Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dann
karunia-Nya, yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dann kemauan sehingga
penulisdapatmenyelesaikan usulan penelitian dengan judul “Evaluasi Pengelolaan
Lanskap Jalur Sepeda di kawasan Renon, Denpasar Bali” yang merupakan salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana padan Progam Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Udanyana.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadan semua


pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung
selama penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari, proposal penelitian ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dann saran dari pembaca sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap penelitian inidapatmemberikan manfaat.

Denpasar, Juni 2017

Penulis

ii
DANFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... v

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.5 Kerangka Pikir ............................................................................................... 4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eco - City ....................................................................................................... 6


2.2 Kota Hijau ...................................................................................................... 7
2.3 Jalur Sepeda .................................................................................................... 8
2.2.1 Jenis Jalur Sepeda ...................................................................................... 10
2.2.2 Sarana dann Prasarana Jalur Sepeda .......................................................... 13
2.4 Koridor Hijau Jalur Sepeda .......................................................................... 18
2.5 Pengelolaan Lanskap .................................................................................... 19

III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dann Tempat Penelitian .................................................................... 21


3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 22
3.3 Metode Penelitian ......................................................................................... 23
3.3.1 Data Penelitian ........................................................................................... 23
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 25
3.3.2.1 Observasi ................................................................................................. 25
3.3.2.2 Kuisioner ................................................................................................. 26
3.3.2.3 Wawancara .............................................................................................. 26
3.3.2.4 Studi Pustaka ........................................................................................... 27
3.3.3 Metode Analisis Data ................................................................................. 27

iii
3.3.3.1 Analisis Spasial ....................................................................................... 27
3.3.3.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 27
3.3.3.3 Analisis Data dengan Menggunakan SWOT ........................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Nomor

2.1 Rekomendansi untuk Lokasi Parkir Sepeda .............................................................. 16

3.1 Rencana penelitian ................................................................................................... 22

3.2 Aspek, Jenis Data, Sumber Data, dan Metode ......................................................... 24

3.3 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal dan Eksternal ................................. 30

3.4 Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal ............................................... 31

3.5 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal ........................................................ 31

3.6 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal ........................................................ 32

3.7 Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ................................................. 32

3.8 Formulir Matriks Ekternal Factor Evaluation (EFE) ............................................. 33

3.9 Matriks SWOT ............................................................................................................ 34

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Nomor

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 5

2.1 Jenis Bike Lane ............................................................................................ 12

2.2 Jenis Parkir Sepeda ..................................................................................... 15

3.1 Peta Lokasi Penelitian ................................................................................. 21

vi
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan perkotaan merupakan suatu bentuk lansekap buatan yang terjadi

akibat aktivitas manusia dalam mengelola kepentingan hidupnya. Perkembangan

perkotaan berdanmpak padan beberapa aspek seperti tingkat kemacetan yang tinggi

akibat dari penggunaaan kendanraan pribadi yang tidak terkontrol jumlahnya.

Umumnya masyarakat Kota memilih untuk mengendanrai motor atau mobil pribadi

daripadan bersepeda.

Perlu diketahui bahwa aktivitas bersepeda sudanh adan di perkotaan sejak

jaman dahulu. Berdasarkan data Komunitas Sepeda Indonesia (2011), jumlah anggota

komunitas sepeda di Indonesia mencapai angka 23 juta orang. Namun seiring

berjalannya waktu, aktivitas bersepeda di Indonesia semakin luntur. Selain diakibatkan

oleh bertambahnya jumlah kendanraan bermotor, hal ini juga diakibatkan oleh

hilangnya rasa aman dann nyaman pengguna sepeda. Pengguna sepeda belum

mendanpatkan fasilitas ruang yang memadani dibandingkan dengan kendanraan

bermesin seperti sepeda motor dann mobil.

Permasalahan seperti ini juga terlihat di kawasan Renon, Denpasar Bali.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Renon adanlah kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi

Bali. Di kawasan Renon inilah Kantor Gubernur Bali berada. Selain Kantor Gubernur,

di kawasan Renon banyak terdapat Kantor administratif dann Kantor konsulat negara

lain. Di kawasan ini pula terdapat objek wisata yang vital seperti Monumen Bajra

1
2

Sandhi yang berdiri di lapangan Niti Mandanla Renon. Kawasan Niti Mandanla Renon

dengan lapangannya yang sangat hijau, setiap hari digunakan oleh masyarakat Kota

Denpasar sebagai tempat untuk berolahraga seperti joging dann bermain sepakbola.

Permasalahan yang terlihat yakni dibeberapa ruas jalan yang lain, marka jalan

sebagai batas pengguna sepeda tidak terlihat lagi. Sehingga dapat dikatakan belum

adannya konsistensi penggunaan rambu-rambu dann marka jalan yang jelas sebagai

acuan pengguna sepeda. Evaluasi ini didansarkan padan penertiban dann estetika

kawasan Renon khususnya terkait dengan area pengguna sepeda, apalagi kawasan

Renon yang notabene sebagai jantung Kota Denpasar, pusat pemerintahan, tempat

upacara persembahyangan dann tempat wisata yang telah dikenal bukan hanya oleh

wisatawan domestik tapi juga wisatawan manca negara seperti Jepang, Korea dann

China. Kebutuhan ruang bagi pengguna sepeda ini harus didukung dengan adannya

jalur khusus sepeda yang menunjang keamanan bagi para pengguna sepeda di jalan.

Pembangunan jalur khusus sepeda inidapatmendukung pengembangan kota berbasis

lingkungan. Jalur khusus sepeda inidapatmemfasilitasi para pengguna sepeda untuk

aktivitas bersepeda ke tempat tujuan seperti sekolah, kampus, dann tempat kerja.

Kawasan Renon sudanh mempunyai area untuk pengguna sepeda. Setiap hari,

masyarakat yang bersepedadapatdihitung jumlahnya sekitar 5 orang. Tingkat bahaya

yang tinggi serta marka jalan yang kurang menjadi faktor utama penyebab mengapa

antusias masyarakat terhadanp bersepeda kurang. Umumnya pengguna sepeda di

Kawasan Renon untuk pagi hari hanya pelajar yang akan bersekolah di area terdekat.

Sedanngkan di sore harinya tidak adan pengguna sepeda melainkan banyaknya

2
3

pengguna sepeda motor yang berlalulalang dijalan. Aktivitas bersepeda di kawasan

Renon memang banyak terlihat ketika hari sabtu dan minggu dalam acara Car Free

Dany. Aktivitas yang sering dilakukan di Kawasan Renon selain bersepeda yakni jalan

pagi serta banyaknya pedangang yang berjualan di sekitar Lapangan Puputan Renon

tersebut. Melihat permasalahan yang telah terjadi maka peneliti akan melakukan

Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di kawasan Renon, evaluasi ini diangkat

menjadi topik penelitian tujuannya untuk mengetahui pengelolaan lanskap yang

terdapat dikawasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan–permasalahan yang

timbuldapatdirumuskan sebagai berikut:

1 Bagaimana pengelolaan lanskap yang diterapkan padan jalur sepeda di

Renon?

2 Bagaimana hasil evaluasi pengelolaan lanskap yang diterapkan padan jalur

sepeda di Renon?

3 Usaha apa yang akan dilakukan dalam peningkatan kualitas pengelolaan

lanskap yang diterapkan padan jalur sepeda di kawasan Renon berdasarkan

evaluasi terhadanp pengelolaan yang adan padan saat ini?

3
4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian in adanlah sebagai berikut:

1 Mengetahui pengelolaan lanskap yang diterapkan padan jalur sepeda di

Renon.

2 Mengetahui hasil evaluasi pengelolaan lanskap yang diterapkan padan jalur

sepeda di Renon.

3 Mengetahui usaha–usaha yang akan dilakukan dalam peningkatan kualitas

pengelolaan lanskap yang diterapkan padan jalur sepeda di Renon berdasarkan

evaluasi terhadanp pengelolaan yang adan padan saat ini

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu:

1 Sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan pengelolaan yang

berkelanjutan baik bagi masyarakat maupun pengelola.

2 Memberikan pengetahuan atau referensi bagi pengelola, pemerintah danerah,

dann civitas akademika mengenai pengelolaan lanskap yang diterapkan padan

jalur sepeda di Renon.

1.5 Kerangka Pikir

Gaya hidup bersepeda sebagai implementasi konsep green harus dijaga agar

tidak menjadi tren yang semakin lama semakin meredup. Perlu penyediaan fasilitas

penunjang yang dapat memberikan rasa aman dann nyaman dalam bersepeda. Kawasan

Renon sudanh memiliki solusi tentang permasalahan ini dengan memfasilitasi

4
5

pengguna sepeda berupa jalur khusus sepeda. Butuh evaluasi untuk mengetahui

efektifitas dari fisik, sosial, dann pengelolaan. Sehingga menghasilkan suatu strategi

pengelolaan jalur khusus sepeda (Gambar 1.1).

Gaya Hidup Bersepeda Sebagai Implementasi


Konsep "Grenn City"

Kota Denapasar

Penyediaan Jalur Sepeda di Kawasan Renon


untuk memfasilitasi Pengguna Sepeda
di Kawasan Renon

Evaluasi . Evaluasi Pengguna Evaluasi Pengelolaan


Jalur Sepeda
1. Karakteristik 1. Progam
1. Ukuran dan Luas 2. Aktifitas dan Pengelelola
2. Jenis perilaku 2. Jumlah Tenaga
3. Kondisi 3. Kondisi Sosial, Kerja
4. Material Ekonomi, dan 3. Jadwal
5. Sarana Budaya 4. Alat dan Bahan
dan Prsarana

Analisis S.W.O.T

Strategi Rekomendasi Pengelolaan Jalur Sepeda


di Kawasan Renon

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

5
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eco – City

Eco - City merupakan suatu kota ekologis yang sehat (Register, 1987). Kota

yang ekologis dirancang untuk mempertimbangkan danmpak lingkungan seperti,

gangguan kesehatan. Konsep ini menekankan adannya ketergantungan secara fisik dari

masyarakat padan kondisi lingkungan. Eco - City juga mensyaratkan adannya

peningkatan tingkat kesehatan, tersedianya lapangan pekerjaan yang memadani dann

terciptanya peningkatan kualitas hidup yang padan akhirnya mendorong terciptanya

sebuah konsep sustainable development.

Ruang hijau di Eco - City dipertahankan dan transportasi lebih berkaitan dengan

jalan setapak dann jalan sepeda. Transportasi merupakan salah satu masalah yang

paling sulit untuk dipecahkan. Masyarakat masih sangat tergantung padan bahan bakar

fosil, yang sebentar lagi habis. Tantangannya adanlah mengembangkan sistem

transportasi berkelanjutan untuk masa depan. Kunci dalam mewujudkan kota yang

berkelanjutan itu terletak padan bagaimana alam, transportasi, pemukiman, dann

lainnya saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan mengubah penggunaan mobil

dengan menempatkan orang-orang, pekerjaan dann fasilitas dekat satu sama lain,

masyarakat dapat berjalan atau bersepeda ke tempat tujuan.

6
7

2.2 Kota Hijau (Green City)

Kota hijau dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan dengan

memanfaatkan secara efektif dann efisien sumber danya air dann energi, mengurangi

limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,

mensinergikan lingkungan alami dann buatan, berdasarkan perencanaan dann

perancangan kota yang berpihak padan prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan.

Richard (1987) dalam Departemen Pekerjaan Umum [DPU (2011)} mengatakan, kota

hijau jugadapatdiartikan sebagai kota yang didesain dengan mempertimbangkan

danmpak terhadanp lingkungan, dihuni oleh orang-orang yang memiliki kesadanran

untuk meminimalisir penggunaan energi, air dann makanan, serta meminimalisir

buangan limbah, percemaran udanra dann pencemaran air. Kota hijau adanlah kota

yang dibangun dengan menjaga dann memupuk aset - aset kota-wilayah, seperti aset

manusia dann warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dann

kehidupan budanya, kreativitas dann intelektual, karunia sumber danya alam, serta

lingkungan dann kualitas prasarana kota.

Menurut DPU (2011), kota hijau merupakan kota yang dibangun dengan tidak

mengikis atau mengorbankan aset kota-wilayah (city-region), melainkan terus

memupuk semua kelompok aset meliputi manusia, lingkungan terbangun sumber

danya alam, lingkungan dann kualitas perkotaan dimana konsep kota

hijaudapatmerespon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindankan adanptasi

dann mitigasi. Kota hijau adanlah kota yang ramah lingkungan yang dibangun

berdasarkan keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dann lingkungan, serta

7
8

dimensi tata kelolanya, termasuk kepemimpinan dann kelembagaan kota yang mantap

(DPU, 2013).

Menurut DPU (2013), kota hijaudapatdiwujudkan dengan menerapkan delapan

atribut. Delapan atribut itu meliputi:

1. Perencanaan dann perancangan yang sensitif terhadanp agendan hijau (green

planning and design)

2. Pewujudan kualitas, kuantitas dann jejaring rth perkotaan (green open space),

3. Penerapan bangunan ramah lingkungan (green building),

4. Penerapan prinsip untuk mengurangi sampah limbah, mengembangkan proses

danur ulang dann meningkatkan nilai tambah (green waste),

5. Pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan (green transportation),

6. Peningkatan efisiensi pemanfaatan dann pengelolaan sumberdanya air (green

water),

7. Pemanfaatan sumber energi yang efisien dann ramah lingkungan (green

energy), serta

8. Peningkatan kepekaan, kepedulian dann peran serta aktif masyarakat dalam

pengembangan atribut-atribut kota hijau (green community).

2.3 Jalur Sepeda

Jalur sepeda adanlah jalur yang khusus diperuntukkan untuk lalu lintas

pengendara sepeda, dipisah dari lalu lintas kendanraan bermotor yang bertujuan untuk

memberikan keamanan dann kenyamanan bagi pengendara sepeda.

8
9

Dalam hal Pengembangan Fasilitas Bersepeda, menurut American Association

of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) 1991 (disusun oleh satuan

tugas padan desain geometris AASHTO), dikenal beberapa istilah dalam kegiatan

bersepeda di antaranya:

1. Sepeda

Adanlah semua kendanraan yang didorong oleh tenaga manusia saat dia

menaikinya dann memiliki dua rodan tandem. Istilah “sepeda” ini juga

mencakup kendanraan rodan empat bertenaga manusia, tetapi bukan becak

untuk anak-anak.

2. Fasilitas bersepeda

Adanlah fasilitas yang dibuat oleh lembaga-lembaga publik untuk

mengakomodansi kegiatan bersepeda, termasuk fasilitas parkir dann

penyimpanan, dann berbagi jalan untuk jalan yang didesain tidak khusus untuk

sepeda.

3. Jalur sepeda

Adanlah bagian dari jalan yang sudanh didesain dengan striping, penandan

jalan, dann penandan perkerasan (paving) khusus untuk pengguna sepeda.

4. Sistem rute sepeda

Sistem ini ditunjuk oleh yurisdiksi yang mempunyai wewenang menentukan

rute arah dann informasi yang sesuai, dengan atau tanpa nomor rute sepeda

tertentu. Rute Sepeda harus dibuat rute yang berlanjut, tetapi bisa juga

kombinasi dari setiap dann semua jenis jalan sepeda.

9
10

5. Jalan sepeda

Adanlah istilah umum untuk setiap jalan raya, jalan kecil, trotoar, atau jalan

yang didesain khusus untuk pengguna sepeda, terlepas dari apakah fasilitas

tersebut ditujukan untuk penggunaan eksklusif sepeda atau harus berbagi

dengan transportasi lain.

2.2.1 Jenis Jalur Sepeda

Menurut Time-Saver Standanrds For Landscape Architecture Second Edition

(Harris Dann Dines, 1998), terdapat empat jenis jalur sepeda/ jalan khusus sepeda yang

dirancang untuk mengakomodansi rekreasi dann kebutuhan pengguna sepeda, di

antaranya:

1. Bicycle path:` merupakan bagian kanan atau kiri jalan dengan perlengkapan

yang terpisah.

2. Bicycle lane: bagian dari jalan namun dipisahkan oleh tandan atau strip yang

bertekstur.

3. Wide outside lane: kurang diminati, tetapi umum.

4. Shared roadway: umum, namun memiliki potensi tertinggi untuk terjadinya

konflik dengan mobil.

Bicycle path atau jalan kecil untuk sepeda adanlah sebuah jalur sepeda yang

secara fisik dipisahkan dari lalu lintas kendanraan bermotor,dapat terletak di bahu

kanan atau kiri jalan raya. Jalur sepeda ini harus memiliki minimal cross flow

kendanraan bermotor. Jalur sepeda ini biasanya untuk memenuhi kebutuhan

10
11

transportasi sepeda komuter dengan jalan pintas lingkungan perumahan (misalnya,

koneksi antara dua cul-de-sac jalan) atau dengan menyediakan akses sepeda ke

danerah-danerah yang sebaliknya hanya dilayani oleh akses kendanraan bermotor.

Lebar minimum untuk bicycle path yang diaspal untuk jalur sepeda dua arah adanlah

2,4 meter. Sedanngkan untuk jalur sepeda yang satu arah adanlah 1,5 meter. Minimal

0,6 meter ruang yang harus disediakan berdekatan dengan trotoar. Untuk jalur yang

lebarnya satu meter, harus dilakukan pembersihan dari tiang, pohon, dinding pagar,

pagar, atau penghalang lateral yang lainnya. Jalur yang lebih luas jugadapatberfungsi

sebagai jalur joging. Kecepatan minimum untuk sepeda padan jalur ini adanlah 40

km/jam. Struktur Perkerasan jalur sepeda harus dirancang dengan cara yang sama

seperti padan jalan raya, dengan pertimbangan kepadan kualitas dann beban tanah

basement agar tahan selip (AASHTO, 1991).

Bicycle lane atau jalur sepeda dimaksudkan untuk meningkatkan aliran tertib

lalu lintas dengan menetapkan garis tertentu antara danerah untuk sepeda dann danerah

untuk kendanraan bermotor. Jalur ini ditunjang oleh tandan-tandan jalur sepeda dann

tandan-tandan trotoar. Jenis dari Bicycle lane di antaranya adanlah jalur sepeda

berwana dann jalur sepeda yang hanya dipisahkan oleh garis marka jalan dann simbol

sepeda (Gambar 2.1). Jalur sepeda dapat sangat berguna bagi pengendara

berpengalaman dann tidak berpengalaman. Pengendara sepeda pada jalur ini cenderung

untuk melakukan perjalanan padan kecepatan yang lebih rendanh (AASHTO, 1991).

Menurut Federal Highway Administration (FHWA), bicycle lane yang mengarah ke

persimpangan perlu untuk dibuat garis putus-putus.

11
12

Jalur sepeda satu arah sebaiknya tidak dibangun kecuali jelas menunjukkan

arah perjalanan dann jalur paralel dalam arah yang berlawanan jelas ditandani serta

mudanh dicapai. Jalur sepeda dua arah harus memiliki lebar minimal 3 meter.

Pertimbangan juga harus diberikan untuk menyediakan lebar tambahan apabila

terdapat jalan yang curam. Tepi jalan yang sempit akan cepat menurun kualitasnya oleh

pelapukan akibat tanpa pemeliharaan (AASHTO, 1991).

Pengelolaan jalur khusus sepeda penting untuk keselamatan pengguna. Jalur

yang terawat baikdapatmeminimalkan bahaya yang ditimbulkan dari jalur khusus

sepeda tersebut.

a. Jalur dengan Garis Marka Jalan b. Jalur dengan Warna


Gambar 2.1 Jenis Bicycle Lane
Sumber: Wikipedia.org dann suara merdeka.com

12
13

Jenis jalur sepeda lainnya adanlah jalur alami, yaitu jalur dengan permukaan

alami ditujukan untuk bersepeda off-road. Menurut Federal Highway Administration

(FHWA), padan jalan dua arah, jalur sepeda selalu terletak padan masing-masing sisi

jalan. Apabila terdapat dua arah jalur sepeda padan satu sisi jalan akan menimbulkan

kondisi berbahaya bagi pesepeda.

2.2.2 Sarana dann Prasarana Jalur Sepeda

Jalur sepeda perlu ditunjang oleh sarana dann prasarana yang baik untuk

memfasilitasi pengguna sepeda. Sarana dann prasarana seperti jalur sepeda yang baik,

tempat parkir, dann sebagainya. Material untuk jalur sepeda yang baik harus mampu

bertahan dari cuaca panas maupun hujan agar tetap terjaga dari lumut. Signage untuk

jalur khusus sepeda juga dibutuhkan untuk menambah keamanan pengendara sepeda.

Simbol sepeda berfungsi sebagai panduan visual untuk pengguna sepeda di

sepanjang jalur sepeda. Selain itu, simbol ini juga berfungsi untuk meningkatkan

kesadanran pengendara kendanraan bermotor untuk memberikan ruang kepadan

pengguna sepeda. Garis marka jalan digunakan untuk membatasi antara jalur sepeda

dengan jalan kendanraan bermotor. Garis ini juga berfungsi sebagai refleksi cahaya

padan sore atau malam hari. London Cycling Design Standar membagi papan penunjuk

arah dann garis marka jalan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. regulatory, peraturan mengenai manajemen lalu lintas yang dapat

dilaksanakan;

13
14

2. warning and informatory, papan petunjuk arah dann garis marka jalan yang

memperingatkan tentang bahaya dann membimbing ke posisi yang benar;

3. route guidannce, papan petunjuk mengenai arah dann lokasi.

Menurut Caltrans Highway Design Manual (2006), pencahayaan juga harus

dipertimbangkan untuk memfasilitasi jalur sepeda padan malam hari.

Pencahayaandapatmembantu untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara sepeda

dengan kendanraan bermotor di persimpangan jalan. Pencahayaan memberikan

kenyamanan dengan menerangi jalur sepeda sehingga sepedadapatmelihat jalur jalan,

kondisi permukaan dann rintangan.

Tempat parkir harus diperhatikan dalam memfasilitasi pengguna sepeda.

Tempat parkir yang kurang aman dapat membuat pengguna sepeda malas untuk

bersepeda. Ukuran dari tempat parkir harus memperhatikan ukuran standanr dari

sepeda. Menurut Neufert (2002), ukuran dari kendanraan sepeda adanlah panjang 1,70

cm, lebar 60 cm, dann tinggi 1,05 cm. Terdapat tiga jenis tempat parkir, diantaranya

adanlah rak sepeda, bollard, dann loker sepeda (Gambar 3). Rak sepeda adanlah tempat

parkir sepeda yang aman danndapatdipasang di berbagai lokasi. Rak sepeda harus

harus mampu menunjang sepeda dengan frame yang tegak di dua tempat untuk

mencegah sepeda jatuh dann memungkinkan frame sepeda dann satu atau dua rodan

sepeda untuk dikunci. Loker sepeda memiliki bentuk yang paling besar dibanding jenis

parkir sepeda lainnya karena memuat sepeda dengan cara dimasukkan ke dalam loker

tertutup. Inidapatdigunakan sebagai fasilitas penyimpanan sepeda yang aman padan

14
15

tempat-tempat seperti rumah sakit, sekolah, stasiun, tempat kerja, dann tempat lainnya

yang mbutuhkan parkir sepeda dalam jangka waktu panjang.

a. Bollard b. Rak Sepeda c. Loker Sepeda


Gambar 2.2 Jenis Parkir Sepeda:
Sumber : Wikipedia.org

Parkir sepeda akan aman apabila terletak dekat dengan pintu masuk bangunan,

karena mengurangi risiko kerusakan atau kehilangan sepeda. Lokasi parkir sepeda

beradan padan tempat-tempat yang strategis untuk memudanhkan pengguna sepeda

menuju tempat tujuan (Tabel 1.1).

15
16

Tabel 1.1 Rekomendansi untuk Lokasi Parkir Sepeda

Lokasi Lokasi fisik Kapasitas sepeda

Taman kota Berdekatan dengan area 8 parkir sepeda per hektar

piknik, lapan

gan dann lainnya

Sekolah Dekat pintu masuk dengan 8 parkir sepeda per hektar

visibilitas yang baik

Fasilitas umum Dekat pintu masuk, 8 parkir sepeda perlokasi

Dekat dengan visibilitas

yang baik

Kawasan komersial Dekat dengan pimtu 2 parkir sepeda per 200

masuk dengan visibilitas meter

yang baik dan tidak

mengganggu pergerakan

mobil Dan pedestrian

Stasiun transit Dekat dengan pos penjaga 1 parkir sepeda per 30

ruang parkir

Sumber: American Association of State Highway and Transportation Officials


(AASHTO), 1991.

16
17

Fasilitas parkir sepeda harus tahan lama, menawarkan perlindungan dari

pencurian, kerusakan dan cuaca. Jenis fasilitas parkir sepeda:

1. Parkir Jangka Panjang

Fasilitas parkir di tempat-tempat seperti stasiun transit dan taman kota. Fasilitasnya

dapat berupa loker sepeda.

2. Parkir Jangka Pendek

Biasanya terletak padan lokasi perpustakaan umum, tempat rekreasi dan pusat

kota atau jalan-jalan umum. Parkir jangka pendek harus nyaman dan dekat pintu masuk

bangunan atau mudanh terlihat untuk keselamatan dan keamanan sepeda.

Parkir sepeda dapat menjadi penghalang bagi pejalan kaki. Tempat parkir

sepeda harus dibangun dari bahan yang kokoh dan sulit untuk membongkar, mereka

harus memberikan kesempatan untuk mengunci kedua frame dan rodan sepeda dengan

kunci tipe U-lock serta kunci dari rantai kombinasi. Loker sepeda harus dibangun dari

bahan tahan lama tidak mudanh rusak oleh vandanlisme dan cuaca (AASHTO, 1991).

Parkir sepeda dapat dalam bentuk rak sepeda atau loker sepeda. Loker sepeda

memberikan perlindungan tambahan dari pencurian dan cuaca. Menurut London

Cycling Design Standanrds jenis parker yang umum adanlah Sheffield Stand.

Bentuknya berupa huruf “U” terbalik atau “Universal”. Jarak antara tempat parkir

adanlah 1200 mm untuk dua sisi parkir, untuk ruang yang terbatas, jaraknya adanlah

1000 mm. Perawatan harus diberikan dalam memilih lokasi rak, loker dan fasilitas

sepeda lain untuk membantu memastikan bahwa sepeda tidak akan rusak oleh

17
18

kendanraan bermotor, dicuri, dirusak, dll. Fasilitas parkir sepeda tidak boleh

mengganggu aliran pejalan kaki dan harus memberikan akses yang mudanh untuk

sepeda mereka diparkir.

2.4 Koridor Hijau Jalur Sepeda

Ruang terbuka hijau adanlah ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat

pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah atau budidanya. Ruang

Terbuka Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih

luas, baik dalam bentuk taman kota, taman kampus, taman rumah, jalur hijau, hutan

kota dan bantaran sungai (Departemen Dalam Negeri, 1988).

Manfaat RTH ( Ruang Terbuka Hijau ) berdasarkan fungsinya dibagi atas

manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendanpatkan

bahan-bahan untuk dijual (kayu, danun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar),

keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)

seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati (DPU,

2009). Koridor hijau jalan yang beradan di kanan kiri jalan dengan pepohonan di

dalamnya akan memberikan kesan asri bagi jalan tersebut dan memberikan kesan

teduh. Koridor hijau jalan dengan pepohonan akan meberikan kesejukan bagi pengguna

jalan, dengan penggunaan pepohonan padan koridor jalan diharapkandapatmengurangi

polusi udanra, sertadapatmemberikan kesan asri.

18
19

2.5 Pengelolaan Lanskap

Menurut Arifin dan Arifin (2005), Pengelolaan lanskap adanlah upaya terpadu

dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendanlian, dan

pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi

manusia dan makhluk hidup lainnya. Menurut segi pengelolaan adanlah upaya

manusia untuk mendanyagunakan, memelihara dan melestarikan lanskap / lingkungan

agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas

kelestariannya. Pengelolaan lanskap berlangsung dengan membuat program

pengelolaan yang terstruktur dalam organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersediaan alat

dan bahan, dan pendanaan. Secara teknis, dibutuhkan personel untuk menjalankan

sistem pengelolaan. Sehingga pengelolaan lanskap bertujuan untuk menjaga agar

taman atau lanskap yang dikelola tetap berkelanjutan. Pengelolaan lanskap

berkelanjutan adanlah cara menggunakan sumber danya alam yang adan baik

yangdapatdiperbaharui maupun yang tidakdapatdiperbaharui agar terjadi perputaran di

dalamnya sehingga dapat terus bermanfaat bagi generasi yang akan datang (Arifin dan

Arifin 2005).

Dalam sisi lanskap, peran arsitek lanskap sebagai seorang ahli lingkungan baik

itu seorang designer, planner, engineer maupun manager harusdapatmenciptakan dan

mampu mengelola suatu bentukan lanskap. Upaya-upaya yangdapatdilakukan, antara

lain pemanfaatan energi, penggunaan dan pengelolaan sumber danya alam,

pengelolaan limbah serta berbagai hal yang terkait untuk mempertahankan

19
20

keberlanjutan suatu ekologi lingkungan sehingga dapat meminimumkan besarnya

biaya.

Kegiatan dalam pengelolaan lanskap itu menjaga lanskap agar tetap nyaman,

bersih dan menarik, baik dalam maupun luar guna melindungi dan meningkatkan

fungsi dan estetika dari suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adanlah sebagai

keberlanjutan dari kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap. Kegiatan

pengelolaan lanskap dimulai dari pengembangan strategi pengelolaan yang

berkelanjutan dari desain sampai pemeliharaan dalam upaya untuk membangun

lanskap yang berfungsi lebih efisien dan meminimalkan danmpak terhadanp

lingkungan.

Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan

teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadani. Oleh karena itu,

pemelihara taman hendanknya memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat,

mengetahui jenis peralatan yang digunakan, fungsi dan cara kerjanya (Arifin dan

Arifin, 2005). Rencana pengelolaan berisi tentang struktur organisasi, alat dan bahan,

jadwal pengelolaan, tenaga kerja, dan rencana anggaran biaya. Pengelolaan permukaan

perkerasan jalur khusus sepeda yang sesuai standanr sangat penting untuk menarik

pengguna sepeda dalam menggunakan fasilitas tersebut dandapatmemberikan

keamanan dalam bersepeda.

20
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini berlokasi di Renon, Denpasar, Provinsi Bali. Adapun peta lokasi

penelitian tersebut dapat dilihat padan gambar dibawah ini (gambar 3.1). Adapun

waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 4 bulan, dari bulan Juli 2018 sampai

dengan Desember 2018.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian


Sumber : Google Map dengan pengeloaan (2017)

21
22

Rangkaian penelitian yang dilakukan penelitidapatdilihat dalam Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Rencana Penelitian


Bulan
No Kegiatan
7 8 9 10 11 12 1
1. Presentasi usulan penelitian (UP)
2. Penentuan Pembimbing
3. Revisi UP
4. Pengesahan UP
5. Pengumpulan data
6. Analisis
7. Sintesis
8. Seminar Hasil
9. Revisi Hasil Seminar
10. Persetujuan Ujian Skripsi
11. Ujian Skripsi
12. Revisi Skripsi
13. Pengesahan Skripsi

3.2 Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adanlah peta jalur sepeda Kawasan

Renon, survey sheet, dan kuisioner. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1 GPS untuk tracking jalur sepeda di Kawasan Renon.

2 Kamera untuk pengambilan gambar.

3 Software untuk mengolah data dan gambar seperti AutoCAD 2012, Adobe

Photoshop CS6, Google Map Source, Google Sketch Up 8, dan lainnya.

22
23

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei,

yakni penulis terjun langsung ke lapangan untuk mengamati secara langsung jalur

sepeda di kawasan Renon.

3.3.1. Data Penilitian

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti melalui metode

pengamatan dilapangan atau observasi, kuisioner, dan wawancara. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber pustaka, dokumen – dokumen

yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang

digunakan seperti buku – buku, jurnal ilmiah, skripsi, data dari instansi terkait.

Data yang dikumpulkan oleh peniliti dapat dilihat dalam tabel 3.2 berikut

23
24

Tabel 3.2 Aspek, Jenis Data, Sumber Data, dan Metode

Metode
Jenis
No Aspek Sumber Data Pengumpulan
Data Analisis Data
Data
1. Aspek Fisik Dan Biofisik
a. Kondisi Jalur Sepeda Primer Dinas Wawancara Deskriptif dan Analisis
Perhubungan SWOT

b. Vegetasi Primer Observasi Observasi Deskriptif dan Analisis


SWOT
c. Penunjang Jalur Sepeda Sekunder Dinas Studi Pustaka Deskriptif dan Analisis
Perhubungan SWOT

d. Penggunaan Ruang Primer Dinas Wawancara Spasial


Perhubungan

2. Aspek Teknik
a. Pengelolaan Jalur Sepeda Primer Dinas Wawancara Deskriptif
di Kawasan Renon. Perhubungan
b. Pengukuran Jalur sepeda Primer Observasi Observasi Deskriptif

3. Aspek Sejarah
Latar Belakang Jalur Sepeda Primer Dnas Wawancara Deskriptif
di Kawasan Renon. Perhubungan

4. Aspek Sosial dan Ekonomi


a. Usia Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT

b. Pendidikan Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis


sepeda SWOT
c. Mata Pencaharian Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT

24
25

d. Jumlah Kunjungan Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis


sepeda SWOT
e. Gaya Hidup Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT
f. Pengalaman Pengguna Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda sepeda SWOT

5. Aspek Opini Pengguna


a. Kunjungan Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT
b. Kegiatan Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT
c. Aksesbilitas Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT
d. Fasilitas Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT
e. Keamanan Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT
f. Kenyamanan Primer Pengguna Wawancara Deskriptif dan Analisis
sepeda SWOT

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode

pengamatan dilapangan atau observasi, kuisioner tertutup, wawancara, dan studi

pustaka.

3.3.2.1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung

dilapangan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai aspek biofisik pada jalur

sepeda di Kawasan Renon.

25
26

3.3.2.2. Kuisioner

Kuisioner merupakan metode pengunpulan data yang dilakukan untuk

memperoleh informasi dengan memberikan angket kepada responden. Jenis kuisioner

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuisioner tertutup.

Kuisioner ditujukan kepada pengguna sepeda yang terdapat dikawasan renon

dengan pertanyaan terkait keberadaan tapak, frekuensi kunjungan, kegiatan yang

dilakukan, tata guna lahan, aksesbilitas, fasilitas, keamanan, kenyamanan, di jalur

sepeda yang terdapat di Kawasan Renon.

Sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 pengunjung pengguna jalur

sepeda di Kawasan Renon, karena asumsi distribusi normal saat perhitungan ketika

jumlah sampel mencapai 30 orang (Reimundo, 2014).

Jenis pengambilan sampel dengan metode non probability sampling,

merupakan metode yang tidak memeberikan kesempatan yang sama bagi semua

pengguna untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah purposive

sanpling, yakni teknik penentuan sampel yang sengaja dipilih peneliti berdasarkan

pertimbangan tujuan penelitian melalui pertanyaan yang diajukan mengenai Evalusi

Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Kawasan Renon.

3.3.2.3. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi dengan mengadakan tanya jawab langsung terhadap

pengelolan jalur sepeda di Kawasan Renon yaitu Dinas Perhubungan. Tujuan

26
27

wawancara ini yaitu untuk mengetahui kondisi jalur sepeda, penunjang jalur sepeda,

tata guna lahan, system pengelolaan.

3.3.2.4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti

untuk memperoleh informasi melaui sumber pustaka sebagai acuan seperti buku,

jurnal, makalah, dan media internet lain terkait obyek penelitian. Data yang

dikumpulkan untuk menunjang penelitian ini meliputi data aspek fisik dan biofisik,

aspek sosisal dan ekonomi berkaitan dengan lanskap jalur sepeda di Kawasan Renon.

3.3.3. Metode Analisis Data

Metode analisis data menurut Silalahi (2006) meliputi tahap pengelohan data

hasil observasi kuisioner, dan wawancara. Metode yang digunakan adalah analisis

SWOT, analisis spasial, dan analisis deskriptif.

3.3.3.1. Analisis Spasial

Analisis spasial menrupakan analisis yang digunakan untuk mengukur

distribusi suatu kejadian berdasarkan aspek keruangan. Analisis spasial menghasilkan

sebuah peta hasil analisis (Tuman, 2001).

3.3.3.2. Analisis Deskriptif

Sugiyono (2004) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah metode yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum. Tujuan analisis deskriptif ini adalah untuk membuat

27
28

deskripsi, gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta –fakta, sifat

– sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Setelah dilakukan analisis terhadap data hasil observasi, kuisioner dan

wawancara. Selanjutnya akan dilakukan tahap sintesis. Sintesis merupakan tahapan

pemecahan masalah dari obyek penelitian berdasarkan hasil analisis data dengan

analisis spasial, analisis SWOT, dan analisis deskriptif. Tujuan sintesis adalah untuk

menemukan solusi dari permasalah yang terdapat pada Kawasan Jalur Sepeda Renon.

3.3.3.3. Analisis data dengan Menggunakan Anilisis SWOT

Tahap ini merupakan tahap di mana dilakukan pengolahan dan penyusunan data

yang telah terkumpul dari hasil survey untuk memperoleh informasi tentang:

a. deskripsi aspek fisik dan biofisik jalur sepeda;

b. deskripsi aspek pengguna jalur sepeda;

deskripsi aspek pengelolaan yang sedang berjalan di jalur sepeda

Analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi (Rangkuti, 1997). SWOT adanlah singkatan dari Strenght

(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threats (ancaman).

Dari analisis SWOT akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan

empat strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adanlah:

1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya;

2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi ancaman;

28
29

3. WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

adan dengan meminimalkan kelemahan yang adan;

4. WT, yaitu strategi yang didansarkan padan kegiatan yang bersifat defensif

dan berusaha meminimalkan kelemahan yang adan serta menghindari

ancaman.

Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adanlah sebagai

berikut:

a) Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal;

b) Penentuan bobot setiap variable;

c) Penentuan peringkat (rating);

d) Penyusunan alternatif strategi;

Penjelasannya adanlah sebagai berikut:

a) Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) adanlah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendanftarkan semua kekuatan dan

kelemahan serta memberikan dansar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

hubungan antara area-area tersebut. Penilaian faktor eksternal (EFE) adanlah untuk

mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara

mendanftarkan ancaman dan peluang (David, 2008). Identifikasi berbagai faktor

tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi untuk pengelolaan

jalur khusus sepeda.

29
30

b) Penentuan Bobot Setiap Variabel

Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih

dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi

nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 3.3). Khusus untuk faktor internal

kekuatan, tingkat kepentingan harus diberi nilai 3 atau 4, dan faktor internal kelemahan,

harus diberi nilai 1 atau 2.

Tabel 3.3 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal Dan Eksternal

Simbol Tingkat Kepentigan

1 Tidak penting

2 Kurang penting

3 Penting

4 Sangat penting

Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor

strategis internal dan eksternal kepadan pihak pengelola. Metode tersebut digunakan

untuk memberikan penilaian terhadanp bobot setiap faktor penentu internal dan

eksternal (Tabel 3.4).

30
31

Tabel 3.4 Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal

Tingkat Kepentingan Rata -


No Faktor Internal Jumlah Responden Bobot
1 2 3 4 5 Rata

Total

Tingkat Kepentingan Rata -


No Faktor Eksternal Jumlah Responden Bobot
1 2 3 4 5 Rata

Total

c) Penetuan peringkat (rating)

Penentuan tiap variabel terhadanp kondisi objek diukur dengan menggunakan

nilai peringkat berskala 1-4 terhadanp masing-masing faktor strategis yang dimiliki

jalur khusus sepeda (Tabel 3.5 dan 3.6).

Tabel 3.5 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal

Simbol Tingkat Kepentigan

1 Sangat lemah

2 Lemah

3 Kuat

4 Sangat kuat

31
32

Tabel 3.6 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

Simbol Tingkat Kepentigan

1 Respon pngelola kurang baik

2 Respon pngelola cukup baik

3 Respon pngelola baik

4 Respon pngelola sangat baik

Total skor pembobotan berkisar antara 1 - 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor

pembobotan IFE di bawah 2,5 makadapatdinyatakan bahwa kondisi internal lemah,

sedangkan jika beradan di atas 2,5 maka dinyatakan kondisi internal kuat, Demikian

juga total pembobotan EFE, jika dibawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal

lemah dan jika di atas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (Danvid, 2008)

(Tabel 3.7 dan 3.8).

Tabel 3.7 Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor strategis Skor


Bobot Rating
internal (Bobot x Rating)

Kekuatan

1.

Kelemahan

32
33

1.

Total

Sumber: Rangkuti 1997

Tabel 3.8 Formulir Matriks Ekternal Factor Evaluation (EFE)

Faktor strategis Skor


Bobot Rating
internal (Bobot x Rating)

Peluang

1.

Ancaman

1.

Total

Sumber: Rangkuti 1997

d) Penentuan Alternatif Strategi

Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan

adanlah matriks SWOT (Tabel 3.9).

33
34

Tabel 3.9 Matriks SWOT

Eksternal
Oppurtunity Threats
Internal

Strength Menggunakan kekuatan Menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk yang dimiliki untuk

mengambil kesempatan mengatasi ancaman yang

yang adan dihadanpi

Weakness Mendanpatkan keuntungan Meminimumkan kelemahan

dari kesempatan yang adan dan menghindari ancaman

untuk mengatasi yang ada

kelemahan kelemahan

Sumber: Rangkuti 1997

3.3.4. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan lansekap Jalur Sepeda Renon dengan ruang

lingkup pengelolaan lansekap yang diterapkan pada jalur sepeda Renon, hasil evaluasi

pengelolaan lansekap yang diterapkan pada jalur sepeda Renon dan usaha yang

dilakukan dalam peningkatan kualitas pengelolaan lanskap yang diterapkan padan

jalur sepeda di kawasan Renon berdasarkan evaluasi terhada pengelolaan yang ada.

Tahap studi dilakukan dengan pengumpulan data, analisis dan sintesis Kawasan jalur

sepeda di Renon.

34
DAFTAR PUSTAKA

Arifin H.S. 2009. Diktat Kuliah Pengelolaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor.
151 hlm.
Arifin H.S dan Arifin N.H.S. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VII edisi revisi.
Penebar Swadanya, Jakarta. 169 hlm.
Arifin H.S, 2011. Konsep Kota Hijau-Kota Ekologis-Kota yang Berkelanjutan dan
Implementasinya di Indonesia. Green City 2011 Workshop Perundang-undangan
Bidang Penataan Ruang dan Konsep Rencana Aksi Kota Hijau Bogor: Faculty of
Agriculture, Bogor Agricultural University.
Caltrans Highway Design Manual. 2006. Bikeway Planning and Design Chapter 1000
[pdf]. 13 hlm (http://www.dot.ca.gov/hq/oppd/hdm/pdf/chp1000.pdf, diakses
tanggal 24 Oktober 2017)
Danvid F.R. 2008. Manajemen Strategi ke-10. Terjemahan Oleh Budi S. Strategic
Management: Concepts and Cases, 10th ed. Jakarta: Salemba Empat.
Neufert, Ernst (2002). Data Arsitek Jilid 2. Trans Sunarto Tjahjadi dan Ferryyanto
Chaidir. Jakarta : Erlangga.
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedanh Kasus Bisnis: reorientasi konsep
perencanaan strategi untuk menghadanpi abad 21. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Register R. 1987. Ecocity Berkeley: Building Cities For A Healthy Future. Berkeley,
California: North Atlantic Books.
Tugaswati Tri. Emisi Gas Buang Kendanran Bermotor dan Danmpaknya Terhadanp
Kesehatan [pdf]. (http://www.kpbb.orgdownload/Emisi%20Gas%20
Buang%20Bermotor%20%&%20Danmpaknya%20Terhadanp%20Kesehatan
.pdf, diakses tanggal 7 Juli 2012)
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Pembentuk
Utama Kota Taman. Jakarta: Direktorat Jendral Penataan Ruang.
[AASHTO] American Association of State Highway and Transportation Officials.
1991. Guide for the Development of Bicycle Facilities [pdf].
(www.sccrtc.org/bikes/AASHTO_1999_BikeBook.pdf, diakses tanggal 3 April
2011)

22

Anda mungkin juga menyukai