-CEPA, merupakan bagian
dari diplomasi ekonomi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Diplomasi ekonomi
bilateral merupakan hubungan diplomasi yang dilakukan keluar antara satu negara dan
negara lain atau negara dan non-negara di mana keputusan diambil berdasarkan
kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak. Diplomasi ekonomi bilateral juga dinilai
lebih mudah dilakukan dibandingkan untuk jenis lain dari metode diplomasi ekonomi
karena proses persetujuan itu mudah dan tidak memakan waktu lama, serta kebijakan
atau program yang dilaksanakan akan lebih cepat diimplementasikan (Ismail, 2018).
Hubungan ekonomi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan pertama kali dimulai
pada tahun 1973 dan terus berlanjut hingga saat ini hari dan telah mengalami berbagai
tingkat kemajuan dan dampak bagi keduanya negara. Hal ini terlihat pada perkembangan
dan pembelian Korea Selatan kapal selam dan pesawat terbang untuk militer Indonesia.
Selain itu, ada juga beberapa investasi dari Korea Selatan ke Indonesia yaitu Lotte,
Samsung, Hankook Tires, KEB Hana Bank, dan Shinhan Financial Group. Selain itu,
Korea Selatan juga membantu pelatihan dan pengembangan pendidikan di Indonesia
melalui pendirian lembaga penelitian Korea di Universitas Indonesia dan Universitas
Gajah Mada (Ismail, 2018).
 Kemajuan IK-CEPA untuk Indonesia dan Korea Selatan
IK-CEPA 2020 berfokus pada perdagangan barang, yang meliputi pengurangan atau
penghapusan tarif; ketentuan asal barang; prosedur kepabeanan; perdagangan jasa;
investasi; kerja sama ekonomi; fasilitasi perdagangan; ganti rugi perdagangan; dan
kelembagaan pengaturan. Penjelasan mengenai proses IK-CEPA untuk Indonesia dan
Korea Selatan adalah:
a. Bidang perdagangan barang
Korea Selatan menghapus 95,54% pos tarif, sedangkan Indonesia menghapus 90,06%
pos tarif. Produk asal Indonesia yang pos tarifnya dihapus oleh Korea Selatan
termasuk asam stearat, buah-buahan kering, rumput laut, minyak mentah bahan
mentah t-shirt dan blockboard. Produk dari Korea Selatan itu tadi disingkirkan oleh
Indonesia adalah ball bearing, paving, gear box kendaraan, tanpa glasir, dan ubin hati
atau dinding (Disperindag Jatim, 2021).
b. Bidang pengurangan atau penghapusan tarif
Di sektor ini, Indonesia mengenakan tarif impor 94% dari Korea Selatan. Sedangkan
Korea Selatan menghapus 97,3% tarif Indonesia.
c. Bidang perdagangan jasa
Indonesia dan Korea Selatan membuka kurang lebih 100 subsektor untuk
ditingkatkan integrasi di sektor jasa di masa depan, seperti di sektor konstruksi,
layanan pos dan kurir, layanan komputer. Intra-Corporate Transferees (ICTs),
Independent Professionals (IPs), Business Visitors (BVs), and franchises (Kominfo
Jatim, 2021).
d. Bidang investasi
Indonesia memberikan preferensi tarif dalam memfasilitasi investasi Korea Selatan
dengan 0,96% pos tarif senilai US$254,69 juta atau setara dengan 2,96% dari total
impor Indonesia dari Korea Selatan. Indonesia juga memberikan tambahan preferensi
104 pos tarif untuk bahan mentah yang dibutuhkan Korea Selatan untuk berinvestasi
di Indonesia. Pada periode 2015-2020, investasi dilakukan oleh Indonesia dan Korea
Selatan mencapai US$6,7 miliar dengan total 12.992 proyek (Kemendag RI, 2021).
e. Sektor ekspor
Total nilai perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan mencapai US$ 15,65
miliar. Sedangkan nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar US$ 6,44 miliar.
Korea Selatan menduduki peringkat ke-8 bagi Indonesia sebagai negara tujuan ekspor
negara, dengan total US$ 7,23 miliar, dan menduduki peringkat ke-6 sebagai sumber
impor untuk Indonesia, dengan total US$ 8,42 miliar (Kemendag RI, 2021). Besi
tahan kara, karet alam, pulp, batu bara, briket, dan kayu lapis adalah yang terkemuka
di Indonesia ekspor produk ke Korea Selatan (Kemendag RI, 2020).
Setelah Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk mengaktifkan kembali negosiasi IK-CEPA
pada tahun 2019, berfokus pada perdagangan barang, yang meliput pengurangan atau
penghapusan tarif; ketentuan asal barang; bea cukai; Prosedur perdagangan jasa; investasi;
kerja sama ekonomi; berdagang fasilitasi; pemulihan perdagangan; dan pengaturan
kelembagaan. Kesepakatan IK-CEPA berdampak sangat berarti, seperti terbukanya kesempatan
bagi Perusahaan Indonesia menjadi industri pendukung bagi Korea Selatan perusahaan,
masuknya beberapa investor asing dari Korea Selatan, bantuan untuk pekerja Indonesia karena
pelatihan keterampilan dari Korea Selatan, dan kemudahan mengakses pasar. Dampak
kerjasama ini mendorong peningkatan kegiatan ekonomi dan menjadi bentuk realisasi diplomasi
ekonomi untuk Indonesia yang ditujukan ke Korea Selatan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya
kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu didalam suatu Negara.
Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat menjual produk yang
diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lainpun dapat menjual produknya
didalam negeri sehingga konsumen dapat mendapatkan barang-barang kualitas internasional
dengan mudah dan dengan harga yang relatif terjangkau.
Kebaikan sistem pasar bebas yaitu: factor-faktor produksi akan digunkan dengan efesien,
kegiatan ekonomi dalam pasar diatur dan diselaraskan dengan efesien, pertumbuhan ekonomi
yang teguh akan dapt diwujudkan, pelaku kegiatan ekonomi diberi kebebasan untuk melakukan
kegiatan ekonomi yang disukainya. Kebaikan lain yaitu: dapat secara efesien menyelaraskan
berbagai kegiatan ekonomi, mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang teguh dalam jangka
panjang, setiap pihak produsen atas konsumen mempunyai kebebasan dalam memilih kegiatan
ekonomi yang ingin dijalankannya dan membeli barang dan jasa yang ingin dinikmatinya.
Adapun kegagalannya yaitu: akibat-akibat ekstern yang merugikan, kekurangan produksi barang
public dan barang merit, kewujudan kekuasaan monopoli dalam pasar, kegagalan membuat
penyesuaian dengan efesien dan distribusi pendapatan tidak seimbang.
Bentuk kebijakan pemerintah adalah menjalankan kebijakan-kebijakan fiscal yaitu membuat
perubahan dalam pajak dan pembelanjaan pemerintah dan kebijakan moneter yaitu mengatur
pertambahan penawaran uang dan mempengaruhi penentuan suku bunga dalam perekonomian.
Campur tangan melalui kedua-dua ini adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi,
mempercepat pertumbuhan, meningkatkan kemakmuran dan masyarakat menyamaratakan
pendapatan.

DAFTAR PUSTAKA

Allunia Estri Salindri, PENGARUH KERJASAMA SISTER CITY ANTARA KOTA BANDUNG-
KOTA SUWON (KOREA SELATAN) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
DI KOTA BANDUNG. (2014)
Arista, F. Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia. (2016)
Donghyun, Park, Estrada, Innwon, B, Esther, Gemma 2012: ASEAN Economic Bulletin. The
Prospects of ASEAN-Korea Free Trade Area (AKTA): A Qualitative and Quantitative Analysis
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Website_tr/Preferential%20Tariff/ASEANKOREA/
ASEAN%20-%20Korea%20FTA.pdf
Maksum, A. Poros Maritim dan Politik Luar Negeri Jokowi. Jurnal Studi Internasional Andalas,
(2015)
Markusen, James R. et al. “International Trade, Theory and and Evidence, McGraw-Hill
Obstfeld ,M, 1994. “risk-Taking, Global Disersification, and Growth. (1995)
Pramita, Yuli, and Syafri Harto. "Pengaruh Hallyu Terhadap Minat Masyarakat Indonesia
Untuk Berwisata Ke Korea Selatan." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau, vol. 3, no. 2, Oct. 2016, pp. 1-15.
Pramita, Yuli, and Syafri Harto. "Pengaruh Hallyu Terhadap Minat Masyarakat Indonesia
Untuk Berwisata Ke Korea Selatan." Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Riau, vol. 3, no. 2, Oct. 2016, pp. 1-15.
Rompas, Indonesia, P, R. (2019). Hubungan Dagang Internasional Indonesia dan Korea Selatan
2011-2016. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.8 No. 1 (2019)
Sukirno, S. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
(2016)

Anda mungkin juga menyukai