Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN I

KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR PADA KOMPLEKS


Ni(II) DAN Cu (II)

Oleh :

Nama : Rizaldi Haga Maulana

NIM : M0319067

Hari/Tgl. Praktikum : Rabu, 22 April 2020

Asisten Pembimbing : Rifania Aura Nuzula

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
PERCOBAAN I
KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR PADA KOMPLEKS
Ni(II) DAN Cu (II)
I. TUJUAN
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari perbedaan
kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan air.

II. DASAR TEORI


Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Umumnya senyawa kompleks memiliki
bilangan koordinasi enam dengan struktur umum oktahedral (Male dkk., 2013).
Pembentukan senyawa kompleks yaitu ion logam pusat menerima pasangan
electron dari spesies yang disebut ligan. Namun, ada juga ion logam yang
menyumbangkan electron untuk pembentukan ikatan dan membentuk ikatan π.
(Katakis dan Gordon, 1987). Ion kompleks metal seperti Cu2+, Ni2+, Ag+ , Zn2+,
dan Fe2+ mampu berperan sebagai penukar ligan (Chen dkk., 2017).
Spektrofotometer adalah alat pengukur untuk analisis kuantitatif yang
biasanya digunakan untuk mengkarakterisasi zat kimia dengan menentukan
jumlah cahaya yang sebagian diserap oleh hadir analit dalam solusi larutan.
(Morales dkk., 2020). Data yang dihasilkan oleh Spektrofotometri UV-Vis
berupa panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH dan pelarut, sedangkan
dalam analisis kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan
sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya (Putri dan
Setiawati, 2015)

III.ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Labu ukur 10 mL (pyrex) 1 buah
2. Labu ukur 25 mL (pyrex) 2 buah
3. Gelas beker 250 mL (pyrex) 2 buah
4. Gelas beker 100 mL (pyrex) 2 buah
5. Pipet ukur 5 mL (pyrex) 2 buah
6. Glasfin 1 buah
7. Spektrofotometer UV-Vis Lambda 25 1 set
8. Gelas ukur 10 mL (pyrex) 1 buah
9. Gelas ukur 50 mL (pyrex) 1 buah
10. Neraca analitik 1 buah
11. Cawan arloji 2 buah
12. Pengaduk 2 buah
13. Flakon 4 buah
14. Corong kaca (pyrex) 1 buah
15. Pipet tetes 2 buah
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
1. Ni(NO3).6H2O 0,731 gram
2. CuSO4.5H2O 0,619 gram
3. NH4OH 6 mL
4. Aquades secukupnya
5. HNO3 pekat 1 tetes
6. H2SO4 pekat

C. GAMBAR ALAT

Pipet Ukur Gelas Beaker Glassfin Labu ukur

Spektrofotometer Uv-Vis Gelas Ukur Pipet Tetes

Kuvet Corong Pengaduk


IV. CARA KERJA
A. Pengukuran untuk Kompleks Ni2+
Kristal Ni(NO3)2.6H2O ditimbang sebanyak 0,754 gram. Kemudian
larutan induk dibuat dengan kristal yang dilarutkan dalam 25 mL akuades agar
menjadi larutan Ni2+. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni2+ 0,1
M dengan berat 0,75 gr dalam 25 ml aquades, Ion Ni2+ dalam larutan ini sebagai
[Ni(H2O)6]2+. Gelas beker II dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni2+ 0,01 M,
mL NH4OH pekat dan 7 mL air dan diamati perubahan warna yang terjadi.
Kemudian, diamati serapan kedua larutan tersebut dengan spektrofotometer yang
dapat mengabsorbsi panjang gelombang antara 250 - 900 nm. Hasilnya
dibandingkan pengamtan saudara dengan hasil Jorgensen.

B. Pembuatan Kompleks [Cu(H2O)6]2+


Kristal CuSO4.5H2O ditimbang sebanyak 0,645 gram. Larutan induk
dibuat dengan kristal yang dilarutkan dalam 25 mL akuades. Sebanyak 1 tetes
H2SO4 ditambahkan ke dalam larutan. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL
larutan induk Cu2+ yang diukur dengan gelas ukur dengan konsentrasi 0,01 M.
Ion Cu2+ dalam larutan ini sebagai [Cu(H2O)4]2+. Gelas beker II dituangi 10 mL
(menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu2+ 0,1 M dan 2 mL NH4OH pekat.
Kemudian diamati serapan larutan tersebut menggunakan spektrofotometer
dengan air sebagai blankonya pada  : 500 – 900 nm. Lalu, bandingkan kekuatan
ligan antara air dan ammonia dalam ion kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan [Cu(NH3)4]2+
dengan membandingkan absorbansi panjang gelombang maksimumnya.

V. DATA PENGAMATAN
Table 5.1 Data Pengamatan Kekuatan Ligan Amonia dan Air Pada Kompleks
Ni(II) dan Cu(II)
Kompleks Jumlah Jumlah λ (nm) Absorbansi Warna
Puncak Puncak
Teori Praktik

314 0,3945
[Ni(H2O)6]2+ 3 3 394 0,4189 Bening
660 0,1916
311 0,2814 Hijau
[Ni(NH3)4]2+ 3 3 371 0,2223 muda
610 0,1289
[Cu(H2O)6]2+ 1 1 809 0,3478 Biru tua

[Cu(NH3)4]2+ 1 1 605 1,1987 Biru muda

VI. PEMBAHASAN
Prinsip dari percobaan ini yaitu mengukur perbedaan kekuatan ligan
amonia dan air pada senyawa Cu (II) dan Ni (II) dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis yang berdasarkan hukum Lambert – Beer, dimana
kekuatan ligan mempengaruhi panjang gelombang. Pada percobaan ini digunakan
Ni (II) dan Cu (II) sebagai ion pusat, karena kedua atom tersebut termasuk atom
golongan transisi yang memiliki orbital d yang tidak terisi penuh, sehingga
mampu membentuk senyawa kompleks dengan mengikat ligan. Amonia dan air
sebagai ligan yang digunakan dalam percobaan ini akan dibadingkan
kekuatannya atau daya ikatnya terhadap ion pusat.
Penentuan kekuatan ligan terhadap ion pusat dilakukan dengan analisa
terhadap panjang gelombang serapan dari suatu kompleks yang terbentuk antara
ion pusat dengan ligan tersebut. Prinsip penentuan kekuatan ligan ini bersesuaian
dengan prinsip teori ‘Jorgensen’ yang menyatakan bahwa besarnya energi atau
kekuatan ikatan dipengaruhi oleh panjang gelombang serapannya. Panjang
gelombang tersebut dapat diketahui dengan spektrofotometer UV-Vis.
Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah adanya interaksi antara
energi berupa cahaya dengan sampel pada senyawa kompleks yang diuji.
Sejumlah energi akan terserap oleh materi pada panjang gelombang tertentu dan
terdeteksi sebagai absorbansi. Larutan harus memenuhi syarat antara lain harus
berbentuk larutan senyawa harus memiliki gugus kromofor, gugus pembawa
warna, dan senyawa harus memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Jika dalam
pengujian sampel tersebut tidak berwarna, maka sampel harus dibuat warna
dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna . Selain itu, sampel yang dianalisis dengan spektrofotomoeter harus
memiliki konsentrasi yang kecil dan berbentuk larutan bening atau bukan larutan
suspensi agar dapat terbaca oleh alat. Oleh karena itu pada percobaan ini
dilakukan pengenceran dengan aquades..
Pelarutan kristal Ni(NO3)2.6H2O dalam akuades dapat menyebabkan
senyawa tersebut terurai dan membentuk ion Ni2+. Ion kemudian terikat dengan
ligan H2O membentuk senyawa [Ni(H2O)6]2+. Reaksi yang terjadi pada
pembentukan senyawa [Ni(H2O)6]2+ adalah.
Ni2+(aq) + 6H2O (l) → [Ni(H2O)6]2+(aq) … (1)
Hasil reaksi tersebut kemudia diencerkan yang berfungsi untuk membuat
konsentrasi menjadi 0,01 M. Penambahan setetes larutan asam nitrat sebagai
katalis untuk mempercepat reaksi dan mencegah terjadi reaksi hidrolisis.
Kemudian ditambahkan NH4OH agar mengubah ligan air menjadi
amonia.Terjadinya pergantian ligan karena ligan amonia memiliki energi yang
lebih besar daripada ligan air sehingga terbentuk ligan [Ni(NH3)4]2+. Reaksi
pergantian ligan senyawa kompleks tersebut adalah sebagai berikut.
[Ni(H2O)6]2+(aq) + NH3 (aq) → [Ni(H2O)5(NH3)]2+(aq) + H2O(l) ….(2)
[Ni(H2O)5(NH3)] (aq) +NH3 (aq) →[Ni(H2O)4(NH3)2] (aq) + H2O(l) ….(3)
2+ 2+

[Ni(H2O)4(NH3)2]2+(aq) +NH3 (aq) →[Ni(H2O)3(NH3)3]2+(aq) + H2O(l) ….(4)


[Ni(H2O)3(NH3)3]2+(aq) +NH3 (aq) →[Ni(H2O)2(NH3)4]2+(aq) + H2O(l) ….(5)
[Ni(H2O)2(NH3)4]2+(aq) +NH3 (aq) →[Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq) + H2O(l) ….(6)
[Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq) +NH3 (aq) →[Ni(NH3)6]2+(aq) + H2O(l) ….(7)
Kemudian ditambahkan larutan NH4OH terjadi perubahan arna larutan
dari hijau menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan kimia.
Konfigurasi pada kompleks [Ni(H2O)6]2+ dan [Ni(NH3)6]2+ adalah sebagai
berikut
28Ni = [Ar] 4s 3d
2+ 0 8

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓
3d 4s 4p 4d
Keterangan: Warna biru menunjukkan elektron ligan H2O/NH3
Berdasarkan hibridisasi dapat terlihat bahwa ligan H2O/NH3 mampu
mendesak elektron dari Ni yang tidak berpasangan pada 2 orbital 3d untuk
terpisah ke orbital 4d, sehingga memiliki bentuk hibridisasi sp3d2 (oktahedral).
Ion kompleks yang terbentuk adalah [Ni(H2O)6]2+ dan [Ni(NH3)6]2+ dan
diuji menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dari hasil pengujian diperoleh
panjang gelombang pada serapan maksimum. Data tersebut digunakan untuk
menentukan besarnya kekuatan ligan menggunakan rumus perhitungan energi.
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil absorbansi dari [Ni(H2O)6]2+ dan
[Ni(NH3)6]2+ sesuai tabel data berikut.
a. [Ni(H2O)6]2+
Menurut Jorgensen Menurut Percobaan
λ (nm) E (J) λ (nm) E (J)
1180 1,65 x 10 -19
660 2,980 x 10-19
746 2,66 x 10-19 394 5,045 x 10-19
395 5,03 x 10-19 314 6,331 x 10-19

b. [Ni(NH3)6]2+
Menurut Jorgensen Menurut Percobaan
λ (nm) E (J) λ (nm) E (J)
935 2,1259 x 10 -19
610 3,258 x 10-19
572 3,4751 x 10-19 371 5,358 x 10-19
354 5,6152 x 10-19 311 6,392 x 10-19
Berdasarkan hasil perhitungan energi kekuatan ligan diketahui bahwa
kompleks amonia memiliki energi lebih besar daripada air. Hal ini menyebabkan
terjadinya pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih pendek. Pergeseran
tersebut dapat dilihat dari nilai panjang gelombang amonia yang lebih kecil
dibandingkan dengan air.
Pada kurva spektrofotometri UV-Vis kompleks Ni2+ terdapat tiga puncak
dikarenakan term symbol Ni adalah 3F dan 3P. banyaknya puncak yang diperoleh
yaitu tiga sesuai dengan orbital Ni2+ yang mempunyai orbital 3d8 yang berbentuk
oktahedral dan memiliki tiga transisi, yaitu transisi pada 3F dari A2g T1g ; A2g
T1g(F) ; dan A2g T1g(P). Ion Ni2+ dapat berwarna karena adanya orbital d yang
tidak terisi penuh dan terdapat elektron yang tidak berpasangan sesuai dengan
konfigurasi elektron dari Ni2+ .

Berdasarkan hasil analisa senyawa kompleks [Ni(H2O)6]2+ dan


[Ni(NH3)6]2+ dengan spektrofotometer UV-Vis didapatkan puncak gelombang
sebanyak 3 puncak. Grafik yang diperoleh sebagai berikut.

Gambar 5,2. Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada


[Ni(H2O)6]2+

Gambar 5.2. Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada


[Ni(NH3)6]2+
Berdasarkan perbandingan kedua ligan yaitu NH3 dan H2O dapat
diketahui bahwa kekuatan ligan NH3 lebih kuat daripada H2O karena amonia
memiliki λ yang lebih kecil sehingga energi yang pelepaskan lebih besar
dibandingkan dengan H2O sehingga dengan penambahan ligan NH3 mampu
menggantikan kedudukan ligan air. Hal ini sesuai dengan hukum energi yaitu (E)
= h.c / λ yang menyatakan bahwa besarnya energi berbanding terbalik dengan
panjang gelombang.
Percobaan selanjutnya kristal CuSO4.5H2O dilarutkan pada pelarut air.
Pelarutan ini akan menyebabkan senyawa CuSO4.5H2O terurai dan membentuk
ion Cu2+. Ion tersebut kemudian akan terikat dengan ligan dari air membentuk
senyawa kompleks [Cu(H2O)4]2+ . Reaksi pembentukan senyawa kompleks ini
adalah sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 4H2O(aq) → [Cu(H2O)4]2+(aq) ….(8)
Kristal tersebut dilarutkan dalam aquades akan melarutkan karena sama-
sama bersifat polar. Penambahan asam sulfat ke dalam larutan Cu2+ bertujuan
untuk mencegah terbentuknya terjadinya reaksi hidrolisis. Larutan kompleks
tersebut lalu ditambahkan NH4OH yang berfungsi sebagai ligan NH3 sehingga
membentuk kompleks [Cu(NH3)4]2+. Ketika penambahan NH3 larutan menjadi
berwarna biru tua yang menandakan terjadinya reaksi kimia. Reaksi yang terjadi
adalah
[Cu(H2O)4]2+(aq) + 4NH3(aq) → [Cu(NH3)4]2+(aq)+ 4H2O(l) …(9)

Konfigurasi pada kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan [Cu(NH3)4]2+ adalah


sebagai berikut:
29Cu = [Ar] 4s 3d
2+ 0 9

Hibridisasinya :

↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑
3d 4s 4p
Keterangan: Warna biru menunjukkan elektron ligan H2O/NH3
Berdasarkan hibridisasi, bahwa ligan H2O/NH3 mendesak elektron dari
ion Cu yang tidak berpasangan pada 1 orbital 3d untuk berpisah ke orbital 4p,
sehingga atau memiliki bentuk sp2d (tetrahedral).
Ion kompleks yang terbentuk diuji menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh panjang gelombang pada serapan
maksimum yang akan digunakan untuk menentukan besarnya kekuatan ligan
menggunakan rumus perhitungan energi. Setelah hasil perhitungan diperoleh,
besar absorbansi tertinggi dari [Cu(H2O)4]2+ adalah sebesar 1,1987 pada panjang
gelombang 809 nm. Hasil perhitungan energi ligan H2O berdasarkan persamaan
energi diperoleh hasil sebesar 2,457 × 10-19 Joule. Sementara itu, kompleks
[Cu(NH3)4]2+ nilai absorbansinya sebesar 0,3478 dengan panjang gelombang 605
nm. Hasil perhitungan energi ligan diperoleh hasil sebesar 3,286 × 10-19 Joule.
Berdasarkan hasil perhitungan energi kekuatan ligan diketahui bahwa kompleks
amonia memiliki energi yang lebih besar daripada air. Hal ini menyebabkan
terjadinya pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih pendek. Pergeseran
tersebut dapat dilihat dari nilai panjang gelombang amonia yang lebih kecil
dibandingkan dengan air.
Pada kurva hasil spektrofotometri UV-Vis kompleks dengan Cu2+ terdapat
satu puncak dikarenakan term symbol Cu adalah 2D.. Oleh karena itu, puncak
yang dihasilkan adalah 1 puncak sehingga Cu2+ bersifat paramagnetik dan
berwarna biru. Atom Cu2+ mempunyai orbital d9 yang tersplit menjadi Eg dan T2g
seperti pada grafik berikut

Berdasarkan hasil analisa senyawa kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan


[Cu(NH3)4]2+ dengan spektrofotometri UV-Vis didapatkan satu puncak
gelombang dengan gambar sebagai berikut

Grafik 5.5 Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(NH3)4]2+


Grafik 5.6 Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada [Cu(H2O)4]2+

Berdasarkan grafik tersebut, bahwa energi pada kompleks dengan ligan


NH3 lebih besar dibandingkan dengan kompleks yang ligannya berupa H2O. Hal
ini karena amonia memiliki panjang gelombang yang lebih kecil sehingga energi
pelepasan lebih besar dibandingkan dengan H2O, sehingga hasil ini sesuai dengan
teori yang ada, di mana semakin kecil λ maka E akan semakin besar, sehingga
ligan semakin kuat dan hal ini menyebabkan terjadi pergeseran panjang
gelombang ke arah yang lebih pendek dan begitu juga sebaliknya. Kuat medan
antara ligan amonia dan ligan air ditentukan oleh perbandingan nilai absorbansi
pada panjang gelombang dengan rentang 250-900 nm untuk Ni dan 500-900
untuk Cu.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan tersebut didapatkan bahwa ligan amonia (NH3)
memiliki kekuatan medan ligan yang lebih besar dibandingkan dengan ligan air
(H2O). Hal tersebut berdasarkan dari nilai panjang gelombang yang berbanding
terbalik dengan besar energi. Semakin besar kekuatan suatu ligan akan
menyebabkan pergeseran panjang gelombang pada absorbansi maksimum ke arah
yang lebih pendek. Hal tersebut sesuai dengan persamaan (E) = h.c / λ.
VIII. LAMPIRAN
1. Jurnal
2. Perhitungan
3. Grafik spektra

Surakarta, 29 September 2020


Mengetahui
Asisten Laboratorium Praktikan

Rifania Aura Nuzula Rizaldi Haga Maulana

IX. DAFTAR PUSTAKA

Chen, Q., Zhou, K., Chen, Y., Wang, A., dan Liu, F. 2017. Removal of Ammonia
from Aqueous Solutions by Ligand Exchange Onto a Cu(II)-loaded
Chelating Resin: Kinetics, Equilibrium and Thermodynamics. RSC
Advances, 7(21): 12812-12823.

Male, Y.T., Tehubijuluw, H., dan Pelata, P. M. 2013. Synthesis of Binuclear


Complex Compound of {[Fe(L)(Ncs)2]2oks} (L= 1,10-Phenantrolin and
2,2-Bypiridine). Ind. J. Chem. Res, 1: 15-22.

Morales, D. G., Valencia, A., Nunez, A. D., Estrada, M. F., Santos, O. L., dan
Beltrain, G. 2020. Development a low-Cost UV-Vis Spectrophotometer and
Its Application for the Detection of Mercuric Ions Assisted by
Chemosensors. Sensors, 20(906) : 1 – 16.

Putri, M.P. dan Setiawati, Y.H., 2017. Analisis kadar vitamin C pada buah nanas
segar (Ananas comosus (L.) Merr) dan buah nanas kaleng dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan
Kesehatan, 2(1): 34-38.

Katakis, D dan Gordon, G. 1987. Mechanism of Inorganic Reaction. New York:


John Wiley.
LAMPIRAN I

PERHITUNGAN

Perhitungan Energi
Ҫἥ

 [Ni(H2O)6]2+
= 314 nm = 314 x 10-9 m
(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E 9
 6,331 10 19 J
314  10 m
= 394 nm = 394 x 10-9 m
(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E 9
 5,045  10 19 J
394  10 m
= 660 nm = 394 x 10-9 m
(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E  2,980  10 19 J
667  10 9 m
 [Ni(NH3)6]2+
= 311 nm = 311 x 10-9 m
(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E  6,392  10 19 J
311 10 9 m
= 371 nm = 371 x 10-9 m
(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E 9
 5,358  10 19 J
371 10 m
= 610 nm = 610 x 10-9 m
(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E 9
 3,258  10 19 J
610  10 m
 [Cu(H2O)4] 2+

= 809 nm = 809 x 10-9 m


(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E 9
 2,457  10 19 J
809  10 m
 [Cu(NH3)4] 2+

= 605 nm = 605 x 10-9 m


(6,6261  10 34 J.s )  (3  108 m / s )
E 9
 3,286  10 19 J
605  10 m
LAMPIRAN II

 Grafik 1. Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada


[Cu(NH3)4]2+

 Grafik 2. Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada


[Cu(H2O)4]2+
 Grafik 3. Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada
[Ni(H2O)6]2+

 Grafik 4. Grafik hubungan panjang gelombang vs absorbansi pada


[Ni(NH3)6]2+
LAMPIRAN III
34

ANALISIS KADAR VITAMIN C PADA BUAH NANAS SEGAR (Ananas


comosus (L.) Merr) dan BUAH NANAS KALENG DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ANALYSIS LEVELS OF VITAMIN C IN FRUIT FRESH PINEAPPLE


(Ananas comosus (L.) Merr) AND FRUIT CANNED PINEAPPLE WITH UV-
VIS SPECTROPHOTOMETRY METHOD

Mardiana Prasetyani Putri1, Yunita Herwidiani Setiawati2

Info Artikel Abstrak


Latar Belakang : Vitamin C memiliki sifat mudah larut dalam air, oleh karena itu
Sejarah Artikel pada waktu mengalami proses pengirisan, pencucian dan perebusan bahan
Diterima 16 Maret makanan yang mengandung vitamin C akan mengalami penurunan kadarnya.
2015 Kandungan vitamin C dalam buah dan makanan akan rusak karena proses oksidasi
Disetujui 30 Maret oleh udara luar, terutama jika dipanaskan. Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan
2015 kadar vitamin C pada buah nanas segar yang dibandingkan dengan kadar vitamin
Dipublikasikan 16 Juni C pada buah nanas kaleng. Metode : Penelitian ini menggunakan metode analitik
2015 eksperimen dengan memeriksa kadar vitamin C pada buah nanas segar dan buah
nanas kaleng. Hasil : Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar vitamin C pada buah
Kata Kunci: nanas segar dan buah nanas kaleng didapatkan hasil bahwa kadar vitamin C pada
buah nanas segar sebesar 3, 4274 ppm, sedangkan kadar vitamin C pada buah
Vitamin C, buah nanas
nanas kaleng sebesar 1, 4225 ppm. Pada uji statistik, dihasilkan nilai signifikan
segar, buah nanas
(P>0,05) sehingga data tersebut normal dan dilanjutkan dengan uji parametrik. Uji
kaleng
parametrik yang digunakan adalah uji T berpasangan. Hasil dari uji T berpasangan
adalah P=0,00. Simpulan dan saran : ada perbedaan antara kadar vitamin C pada
Keywords:
buah nanas segar dan buah nanas kaleng. Perlu dilakukan uji kadar vitamin C pada
Vitamin C, fresh buah nanas dengan bentuk pengolahan yang lain untuk dibandingkan kandungan
pineapple, canned vitamin C terbesarnya.
pineapple
Abstract
Background : Vitamin C was easily soluble in water, therefore the time to
experience the process of slicing, washing and boiling foods that contain vitamin
C levels will decline. The content of vitamin C in fruit and food will be damaged
by the process of oxidation by outside air, especially when heated. Objectives :
This studied aims to determine the differences in the levels of vitamin C in fresh
pineapple fruit compared with the levels of vitamin C in canned pineapple.
Result : Based on the results of the levels vitamin C in fresh pineapple and
canned pineapple fruit showed that the levels of vitamin C in fresh pineapple at
3,4274 ppm, while the vitamin C in canned pineapple at 1,4225 ppm. In
statistical test, generated significant value (P>0,05) so the data is normal and
continued with parametric test. Parametric test used were paired T test. The
results of the paired T test was P=0,00. Conclusion and suggestions : there is a
difference between the levels of vitamin C in fruit fresh pineapple and canned
pineapple. The further study should be analyze the levels of vitamin C in fruit
pineapple with other forms of treatment.

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


Korespondensi :
1 Staf pengajar Prodi S1 Kimia IIK Bhakti Wiyata Kediri. E-mail: neyna_ub@yahoo.co.id
2 Alumni mahasiswa D3 Analis Kesehatan IIK Bhakti Wiyata Kediri.
35

Mardiana Prasetyani Putri | Analisis Kadar Vitamin C.....


Jurnal Wiyata, Vol. 2 No. 1 Tahun 2015

PENDAHULUAN vitamin C, salah satunya adalah metode


Indonesia merupakan wilayah yang Spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri
beriklim tropis dan berada di daerah UV-Vis dapat digunakan untuk informasi
khatulistiwa. Indonesia memungkinkan baik analisis kualitatif maupun analisis
tumbuhnya berbagai macam tumbuh- kuantitatif. Analisis kualitatif dapat
tumbuhan dengan subur seperti buah-buahan. digunakan untuk mengidentifikasi kualitas
Buah-buahan mengandung berbagai macam obat atau metabolitnya. Data yang dihasilkan
vitamin yang diperlukan oleh tubuh, salah oleh Spektrofotometri UV-Vis berupa
satunya adalah vitamin C. Vitamin C panjang gelombang maksimal, intensitas, efek
berperan sebagai antioksidan dan efektif pH dan pelarut, sedangkan dalam analisis
mengatasi radikal bebas yang merusak sel kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan
atau jaringan4. pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas
Vitamin C mudah larut dalam air, oleh sinar radiasi yang diteruskan diukur
karena itu pada waktu mengalami proses besarnya3. Berdasarkan uraian latar belakang
pengirisan, pencucian dan perebusan bahan diatas, penulis ingin melakukan penelitian
makanan yang mengandung vitamin C akan lebih lanjut tentang analisis kadar vitamin C
mengalami penurunan kadarnya. Kandungan pada buah nanas dan kaleng dengan metode
vitamin C dalam buah dan makanan akan Spektrofotometri UV-Vis.
rusak karena proses oksidasi oleh udara luar,
terutama jika dipanaskan. Oleh karena itu, METODE PENELITIAN
penyimpanan dilakukan pada suhu rendah (di Alat yang digunakan adalah
lemari es) dan pemasakan yang tidak sampai spektrofotometri UV-Vis, peralatan gelas,
menyebabkan perubahan warna pada kertas saring, timbangan analitik, mortar dan
1
makanan yang mengandung vitamin C . Salah stemper. Bahan yang digunakan dalam
satu buah yang mengandung vitamin C adalah penelitian ini antara lain buah nanas segar dan
buah nanas. nanas kaleng, sedangkan reagen yang
Nanas merupakan salah satu jenis buah digunakan adalah aquades bebas CO2 dan
yang banyak diminati oleh masyarakat. asam askorbat p.a.
Bentuknya bulat panjang, kulit buahnya Desain penelitian yang digunakan
bersisik. Kebutuhan vitamin C yang adalah analitik eksperimen, pengambilan
dianjurkan adalah sebesar 30-60 mg per hari, sampel dilakukan secara simple random
sedangkan rata-rata kecukupan vitamin C sampling. Lokasi penelitian berada di
untuk keluarga adalah sebesar (53,7±2,2) mg. Laboratorium Instrumen Institut Ilmu
Sumber vitamin C yang penting di dalam Kesehatan Bhakti Wiyata.
makanan terutama berasal dari buah-buahan Prosedur penelitian yang digunakan
dan sayur-sayuran. Dalam suatu buah sumber yaitu buah nanas segar dan buah nanas kaleng
vitamin C, kadar vitamin C yang lebih tinggi dimana yang digunakan untuk penentuan
adalah pada bagian kulitnya dibandingkan kadar vitamin C adalah daging buah nanas.
bagian dagingnya dan bagian dari buah yang Buah nanas segar dan buah nanas kaleng
paling sedikit mengandung vitamin C adalah dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan.
bijinya2. Daging buah nanas segar dan buah nanas
Ada beberapa metode yang kaleng yang sudah halus disaring dan
dikembangkan untuk menentukan kadar filtratnya ditimbang sebanyak 5 gram,

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555

Anda mungkin juga menyukai