Anda di halaman 1dari 3

NAMA: VIORIKA AMANDA & YUANITA DWI ANGGRAENI

NIM: 220612606545 & 220612611288 / offering G IKM 2022


EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF PENYAKIT DIFTERI
Difteri merupakan salah satu penyakit menular akut pada tonsil, faring, dan hidung yang
penularannya berasal dari kontak langsung atau perantara manusia yang disebabkan
oleh agent bakteri Corynobacterium diphteriae (Aisy, 2015). Difteri dapat menginfeksi
tenggorokan hingga menyebabkan demam, kelenjar leher membengkak dan mengalami
miokarditis atau neuropati perifer (WHO, 2018)
1. VARIABEL “WHO”
A. UMUR:
Difteri dapat menyerang di segala usia. Namun, Kasus penyakit difteri ini paling banyak
dialami oleh anak-anak berusia 2-5 tahun yang kebanyakan dari mereka belum di
imunisasi. Saat anak umur kurang atau sama dengan 1 tahun, kebanyakan anak masih
mendapat perlindungan pasif dari ibunya. setelah 1 tahun antibodi pada anak sudah
habis, maka KLB difteri mulai menyerang mereka yang belum sakit atau belum pernah
kontak langsung dengan strain difteri jinak (tidak mempunyai respons immunotoxigenic
yang cukup kuat) (Kesmas, 2022).
B. GOLONGAN ETNIK(RAS) :
Menurut Jurnal Berkala Epidemiologi Unair tahun 2018, menyebutkan bahwa urutan
pertama kasus difteria di dunia setiap tahunnya diduduki oleh South-East Asia Region
yang dimana memiliki jenis etknik atau ras yang beragam, seperti Austroasiatic,
Austronesian, Negrito, Sino-Tibetan dan lain-lain. (Jurnal Berkala Epidemiologi, 2023)
C. JENIS KELAMIN :
Kejadian kasus difteri menurut jenis kelaminnya paling banyak dialami oleh jenis
kelamin laki-laki, hal ini disebabkan karena laki-laki lebih sering bermain di luar rumah
terlebih lagi jika bermain di daerah-daerah yang endemis difteri maka akan lebih
beresiko terhadap penularan carrier difteri (Wigrhadita, 2019)

2. VARIABEL “PLACE”
TEMPAT PENYAKIT RENTAN TERJADI:
Penyakit difteri sering dijumpai di daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi
yang rendah. Faktor lingkungan fisik seperti rumah dengan ruangan yang lembab juga
dapat memengaruhi kejadian difteri, seperti :
a. Jenis dinding dan lantai yang diguanakan
Penggunaan dinding dan lantai yang terbuat dari triplek atau kayu memiliki
risiko lebih besar terpapar udara dari luar sehingga dapat memengaruhi
perkembangan agent difteri
b. Luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat
Apabila luas ventilasi tidak kurang dari ukuran ideal (dapat diukur dari luas
lubangnya menggunakan rumus 1/20 x luas ruangan) maka sirkulasi udara yang
keluar-masuk tidak seimbang, sehingga dapat memengaruhi kelembaban
ruangan,
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembaban rumah, kepadatan hunian rumah dan jenis
dinding rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian difteri (Kesmas,
2022).
3. VARIABEL “TIME”
Penyakit difteri dapat menyerang kapanpun dan pada waktu berarpapun. Apabila kuman
atau bakteri Corynobacterium diphteriae telah masuk ke dalam tubuh dan sistem
kekebalan tubuh dalam posisi rendah makak kuman dapat berkembang biak dan
berpotensi untuk terinfeksi penyakit difteri.
KECEPATAN PERJALANAN PENYAKIT:
Masa inkubasi penyakit difteri 2-5 hari, masa penularan penderita 2-4minggu (sejak
masa inkubasi) sedangkan masa penularan carier bisa sampai 6 bulan (Buku
Epidemiologi Penyakit Menular : Riwayat, Penularan, Pencegahan, 2020)
seseorang yang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphtheria dapat menularkan
penyakit sampai diatas hari keempat setelah pengobatan menggunakan antibiotik secara
efektif, seseorang yang terinfeksi namun tidak melakukan pengobatan, dapat
menginfeksi orang lain melalui saluran nafas dan lesi kulit, ± 2 hingga 4 minggu setelah
terinfeksi, kasus kronik difteri jarang terjadi, namun dapat bisa menginfeksi orang lain
sampai enam bulan lebih setelah terinfeksi, sedangkan secara global perjalanan penyakit
difteri ini cenderung naik jumlah orang yang terkena yakni pada tahun 2017-2022
LAMA TERJANGKITNYA SUATU PENYAKIT:
Biasanya orang yang terkena penyakit difteri akan sembuh selama 1-10 hari jadi
penyakit tersebut menjangkit manusia selama 1-10 hari. Jika difteri sudah sembuh
bintik-bintik dan bisul pada kulit juga akan menghilang dalam waktu 2–3 bulan.
 Contoh peta epidemiologi dan grafik kasus difteri
*BONUS

Anda mungkin juga menyukai