Anda di halaman 1dari 13

4.

Program Muatan Lokal (Muatan Kewilayahan )


A. Jenis dan Strategi pelaksanaan muatan lokal yang dilaksanakan sesuai dengan kebijakan daerah
(Peraturan Gubernur)
Muatan lokal yang dilaksanakan sesuai dengan kebijakan daerah (Peraturan Gubernur)
mengingat lokasi SMK Negeri 3 OKU Selatan berada di pedesaan maka melaksanakan program
muatan lokal Pertanian.
B. Jenis dan Strategi pelaksanaan muatan lokal yang dilaksanakan sesuai kebutuhan peserta didik
dan karakteristik sekolah
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik sekolah, yang materinya menjadi
bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran
tersendiri.

5. Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Strategi adalah: suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam
kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi dalam layanan
bimibingan dan konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling.
Strategi layanan bimbingan di SMK Negeri 3 OKU Selatan meliputi :
1. Konseling individual,
2. Konsultasi,
3. Konseling kelompok,
4. Bimbingan kelompok, dan
5. Pengajaran remedial.
6. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Pilihan yang ditetapkan
oleh sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru
pembina, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri berkaitan pengembangan karir dan peminatan

162
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik dan minatnya.

Ekstrakurikuler Wajib dan Pilihan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan
dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat,
minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh
kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah yang
terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan ekstrakurikuler.

Dalam Kurikulum 2013 ditegaskan bahwa ekstrakurikuler wajib merupakan program


ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan
kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik
sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.

Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip sebagai


berikut: 1). Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing. 2). Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan
ekstrakurikuler dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3). Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan peserta didik
secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing. 4). Menyenangkan, yakni bahwa
kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi peserta didik. 5).
Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan dilaksanakan
dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan
giat dan 6). Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan dan
dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.
Kegiatan Ekstra Kurikuler di bawah koordinasi OSIS SMK Negeri 3 OKU Selatan adalah :

A. Kegiatan Ekstra Kurikuler Wajib


1) Pramuka
B. Kegiatan Ekstra Kurikuler Keagamaan
1) PHBI
C. Kegiatan Ekstra Kurikuler Olah Raga
1) Bulu Tangkis
2) Pencak Silat
D. Kegiatan Ekstra Kurikuler Bela Negara
1) Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
2) Pramuka
163
E. Kegiatan Ekstra Kurikuler Seni dan Budaya
1) Tari
2) Vocal Group
F. Kegiatan Ekstrakurikuler Akademik dan Ketrampilan
1) Karya Ilmiah Remaja (KIR)
2) Latihan Ketrampilan Siswa (LKS)

Dokumen tentang ekstrakurikuler diatur tersendiri yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan dokumen kurikulum SMK Negeri 3 OKU Selatan .

7. Pengaturan Beban Belajar

Muatan Kurikulum 2013 meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu
minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
Mata pelajaran yang diberikan pada peserta didik dikelompokan menjadi 3 kelompok,yaitu
Muatan Nasional, Muatan Kewilayahan dan Muatan Peminatan Kejuruan dengan pengaturan beban
belajar diatur sebagai berikut :
a. Beban belajar di Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dinyatakan
dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas X 46 jam
pembelajaran , kelas XI dan XII adalah 48 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam
pembelajaran adalah 45 menit.
b. Beban belajar di Kelas X, XI, dan XII dalam satu semester minimal 18 minggu dan paling banyak
20 minggu.
c. Beban belajar khusus di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu dan paling
banyak 16 minggu.
d. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling banyak 40
minggu.
e. Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah minimum tiga
tahun maksimum 6 tahun. SMK Negeri 3 OKU Selatan tidak melaksanakan program
percepatan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
f. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap
muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

164
BAB V
PERATURAN AKADEMIK

A. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

a. Prinsip Penetapan KKM

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan


sebagai berikut :

a. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan


melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui
professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan
akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya.
Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai
dengan penetapan kriteria yang ditentukan.

b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan


belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan
standar kompetensi

c. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari
indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan
telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah
mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator
pada KD tersebut;

d. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;

e. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK
yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan
dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;

f. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan,


baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir
Semester (UAS). Soal ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu
mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian
pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya
memiliki hasil yang setara;

g. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai
ketuntasan minimal.

b. Langkah-Langkah Penetapan KKM

165
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah
penetapan KKM adalah sebagai berikut :

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan


mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake
peserta didik dengan skema sebagai berikut

KKM Indikator KKM


KD

KKM KKM
MP SK

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran;

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh
kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian;
c. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu
peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang
tua/wali peserta didik.

C. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah :

a. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan


standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam


pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai
berikut :

1) guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada
peserta didik;
2) guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;
3) guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;
4) peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
166
5) peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
6) peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;
7) waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat
kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya
memerlukan pengulangan/latihan;
8) tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat
mencapai ketuntasan belajar.

Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan
berpikir/penalaran yang tinggi.

b. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing


masing sekolah.
1). Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses
pembelajaran;
2). Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.
Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang
cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.
Tetapi daya dukungnya rendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan
percobaan atau guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.

c. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan


Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan
peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau
psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta
didik di kelas sebelumnya.
Contoh penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati
oleh guru mata pelajaran. Contoh :

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian


Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas
< 65 65-79 80-100
Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung
80-100 65-79 <65
Tinggi Sedang Rendah
Intake siswa
80-100 65-79 <65

Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan.

Aspek yang dianalisis Kriteria penskoran


Tinggi Sedang Rendah
Kompleksitas
1 2 3
167
Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung
3 2 1
Tinggi Sedang Rendah
Intake siswa
3 2 1

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik
sedang, maka nilai KKM-nya adalah :
1+3+2
 x 100 = 66,7
9
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.

Perhitungan KKM untuk setiap mata pelajaran dilaksanakan oleh Kelompok MGMP sekolah
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen kurikulum

D Kriteria Kenaikan Kelas


1. Kenaikan Kelas

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kenaikan kelas didasarkan
pada penilaian hasil belajar pada semerter genap, dengan pertimbangan seluruh SK/KD yang
belum tuntas pada semester ganjil, harus dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan,
sebelum akhir semester genap. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar tuntas ( mastery learning),
dimana peserta yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan,
maka yang bersangkutan harus mengikuti pembelajaran remidi sampai yang bersangkutan
mampu mencapai KKM dimaksud. Artinya, nilai kenaikan kelas harus tetap memperhitungkan
hasil belajar peserta didik selama satu tahun pelajaran yang sedang berlangsung.

Peserta didik dinyatakan tidak naik dari kelas X ke kelas XI dan dari kelas XI ke kelas XII jika:
a) Peserta didik tidak mencapai ketuntasan belajar minimal (capaian kompetensi lebih dari 3
(tiga) mata pelajaran. Capaian kompetensi dari tiga aspek tidak diakumulasikan dalam satu
mata pelajaran.
b) Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI atau ke kelas XII apabila yang bersangkutan
tidak mencapai ketuntasan belajar minimal salah satu mata pelajaran ciri khas peminatan
paket keahlian sesuai dengan Permendikbud 70 tahun 2013
c) Peserta didik dinyatakan tidak naik jika budi pekerti, akhlak mulia, dan kepribadian secara
keseluruhan kurang dari baik.
d) Peserta didik dinyatakan tidak naik jika perolehan nilai ektrakurikuler wajib (pramuka)
selama 2 semester kurang memuaskan dan yang bersangkutan tidak mengikuti kegiatan
tambahan yang diselenggarakan sekolah.
e) Aturan lain yang tidak diatur dalam kurikulum ini diatur tersendiri melalui rapat dewan
pendidik.

2. Mutasi Siswa
168
Sekolah memfasilitasi adanya peserta didik yang pindah sekolah karena alasan tertentu.
Untuk pelaksanaan pindah sekolah (masuk atau keluar) lintas Provinsi dan Kabupaten/Kota
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku pada masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Untuk perpindahan peserta didik kelas X dan kelas XI, sekolah hanya
dapat memfasilitasi bagi mereka yang berasal dari sekolah dengan menggunakan Kurikulum
2013. Untuk peserta didik yang ingin mutasi ke sekolah lain disarankan untuk memilih sekolah
sesuai dengan pemberlakuan kurikulum di sekolah tujuan.
3. Kriteria Peminatan dan Penjurusan
Sesuai dengan Kurikulum 2013, peserta didik kelas X harus mulai memilih kelompok
peminatan. Pemilihan kelompok peminatan memberikan kesempatan kepada peserta didik
melakukan pilihan dalam bentuk pilihan kelompok peminatan dan pilihan mata pelajaran antar
kelompok peminatan. Pemilihan kelompok peminatan dapat dilakukan pada saat pendaftaran
peserta didik baru atau setelah pendaftaran peserta didik baru disesuaikan regulasi yang
berlaku di tingkat kabupaten atau sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dengan
memperhatikan rambu-rambu yang dikeluarkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
Pemilihan kelompok peminatan berdasarkan pada saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru).
B. Menindaklanjuti Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi Nomor: 1 Tahun 2022, pasal 6 ayat 2 tentang kelulusan. Kelulusan
1. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah apabila peserta didik telah memenuhi kriteria
kelulusan yang ditetapkan oleh sekolah berdasarkan perolehan nilai sekolah.
2. Penetapan nilai standar kelulusan Ujian Sekolah ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Sekolah, setelah mendapat pertimbangan komite Sekolah, dan dilaporkan ke Kepala Dinas
Pendidikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Ujian Sekolah dilaksanakan.
3. Nilai standar kelulusan, harus diumumkan secara terbuka kepada peserta didik, orang
tua/wali, dan masyarakat.
4. Kelulusan peserta didik ditentukan dalam rapat pleno Tenaga Pendidik

C Kriteria Kelulusan dari Satuan Pendidikan

169
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 jo PP 32/2013 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan
lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah dengan kriteria
sebagai berikut :

1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran, menyelesaikan beban belajar dan mata


Pelajaran, berperilaku baik, Memperoleh nilai sikap minimal baik pada penilaian akhir untuk

seluruh mata pelajaran dan muatan lokal.

2. Nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, 5 berbobot 70% ;


3. Nilai Ujian Sekolah berbobot 30% yang diperoleh dari 50% Nilai Praktik dan 50% Nilai
Ujian Tulis;
4. Standar kelulusan minimal (SKM) 70 diperoleh dari nilai rata-rata seluruh mata pelajaran dan
nilai ujian sekolah.

170
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013 SMK Negeri 3 OKU Selatan berisi
tentang visi dan misi serta tujuan sekolah; struktur dan muatan kurikulum; kalender
pendidikan; dan format silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013 SMK Negeri 3 OKU Selatan dibuat oleh
sekolah dengan mempertimbangkan kondisi daerah, sekolah dan peserta didik.

B. Saran
Kurikulm Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013 SMK Negeri 3 OKU Selatan dirancang
dan dibuat oleh Tim Pengembang kurikulum namun belum sempurna, oleh karena itu masih perlu
kritik, masukan atau saran yang bersifat positif membangun untuk pengembangan dan
kesempurnaan kurikulum ini dan kurikulum berikutnya.

171
BAB VII
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Kalender Pendidikan

Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti
kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk
kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun
pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Permulaan tahun
pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap
satuan pendidikan. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap
tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam
pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Waktu libur adalah
waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan
pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester,
libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional,
dan hari libur khusus.

Sesuai dengan Standar Isi, maka dalam Pengembangan Kalender Pendidikan SMK Negeri 3
OKU Selatan mengacu pada rambu-rambu sebagai berikut :

1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun
berikutnya.
2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau
Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat
Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur
khusus.
3. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan dikembangkan oleh masing-masing satuan
pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini
dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
4. Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya:
Tabel 1. Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya :

No. Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1. Minggu efektif Minimum 36 Digunakan untuk kegiatan


belajar minggu dan pembelajaran efektif pada setiap
maksimum 38 satuan pendidikan

172
No. Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

minggu

2. Jeda tengah Maksimum 2 Satu minggu setiap semester


semester minggu

3. Libur akhir tahun Maksimum 3 Digunakan untuk penyiapan


pelajaran minggu kegiatan dan administrasi akhir
dan awal tahun pelajaran

4. Hari libur 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan


keagamaan libur keagamaan lebih panjang
dapat mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif
belajar dan waktu pembelajaran
efektif

5. Hari libur umum/ Maksimum 2 Disesuaikan dengan Peraturan


nasional minggu Pemerintah

6. Hari libur khusus Maksimum 1 Untuk satuan pendidikan sesuai


minggu dengan ciri kekhususan masing-
masing

7. Kegiatan khusus Maksimum 3 Digunakan untuk kegiatan yang


sekolah minggu diprogramkan secara khusus oleh
sekolah/ madrasah tanpa
mengurangi jumlah minggu
efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

173

Anda mungkin juga menyukai