A. Latar Belakang
Ketika terjadi suatu kecelakaan dijalan tabrakan antara kedua buah
kenderaan yang berbeda kecepatan, dimana kendaraan yang berkecepatan
tinggi mengalami kerusakan yang lebih parah dibandingkan yang
berkecapatan yang lebih rendah. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar
massa dan kecepatan yang dimiliki benda bergerak maka semakin sulit untuk
dihentikan dan semakin besar akibatnya. Kalau kita tinjau dari ilmu fisika,
fatal atau tidaknya tabrakan antara kedua kendaraan tentu disebabkan oleh
momentum kendaraan tersebut. Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis
momentum yaitu momentum linear dan momentum sudut.
B. Dasar Teori
Menurut Yuhanes Bambang (2008:128-130) menyatakan bahwa, peristiwa
tumbukan akan terjadi jika sebuah benda yang bergerak mengenai benda lain
yang diam ataupun bergerak. Tumbukan dibedakan menjadi 3 yaitu tumbukan
lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, tumbukan tidak leting sama
sekali.
Tumbukan lenting sempurna adalah tumbukan antara dua benda yang
jumlah energinya tetap. Dengan demikian pada lenting sempurna berlaku
ketentuan sebagai berikut:
Hukum kekekalan momentum:
M A( v'A -V A )= M B (V 'B-V B)
Hukum kekekalan energi kinetik:
E KA + E KB= E'KA + E'KB
1 1 1 1
M A V 2A + M B V 2B = M A V A + ¿ ¿
2 2 2 2
M A (V ¿¿ A 2+V 'A2 )=M B (V ¿ ¿ B' 2−V 2B)¿ ¿
' ' ' '
M A (V ¿¿ A+ V A )(V ¿¿ A +V A )=M B (V ¿¿ B +V B )(V ¿¿ B −V B )¿ ¿ ¿ ¿
Pada tumbukan lenting sebagai tidak berlaku hukum kekekalan
momentum energi kinetik. Hal itu disebabkan sesudah tumbukan ada sebagai
bagian energi kinetik yang hilang berubah menjadi energi panas, energi
cahaya, dan sebagainya. Jadi, pada tumbukan lenting sebagian hanya berlaku
hukum kekekalan momentum. Sedangkan koefisien restitusi untuk tumbukan
lenting sebagian adalah 0<e<1
Tumbukan tidak lenting sama sekaliterjadi jika setelah tumbukan kedua
benda bergerak bersama-sama dengan kecepatan yang sama besar dan
koefisien restitusi e=0. Pada tumbukan ini berlaku hukum kekekalan
momentum, yaitu:
M 1 V 1 + M 2 V 2=( M ¿ ¿ 1+ M 2) V 1 ¿
Menurut Frederick Buechec (1989:223) menyatakan bahwa,
momentum terjadi disebabkan oleh adanya implus serta besar dan arahnya
sama dengan besar dan arah impuls. Momentum adalah besaran vektor. Oleh
karena itu, momentum adalah besaran vektor. Oleh karena itu, momentum
adalah hasil kali antara massa benda dan kecepatan benda. Secara matematis
dapat di rumuskan sebagai berikut
P = m.v
Keteranga:
m
P : momentum benda (kg )
s
m : massa benda (kg)
m
v : kecepatan benda ( ¿
s
Hukum kekekalan momentum, tidak peduli berapapun massa benda dan
kecepatan benda yang saling bertumbukan, ternyata momemntum total
sebelum tumbukan sama dengan momentum total setelah tumbukan. Hal ini
berlaku apabila tidak ada gaya luar yang bekerja pada saat terjadinya
tumbukan.
Menurut Marthen kanginan ( 2006:169) menyatakan bahwa kekekalan
momentum terlihat sangat jelas dalam studi tumbukan pada suatusistem tanpa
gaya luar. Hukum kekekalan momentum yang menjelaskan tentang tumbukan
pada suatu dimensi dirumuskan pertama kali oleh john willis, christopher
worren,dan chistian huygen s. Pada tahun 1668. Untuk gerak sedangkan untuk
gerak rotasi yang berlaku adalah kekekalan momentum sudut.
Suatu tumbukan selalu menyebabkan dua benda. Misalnya benda itu
adalah bola A dan bola B. Sesaat sesudah tumbukan bola A bergrak mendatar
ke kanan dengan momemntum M A V A dan bola B bergerak mendatar kekiri
dengan momentum M B M B . Momentum sistem partikel sebelum tumbukan
tentu saja sama dengan jumlah momemtum bola A dengan bola B sebelum
tumbukan.
P = M A V A + M B M B.
C. Alat dan Bahan
1. Timer automatic (M ¿¿ E−8930) ¿
2. Gagang kereta massa untuk tumbukan (2) (M ¿¿ E−9454)¿
3. Kereta dinamika (M ¿¿ E−9429) ¿
4. Detektor sensor photo gate (M ¿¿ E−9498) ¿
5. 2 photo gate ( bagian no.003−04662 ¿
6. 2 timer frekuensi
D. Prosedur percobaan
1. Ditimbangkan massa tiap kereta
2. Diatur photo gate pada jarak 40 cm pada masing-masing kereta
seperti gambar dibawah ini
E. Data Pengamatan
No m (kg) s (m) t (s) m ' cm
v( ) v( )
s s
1 0,45 0,4 0,49 1,3
2 0,45 0,4 0,38 1,3
3 0,45 0,4 0,33 1,4
4 0,45 0,4 0,38 1,1
5 0,45 0,4 0,39 1,2
No m ' cm
p (kg ¿ p (kg )
s s
1
2
3
4
5
F. Pengolahan Data
1. Mencari v
s
v1 =
t1
0,4
=
0,49
m
= 0,81
s
s
v2 =
t2
0,4
=
0,38
m
= 1,05
s
s
v3 =
t3
0,4
=
0,33
m
= 1,21
s
s
v4 =
t4
0,4
=
0,38
m
= 1,05
s
s
v5 =
t5
0,4
=
0,39
m
= 1,02
s
2. Mencari psebelum
p1=m 1 v 1
m
= 0,45 kg . 0,81
s
m
= 0,36 kg
s
p2=m2 v 2
m
= 0,45kg . 1,05
s
m
= 0,47 kg
s
p3=m3 v 3
m
= 0,45 kg . 1,21
s
m
= 0,54 kg
s
p4 =m4 v 4
m
= 0,45 kg . 1,05
s
m
= 0,47 kg
s
p5=m5 v 5
m
= 0,45kg . 1,02
s
m
= 0,45 kg
s
3. Mencari p'sesudah
' '
p1 = m 1 v 1
cm
= 0,45 kg . 1,3
s
cm
= 0,585 kg
s
' '
p2 = m2 v 2
cm
= 0,45 kg . 1,3
s
cm
= 0,585 kg
s
p'3 = m3 v '3
cm
= 0,45 kg . 1,4
s
cm
= 0,63 kg
s
' '
p4 = m 4 v 4
cm
= 0,45 kg . 1,1
s
cm
= 0,495 kg
s
p'5 = m5 v '5
cm
= 0,45 kg . 1,2
s
cm
= 0,54 kg
s
DAFTAR PUSTAKA
Buechec J. Frederick.1989. Fisika Edisi Kedelapan. Jakarta:Erlangga
Kanginan Marthen.2006. Fisika Dasar 1. Cimahi:Erlangga
Bambang Yohanes. 2008. Fisika Universitas.Yogyakarta:Grasindo