Anda di halaman 1dari 26

Biodata Penyaji

• Nama : Kardin Gumay


• Tempat/Tgl Lahir : Batai (Palembang), 5 Juni 1961
• Pendidikan : Magister Sain (MS) PSDA Unlam, 2004
• Alamat : Komp Rina Karya BI/16 banjarbaru
• Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
• Pangkat : Pembina/IVa
• Jabatan : Inspektur Tambang Madya, Distamben
Provinsi Kalimantan Selaan
• Status : Menikah dengan 3 Anak dan 3 cucu
• HP : 081348701168
Potret Pelaksanaan K3 ,
Tantangan dan Peluang Pada Operasional Pertambangan
di Provinsi Kalimantan Selatan

disusun dalam rangka seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Yang dilaksanakan oleh PT 3M Indonesia Banjarbaru
Hotel Novotel, 25 Juni 2013

Oleh :
Kardin Gumay

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI KALIMANTAN
BANJARBARU
2013
A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

• Tambang berisiko tinggi terhadap kecelakaan


• Image pengusaha tambang tentang K3
• Melibatkan peralatan mekanis
• Peraturan (Rule of Game)
• Manajemen (Owner)
• SDM Kompetent
• Budaya operator tambang
• Program, Peralatan dan APD
• Reward dan punishment
Lanjutan ……..
2. Pengertian
K3 adalah segala sesuatu yang harus dilakukan demi terlaksananya kegiatan
usaha pertambangan tanpa kecelakaan (zero accident ), terwujudnya
lingkungan kerja yang aman, sehingga dapat dicapai usaha
pertambangan yang menguntungkan dan bebas dari
segala macam bahaya

3. Maksud dan Tujuan


Dilaksanakannya rule of game K3 pada semua aspek kegiatan usaha
pertambangan, sehingga terwujud operasional usaha pertambangan
yang menguntungkan dan zero accident (tanpa kecelakaan)

4. Statement Prinsip
 Safety First, Production Follow
 No Procedure No Job
 No More Mining Without Safety
B. Potret K3

1. Dari Sisi Pemerintah

(1)
UU, PP
Kepmen

(2) (3)
Komitment K3 SDM Kompetent

(4)
Pembinaan
(1). KEPMEN NOMOR 555.K/26/M.PE/1995

• Lahir Tahun 1995


• Mengatur operasional K3 Pertambangan Umum secara universal
• Mengatur K3 Tambang Terbuka dan Underground
• Belum sepenuhnya mengatur K3 secara kualitatif, tapi kuantitatif
• Sangsi masih lemah (belum berkorelasi secara langlung dengan
financial)
• Tidak ada gaji/tunjangan khusus bagi pejabat K3
• Tidak ada sangsi tegas bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan
yang tidak memiliki tenaga yang kompetent bidang K3
• Belum ada revisi final
(2). Komitment Pemerintah

 Masih berorientasi kepada pendapatan pemerintah (Pusat dan


Daerah)
 K3 belum dijadikan salah satu syarat dalam proses penerbitan izin
usaha pertambangan
 Belum ada ketentuan khusus yang mengatur tambahan
gaji/tunjangan bagi pejabat K3
 Tidak ada sangsi khusus bagi owner bila terjadi kecelakaan fatal
(mati), sangsi dibebankan kepada pejabat K3 (KTT)
 Belum ada ketentuan yang mewajibkan Program, Peralatan dan
APD yang digunakan harus standar
 Penguji Kompetensi Pengawas Operasional , jumlahnya terbatas
 Uji kompentensi pengawas sepenuhnya
Masih menjadi kewenangan Pusat
(3). SDM Kompetent

• Jumlah Pejabat Fungsional Inspektur Tambang (IT)


< 100 orang seluruh Indonesia
• Belum ada ketentuan yang mengatur ratio jumlah IT vs
jumlah Izin Usaha Pertambangan yang diterbitkan
• Penerbitan IUP belum bersinergi dengan pengangkatan
Pejabat Fungsional Inspektur Tambang/Tenaga
Kompeten Bidang K3
• Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan belum memiliki
Pejabat Fungsional Inspektur Tambang
(4). Pembinaan

 Sarana dan prasarana diklat belum ada di daerah


 Lokakarya, seminar , sosialisasi masih terbatas
 Inspeksi lapang maksimal 2 kali setahun
 Pemberian sangsi (prinsipal) belum tegas
 Status kepegawaian Operator Tambang dominan
sistem kontrak (buka pegawai permanen)
Lanjutan ……..

1. Dari Sisi Perusahaan

(1)
SOP

(2) (3)
Program,
Peralatan &
K3 SDM
Kompetent
APD

(4)
Pembinaan
(1). SOP

 Masihada bagian pekerjaan pertambangan yang belum


dilengkapi dengan SOP
 Penggunaan SOP belum optimal karena belum
membudaya
 Masih ada SOP yang tidak dipahami oleh operator
tambang
 Masih ada SOP yang menggunakan bahasa asing
 SOP komplit ada dalam soft Ware
 Masih banyak para operator tambang yang bekerja
berdasarkan pengalaman
 Sosialisasi SOP masih kurang
(2). Program, Peralatan dan APD

 Masih ada perusahaan pertambangan yang tidak


mempunyai program kegiatan K3
 Penyusunan program K3 tidak dikuti dengan
pencadangan anggaran
 Jenis kegiatan, lokasi, volume, waktu pelaksanaan,
pelaksana dan penanggung jawab tidak jelas
 Arsip program K3 tidak tertib
 Peralatan K3 terbatas
 Peralatan K3 tidak standar
 Ketaatan operator tambang akan fungsi peralatan K3
belum baik
 Persediaan APD terbatas
 APD belum membudaya
 APD dianggap tidak praktis, bikin pusing, panas dll
 APD yang digunakan masih ada yang tidak standar
(3). SDM Kompetent

 Masihada pengawas tambang yang tidak memiliki Sertifikat


Kompetensi (POP, POM dan POU)
 Masih ada pengawas tambang yang tidak memahami
Prinsip dasar Operasional K3
 Kegiatan K3 (safety talk, P5M, P2H dll) , dilakukan karena
kewajiban, bukan karena KEBUTUHAN
Pengawas tidak mampu memotivasi anak buahnya
 Bekerja unprosedur
 Setiap saat dapat terjadi Unsafe Condition dan Unsafe
Action
(4). Pembinaan

 Kegiatan K3 dianggap membebani “Cash Flow”


 Program Diklat tidak terencana
 Pejabat K3 belum diberi gaji/tunjangan khusus
 Kecelakaan tambang fatal (mati), tidak dianggap hal yang
fatal, tapi target produksi tidak tercapai justru dianggap
permasalahan fatal
 Fanishment nomor satu, reward nomor ….. ?
C. Tantangan

Dari Sisi Pemerintah :

1. Peraturan K3 (Kepmen Nomor 555.K/26/MPE/1995)


belum sepenuhnya mengatur K3 secara kualitatif
2. Sangsi belum diatur secara tegas
3. Tenaga kompetent masih terbatas
4. Belum ada ketentuan yang mengatur gaji/tunjang
khusus bagi pejabat K3
5. Usaha pertambangan dominan berorientasi kepada
pendapatan pemerintah
Lanjutan ………..

6. K3 belum dijadikan salah satu syarat dalam proses


penerbitan izin usaha pertambangan
7. Tidak ada sangsi khusus bagi owner bila terjadi
kecelakaan fatal (mati), sangsi dibebankan kepada
pejabat K3 (KTT)
8. Belum ada ketentuan yang mewajibkan Program,
Peralatan dan APD yang digunakan harus standar
9. Penguji Kompetensi Pengawas Operasional , jumlahnya
terbatas
10 Uji kompentensi pengawas sepenuhnya
Masih menjadi kewenangan Pusat
Lanjutan ………

Dari Sisi Perusahaan :

1. Perusahaan harus memiliki Tenaga Kompetent yang


cukup, sesuai dengan kuantitas dan kualitas pekerjaan
pertambangan yang dilakukan
2. Safety First production Follow
3. No More Mining Without safety
4. No procedur No job
5. SOP harus dilaksanakan secara konsisten
dan kontinyu
Lanjutan ………

6. Perusahan harus memiliki Peralatan K3 dan APD yang


cukup serta kualitasnya harus standar.
7. Owner harus yakin bahwa Produktivitas Operator
Tambang dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan
apabila operasional pertambangan mengedepankan K3
dan K3 tidak membebani “Cas Flow”
8. Wujudkan gaji/tunjangan khusus bagi pejabat/penanggung
jawab K3
D. Peluang

Dari Sisi Pemerintah :

1. Pemerintah dapat membuat ketentuan/peraturan K3


yang konprehensif baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
2. Pemerintah dapat mewajibkan setiap pengusaha
tambang/pemilik izin untuk memberikan gaji/tunjangan
khusus bagi pejabat/penanggung jawab K3.

3. Pemerintah memberikan sangsi tegas kepada setiap


pengusaha tambang/pemilik izin yang tidak memiliki
tenaga kompetent bidang K3
Lanjutan …………
4. Pemerintah dapat memberikan kewenangan kepada
Pemeritah Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota) atau
Pihak Swasta yang dianggap mampu untuk bertindak
sebagai Penguji Kompetensi bagi calon pemegang
Sertifikat Kompetensi (POP, POM dan POU) dibidang
pertambangan umum.
5. Sangsi tidak hanya dibebankan kepada Pejabat K3
(KTT) atau penanggung jawab K3 lainnya, tetapi juga
diberikan kepada pengusaha tambang/pemilik izin.
6. Pusdiklat bidang pertambangan dapat dibangun di
Daerah .
7. Lokakarya, seminar, sosialisasi bidang K3 diperbanyak
8. Status operator tambang “Pegawai permanen”.
Lanjutan …..
Dari Sisi Perusahaan :

1. Mentaati ketentuan K3 Pemerintah dan Perusahaan


adalah satu hal yang tidak dapat ditawar-tawar
2. K3 membebani cash flow adalah tidak benar.
3. Tenaga kompetent adalah “Asset” perusahaan yang
tidak ternilai harganya.
4. Operasional K3 dan pemeliharaan operator tambang
yang legitimatif, rasional dan berkeadilan, harus
diyakini dapat menekan unsafe condition dan ansafe
action yang akan bermuara pada terwujudnya
sustainable produktivitas operator tambang dan
target produksi yang diinginkan.
E. Kesimpulan

Dari Sisi Pemerintah :

1. Ketentuan Pemerintah dibidang K3, khususnya


Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum, perlu
direvisi dengan menambahkan hal-hal yang mengatur K3
secara kualitatif dan hal-hal lain
yang dirasa masih diperlukan dalam operasional K3,
diantaranya sangsi bagi Owner dan gaji/tunjangan
penanggung jawab K3.
Lanjutan ………
Dari Sisi Pemerintah :

2. Proses penambahan tenaga kompetent (POP, POM dan


POU), dapat dilakukan dengan memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah (Gubernur,
Bupati//Walikota) dan Pihak swasta yang dianggap
mampu bertindak sebagai Penguji calon pemegang
Sertifikat Kompetensi.
Lanjutan ………

Dari Sisi Perusahaan :


1. Setiap pengusaha tambang harus meyakini
bahwa operasional K3 dan pemeliharaan operator
tambang yang legitimatif, rasional dan
berkeadilan akan dapat menekan
unsafe condition dan ansafe action
yang akan bermuara pada terwujudnya
sustainable produktivitas operator
tambang dan target produksi
yang diinginkan.
Lanjutan ………

Dari Sisi Perusahaan :


1. Setiap pengusaha tambang harus meyakini
bahwa operasional K3 dan pemeliharaan operator
tambang yang legitimatif, rasional dan
berkeadilan akan dapat menekan
unsafe condition dan ansafe action
yang akan bermuara pada terwujudnya
sustainable produktivitas operator
tambang dan target produksi
yang diinginkan.
F. Penutup

Demikian yang dapat kami sampaikan,


atas perhatian dan kesabarannya
diucapkan,

Anda mungkin juga menyukai