Disusun Oleh:
Kelompok 3
Rahmawati (4441200006)
Kelas 2A
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang berjudul “Upaya Peningkatan Perekonomian Masyarakat Banten Melalui
Kebijakan Otonomi Daerah” ini.
Dalam makalah ini dijelaskan pengertian otonomi daerah secara umum
hingga bagaimana upaya yang dilakukan dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat banten serta dampak kebijakan tersebut. Adapun tujuan kami menyusun
makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas dari dosen yang pembimbing
kami dalam mata kuliah Kewarganegaraan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam
bentuk isi maupun dalam bentuk tulisan dan penyusunannya. Untuk itu kami
meminta maaf dan mohon untuk maklumi atas segala kekurangan dan kesalahan
yang terjadi. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan kami di masa mendatang.
Kami harap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengampu mata kuliah
Kewarganegaraan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
BAB IV ............................................................................................................. 26
PENUTUP ........................................................................................................ 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ekonomi di daerahnya sendiri menggunakan kewenangan otonomi daerah
yang telah diberikan selurhnya kepada Propinsi Banten.
Banten sebagai salah satu propinsi sentra industri di Indonesia, baik dari
industri dengan manufaktur berteknologi rendah atau pun manufaktur dengan
teknologi tinggi. Tidak hanya di bidang industri, bidang-bidang lain seperti
pertanian juga tumbuh dengan baik di propinsi ini. melihat potensi-potensi
yang ada di Propinsi Banten, sayang sekali jika potensi tersebut tidak
dikembangkan melalui kebijakan yang dibaut oleh Pemerintah Provinsi
Banten. Oleh karena itu, sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari dibuatnya
makalah ini yaitu untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Banten dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya
menggunakan kewenangan otonomi daerah yang telah dilimpahkan
kepadanya.
2. Apa saja kah kebijakan yang dibuat Pemerintah Provinsi Banten dalam
upaya memaksimalkan perekonomian di Wilayah Banten?
3. Apa dampak yang dihasilkan dari kebijakan yang diberlakukan untuk
meningkatkan perekonomian Banten?
4. Apa saja kah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam
meningkatkan perekonomian Provinsi Banten?
5. Bagaimana nilai laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten setelah
kebijakan Pemerintah Provinsi Banten diberlakukan
2
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui awal mula terbentuknya otonomi daerah di Banten.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
Otonomi daerah merupakan hak,wewenang,dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus ekonomi rumah tangganya sendiri sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan Nomor 22 Tahun 1999. Dari pengerian tersebut tampak
bahwa daerah diberi hak otonom oleh pemerintah pusat untuk mengatur dan
mengurus kepentingna sendiri.Dalam hal ini hak dan wewenang yang diberikan
terutama mengeola kekayaan alam dan ekonomi rumah tangganya sendiri
4
ekonomi masyarakat. Sedangkan sarana dan prasarana tersebut didapatkan dari
pengalokasian anggaran belanja modal yang sudah dianggarkan setiap tahunnya
dalam APBD. Dengan demikian, ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dengang pengalokasian belanja modal.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
3.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi Banten dalam Upaya Memaksimalkan
Perekonomian di Wilayah Banten
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan
secara merata. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, kesempatan kerja
masih menjadi masalah utama. Pembangunan ekonomi mempunyai tujuan
antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan selalu
memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan pembayaran,
perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian
pendapatan yang lebih adil dan merata, dan mengatasi masalah pengangguran
dan kemiskinan.
Namun saat ini pembangunan ekonomi Indonesia mengalami
kemunduran yaitu terjadi krisis ekonomi dan politik tahun 1997/1998 yang
akhirnya melahirkan gerakan reformasi yang membawa perubahan besar dan
mendasar terhadap sistem tatakelola pemerintahan. Salah satu penyebab yang
berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang
ada disuatu wilayah tertentu. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu
dapat menjadi pendorong maupun penghambat dalam pertumbuhan ekonomi.
Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan
penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk menambah
produksi. Disisi lain, akibat buruk dari penambahan penduduk yang tidak
diimbangi oleh kesempatan kerja akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi
tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan.
Provinsi Banten terdiri atas beberapa Kabupaten/Kota yang memiliki
latar belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan
karakteristik alam, sosial, ekonomi, dan sumber daya alam yang berbeda
disetiap Provinsi. Perbedaan tersebut menjadi hambatan dalam pemerataan
pembangunan ekonomi dikarenakan terkonsentrasinya suatu kegiatan
perekonomian yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi
dibeberapa wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Saat
ini Provinsi Banten masih memiliki kabupaten yang memiliki pertumbuhan
7
ekonomi yang rendah, yaitu Kabupaten Pandeglang memiliki laju
pertumbuhan ekonomi lebih kecil dari lainnya.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, rapat koordinasi
pengembangan ekonomi daerah dihadiri berbagai pihak. Selain BI, ada
perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Perwakilan
Kementerian PUPR, Kementerian Perdagangan, Kemendes PDT,
Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata, Bulog, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, dan jajaran bupati dan wali
kota di Banten.
Provinsi Banten menurutnya, menghadapi sejumlah permasalahan
seperti kemiskinan, ketimpangan. Namun, daerah ini mengalami
pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional dan memiliki kontribusi
khususnya sektor manufaktur.
Berikut kebijakan dalam Memaksimalkan perekonomian di wilayah
Banten:
1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar pedesaan
penyediaan listrik, saranan fasilitas umum sosial.
Pembangunan sarana dan prasarana memiliki peran yang sangat penting
dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan
persatuan bangsa terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi
interaksi dan komunikasi di antara kelompok masyarakat serta mengikat
dan menghubungkan antarwilayah. Pembangunan sarana dan prasarana,
yang menjadi kesatuan dari suatu pembangunan, diharapkan dapat
menjadi motor penggerak pertumbuhan perekonomian di wilayah Banten.
8
infrastruktur menimbulkan ekspansi ekonomi melalui efek multiplier.
Sementara ekspansi ekonomi menimbulkan kebutuhan untuk memperluas
infrastruktur yang ada, untuk menyerap makin besarnya aliran barang dan
orang yang beredar atau bersirkulasi di seluruh perekonomian. Maka dari
itu sangat disarankan kepada pemerintah unuk memperbaiki dengan amat
cepat dalam pembangunan suatu insfrakstuktur di Banten.
3. Meningkatkan perkembangan sektor ekonomi potensial sebagai sumber
pertumbuhan baru sesuai karakteristik Banten.
Pembangunan ekonomi di setiap daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah
yang dituangkan dalam beberapa prioritas kebijakan pembangunan
daerah. Prioritas kebijakan pembangunan wilayah tersebut dapat
ditetapkan sesuai dengan kondisi dan potensi utama wilayah
bersangkutan. Hal ini perlu dilakukan karena perkembangan sektor
ekonomi di wilayah Banten masih sangat kurang maksimal, sehingga
pemerintah perlu berupaya dalam hal tersebut.
4. Meningkatkan pengembangan sektor wisata di Banten.
Peningkatan pengembangan sektor pariwisata di Banten dengan cara pengembangan
destinasi desa wisata berbasis pertanian (agrowisata) dan geopark, serta wisata bahari
yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru serta penguatan daya tarik
daerah wisata melalui atraksi budaya dan aset budaya, seperti Dewi Tanjung Lesung
dan Sangiang Sira.
5. Mendorong pengembangan sektor pertanian dengan fokus pada upaya
meningkatkan nilai tambah hasil produk pertanian
Peran pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program diharapkan
dapat mendorong dan menciptakan iklim usaha yang kondusif dan
menggairahkan petani/kelompok tani maupun pihak swasta/usahawan,
sehingga agribisnis dapat berkembang. Dalam hal ini pemerintah
bertindak sebagai fasilitator, regulator, motivator yang harus
9
menserasikan hubungan antar pelaku agribisnis tersebut, sehingga para
pelaku dapat berinteraksi secara proporsional dan tidak terjadi eksploitasi
yang bersifat kontradiktif. Para pelaku usaha bisa meraih keuntungan
yang seimbang. Dengan terjadinya keterpaduan berbagai unsur tersebut
(kelompok tani, swasta/usahawan dan pemerintah) diharapkan agribisnis
yang bersifat konsolidatif vertikal atau kemitraan tersebut dapat
berkembang.
6. Memperkuat sisi hukum dan regulasi untuk menciptakan kepastian usaha
sehingga dapat menjaga tingkat investasi di Banten.
UUD No.25 Tahun 2017, tentang penanaman modal. Fasilitas penanaman
modal diberikan dengan mempertimbangkan tingkat daya saing
perekonomian dan kondisi keilangan negara dan harus promotif
dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan negara lain. Pentingnya
kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong pengaturan secara
lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas tanah,
imigrasi, dan fasilitas perizinan impor. Meskipun demikian, pemberian
fasilitas penanaman modal tersebut juga diberikan sebagai upaya
mendorong penyerapan tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi
dengan pelaku ekonomi kerakyatan, orientasi ekspor dan insentif yang
lebih menguntungkan kepada penanam modal yang menggunakan barang
modal atau mesin atau peralatan produksi dalam negeri, serta fasilitas
terkait dengan lokasi penanaman modal di daerah tertinggal dan di daerah
dengan infrastruktur terbatas yang akan diatur lebih terperinci dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10
negara. Laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan
menggunakan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar
harga konstan. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan bagaimana suatu
aktivitas ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pada
waktu tertentu. Aktivitas ekonomi sendiri yaitu penggunaan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan output (Indayani dan Hartono, 2020).
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Banten melakukan rapat koordinasi pengembangan
ekonomi Daerah Provinsi Banten. Pada rapat tersebut terdapat enam hal
penting yang harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan konsisten bersinergi
untuk daerah Banten. Didalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Banten
mampu tumbuh di atas rata-rata nasional dan memberi kontribusi besar
khususnya di sektor manufaktur. Namun, perekonomian Banten masih
menghadapi sejumlah permasalahan yang juga terjadi di berbagai daerah
Indonesia seperti menekan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan.
Selain itu, ekonomi Banten juga menghadapi tantangan untuk terus
mengoptimalkan beberapa faktor pendukung daya saing ekonomi, seperti
infrastruktur fisik dan SDM. Adapun dampak dari 6 kebijakan yang
dibuat,diantaranya:
1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar pedesaan
penyediaan listrik, saranan fasilitas umum sosial.\
Dampaknya:
11
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur yang mendukung tumbuhnya
sektor ekonomi potensial.
Dampaknya:
12
- Peningkatan akses pembiayaan usaha pertanian antara lain melalui
penyaluran KUR pada sektor primer. Di dukung dengan asuransi
pertanian dan peternakan.
- Mengimplementasi intensifikasi pertanian, serta peningkatkan
efisiensi distribusi logistik dan perbaikan tata niaga pangan.
4. Meningkatkan pengembangan sektor wisata di Banten.
Dampaknya:
15
3. Realisasi PMA memiliki pengaruh siginifikan bahwa apabila PMA
mengalami peningkatan, maka tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi
Banten akan mengalami peningkatan.
4. Angkatan kerja tidak berpengaruh signifikan artinya bahwa apabila
angkatan kerja mengalami peningkatan, maka tingkat pertumbuhan
ekonomi provinsi Banten akan mengalami penurunan. Tingginya jumlah
angkatan kerja pada suatu negara tanpa diseimbangi dengan kesempatan
kerja yang meningkat, maka akan meningkatkan jumlah pengangguran
dikarenakan persaingan untuk mendapatkan suatu pekerjaan akan sulit.
Oleh karena itu, bukan hanya dari pemerintah yang harus memperbanyak
dan memaksimalkan fungsi BLK (Balai Latihan Kerja), tetapi pemuda dan
pemudi yang ada juga harus dituntut untuk kreatif sehingga dapat
menghasilkan produk sendiri dan membuka lapangan kerja untuk yang
lain.
5. Jumlah penganggur di suatu negara memiliki tidak memiliki pengaruh
siginifikan artinya apabila jumlah penganggur meningkat, maka tingkat
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan. Berdasarkan pada
Hukum Okun (Okun’s Law), yaitu hubungan antara tingkat pengangguran
dengan GDP (Gross Domestic Product), bahwa setiap terjadi peningkatan
presentase pengangguran suatu negara, maka setara dengan penurunan
terhadap GDP sebesar 2% (Griffith dan Wall, 2015).
Selain dari faktor-faktor diatas yang telah dijabarkan, kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah juga bisa menjadi faktor dalam meningkatkan
atau pun menghambat pertumbuhan ekonomi di Banten itu sendiri.
Kemudian, faktor-faktor pendukung lain seperti keadaan sumber daya alam,
infrastruktur di suatu wilayah, sumber daya manusia yang ada pada daerah itu
sendiri, dan teknologi yang memumpuni.
Suatu daerah atau Provinsi haruslah mengetahui sumber daya alam apa
yang menonjol di wilayah tersebut, dapat dimanfaatkan bagi masyarakat
untuk dikelola yang dengan demikian dapat menghasilkan produksi dan
lapangan kerja bagi masyarakat di wilayah tersebut. Namun, sumber daya
16
alam yang ada disuatu wilayah harus tetap diperhatikan agar tidak hilang
kelestariannya. Pembangunan infrastruktur yang memadai juga menjadi salah
satu faktor yang dapat menghambat atau meningkatkan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerah
seperti jalan tol, pelabuhan, sampai bandara dibangun untuk menunjang
aktivitas kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Kualitas dan produktivitas
sumber daya manusia di negara tersebut juga harus diperhatikan dan
dikembangkan oleh pemerintah salah satunya melalui BLK (Badan Latihan
Kerja) yaitu tempat untuk menampung masyarakat yang ingin mendapatkan
pelatihan sebagai bekal untuk mencari pekerjaan. Tidak hanya mendapatkan
pelatihan, namun disini mereka juga diberikan upah walaupun tidak banyak.
Kemudian, teknologi yang memumpuni juga bisa menjadi faktor pendukung
atau pun penghambat untuk pertumbuhan ekonomi di provinsi Banten.
Semakin canggih suatu teknologi maka akan berpengaruh terhadap
meningkatnya produktivitas suatu perusahaan yang mana dapat menghasilkan
produk lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Teknologi seperti
handphone, laptop, social media, haruslah dimanfaatkan sedemikian rupa
untuk dapat menghasilkan suatu barang dan jasa yang dapat dijual sehingga
dapat membantu dalam meningkatkan PDB suatu daerah.
Faktor lain seperti kemandirian keuangan daerah juga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Suci, et al (2014) mengenai perkembangan kemandirian
keuangan daerah selama kurun waktu 2001-2011 kabupaten dan kota di
provinsi banten menunjukkan hasil yang cukup baik namun Dana
Perimbangan masih lebih tinggi daripada PAD (Pendapatan Asli Daerah)
artinya dana yang diberikan oleh pemerintah pusat masih lebih tinggi
dibandingkan dengan dana yang berasal dari daerah tersebut. Beberapa
daerah seperti Kota Cilegon mempunya rasio PAD tertinggi, Kota dan
Kabupaten Tangerang, serta Kabupaten Serang kurang, dan Kabupaten
Pandeglang dan Lebak yang sangat kurang. Kemampuan keuangan yang
relatif kurang menyebabkan kemandirian keuangan kabupaten dan kota
Provinsi Banten relatif masih rendah. Kemandirian keuangan daerah seperti
17
PAD (Penerimaan Asli Daerah) mempunyai pengaruh positif secara
seignifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten.
Semakin tinggi kemandirian keuangan suatu daerah, maka ketergantungan
terhadap bantuan pemerintah akan semakin menurun. Sehingga apabila PAD
di Banten meningkat, maka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten pun
akan semakin meningkat.
18
Sumber: BKPN Provinsi Banten, 2012
Inflasi
Hal lain yang menjadi indikator dalam keberhasilan sebuah wilayah
dalam meningkatkan perekonomian masyarakatdan wilayahnya adalah
laju inflasi. Berikut adalah laju inflasi pada Propinsi Banten pada tahun
2006 hingga 2010.
Tabel 2. Laju Inflasi Pertumbuhan Inflasi Provinsi Banten
Dengan demikian terllihat bahwa sejak 2006 – 2010 rata - rata 0,2 persen serta
dibandingkan periode tahun lalu maka tidak banyak mengalami perubahan yang
signifikan.
Upah Minimum
Upah minimum merupakan upah Bulanan terendah yang terdiri dari
Upah pokok dan Tunjangan Tetap. Upah minimum Propinsi mengalami
progres dari tahun ketahun walaupun tidak terlalu signifikan. Upah
mimimum mencerminkan seberapa besar kaum buruh atau pekerja dapat
memeuhi kebutuhannya dan disisi lain upah minimum ditetapkan
berdasarkan kesepakatan pemerintah, pengusaha dan buruh/ pekerja.
Berikut adalah Perkembangan Upah minimum Propinsi Banten selama 5
Tahun Terakhir.
19
Perkembangan Ketenagakerjaan di Propinsi Banten
20
berusaha dibantu buruh tetap bertambah sekitar 11,3 ribu orang dan
penduduk bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan bertambah sebesar
92,8 ribu orang. Peningkatan ini menyebabkan jumlah penduduk yang
bekerja pada kegiatan formal bertambah sebesar 104,1 ribu orang dan
persentase penduduk bekerja pada kegiatan formal naik dari 58,5 persen
pada Agustus 2012 menjadi 60,4 persen pada Agustus 2013.
Sementara itu penduduk bekerja pada kegiatan informal selama
periode satu tahun terakhir berkurang sekitar 72,9 ribu orang atau
menurun dari 41,5 persen pada Agustus 2012 menjadi 39,6 persen pada
Agustus 2013. Penurunan ini berasal dari kategori berusaha sediri dan
berusaha dibantu buruh tidak tetap dan pekerja keluarga atau tidak
dibayar. Secara keseluruhan laju pertumbuhan rata-rata sektor
perekonomian di Provinsi Banten mengalami peningkatan pada periode
setelah otonomi daerah. Secara umum otonomi daerah berdampak positif
terhadap pertumbuhan perekonomia di Provinsi Banten, walaupun tidak
mengalami perubahan angka yang sangat signifikan baik pada PDRB,
tingkat inflasi maupun keadaan ketenagakerjaan.
Perekonomian Banten pada triwulan III 2020 mengalami perbaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara quarter to quarter, terdapat
pertumbuhan sebesar 4,55%, namun secara year on year masih
terkontraksi cukup sebesar -5,77%. Kontraksi pertumbuhan ekonomi
provinsi Banten pada triwulan III 2020 secara umum didorong oleh masih
berlanjutnya penurunan seluruh komponen dari sisi pengeluaran serta
penurunan hampir seluruh sektor utama dari sisi lapangan usaha. Kondisi
tersebut didorong oleh pandemi COVID-19 yang masih berlanjut
walaupun sudah menunjukkan perbaikan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) wilayah Banten
mengalami penurunan pada tahun 2020. Pos Pendapatan APBD wilayah
Banten yang meliputi Provinsi Banten, 3 Kotamadya, dan 5 Kabupaten
mengalami penurunan sebesar -2,9% dibandingkan tahun 2019. Di sisi
lain, pos Belanja wilayah Banten hanya meningkat sebesar 1,6%
dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan III 2020,
21
realisasi pendapatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota mencapai 68,4%
sedangkan realisasi belanja terealisasi 50,9%. Sama halnya dengan
APBD Provinsi Banten, realisasi Dana Transfer ke wilayah Banten dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat lebih rendah
dibanding realisasi triwulan yang sama tahun 2019. Realisasi mencapai
62,4% hingga triwulan III 2020, lebih rendah dibandingkan triwulan II
2019 sebesar 38,6%.
Inflasi Provinsi Banten pada triwulan III 2020 tercatat sebesar
1,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan historis inflasi 3 tahun terakhir
maupun inflasi triwulan II 2020 yang masing-masing sebesar 3,46%
(yoy) dan 2,49% (yoy). Angka tersebut berada dibawah realisasi inflasi
regional Jawa yang mencapai 1,66% (yoy) namun di atas inflasi Nasional
yang tercatat sebesar 1,46% (yoy). Berlanjutnya penurunan Iaju inflasi
pada triwulan III didorong oleh menurunnya tekanan pada kelompok
Makanan, Minuman, dan tembakau dikarenakan tersedianya pasokan
yang cukup di pasaran ditengah masih berlangsungnya Pembatasan
Sosial Berskala Besar di beberapa wilayah di Provinsi Banten.
Stabilitas keuangan di Provinsi Banten pada triwulan III 2020 dalam
kondisi yang baik, tercermin dari tren positif pertumbuhan indikator
utama perbankan antara lain Aset, DPK, dan penyaluran kredit yang
berada dalam kondisi positif serta risiko kredit yang masih berada di
bawah batas 5%. Aset tumbuh sebesar 8,03% (yoy), DPK tumbuh 7,75%
(yoy), kredit tumbuh 2,36% (yoy). Dari sisi NonPerforming Loan di level
2,51% (yoy). Dari sisi kinerja keuangan korporasi, adanya pandemic
COVID-19, membuat kinerja keuangan korporasi pada triwulan II 2020
terpantau sedikit menurun. Dalam laporan keuangan perusahaan sampai
dengan triwulan II 2020, rasio rentabilitas korporasi yang ditunjukkan
oleh rasio Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan profit
margin menunjukkan arah yang menurun.
Tingkat ROA mengalami penurunan dari 6,11% di triwulan I 2020
menjadi 5,43% di triwulan II 2020. Demikian juga dengan ROE
mengalami penurunan dari 12,29% menjadi 11,53% di triwulan I 2020.
22
Kondisi serupa juga terjadi pada tingkat profit margin juga menunjukkan
penurunan dari 9,72% menjadi 9,36%. Sementara itu, dari sisi
intermediasi perbankan di Provinsi Banten tercatat mengalami
penurunan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) yang
menurun. Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 164,61% menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 175,27%. Dari sisi risiko,
rasio NonPerforming Loan (NPL) tercatat meningkat yaitu 2,51%, lebih
tinggi dari tw II 2020 sebesar 2,28%. Namun demikian, rasio NPL
tersebut masih berada di bawah threshold sebesar 5%.
Seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada
triwulan III 2020, kinerja transaksi Sistem Pembayaran (SP) tercatat
mengalami peningkatan. Transaksi non tunai melalui RTGS maupun
kliring tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Namun demikian, transaksi KUPVA BB tercatat
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Penurunan transaksi valuta asing antara lain didorong oleh berkurangnya
kunjungan ke luar negeri sehubungan dengan penyebaran virus corona
yang berlangsung sejak Desember 2019. Dari sisi Sistem Pembayaran
Tunai, pada triwulan III 2020, total perputaran uang melalui Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten tercatat mengalami net
outflow sebesar Rp1,74 triliun, meningkat dibandingkan dengan posisi
periode sebelumnya yang mencatat net outflow sebesar Rp1,71 triliun.
Kondisi net outflow tersebut terjadi karena adanya peningkatan
pengeluaran pemerintah untuk jaring pengaman sosial dan penyediaan
layanan kesehatan khususnya untuk menghadapi pandemi COVID-19.
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada periode Agustus 2020
mengalami penurunan seiring dengan menurunnya jumlah angkatan kerja
disertai dengan meningkatnya jumlah pengangguran. Lebih lanjut,
pandemi COVID-19 telah menyebabkan kesejahteraan hidup masyarakat
di Provinsi Banten mengalami penurunan. Penurunan ini dicerminkan
oleh meningkatnya angka kemiskinan baik di pedesaan maupun di
23
perkotaan. Garis Kemiskinan yang meningkat sebesar 4,74% dengan
jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten menjadi 5,90%.
Lebih lanjut, kenaikan angka kemiskinan tersebut mendorong
meningkatnya ketimpangan masyarakat sebagaimana ditunjukkan oleh
angka gini ratio pada Maret 2020. Gini Ratio Provinsi Banten meningkat
0,363 pada Maret 2020. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada
triwulan berjalan diperkirakan membaik dibanding triwulan sebelumnya,
Namun, pertumbuhan keseluruhan pada tahun 2020 diperkirakan
menurun dibandingkan pertumbuhan tahun 2019. Di sisi penawaran,
sebagian lapangan usaha utama diperkirakan akan tumbuh meningkat
antara lain industri pengolahan, perdagangan, pertanian, akomodasi &
makan minum, dan transportasi & pergudangan.
Di sisi perkembangan harga, pada triwulan berjalan masih akan
mencatatkan tren inflasi. Namun, laju inflasi Provinsi Banten pada
triwulan IV 2020 diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan III
2020 disebabkan tren penurunan harga komoditas emas perhiasan.
Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi tersebut akan didominasi oleh
kelompok bahan makanan, makanan dan minuman jadi serta tembakau
dan kelompok barang pribadi lainnya. Secara tahunan, inflasi pada tahun
2020 diperkirakan lebih rendah dibanding tahun 2019. Masih berlakunya
Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga pertengahan triwulan IV dan
masih tertahannya konsumsi masyarakat menjadi downside factor yang
menahan laju inflasi lanjutan sehingga inflasi pada tahun 2020
diprakirakan berada dibawah sasaran inflasi nasional sebesar 3,0% ± 1%.
Pada triwulan I 2021, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan
melanjutkan tren peningkatan. Hal ini didorong oleh peningkatan
Konsumsi Rumah Tangga karena dilanjutkannya stimulus fiskal oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Masuknya vaksin
COVID-19 di Indonesia pada awal Desmeber dan pada awal Januari
diprakirakan mendorong optimisme masyarakat terhadap kondisi
ekonomi. Secara keseluruhan, pada tahun 2021 ekonomi diprakirakan
akan kembali meningkat dikarenakan base effect yaitu terkontraksinya
24
perekonomian pada tahun 2020. Lebih lanjut, adanya vaksin dan
penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin menjadi prasyarat
bagi tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dari sisi perkembangan
harga, pada tahun 2021, inflasi diprakirakan masih berada pada sasaran
inflasi nasional sebesar 3,0% ± 1%.
Perkembangan otonomi daerah tidak dapat serta merta dapat
memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat di suatu
wilayah, karena banyak aspek lain seperti keadaan politik ataupun
ketersediaan kelembahaan yang memadai untuk mendukung
peningkatakan perekonomian masyarakat disuatu wilayah. Sehingga
dengan demikian dibutuhkan sebuah keterkaitan dan sinergian semua
aspek dapatmemperbaiki perekonomian masyarakat di sebuah wilayah
sebagai konsekuensi daripenetapan otonomi daerah.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian
data maupun dalam segi penulisan. Untuk itu, saran dan kritikan dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah
ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita terutama mengenai otonomi
daerah.
26
DAFTAR PUSTAKA
Griffiths, A., Wall, S. 2005. Applied Economics. 9-th Edition. England: Financial
Time Prentice Hall, Pearson Education Limited.
29
30