Anda di halaman 1dari 3

(Episode 1)

Matahari yang kian berputar mengitari bumi, dan sekarang giliran wilayah kita yang
menjadi gelap.
Tepat di atas puncak gunung tuanane, berniat pamer keindahnya dengan bergaul oleh
sang mentari, namun ia akan segera tenggelam. Aku yang kian duduk di teras rumah, yg
posisinya tepat menghadap belakang rumah nene sadrina, yg mempunyai pemandangan
sangat amat baik, karna ada pohon pisang dan pohon pala remaja yg masih melakukan
pencocokan dengan lingkungan sekitar, yah masih nae nae badan.
Namaku Yusri Adlani, Yusri adalah namaku dan di sandingka dengan nama Ayahku
Adlani. Aku pertama kali menghirup udara di bumi pada tanggal 01/23/2001, dan sekrng
berumur 17 tahun, aku suka berkeliaran di malam hari, dan tidur di malam hari juga, aku
tidak mau seperti paniki. Aku memiliki satu kk perempuan, kk kandung. Dia sekarang
berada jauh dariku, dari ibu ayahku. Kk ku bernama Keyla Adlani, biasa di sapa Key, dia
cantik, secantik ibuku, dan dia baik, sebaik ibuku juga. Dia kuliah di Ternate, mengambil
jurusan guru matematika, guru yg saya juga suka, suka, hanya sekedar menjaga perasaan kk
saya.
Langit sudah mulai gelap, bintang bintang sudah mengambil posisinya masing
masing, seperti pola sepak bola 4 3 3, untuk menjaga gawang tetap aman, mereka sedang
menjaga bulan, entah menjaga dari apa, siapa juga yg bisa mengganggu kedaulatan bulan
dalam menyinari, yang bisa melakukanya itu hanyalah awan, tenang saja. Udaranya semakin
dingin, aku belum mandi, dan sekarang sudah terdengar suara imam besar arab sedang
melantunkan ayat ayat al-qur'an, begitu indah dan nyaman,itu menandakan bahwa sudah
dekat ibadah magrib sebelum dilakukanya adzan, namun aku harus segera mandi. Aku
segera beranjak dari tempat yg sedang aku duduki, yaitu lantai tanpa ada pengalas. Aku
sudah berada di depan pintu kamar mandi, selangkah lagi aku sudah berada di dalam
ruangan itu. Namun aku putuskan untuk mengambil handuk. Handuk yang tergantung di dide
dide, tepat di kamar tak terpakai milik rumahku, dengan ikatan tali rafia lalu di bentangkan.
Aku segera menarik handuk itu dan cepat cepat membersihkan diri, karna aku sudah mulai
merasa tidak nyaman dengan kulitku.

"S E L E S A I"

(EPISODE 2)

"Yusri" Teriak ibunda dari arah dapur, yang sepertinya sedang mempersiapkan
sarapan.
Aku yang terbangun dari tidur karna panggilan itu, segera menyadarkan diri dari rasa
ngantuk, aku berdiri dari ranjangku dan berjalan menuju dapur, yang disana sudah ada
ibunda sibuk dengan sarapan. Hanya beberapa menit aku sudah berada di dapur, dan aku
langsung di sugukan dengan teh angat dan sagu 2 lempeng. Aku mulai mengambil
sarapanku dan menyantapnya, mulai dari teh angat yg aku minum sekali seruput, dan
langsung di susul oleh sagu yg telah aku bagi menjadi 2 bagian.
"Ah, nikmatnya" pujiku pada sarapan yg mama buat. Tak henti hentinya aku
menyeruput teh dengan pelan pelan, sembari menikmati celupan sagu yg sudah
menyisahkan 1 lempeng.
"Jangan lama, kamu harus sekolah" ujar mama yg melihat diriku tengah menikmati
sarapan dengan gaya Sloumo. "iya ma" jawabku dengan sedikit pasrah.
Aku kembali sibuk dengan kegiatan sarapan, dan mama kini menyiapkan barang
barang yg di butuhkan untuk pergi mencari pala. Mencari pala adalah kegiataan atau
perkerjaan untuk mendapatkan uang di kampung kami, pala di cari dan di kumpulkan
sebanyak banyaknya, lalu di jual pada orang yg membelinya. Pala di beli dengan cara
mengukur menggunakan kaleng susu, susu cap nona atau susu yg berukuran sedang seperti
cap nona tersebut. Dan pala di isi dalam kaleng susu itu sampai penuh, dan di nilai seharga
5000. usai sarapan langsung bergegas mandi,
karna mengingat jam sudah menunjukan pada pukul 06.46, dan pastinya aku akan terlambat,
karna jadwal apel pukul 07.15. Dengan tergesah gesah aku mandi, dan cepat saja untuk
selesai. Setelah itu aku mengacak acak isi lemari untuk mencari seragamku.
"Nah, ketemu" seruku sambil menarik seragamku keluar dari tumpukan pakaian lain.
Sudah berpakaian seragam putih abu abu, aku yg duduk sibuk mengikat tali sepatu lalu
mendapatkan panggilan telepon dari salah satu sahabat.

"Hallo, Masuk ga?" tanya dia dari seberang


"Masuk kwn" jawabku, masih sibuk dengan sepatu
"Oke, gue tunggu di jalan"
Telepon terputus dan aku baru saja meyelesaikan mengikat sepatu dan bergegas pergi.
Mama yang sudah berangkat sedari tadi menyisahkan uang jajan berada manis di atas meja,
dan aku tinggal mengambilnya. Setelah mengambil uang yg mama tinggalkan, aku langsung
berlari menuju jalan raya. Sekitar 50 meter jarak antara rumahku dan jalan raya, jadi tidak
perlu untuk aku menggunakan kendaraan bermesin. Setelah sampai di jalan raya, sudah ada
lambaian tangan seorang sahabat, yang tadi menelponku, Rusdi namanya, biasa di-sapa udi.
Tanpa ada perbincangan yg panjang, hanya sekedar sapa'an, aku dan udi langsung
berangkat, tentusaja menggunakan kendaraan beroda dua, yang udi pinjam dari tetangganya
karna sering ia bantu, om ansar ijo.
Motor yg di pakai aku dan udi melaju membelah keramayan pagi, terlihat anak anak
berseragam biru putih, merah putih, dan putih abu abu sudah memenuhi pinggiran jalan,
semua berjalan menuju arah yang sama, arah menempuh masa depan, di jalan tusehe, jalan
yg terdapat semua sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA. Aku dan udi melintasi kerumunan
itu, sesekali diriku memperhatikan anak-anak berseragam merah putih berlari dengan
bahagia, tak ada beban sedikitpun di wajah mereka, aku juga seperti itu waktu dulu, tapi
sekarang sudah tidak, hanya kemalasan bangun pagi dan malas mandi yg terjadi. Sudah
sekitar 5 menitan, aku yang turun di kantin ci tot, memilih untuk makan pisang goreng di situ,
dan membiarkan udi pergi duluan ke sekolah, aku selalu seperti itu di pagi hari, tak peduli itu
hari senin atau hari apapun, aku rasa sepertinya aku tak bisa terlepas dari pisang goreng ci
tot, hehe.
"Nene tot, pisangnya 2" langsung menculik pisang dari tempatnya.
"iya, ini kembalianya" ci tot menyodorkan kembalian Rp 3.000, karna aku membeli
dengan uang 5.000
Duduk di bangku sebelah pisang goreng, aku menikmati tanpa ada beban sedikitpun,
hanya ada suara kendaraan beroda dua milik anak anak SMA yg melintas, dan suara burung
mencari makan, atau mungkin sedang berkelahi dengan kerabatnya, aku tak mau tau, karna
aku sedang makan. Tak lama kemudia temanku datang, bernama Aril, dia kelas 3 SMA.
Menjadi teman semenjak aku masuk SMA, membuat kita sangat dekat, seperti aku dan udi.
Dia dengan tampilan anak berandalan, memakai kameja putih tak berisi dalam, dan model
rambut jefri nicol yaitu potongan mullet, itu cocok untuknya, dengan postur tubuh besar dan
tinggi, sekitar 173 cm.

Anda mungkin juga menyukai