Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM INFORMASI AGROINDUSTRI ITIK PEDAGING

Dosen pengampu :

Arresia Ayuning Gemaputri,S.Pi, MP

Disusun Oleh :

Sevia Aulia Renanda

NIM D41200513

Golongan B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI

JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyusun makalah mata kuliah Sistem Informasi
Agroindustri tentang “Sistem Informasi Agroindustri Itik Pedaging”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Informasi Agroindustri.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan


dan dengan segala kerendahan hati, mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun. Sehingga apa yang kita harapkan dapat
tercapai, dan merupakan bahan kesempurnaan untuk laporan ini
selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga laporan yang penulis
buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jember, 10 Maret 2023

Penulis

Sevia Aulia Renanda

D41200513

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................iii
BAB I........................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................1
1.3 Tujuan............................................................................2
BAB II......................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................3
2.1 Budidaya Itik Pedaging......................................................3
2.2 Bahan Baku.....................................................................5
2.3 Proses Pengolahan Dari Itik Pedaging..................................6
2.4 Aspek Finansial Dari Olahan Itik Pedaging............................7
2.5 Penelitian Tentang Pengolahan Itik Pedaging........................9
2.6 Aspek Pemerintah Tentang Itik Pedaging............................10
BAB III...................................................................................12
PENUTUP................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................12
3.2 Saran............................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ternak unggas yang mulai berkembang dimasyarakat
adalah ternak itik, meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik mulai
disukai masyarakat untuk diusahakan sehingga usaha ternak itik
semakin berkembang. sebab saat sekarang peningkatan terhadap
permintaan daging itik semakin lama semakin meningkat. Hal ini
disebabkan adanya peningkatan minat konsumen terhadap daging itik.
Salah satu indikator kenaikan itu adalah semakin banyaknya warung
pinggir jalan, rumah makan, katering, hingga restoran yang
menyediakan menu daging itik. Semakin banyaknya tempat makan
yang menyediakan menu daging itik berdampak pada meningkatnya
permintaan terhadap daging itik (Windhayarti, 2010)

Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil daging yang


cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik adalah lebih
tahan terhadap penyakit dibandingkan ayam ras sehingga
pemeliharaannya tidak banyak menanggung resiko. Daging itik .
merupakan sumber protein yang bermutu tinggi, karena itu
pengembangannya diarahkan kepada produksi daging yang banyak
dan cepat sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen. Tujuan
utama beternak itik pedaging adalah untuk dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan secara cepat, ekonomis dan menghasilkan
·daging yang memiliki gizi tinggi untuk memenuhi permintaan
masyarakal ltik merupakan sumber daging nomor dua setelah ayam,
baik ayam kampung maupun ayam broiler (Srigandono,2ooo).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses budidaya ternak Itik Pedaging?
2. Apa saja bahan baku pakan Itik pedaging?
3. Bagaimana proses pengolahan dari Itik Pedaging?
4. Apa saja aspek Finansial dari olahan dari Itik Pedaging?

iv
5. Bagaimana penelitian tentang pengolahan Itik Pedaging?
6. Bagaimana aspek pemerintah tentang Itik Pedaging?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui proses budidaya Itik Pedaging
2. Untuk mengetahui bahan baku ternak Itik Pedaging
3. Untuk mengetahui proses pengolahan dari Itik Pedaging
4. Untuk mengetahui aspek Finansial dari olahan Itik Pedaging
5. Untuk mengetahui penelitian tentang pengolahan Itik
Pedaging
6. Untuk mengetahui aspek pemerintah tentang Itik Pedaging

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Itik Pedaging


1. Pembersihan kandang box dan kandang ren beserta
perlengkapan kandang (tempat pakan dan tempat minum).
Menghubungi penyedia bibit itik pedaging (DOD) yang sudah
bekerja sama dengan peternak dalam memperoleh DOD,
bibit yang digunakan DOD dari Jawa (Malang). Mencari
informasi pedagang atau menghubungi pedagang yang mau
membeli hasil panen itik pedaging.
2. Pembersihan kandang dengan disinfektan agar DOD
terhindar dari berbagai penyakit. Memesan DOD itik
pedaging sebanyak 1.000 ekor kepada produsen, tetapi
peternak sudah memesan sebelumnya karena pada saat-saat
tertentu biasanya ketersediaan DOD sangat terbatas.
3. Pembelian pakan starter di Toko Makanan Ternak yaitu
pakan N 11 untuk itik umur 0-7 hari dan Pakan N 12 untuk
itik umur 7-14 hari. Pembelian vitamin (vitachick, vitastress,
rhodivit, sorbitol, dan lain sebagainya) untuk menjaga daya
tahan DOD setelah sampai dikandang. Pembelian obat-
obatan (anti snot, teraphy, teramycin, coccidiostat) sebagai
langkah persiapan kalau gejala penyakit datang dengan tiba-
tiba.
4. Memeriksa kembali kesiapan kandang box dan kandang ren,
jumlah tempat pakan dan minum yang sudah dipersiapkan
sebelumnya yaitu tempat pakan 50 buah dan tempat minum
50 buah. Mempersiapkan gula merah sebagai minuman
khusus untuk DOD yang baru datang karena DOD
didatangkan dari tempat lain sehingga daya tahan DOD
menurun selama perjalanan dan kadang ada DOD yang mati
sampai ditempat.

vi
5. Penanganan DOD yang didatangkan dari tempat lain seperti
pemberian air minum yang dicampur dengan gula merah
untuk menjaga kehangatan dan ketahanan DOD. Setelah
DOD diberikan minuman kemudian dilakukan seleksi dan
pemisahan bibit (terlihat sakit, agak kerdil, mati). Mengganti
air gula 1 jam kemudian dengan air minum biasa atau bisa
juga ditambahkan vitamin untuk merangsang nafsu makan
DOD sebab DOD masih banyak membutuhkan air. Pemberian
pakan konsentrat ½ - 1 jam setelah air gula diganti dengan
air minum biasa yang jumlahnya sedikit demi sedikit terlebih
dulu akan tetapi frekuensinya lebih sering. Mengurangi
jumlah tempat air minum pada malam hari agar frekuensi
minum DOD berkurang.
6. Pemberian pakan starter bentuk konsentrat dengan frekuensi
2 x dalam sehari. Pakan dicampur dengan sedikit air agar
mudah ditelan oleh DOD karena pencernaan DOD belum
sempurna. Air minum selalu tersedia karena DOD yang
masih kecil banyak membutuhkan air minum. Membersihkan
kandang (sanitasi) dari kotoran itik dan menyeleksi itik yang
sakit. Mengurangi panas pada hari H+14 apabila kondisi
anak itik sudah kuat untuk menahan hawa dingin. Apabila
dirasa belum kuat pemanas bisa diteruskan sampai hari
H+20 akan tetapi suhu/watt lampu perlu diturunkan.
Pembelian pakan grower dan bahan pakan alternatif yang di
butuhkan oleh DOD.
7. Pemberian pakan grower yang dicampur dengan pakan
alternatif lainnya dengan frekuensi bisa sampai 2 x dalam
sehari. Pakan dicampur dengan sedikit air dan pakan
dicincang terlebih dahulu baru kemudian direbus. Air minum
selalu tersedia dan membersihkan kandang (sanitasi).
Pemberian obat anti stress pada H+20 apabila itik akan
dipindah ke kandang ren apabila berat sudah sesuai.

vii
8. Pindah ke kandang yang lebih besar isi satu kandang bisa
maksimal 100 ekor. Melepas pemanas apabila pada H+14
belum di lakukan. Penambahan obat anti stress pada H+21
apabila efek stress masih terlihat. Dilakukan pemberian
makanan 2 x sehari pagi jam 9.00 dan sore jam 17.00.
9. Seleksi itik yang memenuhi kriteria sudah layak jual (berat
1,0 -1,2 kg) penimbangan dilakukan oleh peternak dan
memisahkan itik yang sudah layak jual dengan yang belum
layak jual. Menginformasikan kepada calon pembeli atau
pedagang untuk datang karena sudah ada itik pedaging yang
siap di panen.
10. Penjualan itik penjualan ke pada pedagang atau konsumen
yang ingin membeli itik pedaging dan pengosongan kandang.

2.2 Bahan Baku


Formula kebutuhan pakan itik pedaging per 100 ekor
di fase grower yang berusia sekitar 5-22 minggu. Jumlah
kebutuhan pakan bebek pedaging per hari   sebesar 65-110
gram/ekor. Untuk kebutuhan nutrisi ideal berkisar sekitar
14-16% protein dan energi sebesar 2.800 kkal/kg.

1. 20% jagung, 10% konsentrat, 60% bekatul, dan 10%


eceng gondok

2. 45% jagung giling, 15% bekatul, 5% bungkil kelapa,


15/5 kedelai, 5% tepung daun lamtoro,   10% tepung
ikan, 2% rumput kering, 2% tepung kerang, 1%
tepung tulang dan sedikit garam

3. 20% jagung, 20% dedak, 15% menir, 15% kedelai,


5% bungkil kelapa, 10% tepung ikan, 10% tepung
darah dan 5% tepung tulang

viii
4. 50% jagung/dedak/menir, 15% kacang tanah/bungkil
kelapa/kedelai, 25% cacahan ikan teri/bekicot, 5%
mineral dan mix  vitamin B12, premix  dan daun
singkong

2.3 Proses Pengolahan Dari Itik Pedaging


Usaha pembesaran itik pedaging yang direncanakan peternak
dimulai dari mendatangkan bibit dari luar daerah, proses budidaya,
panen, hingga pemasaran. Sejarah berdirinya Peternakan berawal
dari adanya informasi mengenai permintaan itik pedaging yang
tinggi di Kota Pekanbaru. Pemilik mencoba menekuni bisnis itik
pedaging dan memulai menjalankan usaha karena merasa
susahnya mendapatkan daging itik di Kota Pekanbaru Budidaya itik
pertama kali dilakukan masih dalam skala kecil karena masih ingin
mencoba-coba dan karena permodalan yang terbatas dari pemilik
peternakan. Pemilik melakukan investasi pada kandang dan
peralatan kerja. Kandang yang dibangun merupakan kandang
semipermanen yang ditujukan untuk proses budidaya pembesaran
itik pedaging secara intensif. Kapasitas kandang yaitu 1.000 ekor
itik. Kandang digunakan sebagai tempat budidaya itik dari itik umur
satu hari hingga umur 8 minggu.

Setiap pengusaha memiliki tujuan dalam menjalankan


usahanya, karena tujuan merupakan arah dari perencanaan yang
akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan
utama pengusaha membuka usaha peternakan ini yaitu untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, karena dengan usaha ini
pengusaha dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, usaha
ini juga bertujuan sebagai produk alternatif dari produk utama
ayam pedaging, memanfaatkan pangan itik pedaging alami yang
ramah lingkungan, memenuhi kebutuhan pasar akan daging itik
sehingga perlu diusahakan suatu usaha peternakan

ix
2.4 Aspek Finansial Dari Olahan Itik Pedaging
1. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah-
ubah sesuai dengan tingkat produksi. Total dari biaya
variabel dalam satu kali siklus produksi itik pedaging
adalah sebesar Rp 21.639.510,- selama satu tahun
sebesar Rp 129.837.060,- ada pun yang termasuk biaya
variabel dalam penelitian ini adalah Biaya sarana produksi
(DOD, Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin) sebesar Rp
96.675.060 pertahun, biaya penerangan dan bahan bakar
(Listrik, Minyak tanah, Sekan, Kayu Bakar) sebesar Rp
2.838.000,- pertahun, biaya pembersihan kandang
(Deterjen dan Disinfektan) sebesar Rp 1.392.000,-
pertahun, biaya transportasi sebesar Rp 1.200.000,-
pertahun, dan biaya pemeliharaan peralatan sebesar Rp
1.800.000,- Peningkatan pendapatan produksi
memerlukan sarana penunjang kegiatan selama proses
produksi sedangkan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan produksi salah satunya yang sangat diperlukan
adalah tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor
produksi penting yang harus dimiliki pengusaha dalam
menjalankan usaha ternaknya guna meningkatkan
produksi dan pendapatan. Pada penelitian ini perhitungan
tenaga kerja untuk biaya produksi dimulai dari
pemeliharaan, panen sampai pemasaran. Dengan sistem
upah gaji 1 orang pekerja mendapat gaji sebesar Rp
2.150.000,- persiklus produksi dengan curahan kerja 7 x
24 jam selama satu tahun gaji tenaga kerja yang
dikeluarkan sebesar Rp 25.800.000,-. Pekerjaan yang
dilakukan memberikan oleh tenaga kerja.
2. Biaya Tetap

x
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak
tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam
menghasilkan produk dalam waktu tertentu. Total biaya
tetap pertahun adalah Rp 6.768.800,- pertahun. adapun
biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya perizinan
usahaternak sebesar Rp 750.000,- dan biaya penyusutan
alat. Pada usaha peternakan itik pedaging peralatan yang
digunakan terdiri dari: tempat pakan, tempat minum,
penerangan, cangkul, serokan, ember, timbangan duduk,
sepatu boot, mesin runcah pakan, mesin giling, dandang,
gerobak, handsprey, parang, baskom, pisau, dan gayung.
3. Pendapatan
Tujuan dari pembudidayaan itik pedaging adalah untuk
meningkatkan produksi agar pendapatan yang diperoleh
tinggi terutama pendapatan bersih. Pembudidayaan itik
pedaging akan memberikan hasil produksi yang tinggi
apabila menggunakan sarana peoduksi secara efisien.
Keberhasilan atau kesuksesan dari usaha dapat dilihat
besarnya pendapatan bersih peternak.

Dari penelitian yang sudah dilakukan diperoleh bahwa


biaya-biaya yang di keluarkan untuk budidaya itik pedaging
adalah biaya variabel (Biaya sarana produksi, biaya penerangan
dan bahan bakar, biaya pembersihan kandang, biaya
transportasi biaya komunikasi, upah TKLK, dan biaya
pemeliharaan peralataan) sebesar Rp 129.837.060 pertahun,-
sedangkan untuk biaya tetap budidaya itik pedaging yaitu sewa
lahan sebesar Rp 1.500.000,- pertahun dan semua penyusutan
peralatan per tahun Rp 5.258.800,- pertahun jadi biaya tetap
pertahun sebesar Rp 6.758.800,-. Jadi Total biaya produksi itik
pedaging sebesar Rp 136.595.860,- pertahun dengan hasil
produksi daging sebesar Rp 28.350.000 untuk 945 ekor itik
pedaging dan kotoran ternak itik sebesar Rp 450.000,-

xi
Keuntungan dari produksi itik pedaging satu kali siklus produksi
itik pedaging sebesar Rp 6.034.023,- dan pertahun keuntunga
bersih yang diperoleh sebesar Rp 36.204.140,- Dari hasil
perhitungan besarnya RCR dapat diartikan bahwa untuk setiap
Rp 100.- yang dikeluarkan untuk budidaya itik pedaging maka
memperoleh penerimaan sebesar Rp 127 pada akhir kegiatan
budidaya itik pedaging.

2.5 Penelitian Tentang Pengolahan Itik Pedaging


Naswandi Sanjaya dengan judul skripsi “Peran Usaha Biogas
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Banyu Urip
Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat Perspektif Ekonomi
Islam”, Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Mataram Tahun 2017.5 Dalam penelitian ini membahas
tentang bagaimana peran usaha biogas dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang ada di Desa Banyu Urip Kecamatan
Gerung Kabupaten Lombok Barat. Melalui usaha pembuatan biogas
yang ada di Desa Banyu Urip memberikan kemakmuran dan
keuntungan bagi masyarakat dan setelah ada Biogas masyarakat
disana tidak susah-susah lagi mencari LPG untuk dijadikan sebagai
gas, karena Biogas inilah yang menjadi pengganti LPG selain
bahannya mudah didapatkan, biogas ini juga ramah lingkungan.
Dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan adanya pesamaan
yaitu sama-sama membahas tentang bagaimana suatu usaha
dalam meningkatkan perekonomian atau kesejahteraan
masyarakat.

Suhartini dengan judul skripsi “Peran Usaha Tukang Kayu


dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Desa
Mamben Lauk Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur”,
Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Mataram Tahun 2019.6 Dapat disimpulkan bahwa peran usaha
tukang kayu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat

xii
dilihat dari usaha yang dijalankan oleh para pengrajin tukang kayu
dapat menambah pendapatan rumah tangga yang sebelumnya
pendapatan mereka tergolong dibawah rata-rata, usaha kecil
tukang kayu juga secara perlahan-lahan dapat mengurangi angka
kemiskinan. Persamaan dalam penelitian ini yaitu mengenai suatu
usaha yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan. Adapun perbedannya yaitu penelitian oleh Suhartini
mengarah kepada kesejahteraan ekonomi keluarga sedangkan
dalam penelitian ini lebih kepada pendapatan peternak.

2.6 Aspek Pemerintah Tentang Itik Pedaging


1. Menimbang :
a. bahwa dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
237/ Kpts/PD.430/6/2005, telah ditetapkan Pedoman
Pembibitan Itik Yang Baik;
b. bahwa dengan adanya kebutuhan masyarakat
terhadap ketersediaan bibit itik, perlu dilakukan
pembibitan itik lokal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta sebagai
pelaksanaan Pasal 43 ayat (2) huruf a Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber
Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak, perlu
mengatur kembali Pembibitan Itik Lokal Yang Baik,
dengan Peraturan Menteri Pertanian;
2. Mengingat :
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437);
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5015);
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5059);

xiii
d. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang
Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang
Obat Hewan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
129, Tambahan Lembaran Negara 3509);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4737);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang
Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak
(Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5260);
h. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Peternak (Lembaran Negara Tahun
2013 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5391);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5543);
j. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 11.
k. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 12.
l. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;

xiv
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
usahaternak itik pedaging dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Teknik budidaya itik pedaging yang dilakukan sudah intensif
tidak secara tradisional yakni tidak menggembala itik di
sawah lagi melainkan budidaya itik tanpa air dan itik
dikandangkan. Teknik budidaya intensif ini lebih
memudahkan peternak dalam pemeliharaan dan pengawasan
ternak dimulai dari H-30 sampai itik siap panen.
2. Usahaternak itik pedaging memerlukan biaya produksi
sebesar Rp 22.765.977,- persiklus produksi. Pendapatan
bersih yang diperoleh dari budidaya itik pedaging sebesar Rp
6.034.023,- persiklus produksi dan pendapatan kotor sebesar
Rp 28.800.000,- persiklus produksi. Hasil analisis
usahaternak itik pedaging diperoleh RCR sebesar 1,27 berarti
setiap pengeluaran biaya Rp 100,- untuk budidaya itik
pedaging memperoleh pendapatan sebesar Rp 127,- Dengan
demikian, usaha ternak itik pedaging layak dan
menguntungkan untuk dijalankan.

3.2 Saran
Berdasarkan kondisi peternakan sebaiknya diadakan
penyuluhan tentang penanganan penyakit karena kurangnya
pengetahuan tentang pengobatan dan pencegahan penyakit itik
pedaging. Usaha peternakan sebaiknya dipindahkan ke lokasi
lain untuk meminimalisir penyakit itik pedaging. Sebaiknya
diberikan kemudahan peminjaman modal bagi peternak untuk
memperluas usahaternak itik pedaging.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 2009.Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta. PT Rineka


Cipta.Jakarta.
Kadariah.1986.Evaluasi Proyek Keputusan Investasi. PT Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
Kartono dan Gulo.2000. Analisis Metode Studi Kasus
http://www.scribd.com/doc/22415602/studi-kasus
(Diakses jam 14.00, 5 Juni 2012).
Kotler, 2003. Manajemen Pemasaran Jilid 3. PT Perhanhalindo,
Jakarta. Soekartawi, 2001. Agribisnis Teori dan
Aplikasinya. PT. Raja Grafindo press Jakarta.
Agung Ary Wibowo, “Analisis Usaha Ternak Itik di Kabupaten
Sukoharjo, (Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Surakarta, 2009).
Etta Mamang Sangadji, Perilaku konsumen pendekatan praktis
disertai himpunan jurnal penelitian, (Yogyakarta: CV Andi
Offest, 2013).
Bank Indonesia, Komoditas Budidaya Bebek Pedaging, diakses
pada selasa 31 Desember 2019 dari https://www.bi.go.id.
Muktiani. Mendulang Rupiah dengan Budidaya Itik Pedaging.
(Yogyakarta: Pustaka Baru Press).
Suhartini, “Peran Usaha Tukang Kayu dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Desa Mamben Lauk
Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur, (Skripsi,
FEBI UIN Mataram, Mataram, 2019).

xvi

Anda mungkin juga menyukai