Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH FANATISME TERHADAP AGRESIVITAS PADA

SUPORTER SEPAK BOLA DI KOTA MAKASSAR

Dosen Pembimbing: 1. Musawwir S.Psi., M.Pd

2. Arie Gunawan H.Z, S.Psi., M.Psi., Psikolog

ADE FUAD SEPTIANTO

4518091162

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA

2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 7
1.3 TujuanPenelitian............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10

2.1 Agresivitas..................................................................................... 10
2.1.1 Definisi Agresivitas.............................................................. 10
2.1.2 Dimensi Agresivitas............................................................. 11
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Agresivitas..................... 12
2.1.4 Dampak Agresivitas............................................................. 15
2.1.5 Pengukuran Agresivitas........................................................ 15
2.2 Fanatisme........................................................................................ 16
2.2.1 Definisi Fanatisme................................................................ 16
2.2.2 Aspek Fanatisme.................................................................. 20
2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Fanatisme....................... 23
2.2.4 Dampak dari Fanatisme........................................................ 24
2.2.5 Pengukuran Fanatisme......................................................... 25
2.3 Suporter Sepak Bola ..................................................................... 26
2.4 Pengaruh Fanatisme terhadap Agrevisitas pada Suporter Sepak
Bola di Kota Makassar................................................................... 27
2.5 Hipotesis Penelitian....................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 30

3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................... 30

ii
iii

3.2 Variabel Penelitian......................................................................... 30


3.3 Definisi Variabel............................................................................ 30
3.3.1 Definisi Konseptual.............................................................. 30
3.3.2 Definisi Operasional............................................................. 31
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................... 31
3.4.1 Populasi................................................................................ 31
3.4.2 Sampel.................................................................................. 31
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel................................................ 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 32
3.5.1 Skala Fanatisme.................................................................... 32
3.5.2 Skala Agresivitas.................................................................. 34
3.6 Uji Instrumen................................................................................. 36
3.6.1 Uji Validitas......................................................................... 36
3.6.2 Uji Reliabilitas...................................................................... 36
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................... 37
3.7.1 Analisis Deskriptif................................................................ 37
3.7.2 Uji Asumsi............................................................................ 37
3.7.3 Uji Hipotesis......................................................................... 38
3.8 Prosedur Penelitian........................................................................ 39
3.9 Jadwal Penelitian.......................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer. Sepak bola

memiliki empat miliaran orang penggemar dari seluruh dunia, yang

menjadikan sepak bola menjadi olahraga terpopuler diurutan pertama,

kemudian ada olahraga kriket, hoki, tenis, dan bola voli di peringkat lima

besar teratas (Shvili, 2020). Lebih lanjut survey yang dilakukan Nielsen

Sports pada tahun 2020 di Indonesia, sepak bola menjadi olahraga populer

urutan kedua dengan jumlah 68% masyarakat menyukai sepak bola setelah

bulu tangkis 71% (Puspa, 2020).

Sepak bola memang sudah sangat mendunia dan disetiap daerah pasti

memiliki tim kebanggaanya sendiri dimana ini membuat masyarakat

sekitar memiliki antusias yang berlebihan untuk mendukung tim

daerahnya dimana juga biasa dikenal dengan istilah suporter. Chaplin

(2008) supporter berasal dari kata “support” dimana memiliki dua arti

yang penting dari kata “support” pertama dimana kata “support” adalah

menyediakan sesuatu untuk kebutuhan untuk kebutuhan orang lain, dan

yang kedua adalah dimana kata support ini juga dapat memberikan makna

dorongan atau pengorbanan, semangat serta nasehat kepada orang lain di

dalam sebuah situasi pembuatan keputusan.

Suporter terkenal dalam mendukung tim kebanggannya saat bertanding,

memiliki perasaan kecintaan dan saling memiliki pada tim yang dibela,

1
2

seperti yang diberitakan bahwa suporter indonesia adalah salah satu

supoter yang paling fanatik di dunia, dimana indonesia menduduki

peringkat ke tiga setelah inggris dan argentina (beritajatim.com). Namun

tidak jarang supporter juga membawa kerugian pada tim yang dibela

dengan tindakan kekerasan.

Menurut Abduh, (2020) Di Indonesia sendiri tindakan kekerasan dalam

olahraga memang masih belum di manajemen dengan baik. Manajemen

dapat di lakukan salah satunya dengan menerapkan aturan yang memberi

sanksi berat terhadap pelaku kekerasan. Kenyataan dilapangan

menunjukkan bahwa penerapan aturan yang telah di buat tidak tegas

sehingga terkadang menimbulkan konflik baik antar manajemen club,

antar pemain, dan bahkan sampai antar supporter baik dilapangan

maupun diluar lapangan. Meskipun sangat sulit untuk menggambarkan

pola sistematis konflik yang terjadi, tetapi lebih banyak data menunjukkan

bahwa aktivitas olahraga yang mengarah ke tindakan kekerasan yang

cukup serius banyak terjadi di Indonesia salah satunya di Kota Makassar.

Salah satu fenenomena yang terjadi di Kota Makassar dilansir (Rahmat

Indosport, 2018) kekalahan PSM makassar atas Persela Lamongan terlibat

bentrok di Jalan Andi Jemma (eks landak baru). Kejadian tersebut terpicu

karena karena masalah kenalpot yang bising dari puluhan suporter yang

mengakibatkan bentroknya dengan warga sekitar. Selanjutnya fenomena

yang sama di beritakan (iNewsSulsel.id, 2020) dimana 2 kelompok

suporter PSM Makassar terlibat bentrok di Kota pare – pare yang


3

mengakibatkan satu sepeda motor hangus dibakar dan baru baru ini

supporter PSM Makassar menunjukkan agresivitas dalam bentuk tawuran

yang dilansir dalam (detik.com, 2022).

Seyogyanya supporter sepak bola tidak terlibat dalam gerakan

agresivitas karena hal ini tidak sejalan dengan esensi supporter yang

semestinya. Dalam UU Keolahragaan juga terdapat aturan pada Pasal 55

ayat 6 UU No. 11 Tahun 2022 yang menyebutkan bahwa suporter

memiliki kewajiban untuk mendaftarkan diri menjadi anggota organisasi

suporter olahraga, menjaga ketertiban dan keamanan diluar maupun di

dalam pertandingan, serta berperan dan mendukung pengembangan

industri olahraga melalui pola kemitraan yang saling menguntungkan.

Namun fakta dilapangan hasil wawancara dari peneliti 6 dari 10 orang

suporter pernah melakukan perilaku agresif verbal dari hasil wawancara

menyatakan “kalau bicara kata – kata mutiara itu hal yang tidak disadari

biasa dek, apalagi kalau nacurangi club kesayanganku.”, ada juga yang

melakukan perilaku agresif fisik seperti “kalau emosima biasa langsung

mami kulemparkan apa yang ada di sekitarku bro, kayak botol air minum

biasanya.” Dapat dilihat dari hasil wawancara diatas bahwa memang

fenomena yang ingin diteliti oleh peneliti memang terjadi dan sesuai

dengan aspek – aspek yang dikemukan oleh Buss & Perry (1992) bahwa

agresivitas adalah perilaku yang disengaja untuk menyerang orang lain,

serta membagi agresivitas menjadi 4 dimensi, diantaranya yang pertama

yaitu agresi fisik adalah kecendurungan individu untuk melakukan


4

serangan secara fisik sebagai ekspresi kemarahan. Kedua agresi verbal

adalah kemarahan. Ketiga, kemarahan adalah representasi emosi berupa

dorongan efektif sebagai tahap awal dari agresi sehingga dapat

menimbulkan agresi fisik maupun veerbal. Keempat, permusuhan adalah

perasaan sakit hati dan merasakan ketidakadilan sebagai representasi dari

proses berfikir atau kognitif dan sering diikuti dengan kebencian, dan

kecurigaan terhadap motif orang lain.

Buss & Perry (1992) mengemukakan bahwa agresivitas adalah perilaku

atau sebuah kecenderungan yang disengaja untuk menyerang orang lain,

baik secara fisik maupun verbal untuk mengekspresikan perasaan

negatifnya seperti kemarahan dan permusuhan.

Berdasarkan hasil dari penelitian Sinatrya dan Darminto (2013)

menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan

agresivitas terhadap suporter yaitu faktor ffrustasi, lingkungan, dari pihak

ketiga dan provokasi, yang dimana kadang pemain lawan juga bisa

memicu suporter untuk melakukan tindakan agresif seperti mengatai dan

menghina dalam bentuk agresif verbal aktif tidak langsung yang sering

muncul saat berjalannya suatu pertandingan.

Berdasarkan berbagai dampak yang telah dipaparkan diatas, dapat kita

ketahui bahwa banyak dampak yang ditimbulkan dari agresivitas. Baik

kepada masyarakat, fasilitas umum, dan paling parah kematian pada

suporter itu sendiri. Dengan demikian, agresivitas harus mendapat

perhatian yang lebih serius. Untuk menangani dan mencegah terjadinya


5

agresifitas pada suporter kita bisa melakukan dengan mengidentifikasi

faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya agresivitas tersebut.

Penelitian yang menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi

agresivitas diantaranya ialah Self-control (Zahri & Savira,

2016);kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EI), dan

kecerdasan Spiritual (SI) ( Aziz & Mangestuti, 2006);konformitas

(Rahmat, 2016);kematangan emosi (Annisavitry, 2017);emosional-focused

coping (Pamulatsih, 2018);fanatisme (Agriawan, 2016);empati (Effendy &

Indrawati, 2020);frustasi (Siregar & Amiruddin, 2009).

Berdasarkan uraian literature yang memuat mengenai berbagai faktor

yang mempengaruhi agresivitas, salah satunya adalah Fanatisme. Hal ini

selaras dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa

suporter berniat untuk melakukan perilaku agresif karena terpancing

emosi serta ingin meluapkan emosi negatifnya . Dalam hasil wawancara

Sebagaimana yang diketahui fanatisme lahir menjadi faktor pemicu

yang besar terjadinya agresivitas dalam sepak bola. Nasution & Febrian

(2017) menyatakan bahwa bahwa bentuk-bentuk perilaku fanatisme

suporter sepakbola di cerminkan melalui sifat loyalitas tanpa batas yanga

terdapat dalam kegiatan seperti mendukung tim kesebelasan kebanggaanya

kapanpun dan dimanapun dan kegiatan nonton bareng serta sikap

konsumtif akan jersey original yang di tunjukkan oleh suporter sepakbola.

Goddarad (2001) menjelaskan Fanatisme adalah suatu keyakinan yang

membuat seseorang buta sehingga mau melakukan segala hal apapun demi
6

mempertahankan keyakinan yang dianutnya. Pendapat dijelaskan

Nugraini, (2016) yang menjelaskan fanatisme dideskripsikan sebagai suatu

bentuk antusiasme (enthusiasm) dan kesetiaan (devotion) yang berlebih

atau ekstrem. Enthusiasm disini mengimplikasikan tingkatan

keterlibatan dan ketertarikan atau kepedulian terhadap objek fanatik,

sementara “devotion‟ mengimplikasikan keterikatan emosi dan

kecintaan, komitmen, serta dibarengi dengan adanya tingkah laku secara

aktif.

Fanatisme dapat mempengaruhi berbagai perilaku, berdasarkan hasil

penelitian ditemukan oleh peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Hapsari dan Wibowo (2015) fanatisme dan perilaku agresif seringkali

dihubungkan dengan bidang olahraga, seperti penelitian sebelumnya yang

meneliti hubungan antara fanatisme dan agresivitas suporter klub sepak

bola, diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat fanatisme terhadap

perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter sepak bola. Agriawan (2016)

menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara fanatisme dengan

perilaku agresif pada kelompok supporter sepakbola, yang dimana

penelitian ini mejelaskan bahwa semakin fanatik supporter tersebut maka

akan semakin tinggi tingkat agresivitasnya.

Berdasarkan hasil penjabaran yang telah dipaparkan, dapat diketahui

bahwa Fanatisme adalah pemicu dari terjadinya agresivitas. Maka dari itu

peneliti menduga bahwa tingginya fanatisme pada supporter dapat menjadi

sebuah predictor terhadap agresivitas atau keinginan supporter untuk


7

melakukan tindakan perilaku agresif fisik maupun verbal karena karena

dalam the maczman terdapat Enthusiasm dan devotion yang

menggambarkan fanatisme.

Jika benar demikian, maka fanatisme dapat diturunkan dengan

melakukan upaya - upaya untuk menurunkan perilaku agresif pada

suporter. Namun sebelum hal tersebut dilakukan, maka perlu dibuktikan

terlebih dahulu fanatisme dalam memprediksi perilaku agresivitas pada

suporter. Untuk memenuhi tujuan terebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Fanatisme terhadap

Agresivitas pada suporter di-Kota Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat

dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh

fanatisme terhadap agresivitas suporter sepakbola di Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh fanatisme

terhadap agresivitas pada suporter sepakbola fokus ke supoter PSM di

Kota Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Manfaat teoritis yang ingin diberikan penelitian ini yaitu sebagai

masukan dan sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu Psikologi,

khususnya Psikologi Sosial.


8

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang ingin diberikan penelitian ini yaitu :

1. Dapat mengurangi agresivitas suporter pada saat menyaksikan

pertandingan sepakbola

2. Dapat mencegah terjadinya kerusakan fasilitas milik negara dan

korban jiwa yang diakibatkan tindakan agresivitas suporter

sepakbola.
10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Agresivitas

2.1.1 Definisi Agresivitas

Bushman & Anderson (2001) mendefinisikan agresivitas

sebagai perilaku yang diarahkan pada individu lain yang

dilakukan dengan maksud membahayakan seseorang secara

langsung. Menurut Baron & Byrne (2005) agresivitas adalah

tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk

hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu.

Buss & Perry (1992) agresivitas adalah perilaku atau

kecenderungan perilaku yang disengaja untuk menyerang

orang lain, baik secara fisik maupun verbal untuk

mengeskpresikan perasaan negatifnya seperti kemarahan dan

permusuhan. Selanjutnya menurut Franzoi (2006) agresivitas

adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk

menyakiti atau melukai seseorang, diri sendiri, atau objek.

Menurut Myers (2008) agresivitas adalah perilaku fisik atau

verbal yang bertujuan menyakiti terwujud dalam dua bentuk

yaitu hostile aggression dan instrumental aggression. Hostile

aggression tumbuh dari emosi seperti marah, dan instrumental


11

aggression yang bertujuan untuk menyakiti sebagai alat untuk

sesuatu yang lain.

Berdasarkan pemaparan mengenai definisi agresivitas,

penulis memilih untuk menggunakan teori dari Buss & Perry

(1992) agresivitas adalah perilaku atau kecenderungan perilaku

yang disengaja untuk menyerang orang lain, baik secara fisik

maupun verbal untuk mengeskpresikan perasaan negatifnya

seperti kemarahan dan permusuhan.

2.1.2 Dimensi Agresivitas

Buss & Perry (1992) membagi agresivitas menjadi 4

dimensi, diantaranya yaitu pertama, agresi fisik adalah

kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik

sebagai ekspresi kemarahan. Kedua, agresi verbal adalah

kemaraha. Ketiga, kemarahan adalah representasi emosi

berupa dorongan afektif sebagai tahap awal agresi sehingga

dapat menimbulkan agresi fisik maupun verbal. Keempat,

permusuhan adalah perasaan sakit hati dan merasakan

ketidakadilan sebagai representasi dari proses berpikir atau

kognitif dan sering diikuti dengan kebencian, dan kecurigaan

terhadap motif orang lain.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep Buss &

Perry (1992) yang terdiri dari empat dimensi yaitu agresi fisik,
12

agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan karena sesuai

dengan agresivitas yang hendak diukur.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas

Menurut Baron & Byrne (2005), seseorang berperilaku

agresi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

Faktor internal seperti, pertama, pola perilaku tipe A Pola

perilaku tipe A (Type A behavior pattern) memiliki

karakteristik: (1) sangat kompetitif, (2) selalu terburu-buru,

dan (3) mudah tersinggung serta agresif

(Glass, 1977; Strube, 1989 dalam Baron & Byrne, 2005).

Sedangkan pola perilaku tipe B (Type B behavior pattern)

memiliki karakteristik: (1) sangat tidak kompetitif,

(2) yang tidak selalu bertanding melawan waktu, dan (3) tidak

mudah kehilangan kendali.

Dalam sebuah temuan, terindikasi bahwa Tipe A cenderung

terlibat dalam agresi hostile (hostile aggression) daripada Tipe

B yaitu agresi dengan tujuan utamanya adalah untuk

melakukan suatu kekerasan pada korban (Strube dkk., 1984

dalam Baron & Byrne, 2005). Kemudian sebaliknya, Tipe A

cenderung tidak terlibat dalam agresi instrumental

(instrumental aggression) daripada Tipe B yaitu agresi yang

dilakukan untuk mendapatkan tujuan lain disamping menyakiti

korban, seperti mengontrol sumber-sumber daya yang berharga


13

atau pujian dari orang lain karena telah bersikap “tegas”.

Kedua, yaitu gender / jenis kelamin. Dalam sebuah

observasi, diperoleh bahwa pria lebih banyak melakukan

perilaku agresif daripada wanita (Harris, 1994, 1996 dalam

Baron, 2005). Namun di sisi lain, kadar perbedaan ini tampak

bervariasi pada berbagai situasi. (1) pria secara signifikan lebih

cenderung agresif daripada wanita untuk melakukan agresi

terhadap orang lain ketika orang lain tersebut tidak

memprovokasi mereka dalam cara apa pun (Betancourt &

Miller, 1996 dalam Baron & Byrne, 2005). Dalam situasi-

situasi di mana provokasi memang terjadi, terutama ketika

provokasinya intens, maka wanita sama agresifnya dengan

pria.

(2) dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa pria lebih

cenderung daripada wanita untuk terlibat dalam berbagai

bentuk agresi langsung yaitu tindakan yang ditujukan secara

langsung pada target dan yang secara jelas datang dari agresor

seperti kekerasan fisik, mendorong, menampik, melempar

sesuatu pada orang lain, berteriak, mengejek (Bjorkqvist,

Osterman, & Hjelt-Back, 1994 dalam Baron & Byrne, 2005).

Namun, wanita lebih cenderung untuk terlibat dalam

berbagai bentuk agresi tidak langsung dibanding pria yaitu

tindakan yang memungkinkan agresor untuk menutupi


14

identitasnya dari korban. Sehingga, pada beberapa kasus,

membuat korban sulit mengetahui bahwa mereka telah menjadi

target dari tindakan kekerasan yang disengaja. Tindakan ini

termasuk menyebarkan rumor mengenai target, bergosip di

belakang target tersebut, memberitahu orang lain untuk tidak

berhubungan dengan target, mengarang cerita sehingga target

mendapat masalah, dan lain-lain (Baron & Byrne, 2005).

Ketiga, yaitu kontrol diri. Kontrol diri dapat mempengaruhi

agresivitas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rahayu (2018) yang menunjukkan bahwa kontrol diri memiliki

pengaruh terhadap perilaku agresif pada remaja SMP.

Keempat, yaitu religiusitas. Religiusitas juga menjadi salah

satu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Berdasarkan

studi longitudinal di wilayah Columbia (New York) yang

dilakukan oleh Huessmann, Dubow, dan Boxer (2010)

menunjukkan bahwa partisipasi agama berbanding terbalik

dengan agresivitas dari waktu ke waktu dan generasi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif dari

religiusitas terhadap agresivitas pada satu generasi terhadap

generasi selanjutnya. Artinya, semakin tinggi tingkat

religiusitas dalam diri

seseorang, maka akan semakin rendah munculnya

agresivitas. Sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas


15

dalam diri seseorang, maka akan semakin tinggi munculnya

agresivitas.

Kelima, yaitu pelepasan moral. Berdasarkan penelitian Luthfie

(2014) tentang aggressive driving diperoleh hasil yaitu self-

control dan moral disengagement memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap aggressive driving dengan nilai proporsi

varian sebesar 0,412 atau 41,2%.

2.1.4 Pengukuran Agresivitas

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur

agresivitas, antara lain :

2.1.4.1 The Aggression Questionnaire yang dikembangkan

oleh Buss & Perry (1992). Alat ukur tersebut

mengukur agresivitas yang terdiri dari 4 faktor yaitu

agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan

permusuhan dengan jumlah 29 pernyataan.

2.1.4.2 The Reactive-Proactive Aggression Questionnaire

yang dikembangkan oleh Raine, et. al. (2006). Alat

ukur ini untuk mengukur agresivitas reactive dan

agresivitas proactive yang terdiri dari 23 item.

2.1.4.3 Aggressive Provocation Questionnaire (APQ)

dikembangkan oleh O’Connor, Archer, dan Wu

(2001). Alat ukur ini bertujuan


16

untuk ,mengembangkan, mengujicoba, dan

memvalidasi ukuran skenario spesifikasi tegantung

dari jenis kelamin tehadap agresi dengan

menggunakan sketsa yang relevan secara budaya

untuk laki-laki. Setiap sketsa atau skenario dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan

informasi situasional yang sesuai di mana peserta

dapat secara wajar menentukan bagaimana ia akan

menanggapi. Dengan cara ini, mengukur agresi yang

melibatkan serangkaian situasi provokasi khusus,

daripada pernyataan yang terlibat dalam pengukuran

kuesioner.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur The

Aggression Questionnaire yang dikembangkan oleh Buss &

Perry (1992) untuk mengukur aspek agresi fisik, agresi

verbal, kemarahan, dan permusuhan yang terdiri dari 29

item. Alat ukur ini dipilih karena memiliki dimensi dan

pernyataan yang sesuai dengan agresivitas yang hendak

diukur.

2.2 Fanatisme

2.2.1 Definisi Fanatisme


17

Fanatisme dalam budaya atau era modern, kehidupan individu

masing-masing, dan lingkungan masyarakat mempunyai peran yang

penting. Peran ini penting karena era atau sebuah budaya berpengaruh

besar pada individu dan hubungan yang terjadi pada diri sendiri

kemudian menciptakan pemahaman dan kepercayaan dalam bentuk

emosional seperti kesetiaan, pengabdian, kecintaan, dan hubungan.

Pengabdian yang dilakukan secara niat untuk sebuah objek

didefinisikan untuk fanatisme kemudian pengabdian ini memiliki

beberapa unsur yaitu gairah, keintiman, dan dedikasi (Seregina dkk,

2018).

Fanatisme sebuah kepercayaan pada fanatik yang dijadikan objek lalu

terkait pada hal yang berlebihan, kegiatan ini berhubungan dengan

sikap fanatik yang ditunjukkan, individu merasa terlalu bersemangat

dalam menyukai sesuatu, emosi dan rasa cinta yang terikat tetapi

berlebihan kemudian perasaan tersebut bertahan lama dengan jangka

waktu yang lama (Eliani dkk, 2018). Fanatisme terbentuk karena

perasaan yang menimbulkan cinta dan dampak yang di timbulkan

sangat berpengaruh pada individu yang menyukai idolnya (Rosdianti

dkk, 2013).

Fanatik seringkali menetap pada argumen mereka sendiri yang

menganggap pendapat mereka itu benar adanya serta tidak

memperdulikan semua kebenaran dan pendapat yang tidak sinkron

dengan pikiran serta kepercayaan (Chung dkk, 2008). Penggambaran


18

fanatisme di tandai dengan patuhnya dengan penuh gairah dan tidak

mempunyai stress, hal tertentu yang mempunyai antusias berlebihan,

keras kepala, tidak menyerah dan menyelesaikan sesuatu dengan cara

kekerasan (Robles, 2013).

Fanatisme merupakan perilaku yang dengan antusias yang

berlebihan dengan pandangan mereka sendiri atau suatu akibat yang

membuat mereka menimbulkan perilaku tersebut. Fanatik mempunyai

perilaku yang ditujukan menghina pada hal tertentu, yang sebenarnya

kepercayaan dan pandangan mereka pada satu kepercayaan terlalu

berlebihan dan tetap pendirian untuk keyakinan individu masing-

masing meskipun orang sekitar melihat itu merupakan perilaku

berlebihan (Chaplin, 2009). Fanatisme merupakan perasaan yang

merasakan kebersamaan yang dirasakan sangat tinggi dan memuncak

sebagai daya tarik yang tinggi pada terhadap individu atau kelompok

(Ali, 2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2014) menyatakan

bahwa fanatisme ialah kepercayaan yang sangat dijunjung tinggi oleh

individu pada ajaran politik, agama, dan lainnya.

Fanatisme terkadang tidak logis dan kepercayaan seseorang yang

terlalu berpengaruh dan rendah untuk memakai akal mereka kemudian

pemahaman yang lain tidak ingin mereka terima serta mempunyai

target untuk di capai (Lucky & Setyowati, 2015). Mubarok (2011)

menyatakan bahwa fanatisme merupakan kondisi individu dan

organisasi yang mempercayai suatu keyakinan dalam hal politik,


19

agama, dan budaya suatu kelompok dengan cara mereka yang

berlebihan dan mendatangkan perdebatan serta kebencian untuk

kelompok yang berbeda suku, ras, dan agama. Situasi untuk keseharian

individu, kebahagiaan yang mempunyai kapasitas yang berlebihan

disebut dengan fanatisme.

Goddard (2001) menyatakan bahwa kepercayaan dan suatu

pandangan yang dimaknai secara positif dan negatif, situasi dimana

dasar teori yang tidak dimiliki atau dasar dalam dunia nyata, tapi di

pegang secara intensif dan susah untuk di alihkan dan di ubah.

Fanatisme merupakan kepercayaan dan pendapat mengenai satu hal

yang mengandung makna positif dan negatif. Fanatisme yaitu kondisi

individu dan kelompok yang mempercayai suatu keyakinan atau aliran,

baik dalam hal politik, agama, budaya, dan hal lainnya yang dipercayai

secara berlebihan (Hapsari & Wibowo, 2015).

Jennie Eliani (2018) juga menyimpulkan bahwa fanatisme

merupakan sebuah keyakinan yang berlebihan pada suatu objek, dimana

sikap fanatik ini ditunjukan dengan rasa antusias yang ekstrem,

keterikatan emosi dan rasa cinta dan minat yang berlebihan yang

berlangsung dalam waktu yang lama, dan sering kali menggangap hal

yang mereka yakini merupakan hal yang paling benar adanya sehingga

mereka akan cenderung untuk membela dan mempertahankan suatu

kebenaran yang mereka yakini.


20

Fanatisme merupakan pemahaman individu atau kelompok pada

keyakinan yang dipercayai dan sesuatu yang dipercaya oleh mereka

dibela hingga tidak dapat di sentuh oleh orang lain untuk pemahaman

mereka tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa fanatisme merupakan

paham atau keyakinan pada kehidupan diri individu tersebut untuk

mempercayai sesuatu hal yang berlebihan sehingga membela apa yang

dipercayai tersebut dengan melakukan segala cara yang diperlihatkan

untuk membela keyakinan individu atau kelompok.

2.2.2 Aspek-aspek Fanatisme

Aspek-aspek fanatisme supporter menurut Wolman (dalam Prakoso,

2013), yaitu :

2.2.2.3 Rasionalitas

Rasional adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh akal

dan pikiran manusia dapt dipahami sesuai dengan kemampuan

otak. Sehingga orang-orang yang mempunyai pikiran yang kurang

rasional biasanya tidak dapat menerima apa yang ada dan yang

sedang terjadi menimpanya atau disekelilingnya. Hal tersebut

berimbas pada tindakannya pada saat itu, yang lebih

mengedepankan emosi sesaat saja tanpa melihat norma-norma yang

berlaku yang sudah baku di dalam masyarakat. Dampaknya sangat

merugikan diri sendiri dan orang lain, terlebih bila tindakan


21

tersebut disertai dengan tindakan agresifitas tentunya efeknya akan

lebih besar lagi..

2.2.2.4 Pandangan yang sempit

Pandangan yang menganggap kelompoknya eksklusif atau

apapun yang ada dalam kelompoknya sebagai sesuatu yang paling

benar dari pada kelompok yang lain.

2.2.2.5 Bersemangat mencapai tujuan tertentu

Adanya tujuan- tujuan yang sangat diinginkan untuk diraih,

sehingga dalam mencapai tujuan tersebut bersifat menggebu-gebu

dan sangat bersemangat.

Selain itu, Eliana (2018) mengembangkan beberapa aspek-aspek dari

fanatisme, yaitu:

1. Rasa antusiasme yang ekstrim

Penggemar sepak bola atau sering disebut suporter sepakbola

diidentikkan dengan antusiasme yang ekstrim. Dengan

antusiasme tersebut para suporter seringkali mendahulukan

kepentingan club yang dibelanya di bandingkan kepentingan

diri sendiri.

2. Keterikatan emosi dan rasa cinta


22

Fanatisme juga didasari oleh rasa emosi dan cinta yang

terbangun selama suporter menyukai clubnya. Suporter

sepakbola merasa sedih jika mendengar kabar buruk mengenai

club kebanggaannya dan juga sebaliknya. Para suporter tanpa

sadar sudah merasa keterikatan emosional dengan club

kebanggaannya walaupun club sepakbola itu sendiri tidak tahu

eksistensi fans tersebut

3. Berlangsung dalam waktu yang lama

Fanatisme juga terbangun dalam durasi waktu yang lama.

Semakin lama kita menyukai sebuah club, maka semakin tinggi

fanatismenya. Dengan durasi yang lama dan intesifnya suporter

sepakbola mengikuti perkembangan club yang dibanggakan

akan menumbuhkan rasa fanatisme yang lebih tinggi.

4. Menganggap hal yang mereka yakini adalah benar

Goddard mendefinisikan fanatisme sebagai keyakinan yang

membuat seseorang buta sehingga mau melakukan segala hal

apapun demi mempertahankan keyakinan yang dianutnya

(Eliani et al., 2018). Tak sedikit supporter yang berdebat

dengan supporter lain yang memiliki pendapat yang sama

dengan dirinya.

5. Membela dan mempertahankan kebenaran yang mereka yakini

Bentuk rasa cinta dan emosi yang terbangun selama

menyukai idolanya juga membuat suporter rela melakukan apa


23

saja. Membela dan mempertahankan kebenaran yang mereka

yakini tentang club bola yang dibelanya entah baik atau buruk

juga merupakan salah satu bentuk fanatisme terhadap club

favoritnya.

Berdasarkan uraian mengenai dimensi-dimensi fanatisme diatas,

penelitian ini akan merujuk kepada aspek yang dikemukakan Jennie

Eliani (2018), yaitu rasa antusiasme yang ekstrim, keterikatan emosi

dan rasa cinta, berlangsung dalam waktu yang lama, dan

menganggap hal yang mereka yakini benar. Aspek ini dipilih karena

lebih cocok dan sesuai untuk digunakan dalam penelitian yang

sedang dilakukan yaitu dalam lingkup supporter sepakbola dan ada

penelitian sebelumnya menggunakan dimensi ini.

2.2.3 Faktor – faktor fanatisme

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku fanatisme menurut

Suroso & Aditya (2010) antara lain :

a. Idola atau figur

Setiap individu suporter pasti mempunyai idola atau figur yang

dijadikan sebagai tolak ukur dalam bermain sepak bola. Yang

menjadi masalah kefanatikan dari mengagumi idola atau figur

berdampak pada perilaku yang menyimpang dan mereka

menganggap bahwa idola atau figur yang mereka sukai

mempunya kelebihan yang individu lain tidak memilikinya.


24

b. Cinta golongan dan daerah tertentu

Mencintai suatu golongan yang dipengaruhi dengan rasa

ketertarikan terhadap suatu kelompok yang mereka lihat. Mereka

menganggap kelompok tersebut memiliki suatu keistimewaan

yang tidak dimiliki oleh kelompok yang lain. Hal ini dilakukakn

secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan dan timbul asa

cinta pada kelompok atau golongan tertentu.

Sedangkan menurut Putri (2014) menjelaskan bahwa suporter

sepakbola diluar lapangan membentuk sebuah komunitas atau

oganisasi dimana dalam komunitas suporter sepakbola ini menjadi

wadah pemersatu suporter diluar lapangan, wajar saja jika kelompok

atau golongan yang menjadi wadah bisa mengembangkan kecintaan

mereka menjadi lebih kreatif.

2.2.4 Dampak dari fanatisme

Terdapat beberapa dampak-dampak fanatisme yang telah

dikemukakan oleh Lisa (2020), yakni :

1. Terjadi fanatisme pada individu tersebut

Fanatisme yang terjadi pada era modern ini, realita yang

terjadi pada diri sendiri dan masyarakat sehingga

menciptakan pemahaman pada individu tersebut. Fanatisme

yang terjadi pada individu sering menganggapnya diri benar

dan adanya pertentangan dalam pemikiran dan pemahaman.


25

2. Membuang waktu dan uang untuk hal yang sia-sia

Individu yang terbuai dengan keinginannya untuk

memiliki barang sehingga mengeluarkan dana yang sangat

besar demi club favoritnya. Waktu yang digunakan lebih

banyak untuk menonton club favoritnya bermain sehingga

melupakan kewajiban realitasnya. Individu melupakan skala

prioritas yang di perlukan untuk keperluan sehari-hari.

3. Insomnia atau kesulitan tidur

Nobar (nonton bareng) sepakbola di warkop/café yang

mempunyai dampak bagi kehidupan sehari-hari terutama

dalam waktu tidur yang tidak teratur karena individu tidak

mengatur waktunya untuk nobar club kesayangannya tersebut

hingga lupa waktu. Waktu istirahat yang tersita karena

mendahulukan untuk nobar sepakbola tersebut.

2.2.5 Pengukuran Fanatisme

Dibawah ini merupakan alat ukur untuk mengukur fanatisme, yaitu:

1. Football Suporter Fanaticsm Scale

Alat ukur ini berisi 13 item yang dikembangkan oleh

Taşmektepligil (2013). Masing-masing item diukur dengan

skala likert (sangat setuju=1, setuju=2, tidak setuju=3, tidak

setuju=4). Jika total skor yang didapatkan oleh responden

berada dalam nilai 13-21 maka responden dikategorikan


26

“fanatik”, bila total skor berada di 22-30 maka dikategorikan

sebagai supporter dan bila berada dalam range skor 31-52

maka dikategorikan sebagai “penonton” (Altungul dan

Karahüseyinoğlu, 2017)

2. Skala Fanatisme

Skala Fanatisme ini dikembangkan oleh Jennie Eliani

(2018) berdasarkan beberapa indikator yaitu rasa antusias

yang ekstrim, keterikatan emosi dan rasa cinta, berlangsung

dalam waktu yang lama, menganggap hal yang mereka

yakini adalah hal yang benar, membela dan

mempertahankan kebenaran yang mereka yakini. Skala ini

terdiri dari 22 item

2.3 Suporter Sepak Bola

2.3.1 Definisi Suporter Sepak Bola

Definisi suporter sepak bola menurut Dhurkeim (1998)

menyatakan bahwa suporter adalah dukungan dari satu orang atau

lebih yang diberikan kepada sesuatu dalam sebuah pertandingan

dengan rasa royal dan rasa cinta terhadap suatu tim kesayangan.

Menurut UU Nomor 11 Tahun 2022 suporter adalah perseorangan

atau kelompok masyarakat yang mendukung dan memiliki

perhatian khusus terhadap cabang olahraga.

Hinca (2007) menyebutkan bahwa suporter atau fans klub

adalah sebuah organisasi yang terdiri dai sejumlah orang yang


27

bertujuan untuk mendukung klub sepak bola yang dia sukai.

Suporter harus berafilasi dengan klub sepak bola yang di

dukungnya, sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh

terhadap klub yang ia dukung.

2.4 Pengaruh Fanatisme terhadap Agresivitas pada Supporter Sepak

Bola di Kota Makassar

Teori fanatisme memiliki pengaruh pada kehidupan sehari-hari

setiap individu, adanya fanatisme pada kehidupan masing-masing

individu maka mereka dapat mengetahui bagaimana bentuk perilaku

yang dikemukakan oleh para ahli yang memiliki definisi tentang

fanatisme. Peneliti setuju dengan definisi yang dikemukakan oleh

Seregina, dkk yakni budaya ini berpengaruh besar pada individu dan

hubungan yang terjadi pada diri sendiri kemudian menciptakan

pemahaman dan kepercayaan dalam bentuk emosional seperti

kesetiaan, pengabdian, kecintaan, dan hubungan.

Individu yang mengalami sikap fanatisme ini menghasilkan

pengaruh yang positif dan negatif. Peneliti relevan dengan definisi

yang dikemukakan oleh Robles bahwa fanatisme mempunyai antusias

yang berlebihan, keras kepala serta tidak menyerah serta

menyelesaikan sesuatu dengan kekerasan. Peneliti setuju dengan

aspek-aspek dan indikator fanatisme yang telah dikemukakan oleh

Seregina dkk yakni, hubungan, kecintaan, pengabdian, dan kesetiaan.


28

menurut peneliti aspek yang telah dikemukakan oleh Seregina, dkk

dapat menggambarkan fanatisme yang dimiliki masing-masing

individu.

Agresivitas merupakan perilaku yang disengaja dengan

tujuan untuk menyerang maupun melukai orang lain. Agresivitas

di kalangan suporter sepak bola meliputi memukul, mencela,

melemparkan benda kepada supporter lain, mencoret- coret

dinding tembok rumah orang lain dengan tulisan-tulisan nama

klub sepak bola yang didambakan, dan mengeluarkan kata-kata

yang tidak baik terhadap supporter lain yang menjadi lawan

pertandingan, bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain.

Selain itu, adanya sikap kemarahan dan permusuhan seperti rasa

iri terhadap supporter dari klub sepak bola lain ketika klub yang

didambakan tidak memperoleh kemenangan atau kejuaraan.

Namun agresivitas tidak selamanya buruk.

Agresivitas berada dan dimiliki oleh setiap individu.

Agresivitas memiliki sisi positif dan negatif. Sisi positif dari

agresivitas yaitu sebagai alat untuk melindungi diri dari bahaya

orang disekitar kita. Tetapi, sisi negatif dari agresivitas yaitu

mampu membahayakan orang lain dan mampu berdampak fatal

untuk orang lain.

Di dalam lingkungan, terdapat banyak stimulus yang dapat


29

memicu munculnya agresivitas dalam diri. Ketika individu

mampu mengendalikan diri, kognitif, dan keputusannya untuk

tidak ikut terlibat dalam tindak agresi tersebut, maka

agresivitasnya akan rendah. Dengan demikian, kontrol diri dapat

menjadi faktor penting yang berasal dari dalam diri terhadap

agresivitas seseorang di lingkungannya.

Das sollen dalam penelitian ini tentang dimana masih banyaknya

pelanggaran yang dilakukan oleh suporter sepakbola seperti,

membawa sajam kelapangan, membawa petasan, merusak fasilitas

umum, dan bersikap anarkis. Das sein yang terjadi pada penelitian ini

adalah dimana FIFA telah memberikan peraturan bahwa supoter

dilarang keras untuk membawa sajam kelapangan, membawa petasan

kelapangan, merusak fasilitas umum, dan bersikap anarkis.

Penjelasan dapat di gambarkan melalui bagan berikut :

Fanatisme (X) Agresivitas (Y)

Keterangan :

: Pengaruh

2.5 Hipotesis
30

Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh antara fanatisme terhadap

agresivitas pada suporter sepakbola di Kota Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional.

3.2 Variabel Peneliti

Variabel dalam penelitian ini adalah Fanatisme dan Agresivitas. Variabel

independen yaitu Fanatisme, dan variabel dependen yaitu Agresivitas.

Fanatisme (X) Agresivitas (Y)

Keterangan :

: Pengaruh

X : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat

3.2 Definisi Variabel

3.2.1 Definisi konseptual

Definisi konseptual ialah sebuah uraian mengenai konsep serta

makna yang masih abstrak meskipun secara makna dapat dipahami

(Azwar, 2016).

30
31

1. Fanatisme

Fanatisme merupakan perasaan yang merasakan kebersamaan

yang dirasakan sangat tinggi dan memuncak sebagai daya tarik

yang tinggi pada terhadap individu atau kelompok (Ali, 2003).

2. Agresivitas

Bushman & Anderson (2001) mendefinisikan agresivitas

sebagai perilaku yang diarahkan pada individu lain yang dilakukan

dengan maksud membahayakan seseorang secara langsung.

3.3 Defenisi operasional

Azwar (2017) menjelaskan bahwa definisi operasional merupakan

variabel yang dirumuskan berdasarkan sifat-sifat atau karakteristik dari

suatu variabel yang dapat diamati. Variabel penelitian ini adalah

Fanatisme dan Agresivitas.

1. Fanatisme

Fanatisme adalah sebuah keyakinan yang berlebihan pada

suatu objek yang ditunjukan dengan rasa antusias yang

ekstrem, keterikatan emosi dan rasa cinta dan minat yang

berlebihan yang berlangsung dalam waktu yang lama, dan

sering kali menggangap hal yang mereka yakini merupakan

hal yang paling benar (Jennie Eliani, 2018).

2. Agresivitas

Agresivitas merupakan perilaku atau kecenderungan perilaku

yang disengaja untuk menyerang orang lain, baik secara fisik


31

maupun verbal untuk mengekspresikan perasaan negatifnya seperti

kemarahan dan permusuhan. Agresivitas dalam penelitian ini

diukur menggunakan adaptasi dari alat ukur The Aggression

Questionnaire yang dikembangkan oleh Buss & Perry (1992).

3.4 Populasi, Dan Sampel

3.4.1 Populasi

Sugiyono (2013) berpendapat bahwa populasi adalah suatu wilayah

umum yang terdiri dari entitas-entitas dengan jumlah dan karakteristik

tertentu yang diidentifikasi oleh peneliti untuk dipelajari secara

mendalam dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi juga

menggambarkan berbagai karakteristik objek yang diteliti, yang

kemudian ditentukan oleh jumlah sampel yang diambil. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh suporter sepakbola PSM yang ada

di Kota Makassar. Peneliti belum mendapatkan data secara akurat

seluruh suporter sepakbola PSM yang ada di Kota Makassar.

3.4.2 Sampel

Di sisi lain penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan

software G*Power 3.1.9.4, yang pada umumnya penelitian psikologi

menurut Cohen (1992) menggunakan effect size f small 0.02 apabila

belum di ketahui square multiple corellation, a err prob 0.05, dan

power (1 – B err prob) sebesar 0.80 dengan uji statistik analisis regresi
32

linear sederhana dengan satu variabel, dan hasilnya menunjukkan 395

sampel.

3.4.3 Teknik Pengambilan

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability

sampling dengan teknik sampe purposive sampling. Kriteria sampel

penelitian ini, sebagai berikut :

1. Laki – laki dan perempuan.

2. Terdaftar dalam kelompok suporter PSM Makassar.

3.5 Teknik Pengambilan Data

3.5.1 Skala Fanatisme

Skala fanatisme dikembangkan oleh Jennie Eliani (2018) dengan

beberapa indikator yaitu rasa antusias yang ekstrem, keterikatan

emosi, dan rasa cinta, berlangsung dalam waktu yang lama,

menganggap hal yang mereka yakini adalah hal yang benar, serta

membela dan mempertahankan kebenaran yang mereka yakini. Skala

ini terdii dari 19 item.

Tabel Blue Print Skala Fanatisme Jennie Eliani

No Aspek Indikator Fav Unfav

1 Rasa  Memproritaska 2, 3, 4 1, 5, 6

antusias n idola

me dibanding diri

yang
33

ekstrim sendiri

 Mendukung

penuh kegiatan

idola

2 Keteri  Mengikuti 7 -

katan semua

emosi kegiatan idola

dan baik langsung

rasa maupun tidak

cinta langsung

8, 9
3 Berl  Menganggap 10

ang kecintaan

sun terhadap idola

g berlangsung

dala lama

wak

tu

yan

lam
34

- 11, 12,

4 Menganggap  Merasa 13

hal yang idolanya

mereka yakini lebih hebat

adalah hal dari

yang benar siapapun

Membela dan 15, 16, 18 14, 17,

mempertahanka  Membela 19

n kebenaran idola

yang mereka apapun

yakini keaadannya

 Tidak

perduli

omongan

orang lain

tentang

idolanya
35

Jumlah 19

3.5.2 Skala Agresivitas

Dalam penelitian ini, skala agresivitas diperoleh dari alat

ukur yang disusun oleh penulis dengan mengadaptasi skala

agresivitas Buss & Perry (1992) yang terdiri dari 29 item.

Agresivitas yang diukur berdasarkan bentuk- bentuk yaitu

agresi fisik (physical agrression), agresi verbal (verbal

aggression), kemarahan (anger), dan permusuhan (hostility).

Tabel Blue Print Skala Agresivitas Buss & Perry

No Aspek Indikator Fav Unfav

1. Agresi fisik  Memukul orang 2, 3, 10 7

(Physical lain

aggression)  Menyerang orang 1, 4, 6, 8

lain secara fisik

 Merusak fasilitas 19

2. Agresi verbal  Memiliki sifat 5, 11, 13,

(Verbal argumentatif 27

aggression)  Membalas
36

ucapan orang 12

lain secara

agresif

3. Kemarahan  Mudah marah 24, 9, 20, 18

(Anger) 21

 Tempramen 16, 17,

4. Permusuhan  Menunjukkan 22, 15

(Hostility) rasa iri hati

 Merasa curiga 26, 14, 28,

pada orang lain 29

 Merasa 23, 25
kehidupan yang

dialami tidak

adil

Jumlah 29

3.6 Uji instrument

3.6.1 Uji Validitas

Skala Fanatisme yang di adaptasi oleh Jennie Eliani (2018) secara

keseluruhan pada 19 item memenuhi syarat dan layak pakai dengan

nilai factor loading bernilai positif, nilai t-value > 1.96, dan nilai
37

RMSEA 0.127, sehingga dinyatakan valid. Skala Agresivitas yang

telah diadaptasi oleh Fadillah Soraya (2019) secara keseluruhan pada

29 item memenuhi syarat dan layak pakai dengan nilai factor loading

bernilai positif, nilai t-value > 1.96, dan nilai RMSEA 0.144, sehingga

dinyatakan valid.

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi dari alat ukur, yaitu sejauh

mana alat ukur tersebut dapat memberikan tetap meskipun alat ukur

digunakan pada tempat dan kondisi yang berbeda. Pengujian

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha

dengan bantuan. Untuk menguji reliabilitas akan dilakukan dengan

memasukkan item-item valid ke dalam analisis reliabilitas pada IBM

SPSS Statistics 20, kemudian melihat hasilnya pada output yang

tersedia. Nilai reliabilitas bergerak dari 0 - 1, sehingga dikatakan

memiliki reliabilitas tinggi jika mendekati satu dan memiliki

reliabilitas rendah jika mendekati nol.

Tabel 3.3 Koefisien Reliabilitas

Skala Alpha Cronbach Jumlah Item

Fanatisme 0.127 19

Agresivitas 0.144 29
38

3.7 Teknik analisis data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan deskripsi

atau menggambarkan mengenai data variabel dari sekelompok

subjek penelitian dan tidak memiliki tujuan untuk menguji

hipotesis. Pemaparan analisis deskriptif melalui demografi subjek,

kategorisasi fanatisme dan agresivitas, serta gambaran fanatisme

dan agresivitas berdasarkan demografi subjek. Biasanya penyajian

hasil ini dengan cara frekuensi, presentase, dan grafik ( Azwar,

2017).

3.7.2 Uji Asumsi

Purwanto (2010) berpendapat bahwa uji asumsi merupakan

langkah yang dilakukan sebelum menentukan hipotesis yang sesuai

berdasarkan data penelitian yang akan dianalisis. Hasil yang telah

diperoleh dari uji asumsi akan menjadi sebuah dasar untuk peneliti

agar dapat memutuskan pengujian hipotesis yang dilakukan antara

lain yaitu, statistik parametik atau non parametik. Teknik yang

digunakan untuk uji asumsi analisis pada penelitian in yaitu:

1. Uji Normalitas

Sugiyono (2013) Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah sebaran data yang dihasilkan normal atau

tidak normal. Data dapat dikatakan terdistribusi normal jika


39

jumlah data di atas dan di bahwa rata-rata sama, dan juga

simpangan bakunya.

2. Uji Linearitas

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa salah satu asumsi

analisis regresi adalah linearitas. Artinya apakah garis regresi

antara X dan Y membentuk garis linier atau tidak. Jika tidak

linier, maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Uji

linearitas menggunakan bantuan program SPSS 20. Variabel

antara X dan Y dapat dikatakan memiliki hubungan linear jika

nilai signifikan dari linearty < 5%.

3.7.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

sederhana, adapun hipotesis dalam penelitian ini :

Ha: Terdapat pengaruh pengaruh antara fanatisme terhadap

agresivitas pada suporter PSM di Kota Makassar.

Ho : Tidak terdapat pengaruh pengaruh antara fanatisme terhadap

agresivitas pada suporter PSM di Kota Makassar.

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Tahap Persiapan Penelitian

Peneliti pada awalnya mengkaji permasalahan yang sering terjadi

di sekeliling peneliti, kemudian peneliti melakukan studi literatur yang

sesuai dengan teori permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti.


40

Kemudian, peneliti mulai mengambil data awal pada suporter

sepakbola di Kota Makassar. Setelah mendapatkan partisipan yang

sesuai peneliti menentukan instrument penelitian yang sesuai untuk

digunakan.

Peneliti kemudian menunjukkan bentuk skala yang akan digunakan

kepada pembimbing dan setelah mendapat persetujuan, peneliti

kemudian menyusun skala dan menyebarkan skala sesuai dengan

pkriteria responden yang dibutuhkan.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah penyusunan skala selesai, peneliti kemudian segera turun

lapangan melakukan penelitian. Proses pengambilan data dilakukan

selama bulan ( ) hingga bulan ( ) dan peneliti mengumpulkan

responden sebanyak 395 orang suporter sepakbola yang mengisi skala

dengan sesuai. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu

menyabar skala dalam bentuk link yang telah peneliti buat sebelumnya

pada google from dan memberikan skala secara langsung kepada

mahasiswa tingkat akhir.

3.9 Jadwal Penelitian

Tabel 3.5 Jadwal Penelitian

Kegiatan 2023 2023 2023

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
41

Persiapan Ujian

Proposal

Pengambilan

Data

Penginputan

Data

Pengolahan

Data

Penyusunan

Skripsi

Persiapan Ujian

Hasil Skripsi
42

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, I. (2020). Tindakan Kekerasan Suporter Sepak Bola Dalam Perspektif


Sosiologi Olahraga. Jurnal Penjaskesrek, 7(2), 289-300.
Agriawan , D. (2016 ). Hubungan Fanatisme dengan Perilaku Agresi Suporter
Sepak Bola . 1-76.
Anam, H.C (2016). Studi pendahuluan (tidak diterbitkan). Bali : Universitas
Udayana.
Anderson, C. A., & Bushman, B. (2001). Effects of violent games on aggressive
behavior, aggressive cognition, aggressive affect, physiological arousal,
and prosocial behavior: A meta-analytic review of the scientific literature.
Psychological Science, 12, 353–59.
Astuti, Menik Purwandari. 2011. Hubungan Antara Fanatisme Terhadap Tokoh
Idola Dengan Imitasi Pada Remaja. FKIP: UMS
Astuti, Menik Purwandari. 2011. Hubungan Antara Fanatisme Terhadap Tokoh
Idola Dengan Imitasi Pada Remaja. FKIP: UMS
Aziz, R., & Mangestuti, R. (2006). Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ),
Kecerdasan Emosional (EI), dan Kecerdasan Spiritual (SI) Terhadap
Agresivitas Pada Mahasiswa UIN Malang. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan, 1(1), 1-10.
Azwar. S. (2017). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Baron, A.R . & Bayrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2 (Ed 3). Jakarta. Penebit
Erlangga.
Brigham, J. C. 1991. Social Psychology. Edisi Kedua. New York : Harper Colling
Publisher Inc
Budi, W. S. (2004). Hubungan antara fanatisme kedaerahan dengan agresifitas
suporter sepakbola di Surabaya. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
17 Agustus 1945 Surabaya
Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggression questionnaire. Journal of
Personality and Social Psychology.
Chaplin, J. P. Alih bahasa oleh Kartono, K (2009). Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta: Rajawali Press.
Departemen Pendidikan Nasional ( 2014 ) Kamus Besar Bahasa Indonesia
Cetakan ke delapan Belas Edisi IV. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Effendy, M., & Indrawati, E. S. (2020). Hubungan antara empati dengan perilaku
agresif pada suporter sepakbola Panser Biru Banyumanik Semarang.
Jurnal Empati, 7(3), 974-984.
43

Eliani, J., Yuniardi, M. S., & Masturah, A. N. (2018). Fanatisme dan Perilaku
Agresif Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-Pop. Jurnal
Penelitian Psikologi, 3, 62. https://doi.org/2527-7456
Franzoi, S. L. 2003. Social Psychology (3th ed). New York: McGrow-Hill.
Goddard, H. (2001). Civil religion. New York: Cambridge University Press.
Gunarsa, Singgih D. Prof. Dr.dkk. 1989. Psikologi Olah Raga. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Handoko A.T, Andriyanto S. (2006). Hubungan antara fanatisme positif terhadap
klub sepak bola dengan motivasi menjadi suporter. Jurnal Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia 1-30.
Handoko, A. (2021). Hubungan Fanatisme Suporter Sepakbola Terhadap Agresi
Gubernur Cup di Provinsi Jambi: Football Supporters' Fanaticism
Hapsari, I., & Wibowo, I. (2015). Fanatisme dan Agresivitas Suporter Klub Sepak
Bola. Jurnal Psikologi, 8(1), 53.
Hinca (2007). Definisi suporter sepakbola. Universitas Gajah Mada.
Lucky, N. A., Setyowati, N. (2013). Fenomena Perilaku Fanatisme Suporter
Sepak Bola. Jurnal Unesa.
Muhclis Abduh (2022). Suporter PSM Makassar Bentrok di Parepare, 100 Orang
Diamankan. selengkapnya https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-
kriminal/d-6114533/suporter-psm-makassar-bentrok-di-parepare-100-
orang-diamankan.
Myers, David G. (2008). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Nugraini, E. D. (2016). Fanatisme remaja terhadap musik populer korea
dalam perspektif psikologi sufistik (Studi kasus terhadap EXO-L) (skripsi).
Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo. Semarang.
Pamulatsih, D. (2018). Hubungan Antara Emotional-Focused Coping Dan
Agresivitas Pada Suporter Sepak Bola.
Prakoso, S.A. (2013). Fanatisme supporter sepak bola ditinjau dari tingkat
pendidikan. (Skripsi). Jurnal Psikologi, Universitas Gunadarma, Vol. 8
(01) , 1-7.
Puspa, F. (2020, 25 September). Survei Nielsen Pastikan Badminton Jadi
Olahraga Terpopuler di Indonesia, Kalahkan Sepak Bola. Kompas.com.
Putri (2014). HUBUNGAN ANTARA FANATISME TERHADAP KLUB
DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF PADA
SUPORTER KLUB SEPAK BOLA NONTON BARENG DI
YOGYAKARTA. Vol 13 No 1.
Rahmat, H. I. (2016). Hubungan antara konformitas dengan kecenderungan
perilaku agresif pada suporter sepak bola Persib di Kabupaten Bekasi
(Doctoral dissertation, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya).
44

Ramazanoglu, F., & Coban, B. (2005). Aggressiveness Behaviours of Soccer


Spectators and Prevention of These Behaviours. Firat University Journal
of Social Science , Volume 15 No 1.
Rappler. (2016). Sepak Bola Indonesia Dalam Angka. https://rappler.com/
Relationship Against Governor's Cup Aggression in Jambi Province. Jurnal Pion,
1(1), 34-43
Robles, M. U. (2013). Fanaticism in Psychoanalysis.
Scheneiders, Alexander A. (1995). Personal Adjustment and Mental Healthy.
New York: Holt, Rinehart dan Winston
Seregina, A., Koivisto, E., & Mattila, P. (2011). Fanaticism-its developmentand
meanings in consumers lives. Journalof Aalto University School of
Economics. 1 (1), pp 1-106.
Shvili, J. (2020, 16 Oktober). The Most Popular Sports In The World.
WorldAtlas.com.
SIREGAR, A. (2009). Hubungan antara frustrasi dengan agresivitas pada suporter
sepakbola pasoepati (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Suroso, S.D.E., Aditya, P. (2010). Ikatan emosional terhadap tim sepak bola dan
fanatisme suporter sepak bola. Jurnal Penelitian Psikologi, Vol. 01 (01),
hal. 1-45.
Survei: Indonesia Pencinta Bola Nomor Dua di Dunia. (2014, 27 Juni). Tempo.co.
Suwanda, W. (2016). Gambaran Agresivitas Remaja Supporter Persija Jakarta
(The Jakmania). https://digilib.esaunggul.ac.id
Syadzwina, A. W., Akbar, M., & Bahfiart, T. (2014). Fenomenologi Perilaku
Komunikasi Suporter Fanatik Sepakbola Dalam Memberikan Dukungan
Pada PSM Makassar. Jurnal Komunikasi KAREBA, 1, 2-3.
Syahputra, E. H. (2015). Hubungan Fanatisme Dan Harga Diri Terhadap
Pengambilan Keputusan Pembelian Jersey Bola Pada Fans Club Liga Serie
A Italia Region Pekanbaru. http://repository.uin-suska.ac.id/
Yosia, A. (2018, September 25). Haringga Sirila dan 55 Suporter yang Meninggal
Dunia di Pentas Sepak Bola Indonesia. https://www.liputan6.com
Zahri, H., & Savira, I. (2016). Pengaruh self-control terhadap agresivitas remaja
pada pelajar SMP dan SMU di sekolah perguruan nasional. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Pengembangan SDM, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai