Anda di halaman 1dari 16

BAB iiI

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat yang ada di wilayah kerja


Puskesmas Pelapis, Puskesmas Pelapis menyajikan berdasarkan dari data Mortalitas
(kematian) dan data morbiditas (kesakitan) hasil kegiatan Puskesmas Pelapis tahun 2021.
Data mortalitas meliputi angka kematian bayi, angka kematian ibu dan umur harapan
hidup. Sedangkan morbiditas bardasarkan angka kesakitan yang terjadi pada masyarakat
dalam kurun waktu satu tahun yaitu pada tahun 2021.
III.1. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN)
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Dalam menentukan
derajat kesehatan terdapat beberapa indikator yang digunakan antara lain Angka
Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiraan hidup, Angka Kematian Balita
(AKABA) per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Usia Harapan Hidup.
III.1.1. KEMATIAN IBU
Setiap periode kehamilan hingga masa nifas berisiko mengalami kematian
maternal. Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu Kementerian
Kesehatan menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas
di masyarakat (Riset Kesehatan Daerah, 2010). Kematian ibu menurut definisi
WHO adalah kematian selama kehamilan dalam periode 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/
cidera.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas dan jejaringnya didapatkan bahwa
pada tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas Pelapis terdapat 1 Angka Kematian
Ibu (AKI). Hal ini disebabkan keterbatasan beberapa hal antara lain, keterbatasan
transportasi, sarana dan prasarana kesehatan yang kurang memadai untuk kasus
dengan penyulit, keterbatasan ekonomi pasien sehingga mempengaruhi
pengambilan keputusan tempat dan penolong persalinan.

15
III.1.2. KEMATIAN BAYI
Angka kematian bayi (AKB) merupakan kematian yang terjadi pada bayi
usia 0 hingga sebelum mencapai usia 1 tahun. Data kematian yang terdapat pada

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS


suatu komunitas dapat PELAPIS
diperoleh melalui survey, TAHUN
karena sebagian 2021
besar kematian
terjadi dirumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan gambaran kasus rujukan. Angka kematian bayi di Indonesia masih
cukup tinggi dan menjadi salah satu permasalahan kesehatan utama. MDG’s pada
tahun 2019 menargetkan angka kematian bayi sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup,
dan target nasional sebesar 24 kematian per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan KIA di wilayah kerja Puskesmas Pelapis didapatkan
bahwa pada tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas Pelapis terdapat Kematian
Bayi (Bayi) sebanyak 2 orang dengan rincian 1 kematian bayi dan 1 kematian
neonatal.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah
untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau
faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta
kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan
modern dalam bidang kesehatan serta semakin banyaknya dukun yang bermitra
dengan petugas kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
rendahnya tingkat AKB di Wilayah Kerja Puskesmas Pelapis. Petugas Puskesmas
Pelapis telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kematian bayi
antara lain kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil, sosialisasi P4K, serta
melakukan program inovasi yang diberi nama ALAMAK (Anak Lahir Mendapat
Akta Kelahiran). Namun kondisi georafis yang sulit dan termasuk kategori daerah
terpencil yang sulit transportasi menjadi hambatan utama dalam melakukan
evakuasi medis kepada pasien dengan penyulit atau indikasi medis. Selain itu, tidak
adanya signal baik telpon mau internet juga menjadi masalah dikarenakan petugas
yang ada di Pustu maupun Poskesdes mengalami kesulitan untuk melakukan
konsultasi dengan dokter di Puskesmas Induk perihal terapi dan tindakan medis
yang akan diberikan kepada pasien dengan penyulit.
III.1.3. KEMATIAN BALITA

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


16
Angka kematian Balita (AKABA) adalah Jumah kematian anak Berusia 0-4
tahun (59 bulan) selama satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKABA
menggambarkan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan
anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Berdasarkan
laporan dari Pustu dan Poskesdes serta data dari Puskesmas Pelapis diketahui
bahwa tidak terdapat kasus kematian balita pada tahun 2021.
Petugas Puskesmas Pelapis telah melakukan berbagai upaya atau program
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif kepada masyarakat terutama yang kaitannya dengan kesehatan
balita.

III.2. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)


Angka kesakitan atau morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai
peristiwa sakit atau kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai
pengertian yang jauh lebih kompleks, tidak saja terbatas pada statistik atau ukuran
tentang peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi juga faktor yang mempengaruhinnya
(determinant factors), seperti faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Angka
Kesakitan penduduk didapat dari data yang berhasil dari masyarakat (community
based data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas dan hasil
pengumpulan data baik dari masyarakat maupun dari sarana pelayanan kesehatan
(Facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
III.2.1. SEPULUH PENYAKIT TERBESAR
Berdasarkan jumlah kunjungan penyakit di wilayah kerja Puskesmas
Pelapis pada tahun 2021 diketahui penyakit yang paling tinggi jumlah kasusnya
yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Hipertensi Primer, Gastritis,
Dyspepsia, Diare dan Gastroenteritis Non Spesifik, Karies Gigi, Atopik
Dermatitis, Asma, Migrain, Arthritis Tidak Spesifik. Untuk lebih detilnya dapat
dilihat pada grafik 3.1 berikut ini :

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


17
Grafik 3.1 Sepuluh Kasus Penyakit Terbesar
di Wilayah Kerja Puskesmas Pelapis Tahun 2021

717 ISPA Hipertensi Primer Gastritis

Dyspesia Diare dan Gaestroenteritis Non Spesifik Karies Gigi

Atopic Dermatitis Asma Migrain

Arthritis Tidak Spesifik


374
347

221
135 135 126 118
107 94

Jumlah Penyakit

Sumber: SP2TP Puskesmas Pelapis Tahun 2021

Berdasarkan grafik 3.1 di atas dapat dilihat urutan 10 penyakit terbesar,


dimana kasus ISPA merupakan masalah kesehatan yang utama di wilayah kerja
Puskesmas Pelapis tahun 2021, dan merupakan kasus yang paling tinggi dari
sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah penderita sebanyak 717 kasus (15,7%),
Hipertensi Primer sebanyak 374 kasus (8,2%), Gastritis sebanyak 347 kasus
(7,6%), Dyspepsia sebanyak 221 kasus (4,8%), Diare dan Gastroenteritis Non
Spesifik sebanyak 135 kasus (2,9%), Karies Gigi sebanyak 135 kasus (2,9%),
Atopic Dermatitis sebanyak 126 kasus (2,8%), Asma sebanyak 118 kasus (2,6%),
Migrain sebanyak 107 kasus (2,3%), dan Arthritis Tidak Spesifik sebanyak 94
kasus (2,1%).
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) masih merupakan
permasalahan kesehatan utama di Puskesmas Pelapis, hal ini antara lain disebabkan
karena berbagai macam faktor pencetus seperti akibat perubahan musim dari
musim panas ke musim dingin dimana seseorang dapat mengalami penurunan daya
tahan tubuh, sehingga sangat rentan terhadap penyakit ini. Puskesmas Pelapis telah
melakukan upaya promotif dan preventif dalam upaya meminimalisir kasus, salah
satunya adalah dengan melakukan penyuluhan ISPA dan pembagian masker.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


18
Selain, pennggulangan dan pencegahan ISPA, Puskesmas Pelapis juga melakukan
berbagai macam program yang sifatnya promotif dan preventif, sementara upaya
kuratif dan rehabilitatif tetap berjalan serta lebih ditingkatkan lagi kualitas dan
mutunya.

III.2.2. PENYAKIT MENULAR


III.2.2.1. TB PARU
Penyakit TB paru merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia
untuk penyakit golongan infeksi komplikasi yang disebabkan penyakit TB seperti
Hemoptisis, Efusi Pluera, Empiema, Penumotoraks, Meningitis TB, Semakin kita
jumpai termasuk juga ancaman MDR (Multi Drugs Resistens) yang perlu diawasi.
Berdasarkan laporan P2 Puskesmas Pelapis tahun 2021, TB dengan BTA (+)
sebanyak 1 kasus dengan angka CNR sebesar 51,95 per 100.000 penduduk dan
CNR seluruh kasus TB sebesar 26,56 per 100.000 penduduk. Penderita yang
terkonfirmasi TB BTA (+) tersebut telah diobati dan mendapatkan pengobatan
lengkap seta telah dinyatakan sembuh sehingga angka keberhasilan pengobatannya
yaitu 100%. Keberhasilan pengobatan ini dikarenakan keteraturan pasien dalam
minum obat, hal ini tidak terlepas dari peran kader PMO dan petugas kesehatan
yang selalu memotivasi pasien agar teratur minum obat agar bisa sembuh.
III.2.2.2. PNEUMONIA
Berdasarkan data penyakit pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Pelapis
tahun 2021, tidak ditemukan adanya penderita pneumonia pada balita dari 36
perkiraan penderita.
III.2.2.3. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue dapat menyerang semua golongan umur,
sampai saat ini penyakit demam berdarah lebih banyak meyerang anak-anak, tetapi
dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi
penderita demam berdarah dengue pada orang dewasa.
Penyakit DBD di wilayah Kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021 setelah
dilakukan pelacakan kasus atau penyelidikan epidemiologi (PE) tidak ditemukan
kasus. Setiap ada kasus tersangka DBD di wilayah kerja Puskesmas Pelapis maka

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


19
petugas puskesmas akan langsung menindak lanjuti, baik dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) maupun Abatesasi.
III.2.2.4. DIARE
Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Pelapis tahun 2021 terjadi
sebanyak 135 kasus (132,8%) dari 102 jumlah perkiraan kasus. Berdasarkan jumlah
tersebut diberikan penanganan 100%. Penyakit diare yang terjadi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pelapis beberapa faktor pencetusnya anatara lain adalah kebiasaan
masyarakat untuk minum air yang tidak dimasak dan banyaknya vektor seperti lalat
dikarenakan notabene pekerjaan masyarakat adalah nelayan, sehingga pada musim
ikan, jumlah lalat lebih banyak dari biasanya. Untuk meminimalisir jumlah kasus
diare, Puskesmas Pelapis telah melakukan upaya promotif dan preventif berupa
penyuluhan kepada masyarakat melalui penyuluhan massa dan penyuluhan di
sekolah serta pada pasien yang berkunjung ke puskesmas dan penyuluhan dalam
kegiatan posyandu telah dilakukan untuk meminimalisir jumlah kasus.
III.2.2.5. MALARIA
Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali setelah
dilakukan upaya eradikasi maupun eliminasi (Re-emerging desease) dan masih
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia Tenggara. Begitu juga di
Indonesia penyakit ini menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya angka
kesakitan dan kematian. Penyakit ini menyebar cukup merata diseluruh kawasan
Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa–Bali bahkan di
beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis Malaria dan menurut
pemantauan program diperkirakan sebesar 35% Penduduk Indonesia tinggal di
daerah endemis malaria.
Beberapa kegiatan pencegahan atau antisipasi malaria yang telah dilakukan
oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana yang bekerjasama dengan Puskesmas Pelapis antara lain Indoor
Residual Spraying (IRS), fogging (pengasapan) dan Mass Blood Survey (MBS) atau
pemeriksaan darah setiap warga, serta sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Bila ditemukan terinfeksi malaria, akan langsung diobati dan dilakukan penyuluhan
kesehatan.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


20
Kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi upaya yang
paling efektif untuk pencegahan penyakit malaria. Berdasarkan data yang ada, pada
tahun 2012 Kecamatan Kepulauan Karimata yang sekarang menjadi wilayah kerja
Puskesmas Pelapis pernah ditetapkan sebagai daerah endemis malaria, namun
upaya yang masif dari masyarakat dan pemerintah membuat Kecamatan Kepulauan
Karimata terbebas dari lonjakan kasus malaria dan berdasarkan data yang didapat
dari pemegang program P2 pada tahun 2021, tidak ada ditemukannya kasus malaria
positif dari 3 suspek yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas Pelapis.
III.2.2.6. KUSTA
Penyakit Kusta adalah penyakit yang harus mendapatkan perhatian lebih
serius, sebab keterlambatan mendiagnosa dan ketidakteraturan dalam berobat dapat
beresiko penderita pada kecacatan. Selain pengobatan penderita, di perlukan survey
aktif ke lokasi penderita dalam upaya penemuan kasus dan pengobatan lebih awal.
Survey aktif diharapkan dapat mencegah meluasnya penyakit. Berdasarkan data
yang didapat dari pemegang program P2, tidak ditemukan kasus baru penyakit
kusta di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021. Namun, penderita kusta
yang selesai pengobatannya pada tahun 2021 berjumlah 2 orang dengan persentase
sebesar 100%.
III.2.3.PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B
merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Penyakit-penyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya imunisasi.
III.2.3.1. DIFTERI
Difteri merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Dyptheriae ditandai dengan pembentukan membran di
kerongkongan dan aliran udara lainnya yang menyebabkan sulit bernafas.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program imunisasi, tidak
ditemukan kasus difteri di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.3.2. PERTUSIS
Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari, adalah penyakit yang
terdapat pada saluran pernafasan yaitu membran mukosa pernafasan disebabkan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


21
oleh bakteri Bordetella Pertussis dengan gejala demam ringan, bersin, hidung
berair dan batuk kering. Penyebaran pertusis adalah melalui percikan ludah
(droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit Pertusis
adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan
batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras.
Komplikasi pertusis adalah Pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program imunisasi, tidak
ditemukan kasus pertusis di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.3.3. TETANUS NEONATORUM
Tetanus Neonatorum suatu bentuk tetanus infeksius yang berat dan terjadi
selama beberapa hari setelah lahir disebabkan oleh faktor-faktor seperti tindakan
perawatan tali pusat yang tidak higienis atau pada sirkulasi bayi laki-laki dan
kekurangan imunisasi maternal. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani
yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang,
tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit
adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku
otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek
(sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah
kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang
akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program imunisasi, tidak
ditemukan kasus Tetanus Neonatorum. di Wilayah Kerja Puskesmas Pelapis pada
tahun 2021. Dengan demikian Angka insidens penyakit Tetanus pada umur <1
tahun di Puskesmas Pelapis pada tahun 2021 sesuai dengan angka nasional
<1/10.000 kelahiran.
III.2.3.4. CAMPAK
Campak atau biasa disebut morbili, measles, keremut merupakan penyakit
akut yang disebabkan oleh morbili virus ditandai dengan munculnya bintik merah
(ruam), disertai batuk pilek serta mata merah dan terjadi pertama kali pada masa
anak-anak. Campak adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan
wabah. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak. Sebelum

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


22
imunisasi campak dipergunakan secara luas di dunia hampir setiap anak dapat
terinfeksi campak. Kasus campak dengan gizi buruk akan meningkatkan angka
kematian campak. Program imunisasi campak di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1984 dengan kebijakan memberikan 1 dosis pada bayi usia 9 bulan.
Penyakit Campak biasa dikatakan KLB apabila adanya 5 atau lebih kasus
campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut mengelompok dan mempunyai
hubungan epidemiologis atau satu sama lain. Berdasarkan data yang didapat dari
pemegang program imunisasi, tidak ditemukan kasus campak di wilayah kerja
Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.3.5. POLIO
Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular
dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa
menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan, dan pada sebagian kasus
menyebabkan kematian. Sejak awal tahun 2014, WHO (World Health
Organization) telah menyatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang bebas
dari penyakit ini berkat program vaksinasi polio yang luas.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program imunisasi, tidak
ditemukan kasus polio di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.3.6. HEPATITIS B
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Infeksi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada hati selanjutnya dan menyebabkan
kanker hati. Orang yang terinfeksi virus ini, tidak menyadari kalau mereka sudah
terinfeksi, sehingga sulit untuk mendeteksinya. Pada umumnya di beberapa negara
penyebaran hepatitis B adalah melalui ibu ke anak.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program imunisasi, tidak
ditemukan kasus hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.

III.2.4.PENYAKIT POTENSIAL KLB/WABAH


III.2.4.1. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas keseluruh
wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan
dan kematian relative tinggi. Cara penyebarannya melaui gigitan nyamuk Aedes

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


23
aegypti. Artinya DBD tidak bisa menular langsung dari seseorang ke orang lain
tanpa perantara nyamuk tersebut.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi
masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk
(gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala
DBD dan penanganannya di rumah tangga.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program P2, tidak ditemukan
kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.4.2. FILARIASIS
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang
disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar/ saluran getah bening, menimbulkan
gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar/ saluran getah bening,
edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.
Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung larva
infektif cacing filaria. Nyamuk yang menularkan filariasis adalah Anopheles,
Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Nyamuk tersebut tersebar luas di seluruh
Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya (got/ saluran air, sawah,
rawa, hutan). Pemberantasan penyakit kaki gajah masih cukup sulit dan memakan
waktu serta biaya besar, karena untuk memutus rantai penyebarannya baik
penderita maupun nyamuk pembawa penyakitnya, harus dilakukan berturut-turut
selama lima tahun.
Berdasarkan data yang didapat dari pemegang program P2, tidak ditemukan
kasus filariasis di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.4.3. MALARIA
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, karena menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang
tinggi serta menurunkan produktivitas sumber daya manusia dan pembangunan
nasional.
Penyebaran malaria disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:
1. Perubahan lingkungan yang tidak terkendali dapat menimbulkan tempat
perindukan nyamuk malaria.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


24
2. Banyaknya nyamuk Anopheles sp yang telah dikonfirmasi sebagai vektor
malaria (17 spesies), dari berbagai macam habitat.
3. Mobilitas penduduk yang relatif tinggi dari dan ke daerah endemik malaria.
4. Perilaku masyarakat yang memungkinkan terjadinya penularan.
5. Semakin meluasnya penyebaran parasit malaria yang telah resisten terhadap
obat anti malaria.
6. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan untuk menjangkau seluruh desa yang
bermasalah malaria, karena hambatan geografis, ekonomi, dan sumber daya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa malaria merupakan
masalah yang komplek sehingga eliminasi malaria harus dilaksanakan secara
terpadu oleh semua komponen terkait baik Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, serta seluruh jajaran
kesehatan di pusat maupun daerah.
Puskesmas Pelapis yang merupakan jajaran kesehatan di pemerintah daerah
Kabupaten Kayong Utara adalah ujung tombak pelayanan kesehatan termasuk
dalam eliminasi malaria di wilayah kerjanya. Berdasarkan data yang didapat dari
pemegang program P2, tidak ditemukan kasus malaria positif di wilayah kerja
Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.2.5.PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di
Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin
meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang
harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Semakin
meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan
industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan,
berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan
tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi
epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular
seperti Penyakit Jantung Tumor atau kanker, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal,
dan sebagainya.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


25
III.2.5.1. PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah koroner dan dapat menyebabkan serangan jantung.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang SP2TP didapatkan bahwa
jumlah kunjungan kasus penyakit jantung koroner (PJK) yaitu sebesar 3 kunjungan
dari jumlah 5.547 kunjungan ke Puskesmas Pelapis dan jejaring FKTP pada tahun
2021.

III.2.5.2. STROKE
Stroke disebut juga sebagai serangan otak, disebabkan oleh kurangnya
aliran darah yang mengalir ke otak yang terkadang menyebabkan pendarahan di
otak. Aliran darah ke daerah otak terputus karena gumpalan darah, endapan plak
atau karena pecahnya pembuluh darah otak, sehingga sel-sel otak mengalami
kekurangan oksigen serta energi dan menyebabkan kerusakan otak permanen yang
berakibat kecacatan kematian dini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang SP2TP didapatkan bahwa
terdapat 2 kunjungan kasus penyakit stroke ke Puskesmas Pelapis dan jejaring
FKTP pada tahun 2021.
III.2.5.3. HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Hipertensi sering disebut ‘the silent killer’ karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian
mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari
hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2013 diketahui bahwa
hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang SP2TP didapatkan bahwa,
sebesar 387 (19,7%) penduduk berumur ≥ 18 tahun menderita hipertensi dari 1.964
(81,53%) penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pelapis yang dilakukan
pengukuran tekanan darah pada tahun 2021.
III.2.5.4. DIABETES MELITUS (DM)

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


26
Diabetes Melitus (kencing manis) adalah suatu penyakit menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal secara menahun yaitu
hasil pemeriksaan gula darah vena sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL dan gula darah
vena puasa (GDP) ≤ 126 mg/dL. Sebutan glukosa darah sering dikenal oleh
masyarakat sebutan gula darah. Diabetes Melitus dapat menyebabkan kedaruratan
medis yang serius dan dapat mengancam jiwa. Keadaan tersebut terjadi jika gula
darah terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Diabetes melitus (DM) terbagi menjadi beberapa tipe antara lain 1). DM
tipe 1 yaitu DM yang disebabkan tidak adanya produksi insulin sama sekali, 2).
DM tipe 2 yaitu DM yang disebabkan tidak cukup dan tidak efektifnya kerja
insulin, 3). DM gestasional yaitu DM yang terjadi saat kehamilan, 4). DM tipe
lainnya yaitu DM yang disebabkan oleh pemakaian obat, penyakit lain-lain dan
sebagainya.
Faktor risiko DM yang bisa diubah antara lain kegemukan (berat badan
lebih/IMT > 23kg/m2 dan lingkar perut (pria > 90 cm dan perempuan > 80 cm),
kurang aktivitas fisik, dislipidemia (kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥ 250
mg/dl), riwayat penyakit jantung, hipertensi/tekanan darah tinggi (> 140/90
mmHg), diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat). Adapun
faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia ≥ 40 tahun, mempunyai keluarga
menderita DM, kehamilan dengan gula darah tinggi, ibu dengan riwayat melahirkan
bayi dengan berat badan lahir > 4 kg, bayi yang memiliki berat badan lahir (BBL)
< 2,5kg.
Berdasarkan hasil riset kesehatan daerah tahun 2018 didapatkan bahwa
prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia berdasarkan pemeriksaan darah pada
responden yang memiliki umur ≥ 15 tahun adalah sebesar 8,5%, angka ini
meningkat jika dibandingkan dengan riset kesehatan daerah pada tahun 2013 yang
hanya sebesar 6,9%. Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang SP2TP
didapatkan bahwa prevalensi kasus DM di Wilayah Kerja Puskesmas Pelapis pada
tahun 2021 yaitu sebesar 23 orang (0,61%) dari jumlah penduduk 3.765 orang.
III.2.5.5. ASMA
Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala episodik

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


27
berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk terutama malam
atau dini hari. Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang SP2TP didapatkan
bahwa prevalensi kasus asma di Wilayah Kerja Puskesmas Pelapi pada tahun 2021
yaitu sebesar 1,49% dari jumlah penduduk 3.765 orang.
III.2.5.6. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
Penyakit kronik saluran napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara
ke dalam paru-paru (khususnya udara ekspirasi). Penyakit ini tidak sepenuhnya
reversibel (dapat kembali normal), bersifat kronik progresif (semakin lama semakin
memburuk). Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang SP2TP diketahui
bahwa tidak terdapat kasus PPOK di wilayah kerja Puskesmas Pelapis pada tahun
2021.
III.2.5.7. KANKER LEHER RAHIM
Kanker leher Rahim atau kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada
jaringan leher Rahim yang merupakan bagian terendah dari leher Rahim dan
menonjol ke puncak liang senggama. Deteksi dini kanker leher Rahim dapat
dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau metode
Pap Smear. Tes ini perlu dilakukan oleh wanita yang sudah melakukan hubungan
seksual terutama pada usia 30-50 tahun bertujuan untuk menemukan lesi prakanker
dan mengetahui adanya perubahan sel leher Rahim.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang program KIA tahun 2021
diketahui bahwa dari 2 orang yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim
dengan menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
ditemukan 2 orang yang IVA positif.
III.2.5.8. KANKER PAYUDARA
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang program KIA tahun 2021
diketahui bahwa tidak ada yang melakukan pemeriksan payudara dengan
menggunakan pemeriksaan klinis (CBE), sehingga tidak ditemukan adanya
tumor/benjolan pada payudara. Kurangnya sosialisasi dan minimnya pengetahuan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


28
masyarakat menjadi salah satu penyebab kurangnya minat wanita usia subur untuk
melakukan pemeriksaan payudara.

III.3. STATUS GIZI


Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui
beberapa indikator, antara lain bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), status
gizi balita.

III.3.1. BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian Perinatal dan Neonatal. BBLR
dibedakan dalam 2 (dua) kategori yaitu BBLR karena Premature atau BBLR
karena Intrauterine Growth Reterdation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan
tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR
karena ibu berstatus Gizi Buruk, Anemia, Malaria dan menderita penyakit Menular
Seksual (PMS) pada saat kehamilan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemegang program KIA didapatkan
bahwa sebesar 11,48% Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dari jumlah bayi
baru lahir yang ditimbang sebanyak 61 bayi dengan petugas kesehatan di wilayah
Puskesmas Pelapis pada tahun 2021.
III.3.2. STATUS GIZI BALITA
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah
pengukuran secara anthropometri dengan menggunakan Indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U).
Berdasarkan laporan pemegang program gizi Puskesmas Pelapis diketahui
bahwa ditemukan 2 kasus balita gizi buruk pada tahun 2021 dan telah mendapatkan
perawatan sesuai standar tata laksana gizi buruk) di fasilitas pelayanan kesehatan

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


29
dan masyarakat.

PROFIL KESEHATAN PUSKESMAS PELAPIS TAHUN 2021


30

Anda mungkin juga menyukai