Anda di halaman 1dari 17

Metode Isolasi Sinensetin dari

Daun Kumis Kucing (Orthosiphonis


staminei folium)
Kelompok 1 Shift A

Alfa Fildzah Hulwana 260110210001


Angelica 260110210002
Geraldo Surya 260110210003
Grizelda Pinon Haryanto 260110210004
Reisya Nur Fadhilah 260110210005
Samuel Lestyawan 260110210006
Humaira Praswatika Dewi 260110210007
Isna Handayani 260110200007
Daftar isi

Kandungan
01 Taksonomi 02 metabolit
sekunder

03 Senyawa target 04 Metode


01
Taksonomi
Kumis kucing
Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledon

(tanpa takson): Asteridae

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Orthosiphon

Spesies : O. aristatus
(Yulianti et al., 2015)
02
Kandungan
Metabolit
Sekunder
Kandungan Metabolit Sekunder

Daun kumis kucing mengandung Flavonoid yang termasuk


ke dalam golongan senyawa fenolik dan diterpen,
triterpenoid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid yang
termasuk ke dalam golongan terpenoid. Kandungan
Flavonoid utama pada daun Kumis Kucing adalah
sinensetin dan eupatorin.

(Faramayuda et al., 2021)


03
Senyawa
Target
Senyawa Target : Sinensetin (C20H20O7)
Sinensetin termasuk ke dalam golongan senyawa flavon polimetoksi.

Fisikokimia Bioaktivitas
● Berat Molekul : 372.4 g/mol ➔ Antioksidan
● Titik lebur : 179oC ➔ Antiinflamasi
● Kelarutan : larut dalam ➔ Antikanker
n-heksan, kloroform, eter, ➔ Antimikroba
etil asetat, etanol, dan ➔ Antiobesitas
petroleum eter. ➔ Antihipertensi Struktur
➔ Antidiabetes
(Faramayuda et al., 2021; NCBI, 2023;
➔ Antipiretik Septyani dan Shinta, 2021)
04
Metode
Ekstraksi, Fraksinasi,
Pemisahan dan
Pemurnian, dan Uji
Kemurnian
Ekstraksi (Yulianti et al., 2015)

500 gram serbuk simplisia daun kumis kucing


- Memasukkan ke maserator
- Menambahkan etanol 96%
sampai seluruh serbuk terendam

Serbuk simplisia terendam pelarut etanol


Menunggu 1x24 jam
Pelarut jenuh dengan ekstrak
- Membuka maserator
- Memindahkan maserat
- Mengganti pelarut dengan yang baru
- Menunggu kembali 1x24 jam
- Mengulangi hingga maserat bening

Ekstrak encer
Ekstraksi (Yulianti et al., 2015)

Ekstrak encer
- Memasukkan ke dalam rotary evaporator
dengan suhu 50oC selama 30 menit
- Menguapkan di atas penangas air
dengan suhu 50oC hingga ekstrak kental

Ekstrak kental (rendemen = 13,417%)

Alasan digunakan metode maserasi adalah metode ini mudah digunakan dan
tidak membutuhkan alat-alat mahal. Selain itu, metode ini juga aman digunakan
untuk semua senyawa karena tidak melibatkan panas (Yulianti et al., 2015)
Fraksinasi
Ekstraksi Cair-Cair
(Faramayuda et al., 2021)

Ekstrak kental

- Menambahkan air
- Memasukkan ke dalam corong pisah
- Menambahkan n-heksana

- Membentuk 2 bagian Fraksi tak larut


Fraksi larut n-heksana
n-heksana (fase air)
- Melakukan evaporasi - Melakukan ECC
dengan rotary evaporator dengan etil asetat

Fraksi kental Fraksi air


Fraksi etil asetat

Alasan dipilihnya metode ekstraksi cair-cair - Melakukan evaporasi


karena dapat dilakukan dengan mudah serta dengan rotary evaporator
memakan waktu yang relatif singkat (Faramayuda
et al., 2021). Fraksi kental
Fraksinasi
KCV dan KKG
(Faramayuda et al., 2021)
Kolom KCV 1g ekstrak pekat

-Memasukkan 150g silika gel H60 -Memasukkan dalam mortir


-Melapisi kertas saring (atas) -Menambah 5g silika gel
-Melakukan elusi bertingkat dengan fase gerak n heksan:etil asetat
dengan perbandingan 100:0 hingga 0:100 dan volumer 100 ml per elusi

Subfraksi-Subfraksi

-Menggabung subfraksi 8&9 (SFA)


-Menggabung subfraksi 10&11 (SFB)
-Menggabung SFA dan SFB
Metode KCV dan KKG digunakan
agar proses fraksinasi terhadap
sampel yang kecil secara cepat dan Gabungan Subfraksi A&B
tertarik sempurna.
-Memisahkan dengan kromatografi kolom (sistem fasa gerak
sama dengan KCV)

Subfraksi-Subfraksi
-Menggabung SFK 91,94,98,103,108,109,110,111,112,114 (SFKA)
-Menggabung SFK 115,116,118,119 (SFKB)
-Menggabung SFK 120-123 (SFKC)
-Mengambil SFK 124 (SFKD)

SFKA, SFKB, SFKC, dan SFKD


Pemurnian
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
(Faramayuda et al., 2021)

Silika gel 60 F245 Fase gerak


- Menghomogenkan 25 g silika
gel dengan 50 ml aquades
- Menuangkannya ke plat kaca - Menghomogenkan
20×20 cm N-heksan:etil asetat
- Mengaplikasikan SFKA ke plat (3:7)
sebanyak 60,5 mg.

Plat SFKA
- Mengamati pita di bawah lampu
UV 365 nm.
- Memisahkan pita yang teramati
dan menambahkan pelarut etil
asetat.

KLT
Uji Kemurnian
Kromatografi Lapis Tipis 2D
(Faramayuda et al., 2021)

Isolat
Ditotolkan pada plat KLT

Isolat pada plat KLT


Dikembangkan dengan eluen 1
(n-heksana:etil asetat (3:7))

Didapatkan totolan sinensetin pada sumbu Y


- Diputar 90o
- Dikembangkan dengan eluen 2
(n-heksana:etil asetat (7:3))
Didapatkan totolan sinensetin pada sumbu X
DAFTAR PUSTAKA
Faramayuda, F., Riyanti, S., Pratiwi, A.S., Mariani, T.S., Elfahmi, dan Sukrasno. 2021. Isolasi Sinensetin dari
Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Blume miq.) Varietas Putih. Journal of Pharmaceutical Science and
Clinical Research. Vol. 2(1). Hal 111-127.
National Center for Biotechnology Information. 2023. Sinensetin. Tersedia secara online di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/145659. [Diakses pada 4 Maret 2023].
Septyani, L. V. dan Shinta, N. P. M. 2021. Kandungan Fitokimia dan Aktivitas Farmakologi Orthosiphon
aristatus. Media Farmasi. Vol. 17(1). Hal 62-69.
Yulianti, R., Nugraha, D.A., dan Nurdianti, L. 2015. Formulasi Sediaan Sabun Cair dengan Ekstrak Daun
Kumis Kucing. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 3(2). Hal 1-11.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai